Mila menatapi hujan yang semakin deras dari jendela kamarnya. Ia hidup sebatang kara dirumah yang menjadi peninggalan almarhum ayahnya yang telah meninggal sejak ia duduk di bangku SMP.
Mila merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tetapi saat ibunya menikah lagi dengan seorang pria berkebangsaan Arab. Ia pun pergi bersama anak bungsunya serta suaminya dan meninggalkan Mila sendirian di rumah itu. Ibunya hanya menitipkan Mila kepada salah satu tetangganya yang bernama Mbak Hanum.
Ibu dan ayah tirinya itu tidak terlalu menganggap Mila ada dalam hidup mereka. Ayah tirinya hanya mentransfer uang sebesar lima ratus ribu untuk sebulan. Dan uang itu stop diberikan Ketika Mila sudah lulus dari bangku SMA.
Saat itu ia kesusahan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Uang tabungan hasil ia menyisihkan dari transferan ayah tirinya habis. Ia stres dan akhirnya memutuskan untuk bekerja menjadi seorang wanita malam karena uang yang dihasilkan lebih cepat dibanding berjualan.
*****
Seperti biasa, dimalam hari Mila mencari pundi-pundi rupiah ditempat para dewasa berfoya-foya dalam kesenangannya yang menyesatkan. Ia berdandan secantik mungkin dan tampak sangat menggoda dengan balutan dress ketat yang membentuk tubuhnya dan menampakkan sebagian dada dan pahanya.
Malam itu, Mila menawarkan dirinya kepada seorang lelaki tampan yang terlihat bukan orang biasa. Dari tampangnya, ia seperti anak konglomerat atau merupakan seorang bos di suatu perusahaan. Walau hanya memakai kaus oblong, Jam dan sepatu yang dikenakannya tak bisa bohong. Terlihat dari brand yang ia pakai tentunya tak asing bagi orang-orang yang memperhatikan dunia fashion. Mila pun mengambil kesempatan ini untuk memanfaatkannya agar mendapat uang yang banyak.
Pria tersebut bernama Antonio, pria bertubuh tinggi dan kekar. Memiliki paras yang tampan, hidung mancung dengan hair style yang kekinian, membuatnya sangat layak menjadi visual mewakili negara Spanyol.
Saat Mila menghampirinya, Antonio langsung saja jatuh cinta kepadanya karena kecantikannya, apalagi setelah mereka bercinta, Antonio semakin ingin terus bersamanya. Oleh sebab itu, Antonio pun memutuskan agar Mila menjadi wanita malam andalannya dan tak ingin berganti-ganti untuk menyewa wanita lain, maka ia pun meminta nomor WhatsApp Mila.
Tentu saja, Mila tak akan menolaknya permintaanya karena dia akan memberikan uang yang banyak untuknya. Diketahui, Mila juga ternyata mencintai Antonio karena ketampanannya dan Keperkasaannya saat bercinta dengannya.
Singkat cerita, setelah mereka bercinta untuk yang kesekian purnama, Mila tiba-tiba saja menelpon Antonio dan mengatakan bahwa ia hamil, ia baru saja menyadari setelah perutnya agak membesar karena kandungan nya memasuki usia 4 bulan. Tetapi bukan tanggapan baik yang ia dapatkan, malah perkataan kasar yang membuatnya merasa tidak mempunyai harga diri.
“Itu terjadi karena kau yang lalai! Mengapa tidak memakai pengaman saat kita melakukannya! Saya tidak ingin menikahi seorang wanita malam yang tidak suci sepertimu!” Ucapan Antonio membuat hati wanita itu tersayat-sayat.
****
Mila mencoba menggugurkan kandungannya dengan meminum obat-obatan. Sayangnya kandungan itu tidak berhasil ia gugurkan.
Mila meratapi nasibnya dibawah derasnya hujan. Ia menangis sejadi-jadinya dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Sebilah pisau yang saat ini ia pegang menjadi saksi akan hilangnya nyawa wanita ini.
Tetapi, belum saja ia akan mengakhiri hidupnya, ia pun pingsan dibawah derasnya hujan, pisau itu masih dipegang erat olehnya. Tak lama, ada seorang wanita yang sedang berjalan melewati rumah nya dan melihat Mila sedang terbaring lemah. Wanita itupun segera membawa Mila ke rumah sakit sambil meminta bantuan warga yang lain, termasuk Mbak Hanum, tetangga yang merawatnya.
Dua jam telah berlalu. Mila akhirnya siuman dan dilihatnya seorang wanita bercadar yang menyelamatkannya tadi beserta Mbak Hanum. Wanita bercadar itu merupakan seorang ustadzah atau guru ngaji yang sudah tak asing bagi warga di daerahnya.
“Alhamdulillah…Anda sudah sadar. Saya lihat anda pingsan saat hujan deras tadi sore, dan saya lihat anda juga membawa sebilah pisau. Saya tahu apa maksudmu, Emm...Apakah ada masalah yang membuatmu ingin mengakhiri hidupmu? Kalau kamu ingin cerita, cerita saja…” Ustadzah itu berkata kepada Mila dengan ramahnya sambil menggenggam kedua tangannya.
Mila akhirnya mengeluarkan semua uneg-uneg nya kepada ustadzah itu sambil menangis sampai merasa cukup lega. Setelah itu, ustadzah itu memberi pencerahan kepadanya. Hal itu membuat Mila akhirnya berfikir untuk meneruskan hidupnya dan menjaga bayi yang ada dalam kandungannya dengan baik.
“Mungkin ini salah satu ujian yang tuhan berikan kepadaku agar aku sadar bahwa apa yang aku kerjakan selama ini merupakan hal yang salah. Aku harus berubah dan aku juga berjanji akan membesarkan anak ini dengan baik” Ucap Mila dalam hati.
*****
Selang beberapa bulan, akhirnya Mila melahirkan tanpa ditemani siapapun dari keluarganya melainkan hanya Mbak Hanum yang merupakan tetangganya. Ia melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dan sangat mirip dengannya, tetapi ia mempunyai kekurangan, yaitu salah satu kakinya sangat lemah dan dokter juga mendiagnosis kalau bayi itu mungkin saja akan berkembang dan berfikir lebih lambat dari bayi seusianya karena pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi Mila.
Baru saja beberapa jam setelah melahirkan, ia merasakan sakit yang amat hebat di dadanya. Ia merasa sesak dan sulit untuk bernafas. Mbak Hanum yang menemaninya langsung saja memanggil suster untuk segera datang ke ruangannya.
Sebelum suster datang, Mila sudah sama sekali tak ada harapan lagi untuk hidup. Ia pun segera berwasiat kepada Mbak Hanum agar bayinya dirawat Antonio karena dia merupakan ayah kandung dari bayi perempuan ini, ia ingin Antonio juga bertanggung jawab atas bayi ini karena ia juga yang menghamilinya.
Pada awalnya, Mila ingin bayi itu dirawat oleh Mbak Hanum saja tetapi ia berfikir lagi kalau Mbak Hanum juga memiliki kesulitan ekonomi dan mungkin malah akan merepotkannya.
Setelah Mila berwasiat, ia pun mencium kening buah hatinya yang saat itu berada di pangkuannya. Sambil merasakan sakit yang amat hebat di dada nya, ia berusaha untuk mencium dan memeluk lagi bayi mungil itu untuk terakhir kalinya.
Mila kembali menyandarkan kepalanya ke bantal dan memejamkan matanya sambil meneteskan air mata. Salah satu tangannya mulai terkulai lemas melepas pangkuannya.
Mbak Hanum yang mengetahui Mila sudah tiada pun menangis dan segera membawa bayi itu ke dalam pangkuannya. Tak lama, kedua suster pun datang lalu memeriksa keadaanya. Dan memang benar, Mila sudah tiada.
*****
Terimakasih untuk kakak-kakak, Bunda-bunda yang sudah mampir dan membaca novel ini. Semoga kalian suka dengan alur ceritanya, dukungan kalian tentunya akan bermanfaat bagi penulis😊
Jika ada yang ingin mengkritik dan berkomentar, silahkan yaa.. Tetapi tetaplah bijak dalam berkomentar😁
Bertemu kembali di Bab selanjutnya... 👉
Mbak Hanum yang telah merawat Mila sedari dulu, menangis haru tatkala ia meninggal. Bukan hanya dirinya yang merasa kehilangan, tetapi bayi perempuan yang kini ada dalam pangkuannya itu juga kehilangan sosok ibu yang nantinya akan menjadi tempat berbagi kisah bagi anak perempuannya.
“Dik…Jangan menangis ya, nanti mbak antar ke rumah ayahmu, Semoga nanti ayah bisa menerima mu dan akan menjagamu dengan baik. Semoga kamu menjadi anak yang beruntung ya cantik...” Mbak hanum berbicara dan menatap wajah mungil bayi itu sambil menangis. Ia menaruh pun kembali bayi itu ke dalam inkubator.
Setelah jenazah Mila di semayamkan dan bayi perempuan ini juga boleh dibawa pulang. Tanpa fikir panjang Mbak Hanum langsung saja membawanya ke alamat yang sudah almarhum Mila berikan. Ya, ke rumahnya Antonio yang merupakan ayah kandungnya.
Dilihatnya Alamat itu sepertinya tak asing baginya. "Ini sepertinya tak jauh dari rumah ku, dan sepertinya Antonio itu merupakan orang yang berada. Alamat ini menunjukkan ia tinggal di perumahan bergengsi di daerah sini. Semoga dengan kekayaan yang ia miliki, ia dapat menfasilitasi seluruh kebutuhan hidup bayi ini dengan baik. Semoga saja salah satu kaki bayi yang lemah ini dapat sembuh kembali jika diberi perawatan yang intensif"
Mbak Hanum pun pergi dengan menggunakan angkutan umum ke alamat tersebut sambil membawa satu tas besar perlengkapan bayi. Perjalannya dari Rumah sakit menuju perumahan itu membutuhkan waktu setengah jam. Untung saja bayi mungil itu tidak rewel saat diperjalanan walaupun keadaan saat itu cukup pengap dan panas.
...****************...
Setelah sampai di lokasi tujuan dan dari kejauhan, Hanum melihat sebuah rumah yang hanya atapnya saja terlihat bak istana mewah bergaya Amerikan classic. Rumah itu dihalangi oleh gerbang yang sama mewahnya, gerbangnya sangat tinggi sampai-sampai sebagian rumah tersebut tak terlihat.
Ding…Dong..
Hanum memencet bel dan tak lama ada suara seseorang yang keluar dari speaker di dekat gerbang itu.
“Ya? Dengan siapa ini?” Tanya seseorang dari dalam rumah, mungkin itu ART nya.
“Emm..saya Hanum, saya ingin bertemu pak Antonio, ada?” To the point saja, Hanum ingin segera menemui Antonio, seorang lelaki tak bertanggung jawab.
Tak lama dari itu, pintu gerbang terbuka dan Hanum dipersilahkan masuk. Hanum melihat segala penjuru rumah yang sangat mewah itu, halaman nya sangat luas. Didepan rumahnya terdapat pancuran air yang dibawahnya terdapat kolam ikan. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang wanita yang usianya ditaksir sekitar usia 50-an sedang menyiram tanaman.
“Ada yang bisa dibantu mbak? Mau bertemu siapa?” Tanya ibu itu dengan sangat ramah.
“Saya ingin bertemu Antonio Buk…Saya ingin memberikan bayi ini kepadanya untuk ia rawat. Ini merupakan anak kandungnya” Hanum langsung berterus terang saja.
“Hah..? Yang benar saja anda ini! Antonio itu belum menikah dan belum mempunyai istri. Ia sekarang masih sibuk dengan pekerjaannya. Anda jangan fitnah kalau ini anaknya Antonio! Saya Mayang, ibunya Antonio. Saya mengetahui betul bagaimana karakter anak saya” Bu Mayang yang merupakan ibu dari Antonio itu menaikkan nada bicaranya karena kesal sekaligus kaget, mana mungkin putranya berlaku macam-macam sampai menghamili wanita diluar.
“Benar Buk! Mana mungkin saya memfitnah putra ibu tiba-tiba. Saya juga tidak kenal yang mana Antonio itu, saya hanya mengantarkan bayi ini yang merupakan bayi dari Antonio dan Mila. Bayi ini hasil persetubuhan mereka! Saya ingin Antonio bertanggung jawab dan segera kesini untuk mengambil bayi ini dan merawatnya!” Hanum juga sama tersulut emosi, tetapi tidak terlalu meninggikan nada bicaranya karena lawan bicaranya lebih tua darinya.
Ibu itu segera menyusul anaknya yang saat ini sedang makan siang. Ia segera menyeret Antonio keluar untuk menemui hanum dan bayi yang dibawanya.
“Apa sih Bu? Ada apa ini main seret-seret aja!” Antonio emosi karena ibunya telah mengganggu waktu makannya.
Hanum menatap pria itu, pria yang cukup tampan dengan bola mata coklat hazel dan berambut pirang seperti bayi yang ada di pangkuannya. Antonio merupakan blasteran Indonesia-spanyol, ibunya asli Indonesia dan ayahnya dari Spanyol. Ia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.
“Apa benar kamu pernah menghamili seorang perempuan, Antonio? Jawab! Siapakah anak ini…dia berambut pirang sama sepertimu, apakah benar kamu ayahnya!?” Ibu itu bertanya dengan nada tinggi kepada anaknya.
Pada awalnya Antonio lupa dan lama-kelamaan ia ingat bahwa ia pernah bersetubuh dengan seorang wanita sampai membuatnya hamil. Tetapi itu sudah lama sekali, sudah beberapa bulan tidak ada kabar darinya. Bahkan ia pikir wanita itu sudah mengakhiri hidupnya.
“E..e…ehh..enggak kok bu, gak mungkin saya menghamili wanita luaran yang gak selevel dengan saya…Ibu juga lihat kan kalo saya sibuk bekerja, jadi mana mungkin saya menghamili anak orang…” Ucap Antonio sembari memainkan jemarinya didalam saku celananya dan ia juga terlihat tidak tenang.
“Tuhkan…Anak saya itu sibuk! Tidak mungkin ia bermain dengan wanita luaran apalagi dengan wanita malam yang murahan…Sana pergi! Jangan mengaku-ngaku kalau ini anak dari Antonio” Ibu tersebut mengusir Hanum dan bayi malang itu.
Karena ia tidak punya bukti yang kuat, ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, tetapi saat Hanum hendak melangkahkan kakinya untuk pergi, tiba-tiba saja ide terbesit di pikirannya.
“Bagaimana kalau kita test DNA saja, kalau benar ini adalah anakmu Antonio, kau harus berjanji untuk merawatnya!”
Deg…! Jantung Antonio seakan berhenti berdetak karena terkejut dengan apa yang wanita itu ucapkan. Tes DNA sangat akurat dan pasti nanti akan ketahuan juga kebenaran atas bayi itu.
“Apa-apaan ini! Sudah jelas bayi itu bukan anak saya, pake tes DNA segala. Gak… saya gak mau tahu apa-apa tentang bayi ini. Keluar kalian!”
“Oh…berarti anda takut atas kebenarannya tuan? Apa anda takut jika bayi ini benar bayi anda, maka tuan akan merasa malu dan hancur atas segalanya?” Hanum memicingkan matanya seakan menantang Antonio.
Netra ibu dari Antonio itu bolak-balik melihat ke arah mereka berdua yang tengah berdebat dan memutuskan agar dicoba saja test DNA untuk mengetahui kebenaranya.
“Baiklah daripada kalian ribut, kita test DNA saja. Jika bayi ini memang bayi darimu, Antonio, maka kamu akan ibu hukum untuk pergi dan tinggal bersama pamanmu di Spanyol dan perusahaan yang dipegang olehmu akan dipegang kakak iparmu!” Ucap Bu Mayang sambil menunjuk-nunjuk ke arah Antonio.
“Lah…Kok gitu sih bu..itukan..”
Belum selesai ia bicara, ibu itu langsung melanjutkan perkataannya. “Dan jika wanita ini yang salah, bahwa anak ini bukanlah anak dari Antonio. Maka kamu jangan sesekali menginjakkan kaki di rumah ini! Mengerti..!?”
Hanum mengangguk setuju atas perkataanya.
Antonio masuk ke dalam rumah lalu memanggil supir pribadinya, Pak Sapri.
“Pak…!Pak Sapri…Tolong panaskan mobil dan antarkan kami ke rumah sakit terdekat, segera! Antonio berbicara dengannya agak lantang karena Pak sapri sedang berada di lantai dua rumahnya.
“Baik Tuan..!” Pak Sapri membalas panggilan tuan mudanya itu. Ia segera memanaskan dan mengeluarkan mobil dari garasi.
“Eh Ton… Lu mau ke rumah sakit?”Tanya seorang wanita yang merupakan kakak perempuan Antonio yang bernama Andina (32). Ia tiba-tiba saja keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua sambil membawa gelas yang berisi minuman bersoda. Mungkin ia mendengar panggilan Anton kepada pak Sapri yang cukup keras.
“Iya kak!” Jawabnya singkat sambil membalikkan badan untuk segera berangkat. Andina lalu turun dari tangga dan berlari menghampirinya dengan cepat. “Eh, tunggu dulu…Kakak kan belum selesai bicara. Kenapa mau ke rumah sakit, Lo sakit?”. Tanya Andina sambil meletakkan telapak tangannya ke kening Antonio.
“Enggak, bukan…” Antonio menyingkirkan telapak tangan kakaknya itu, ia lalu melanjutkan perkataanya “Gue mau ke tes DNA. Udah ya, nanti aja wawancaranya. Gue pusing..!” Antonio berlari menghampiri Ibu, Hanum, dan pak Sapri yang tak lama lagi akan melaju-kan kendaraannya.
“Hah..! Tes DNA, ngapain dia tes DNA ya? Aneh-aneh aja tu anak.” Andina menggeleng gelengkan kepala dan melanjutkan meminum minuman segarnya dan kembali untuk bersantai di kamarnya.
Andina berstatus ibu rumah tangga, tetapi ia belum menjadi Ibu sesungguhnya saat ini. Pernikahan yang telah bejalan selama kurang lebih sepuluh tahun dengan suaminya, Arhan (35) belum membuahkan hasil yang mereka inginkan. Hingga saat ini mereka belum dikaruniai seorang putra.
...****************...
Setelah lima belas menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Umum daerah Jakarta. Ibu, Hanum, dan Antonio segera keluar dari mobil dan memasuki ruang pendaftaran di rumah sakit tersebut.
“Tuh, sana daftar saja untuk tes DNA. Lo yang daftar buat tes DNA-nya kan? Jangan lupa ntar bayar sendiri” Ucap Antonio dengan tak sopan padahal Hanum lebih tua darinya.
Hanum hanya bisa menghela nafas dan mengangguk meng-iyakan perkataanya itu. Ia segera mendaftar untuk test DNA Paternitas untuk mengetahui kecocokan genetik antara bayi ini dan Antonio.
Setelah mendaftar mereka menunggu untuk dipanggil. Hanum duduk sambil menyusui bayinya dengan susu formula untuk bayi baru lahir. Bu Mayang yang sangat keibuan, tumben-tumbenan saja merasa tidak respect sama sekali dengan bayi yang digendong Hanum. Apalagi Antonio, Ia hanya sibuk memainkan ponselnya.
“Atas nama Hanum…” Salah satu perawat memanggil namanya, lalu mempersilahkan mereka menemui dokter di Ruang Laboratorium untuk langsung di test saja. Hanum membuka pintunya dan dilihat, ada seorang dokter wanita yang telah menunggu sambil mempersiapkan alat test nya.
“Selamat siang…Atas nama ibu Hanum ya?” Tanya dokter itu dengan ramah.
“Iya bu dokter… saya kesini ingin memeriksa apakah bayi ini merupakan anak kandung dari pria yang berada di belakang saya..” Jawab Hanum sembari melihat ke arah Antonio yang berada di belakangnya.
“Oh baik, kita nanti akan tes menggunakan sample darah ayah dan anak ya. Karena kalau menggunakan sample darah akan lebih cepat dibanding sample yang lain. Jika menggunakan sample darah, hanya memakan waktu 24 jam atau satu hari sampai maksimal tiga hari.” Dokter tersebut menjelaskan dengan detail lalu memulai test nya.
“Permisi yaa…Bu dokter mau periksa dulu...” Kata dokter sambil menarik perlahan salah satu tangan bayi yang ada dipangkuan hanum. Lalu dokter itu mengambil darahnya dan tak lama bayi itupun menangis.
“Cup..cup.. Udah ya, udah selesai ambil darahnya. Sekarang bu dokter mau ambil sample yang ayahnya..”Dokter itu mengusap lembut kepala bayi yang mungil itu dan lanjut mengambil sample darah Antonio.
Antonio merasa gelisah dan belum bisa menerima kenyataan sebenarnya jika kebenaran itu akan terungkap. Ia menyembunyikan rasa khawatirnya dengan terus memainkan ponselnya. Keringat dingin mulai bercucuran saat dokter itu mengambil sample darahnya.
“Baik, sudah selesai. Nanti untuk hasilnya seperti yang sudah saya katakan tadi, hasil akan keluar setelah satu hari sampai maksimal tiga hari ya. Nanti kita akan menginformasikan kembali jika hasilnya sudah keluar. Terimakasih” Dokter itu mengakhiri test yang dilakukannya hari ini.
Mereka keluar dari lab dan akan segera pulang ke rumahnya masing-masing. “Berhubung hasilnya belum keluar, dan saya tidak akan merawat bayi yang belum tentu itu anak saya. Jadi anda bawa pulang saja anak anda hari ini dan jangan kembali ke rumah kami sampai hasil test tersebut keluar" Ucap Antonio dengan sombongnya.
Hanum menerima perkataanya. Setelah Pak Sapri, supir pribadi Antonio mengantarkan tuan muda dan ibunya ke rumah. Ia pun diperintah untuk mengantarkan hanum juga pulang ke rumahnya. Jarak rumah Hanum berkisar antara 3 sampai 4 kilometer dari rumah Antonio.
“Nak…Kalau keadaan ekonomi mbak Hanum baik, Mbak pasti rawat kamu dengan baik. Sayangnya mbak Hanum juga masih punya Mbah dan anak-anak yang masih sekolah. Jadi Mbak mungkin saja tak bisa merawatmu karena kebutuhanmu mungkin tak akan tercukupi. Tetapi semoga saat kamu diterima di keluarga ayahmu, kamu akan diperlakukan dengan baik ya...” Hanum tak bisa membendung air matanya dan menangis, sambil mengusap bayi perempuan yang sangat manis itu.
...****************...
Antonio segera masuk ke rumah dan menghampiri kakaknya.
“Kak…Kakak..Gawat!” Antonio mengetuk pintu kamar Andina dengan cepat. Baru saja Andina membuka pintu kamarnya, ia langsung saja nyelonong masuk ke kamarnya karena kebetulan suaminya sedang bekerja.
“Ish, ngapain sih Ton? Apa yang gawat, ada masalah apa sih sebenernya? Lo aneh banget hari ini” Andina mengerutkan dahinya karena keheranan dengan sikap adiknya. Tak lama, Antonio bercerita hal yang sebenarnya terjadi kepada kakak nya.
Andina diam seribu bahasa setelah mendengar ceritanya. Ia tak bisa dan tak tahu bagaimana menanggapi perkataan adiknya itu. Ia hanya menutup mulutnya yang terbuka lebar karena kaget sekaligus keheranan dengan perilaku adiknya itu.
Adiknya yang dikenal rajin, ambisius dan terlihat sangat sibuk bekerja, ternyata menyimpan sesuatu yang buruk dan sulit diterima olehnya.
“Gila…Lo gila Ton! Secara gak sadar lo ngehancurin harga diri keluarga kita Ton, Keluarga kita yang dicap baik-baik dan berwibawa sama orang-orang sekarang hancur Ton! Jadi lo mau minta solusi ke gue? Gak! Gue gak punya solusi dan gak akan bantuin lo!”
“Plis kak, oh iya…Kak Arhan, suami kakak pengen banget punya anak kan. Nah, anggap aja itu anak kakak. Bayi itu nanti ceritanya adalah anak kakak, itu menjadi rahasia keluarga kita saja. Kakak juga malu kan dibilang tetangga 'mandul' karena sudah bertahun tahun kakak menikah tetapi belum dikaruniai seorang putra. Kakak juga jarang keluar, jadi gabakal pada curiga deh…Tolong ya kak. Ibu dan Ayah pasti marah jika Anton tidak merawat bayi itu.” Pohon Antonio kepada kakanya.
Andina mencerna perlahan perkataan adiknya itu. Ternyata perkataannya itu ada benarnya, tapi dalam benaknya ia tak ingin mengasuh bayi yang lahir karena hubungan yang tidak sah, apalagi lahir dari rahim seorang wanita malam. Ya tapi bagaimana lagi, ini hanya untuk membungkam mulut tetangga yang telah mengatainya wanita mandul.
“Emm...Oke, gue setuju. Nanti mau dibicarakan lagi sama Arhan, tapi gue gak janji bakal rawat dia dengan baik. Gue sebenernya gak mau mengasuh anak yang lahir dari cewek gak bener. Gila sih lo Anton, bisa-bisanya lo mau sama cewek gak bener, gue masih gak percaya sama cerita Lo…”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!