NovelToon NovelToon

Rujuk Bersyarat Turun Ranjang

1 : Rujuk Bersyarat

“Cukup lakukan sekali! Beneran hanya sekali, setelah itu kalian bercerai, kemudian kita menikah lagi!” Mata biru Kenzo menatap tajam kedua mata Khalisa. Sementara yang ditatap, makin memberikan ekspresi tidak nyaman.

Khalisa Mutiara Aidan, atau yang kerap disapa Khalisa, perlahan menggeleng. Wanita sangat cantik yang kini memakai pashmina putih itu menatap Kenzo dengan tatapan sangat memohon.

“Sha!” tegas Kenzo lebih memaksa dari sebelumnya.

“Aku beneran enggak bisa, Mas! Melakukan dengan kamu saja, aku beneran butuh keberanian. Apalagi dengan laki-laki lain, hanya agar kita bisa menikah lagi?” lembut Khalisa masih berusaha sabar.

Kenzo menggeleng dan jelas tak menerima penolakan. “Demi Alesha putri kita. Alesha ingin kita kembali bersatu. Sementara sekarang, Alesha sedang sakit. Paru-paru Alesha flek parah, Sa. Sebagai orang tua, ayo kita sama-sama berjuang buat anak kita!”

“Paru-paru Alesha berflek karena kebiasaan Mas yang enggak sehat. Mas terbiasa meroko-k. Mas juga makin rajin mabo-k!” balas Khalisa.

“Aku begitu karena aku enggak bisa tanpa kamu, Sa. Tanpa kamu, aku beneran rapuh!” balas Kenzo yang kali ini sampai memelas, selain ia yang masih berbicara lirih.

“Namun, Mas juga yang menceraikan aku. Padahal dulu, aku sudah mohon-mohon. Cemburu apalagi ego Mas terlalu tinggi!”

“Aku keluar rumah sebentar saja, Mas tuduh selingkuh! Apalagi pas ada orang yang jelas-jelas menyukaiku, dan mereka sengaja fitnah aku agar hubungan kita hancu-r!”

“Mas lebih percaya dia. Mas lebih percaya mereka ketimbang percaya ke aku!” Kali ini Khalisa tidak bisa untuk tidak menangis. “Itu, yang dinamakan cinta?”

Khalisa masih sangat merasakan sakitnya difitnah oleh pria yang selalu mengaku sangat mencintainya. Pria yang sejak awal pertemuan mereka, sudah getol mengejarnya. Pria yang juga merupakan papa Alesha. Karena meski Khalisa masih mencintai Kenzo, pada kenyataannya Kenzo juga yang telah membuatnya trauma menjalin hubungan.

Bahkan karena fitnah akibat kecemburuan Kenzo juga, hak asuh Alesha jatuh kepada Kenzo. Padahal, usia Alesha baru genap empat tahun. Namun tak lama setelah perceraian diputuskan, fitnah yang Khalisa terima tidak terbukti.

Klien bisnis Kenzo yang turut memfitnah Khalisa, berakhir terkena penyakit AIN selaku sumpahnya sendiri. Pria matang bernama Burhan dan memang jauh lebih kaya dari Kenzo, sempat mengaku sudah beberapa kali tidur dengan Khalisa.

Kecantikan sekaligus pesona Khalisa memang membuat Burhan sangat ingin mendapatkan Khalisa. Burhan sama sekali tidak ragu mengatakannya di depan keluarga Khalisa maupun keluarga Kenzo. Hingga saat sidang di hadapan keluarga mereka, Khalisa yang dituduh telah selingkuh sampai disumpah di bawah alquran. Kejadian lima bulan lalu itu benar-benar tidak akan pernah Khalisa lupakan.

“Sumpah, Sa. Sumpah! Kali ini aku akan berubah. Demi Alesha, sumpah, aku akan berubah, Sa!” yakin Kenzo sambil membingkai erat kedua wajah Khalisa menggunakan kedua tangannya. Khalisa benar-benar menangis. Namun seperti biasa, wanita berusia dua puluh enam tahun itu tak banyak menuntut.

Kini hadapan mereka, di ruang rawat khusus untuk anak, Alesha putri mereka sedang batuk parah. Dokter dan suster masih ada di sana. Keduanya masih menangani putri mereka yang memang sedang parah-parahnya. Alasan yang juga membuat mereka menjaga suara mereka. Sementara Alesha yang mewarisi kecantikan Khalisa, selalu akan tersenyum di setiap mata birunya menatap kebersamaan orang tuanya.

“Alesha yang malang. Kamu beneran korban nyata dalam kehanc-uran keluarga kita, Nak. Namun apa daya, Nak. Saat itu fitnah membuat Mama hina di hadapan semuanya,” batin Khalisa.

“Hanya keluarga mama yang percaya kepada Mama. Sekarang saja, keluarga papa kamu bisa kembali bersikap biasa. Setelah pak Burhan sudah menjelaskan dan memang kena batunya.”

“Nah lima bulan lalu, mereka apalagi aunty Keina dan oma Linda, sempat minta Mama agar dijerat dengan pasal perzi-nahan. Atau malah dirajam, padahal jelas-jelas, tuduhan selingkuh dan sampai tidur bersama itu beneran enggak ada buktinya!” batin Khalisa benar-benar nelangsa.

Hati Khalisa benar-benar hancur menyaksikan keadaan Alesha yang sekarang. Lebih hancur dari ketika dirinya dise.ret oleh Kenzo dan disumpah di hadapan keluarga besar mereka.

Tubuh Alesha yang dulunya segar bahkan bisa disebut gendut, kini nyaris hanya tinggal tulang. Karena seperti yang sempat mereka bahas, semenjak fitnah dari Burhan, Kenzo yang mempercayainya justru hancur sendiri. Kenzo jadi makin sibuk mero-kok bahkan mabo-k. Khalisa memang sempat beberapa kali mencoba mengambil Alesha, tapi syarat dari Kenzo masih sama.

Syarat itu benar-benar hanya rujuk bersyarat, agar Khalisa dan Kenzo bisa menikah lagi. Agar mereka bisa kembali tinggal bersama, menjadi orang tua nyata untuk Alesha. Persis seperti keinginan terbesar Alesha.

“Lipstik kamu,” ucap Kenzo mendadak sibuk menghapus lipstik merah bata, di bibir Khalisa.

“Astaghfirullah, Mas. Ini warna yang beneran—” Khalisa berusaha menjelaskan, tapi dengan tegas Kenzo memintanya untuk tidak memakai lipstik.

“Itu lebih baik, biar enggak menciptakan fitnah lagi!” yakin Kenzo.

Meski sudah menjadi mantan, Kenzo memang masih sangat posesif. Kenzo terus melakukannya tanpa peduli kondisi. Kadang Khalisa tak hanya merasa tidak nyaman. Karena ulah Kenzo juga membuat Khalisa marah. Tentu Khalisa sudah mengutarakannya, tapi Kenzo tak sedikit pun berubah.

***

“Beneran hanya sekali, ... setelah itu kalian cerai!” Itulah yang diyakinkan sekaligus dimohonkan oleh orang tua mereka, ketika akhirnya para orang tua datang.

Para orang tua akan turut menjaga Alesha, di rumah sakit Alesha mendapatkan perawatan.

Demi Alesha, demi anak tak berdosa yang menjadi berpenyakitan setelah papa mamanya bercerai. Itulah yang orang tua mereka mohon kepada Khalisa.

“Laki-laki mana yang mau menikahiku dalam ikatan pernikahan sementara?” tanya Khalisa sambil tersenyum kecut.

Khalisa kian berlinang air mata menatap Kenzo yang masih berdiri di hadapannya. Karena jika boleh memilih, Khalisa merasa jauh lebih nyaman tetap menjanda. Namun karena kini menyangkut kesehatan putrinya, Khalisa akan mencobanya.

“Kenan ...,” ucap Kenzo menjadi tak bersemangat.

“Kenan?” batin Khalisa yakin, dirinya tidak salah dengar.

Memiliki Kenzo Alianso sebagai mantan suami yang masih sangat posesif kepadanya, Khalisa masih bisa menerima. Namun ketika Kenzo sekaligus keluarga mereka meminta Khalisa menikah dengan Kenan Alianso, dunia Khalisa yang awalnya mulai tertata, langsung menjadi tidak baik-baik saja.

Kenan Alianso merupakan adik kandung Kenzo, dan dengan kata lain, Khalisa akan menjalani pernikahan turun ranjang.

Kenzo sengaja memilih sang adik yang tengah terpuruk setelah dicampakkan Syahaya sang kekasih. Syahaya atau yang kerap dipanggil Yaya, lebih memilih merintis karier balerina di luar negeri, ketimbang menjadi istri Kenan. Kenzo yakin, Kenan tidak akan pernah tergoda kepada Khalisa yang memang sangat cantik sekaligus tipikal istri idaman. Dengan begitu, pernikahan turun ranjang rancangannya akan berakhir dengan perceraian, dan ia bisa segera kembali menikahi Khalisa.

Namun, benarkah semuanya akan sesuai rencana?

[ "Jika sang suami telah menalaknya dengan talak tiga, maka tidak boleh baginya (rujuk/nikah) kecuali setelah ada lima syarat: (1) sang istri sudah habis masa iddahnya darinya, (2) sang istri harus dinikah lebih dulu oleh laki-laki lain (muhallil), (3) si istri pernah bersenggama dan muhallil benar-benar penetrasi kepadanya, (4) si istri sudah berstatus talak ba'in dari muhallil, (5) masa iddah si istri dari muhallil telah habis," (Lihat: Abu Syuja, al-Ghayah wa al-Taqrib, Alamul-Kutub, tanpa tahun, hal. 33). ]

2 : Menikah Lagi Karena Anak

“Mama tahu ini berat. Bahkan ini sangat berat. Namun, ... Alesha sungguh butuh kalian. Semoga dalam jangka setengah tahun ke depan, dan menjadi waktu Alesha wajib menjalani pengobatan, semuanya baik-baik saja.”

“Mama percaya kamu bisa. Namun bukan berarti kamu akan terus membiarkan dirimu terluka. Karena andai Kenzo kembali melukaimu, kamu harus bisa bersikap. Jangan sampai ada KDRT dan fitnah lagi.”

“Pelan-pelan Alesha pasti akan paham. Karena andai Kenzo berulah lagi, berarti dia memang enggak layak buat kamu maupun Alesha.”

“Anak memang sangat membutuhkan orang tuanya. Namun, yang benar-benar anak butuhkan ialah papa mama waras. Yang anak butuhkan itu, orang tua yang bahagia!”

Ibu Arimbi meyakinkan Khalisa sang putri. Di lorong depan PICU, kebersamaan itu terjadi. Khalisa yang berusaha bersikap tegar, mengangguk-angguk tanpa bisa menyudahi air matanya.

“Iya, Ma. Andai Alesha enggak kronis dan sekadar napas saja susah. Andai aku dan papanya bukan satu-satunya harapannya ....” Khalisa tak kuasa melanjutkan ucapannya. Hati ibu mana yang tidak hancur melihat keadaan anaknya yang awalnya sehat bugar, kini penyakitan dan tubuh hanya tinggal tulang?

Ibu Arimbi yang tak kalah sedih sekaligus berlinang air mata, juga mengangguk-angguk. Ia memeluk putrinya erat. Berharap melalui pelukan yang ia lakukan, ia bisa memberikan kekuatan sekaligus ketabahan, meski mungkin tidak banyak.

“Semangat!” ucap pak Aidan yang baru datang.

Pak Aidan yang tak lain merupakan papa Khalisa, menghampiri mereka sambil tersenyum hangat. Yang langsung pak Aidan tuju tentu Khalisa. Ia menghapus setiap air mata Khalisa menggunakan kedua jemari tangannya.

“Jangan terlalu dipikirkan. Hidup selalu harus dijalani. Andai Kenzo kembali melukai kamu, semuanya beneran siap memberi dia pelajaran. Yang penting sekarang kesehatan Alesha,” lembut pak Aidan.

“Sebenarnya dari dulu, aku maunya punya suami yang setidaknya sabar sekaligus bijaksana seperti Papa. Namun, baru merantau kerja ke Jakarta dan ternyata itu perusahaan mas Kenzo, mas Kenzo sudah langsung mencintai sekaligus mengejar aku ugal-ugalan. Mas Kenzo bahkan nekat menyusul aku ke kampung, ketika aku sengaja pulang kampung setelah menolak ajakan nikah dari dia!” batin Khalisa.

Ketika pak Aidan memboyong ibu Arimbi menemui Alesha, Khalisa sengaja memisahkan diri. Sebab di lorong kedatangan sana, Kenzo datang bersama seorang pria. Pria bertubuh jauh lebih tegap dan memiliki mata sendu mirip pak Aidan itu, Kenan.

Selama ini, Khalisa mengenal Kenan sebagai pribadi yang sangat pendiam. Kenan sangat berbeda dari keluarga Kenzo yang lain, yang memang aktif berbicara pedas. Malahan selain sangat pendiam, dirasa Khalisa, Kenan merupakan tipikal misterius. Ditambah lagi, meski sempat berstatus ipar, Khalisa juga nyaris tidak pernah berkomunikasi dengan Kenan. Sekadar mengobrol saja nyaris tidak pernah.

“Malam ini juga, kalian akan menikah. Namun, cukup lakukan seka—li ...?” ucap Kenzo mendadak diam karena Kenan menatapnya dengan tatapan tidak nyaman.

“Kamu sudah mengatakan itu sebanyak dua puluh empat kali!” ucap Kenan lirih.

Berbeda dengan Kenzo, suara yang keluar dari bibir berisi milik Kenan memang cenderung lirih rendah. Bagi mereka yang bermasalah dengan pendengaran, pasti akan makin bermasalah andai harus berhadapan dengan Kenan.

“Tenang. Karena ketimbang kamu, mamanya Alesha jauh lebih tertekan!” tegas Kenan.

“T—tapi ....” Kenzo yang merasa dirugikan sekaligus menjadi korban dalam hubungan mereka, kembali berusaha membela diri.

“Di sini yang jadi korban itu mamanya Alesha dan juga Alesha. Sudah deh, Ken. Jangan bikin bibirku berkata jahat. Kita fokus ke rencana kita saja!” tegas Kenan yang akhirnya jengkel juga.

Ketika Kenan menoleh ke depan, kedua mata sendunya tak sengaja mendapati Khalisa. Sejauh ini, ia benar-benar tidak pernah fokus menatap wanita yang pernah jadi iparnya itu. Kenan selalu melakukannya sekilas, itu saja benar-benar hitungan detik. Tentu Kenan memiliki alasan kenapa dirinya begitu cuek kepada iparnya sendiri. Karena selain dirinya yang sudah memiliki pujaan hati, Kenan sangat paham Kenzo sangat pencemburu.

Deg-degan dan sangat tidak nyaman, itulah yang Khalisa rasakan. Ia yang akhirnya sampai di hadapan Kenzo dan Kenan, sudah langsung digandeng oleh Kenzo. Seperti biasa, Kenzo kembali dengan sikapnya yang sangat posesif. Kenzo tak membiarkan Khalisa dekat-dekat dengan Kenan.

Kenan yang sudah paham, refleks menghela napas pelan. Ia menyimak perdebatan kecil antara Kenzo dan Khalisa. Khalisa mempermasalahkan sikap posesif Kenzo. Khalisa berharap Kenzo lebih bisa tenang.

“Setakut ini aku kehilangan kamu. Apalagi kamu akan berhubungan—” Kenzo belum sempat melanjutkan ucapannya, tapi Khalisa sudah menegurnya.

“Ijab kabulnya bisa besok saja, kan?” tanya Khalisa dengan suara lirih tapi penuh penekanan. Khalisa menatap saksama kedua mata Kenzo maupun Kenan, silih berganti. Namun, selain Kenan yang langsung bersin, Kenzo juga langsung menggeleng.

“Kalau hari besok, aku bisanya juga masih malam. Pagi-pagi sampai malam, jadwalku beneran padat,” ucap Kenan yang kembali bersin.

Balasan Kenan tentu membuat Khalisa tak memiliki pilihan lain. Selain Kenzo yang memang ingin semuanya serba cepat, khususnya hubungan Khalisa dan Kenan. Hingga sekitar dua puluh menit kemudian, ijab kabul mereka akhirnya terjadi.

Kenzo memilih tidak hadir dalam ijab kabul Khalisa dan Kenan, meski acaranya berlangsung di mushola rumah sakit. Disaksikan oleh kedua orang tua mereka, dan menjadikan kedua sopir mereka sebagai saksi, pernikahan tersebut memang bersifat rahasia.

“Ya Allah, rasanya beneran bukan hanya tegang. Namun juga takut, ... malu! Bahkan aku merasa hi-na,” batin Khalisa.

Khalisa merasa sangat setre-s ketika akhirnya, kata Sah, Kenan dapatkan dari ijab kabul yang dijalani. Uang sebanyak satu juta rupiah, menjadi emas kawin yang Kenan berikan kepada Khalisa.

Kini, sekadar salaman dengan Kenan saja, Khalisa tidak memiliki keberanian.

“Enggak apa-apa, ... cuma sebentar,” lirih Kenan masih memperhatikan gelagat menyedihkan Khalisa.

Detik itu juga Khalisa refleks menatap kedua mata Kenan. “Nih orang beda banget dari yang lain termasuk, ... dari mas Kenzo,” pikirnya.

Detik berikutnya, Khalisa refleks terkejut lantaran Kenan menyalaminya secara paksa. Kenan sampai membuat Khalisa menci-um punggung tangan kanan Kenan dengan takzim. Namun setelah itu, Kenan benar-benar melepaskan Khalisa. Kenan kembali bersikap tenang menyimak wejangan penghulu di hadapan mereka.

Sementara itu di bangku tunggu depan ruang PICU Alesha dirawat, Kenzo terdiam lemas. “Mereka lagi ngapain, ya? Apakah mereka sampai ci...um...man?” pikir Kenzo belum apa-apa sudah merasa sangat sedih. Kenzo merasa jadi korban.

“Dretttt ... dreetttt.”

Getar tanda pesan masuk, mengusik ponsel Kenzo yang pria itu genggam menggunakan tangan kanan. Kenzo pikir, itu masih berkaitan dengan pernikahan turun ranjang antara Kenan dan Khalisa. Namun, ... benar-benar di luar dugaan.

Pesan masuk yang Kenzo dapatkan justru dari nomor baru. Namun baru melihat foto profil nomor tersebut dan merupakan wanita seksi nan cantik, dada Kenzo langsung berdebar-debar.

+628 : Lihat foto kita masih SMA, aku jadi makin kangen kamu. Masih ingat foto ini, kan?

+628 : Aku dengar, kamu sudah cerai?

+628 : Nikahi aku dong, kalau kamu beneran masih sayang aku, seperti pernyataan kamu satu bulan kemarin, pas kita enggak sengaja bertemu di club 😘😘😘😘

“Belllaaaa!” lirih Kenzo langsung bersemangat. Jiwanya bergejolak, dan ia mendadak merasa kembali ABG yang tertawan oleh rindu sekaligus hasr.at.

3 : Perbedaan Kenan Dan Kenzo

“Sekarang kami sudah menjadi suami istri, tapi rasanya secanggung ini. Bisa-bisa kalau keadaannya terus begini, lambungku kumat lagi,” batin Khalisa.

Mereka hendak mengunjungi Alesha, mumpung jam besuk belum habis. Mengingat peraturan di rumah sakit memang sangat ketat.

Khalisa tidak hanya bersama Kenan. Karena mereka juga bersama orang tua mereka, dan juga Keina, adik termuda Kenzo. Keina ini tipikal yang sinis. Keina memiliki watak yang nyaris sama dengan Kenzo.

“Kalian, enggak akan langsung mikir buat honey moon, kan?” tanya Keina terdengar sinis, bahkan untuk Keina sendiri.

Seperti yang sempat Khalisa singgung sebelumnya, hampir semua anggota keluarga Kenzo memang bermulut pedas. Hanya Kenan yang bagi Khalisa masih sangat misterius karena pria itu memang sangat jarang berbicara. Bukan hanya ketika mereka berpapasan dan itu hanya berdua. Namun juga ketika Kenan sedang bersama keluarga besarnya.

“Mending, kamu langsung pulang saja. Papa Mama juga mending pulang saja karena kalian pasti capek,” ucap Kenan yang jujur saja merasa sangat malu dengan pertanyaan sang adik.

“Akhirnya Kenan mulai banyak bicara. Oh iya, aku lupa. Meski dia adik mantan suamiku, usianya tetap lebih tua dariku,” batin Khalisa tak berniat mengomentari pertanyaan Keina.

“Mama mau lihat Alesha dulu,” ucap ibu Linda yang kemudian menggandeng pak Utama sang suami.

Keina yang meski masih sinis dan terus bersedekap, tetap menjadi bagian dari mereka. Namun, sebagai orang tua Khalisa, baik ibu Arimbi maupun pak Aidan, sudah merasa sangat tidak nyaman dengan kebersamaan di sana.

Kenzo masih senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya ketika rombongan tiba di depan ruangan Alesha ditangani. Tidak ada yang tidak menatap heran Kenzo, apalagi ketika pria itu menatap mereka.

Kenzo buru-buru berdeham kemudian mengantongi ponselnya ke saku sisi celana sebelah kanan. Kenzo berdiri sambil menghindari setiap tatapan yang tertuju kepadanya.

“Alesha sudah tidur, Mas?” tanya Khalisa yang berangsur melongok ke dalam ruangan.

“Tadi suster bilang, Alesha mau dipindah ke ruangan rawat biasa,” ucap Kenzo.

“Alhamdullilah ...,” ucap Khalisa dan kedua orang tuanya nyaris bersamaan.

Sampai akhirnya Alesha benar-benar dipindahkan ke ruang rawat, orang tua Kenzo pamit pulang. Namun, ada satu yang mencuri perhatian Kenan. Sang kakak jadi sering senyum bahkan cekikikan sendiri. Selain cenderung fokus kepada ponsel, Kenzo juga kerap memisahkan diri hanya untuk kesibukannya itu. Dari gelagat Kenzo, Kenan yakin sang kakak sedang berkirim pesan.

“Aku ada urusan pekerjaan. Namun, aku enggak mau kamu terlalu banyak interaksi dengan Kenan. Apalagi kalau kamu sampai perhatian ke dia,” ucap Kenzo sengaja mendekati Khalisa yang sedang membantu Alesha sikat gigi.

Di sebelah ranjang rawat Alesha, Khalisa langsung menatap tak habis pikir mantan suaminya. “Urusan pekerjaan apa, yang masih akan diurus jam segini? Ini bahkan sudah mau pukul sembilan malam. Sementara ketimbang pekerjaan, Alesha jauh lebih butuh kamu. Bahkan karena demi Alesha juga, keadaannya jadi begini,” lirih Khalisa yang jujur saja, sudah langsung marah. Kenapa Kenzo masih saja mengurus pekerjaan, bahkan di waktu yang tak mendukung.

“Beneran mau urus pekerjaan, atau malah dugem lagi?!” bisik Khalisa, kali ini makin mengomel.

Disinggung dugem, Kenzo langsung mendengkus jengkel.

“Memangnya Papa mau ke mana?” tanya Alesha yang memang tak mau ditinggal papanya. “Papa di sini saja. Aku mau Papa juga. Lagian, ini kan sudah malam.”

“Biar Alesha yang kasih arahan papanya,” batin Khalisa tak sengaja memergoki Kenan masih berdiri di depan pintu sana. Karena kebetulan, pintu ruang rawat Alesha dalam keadaan hanya setengah tertutup.

“Papa cuma pergi sebentar karena sudah janjian sama klien. Alesha yang pinter, ya. Sama Mama dulu.” Kenzo bahkan tak membutuhkan persetujuan Alesha apalagi Khalisa.

Kenzo langsung pergi dari sana dan segera merogoh ponselnya. Sebab gawai canggih berwarna putih miliknya, kembali berdering.

Pesan dari kontak berfoto wanita cantik nan seksi bernama Bella, sudah langsung membuat Kenzo bersemangat. Kenan yang masih sibuk mengawasi makin heran.

“Mau ke mana?” sergah Kenan heran.

“Mau urus kerjaan,” ucap Kenzo cuek dan masih sibuk senyam-senyum menatap layar ponselnya.

“Mau urus kerjaan kok sangat semangat begitu. Malah mirip orang kasmaran. Di sebelahku ada orang tua Khalisa pun sama sekali enggak dia lirik,” pikir Kenan.

Bukan hanya Kenan yang curiga kepada Kenzo. Karena pak Aidan dan ibu Arimbi juga langsung merasa kurang sreg pada tingkah Kenzo. Bagi mereka, Kenzo yang sekarang cenderung mirip ABG labil. Awalnya hanya mereka ketahui posesif. Namun kini, cara Kenzo sibuk dengan ponsel dirasa mereka mirip ABG yang sedang jatuh cinta. Orang tua mana yang tidak khawatir, jika calon suami anaknya bertingkah seperti Kenzo?

“Katanya mau urus pekerjaan,” jelas Khalisa ketika sang papa menanyakan alasan kepergian Kenzo.

Sadar orang tuanya khawatir bahkan marah, Khalisa sengaja meminta keduanya untuk istirahat. “Mama Papa, jadi ke rumah Om Helios, apa ke rumah Malini?”

“Oalah ... bahkan Kenzo enggak urus orang tua Khalisa mau tinggal di mana?” pikir Kenan makin pusing saja. Apalagi biar bagaimanapun, dirinya saja sedang patah hati gara-gara dicampakkan kekasihnya.

“Innalilahi aku lupa ... sekarang kan, mereka mertuaku!” batin Kenan yang buru-buru memboyong orang tua Khalisa ke rumahnya.

“Nanti kalau Kenzo belum ke sini lagi, aku ke sini lagi!” sergah Kenan sengaja pamit.

Padahal, sebelumnya Kenan sudah langsung menarik koper berukuran sedang milik orang tua Khalisa. Kenan dan orang tua Khalisa sudah meninggalkan ruang rawat Alesha. Namun, Kenan mendadak melongok kemudian agak berseru dalam pamitnya.

“Sampai sini, bagiku mas Kenan jauh lebih bertanggung jawab ketimbang papanya Alesha,” batin Khalisa.

Melihat Alesha yang bengong karena sangat mengharapkan kehadiran sang papa, Khalisa benar-benar sedih. “Ya Allah, ... andai dulu aku enggak hamil dan sampai lahir Alesha, ... tentu Alesha enggak akan merasakan kepedihan karena hubungan orang tuanya,” batin Khalisa yang refleks memeluk hangat Alesha. Air matanya berjatuhan. Apalagi saking inginnya bersama sang papa, Alesha tetap duduk. Alesha berdalih akan terus menunggu Kenzo sampai Kenzo datang.

Padahal, ketika Kenan sibuk mengurus orang tua Khalisa, Kenzo justru sudah mengunjungi sebuah diskotik. Seorang wanita cantik nan seksi layaknya di foto kontak WA, sungguh sudah menunggunya di sana. Kenzo dan wanita itu langsung tersenyum kegirangan. Keduanya tampak sulit percaya karena terlalu bahagia.

Bella yang awalnya sudah duduk di salah satu tempat duduk, bergegas menghampiri. Awalnya, kedua sejoli itu hanya saling tatap. Tatapan orang yang sama-sama menginginkan sekaligus dipenuhi hasrat. Kemudian, Bella yang memakai heels sangat runcing kembali memulai. Wanita itu memeluk manja Kenzo. Pelukan yang sudah langsung membuat Kenzo seolah melayang.

Kemudian, dengan keadaan masih berpelukan, mereka kembali bertatapan. Tatapan yang makin lama makin intens hingga tanpa sadar membuat bibir mereka saling bertautan.

Di tengah degup musik yang makin menghentak, Kenzo sungguh menikmati apa yang Bella lakukan. Sementara di ruang rawat, Khalisa yang berniat mengambilkan gelas berisi air minum, justru menjatuhkannya.

Bukan hanya Khalisa yang langsung bengong menatap khawatir gelas yang langsung pecah di bawah sana. Karena hal yang sama juga dilakukan Alesha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!