Ada seorang laki - laki yang mempunyai bola mata yang berwarna coklat, hidung mancung, dan senyuman tipis miliknya mampu membuat candu. Dia disukai oleh banyak orang. Sangat mahir dalam bermain gitar dan juga basket. Tidak terlalu suka mengumbar masalah kehidupannya di media sosial. Namun di satu sisi, selalu memotret hal menarik yang ada di sekitarnya. Sangat senang saat mengelus kucing. Untuk yang terakhir, dia penyuka kopi, hujan, dan juga bulan. Ia bernama Chandra Lorenzo, seorang laki-laki yang akan terkenang dalam hidup Jemima sampai kapanpun. Dia adalah kakak kelas Jemima sewaktu SMA. Setiap membaca atau sekedar mendengar namanya, di situlah perasaan Jemima tidak karuan. Entah merasa sedih, kesal, bahagia, Ia pun bingung dengan perasaannya sendiri. Awal pertemuan mereka yaitu ketika pendaftaran sekolah tiba. Jemima sempat curi-curi pandang padanya. Sayangnya Chandra tidak pernah menyadari akan kehadirannya. Hingga tiba saatnya pengenalan lingkungan sekolah. Akhirnya Jemima berhasil menemukan Chandra di antara gerombolan lelaki. Sempat tak yakin bahwa dia adalah kakak kelas waktu itu. Jemima terus memandang wajah yang tampan dan menawan itu cukup lama. Ternyata masih satu orang yang sama. Ada satu hal lain yang masih terputar jelas di kepalanya. Pada saat itu, Bunda sudah menjemput Jemima tepat di depan sekolah. Saat di pintu perumahan seperti ada yang menarik perhatiannya untuk menengok ke belakang. Ternyata Chandra berada di belakang motornya. Lelaki itu menatap kedua mata Jemima dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Tak sanggup menahan air mata yang terus bercucuran di kedua pipi. Insan yang dikagumi sejak duduk di bangku SMA, kini sudah pergi meninggalkan dunia. Pandangan Jemima tak lepas dari batu nisan yang bertuliskan nama lengkap lelaki itu. Jemima terus berandai-andai. “Andai saja waktu dapat kuputar kembali, pasti saat ini kami sedang berbahagia bersama.” Hari ini sungguh hari yang begitu berat untuk Jemima. Satu hal yang paling membuat dirinya menyesal adalah, belum sempat mengutarakan isi hati. Walaupun ada kemungkinan dia akan menolak, bukanlah masalah yang besar. Chandra dikabarkan bunuh diri. Alasan apa yang membuat dirinya sampai melakukan hal seperti itu? Jujur Ia sangat ingin tahu alasannya, karena Chandra begitu penting di hidupnya.
“Ya ampun kasian sekali anak muda ini, padahal dia belum sempat punya anak loh.”
“Emang dasar istrinya ga tau bersyukur!”
“Semoga di kehidupan selanjutnya bisa bahagia selalu ya, Dra.”
“Saya ga nyangka kalau istrinya sampe gitu..”
“Liat tuh nangisnya keliatan amat pura-pura sedih, dasar cewek munafik!” ujar wanita yang berada di sebelah Jemima dengan pelan. Dia terlihat begitu kesal dengan akting perempuan itu yang terlihat dibuat-buat. Perempuan yang dimaksud adalah istri Chandra.
Sebagian besar obrolan yang dapat Ia tangkap di sini hanya tentang istrinya. Sebenarnya apa yang terjadi di balik semua ini? Rasa ingin tahu di diri Jemima semakin meningkat setelah mendengar omongan barusan. Seseorang menepuk bahunya dari belakang dan mengajak untuk segera pergi dari keramaian.
“Ayo Mima pulang. Lain waktu kita bisa ke sini lagi,” bujuk orang itu sambil memegang pundak Jemima. Lalu Ia menoleh ke sumber suara, yang tak lain adalah Abangnya sendiri.
“Tunggu 5 menit lagi Bang,” pinta Jemima, karena dia masih ingin mendengarkan bisikan orang-orang di sini.
“Janji ya 5 menit,” jawab Marcel dan Jemima segera mengangguk.
Jemima melihat ada beberapa teman Chandra saat SMA di tempat ini. Sayangnya tidak ada satu pun dari mereka yang akrab dengan Jemima. Kalau seperti ini, bagaimana dia bisa mengetahui tentang istrinya? Jemima terus memikirkan caranya. Akan tetapi, Marcel terus saja mengajak untuk pulang yang membuat Jemima kehilangan fokus. Pada akhirnya dituruti saja, daripada dia tidak bisa fokus memikirkan hal barusan. Jadi, Jemima akan memikirkannya lagi saat tiba di rumah nanti.
Marcel menancapkan gas motornya dan meninggalkan pemakaman. Mereka berdua sedang melewati SMA, tempat Jemima bertemu dan mengenal Chandra. Wajahnya, senyumnya, bahkan suaranya pun terus saja terbayang di dalam benak Jemima. Tak terasa, sudah tiba di rumah dan Jemima langsung mencari seseorang. Orang yang dicari Jemima pastinya Bunda dan sudah berdiri di dekat pintu. Bahagia sekali rasanya jika yang kita butuhkan sudah siap mendengarkan. Bunda menyambut dengan pelukan tanpa Jemima memintanya terlebih dahulu. Memang saat SMA, rutinitas Jemima setiap hari adalah menceritakan tentang Chandra. Bahkan hanya papasan di kantin saja diceritakan pada Bunda. Jemima sudah merasa sedikit lega dan melepas pelukannya. Dia meminta untuk tidak diganggu, dikarenakan butuh waktu sendiri. Kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Biasanya kalau sudah merebahkan badan di tempat tidur pasti akan terasa nyaman bukan? Namun, tidak untuk hari ini. Jemima masih saja merasa seperti menanggung beban dan juga gelisah. Terdengar suara ketukan pada pintu kamar, tetapi tiba-tiba berhenti. Hampir Jemima kesal, karena baru saja dia meminta untuk tidak diganggu. Namun, Jemima mendengar bahwa Bunda membisikkan sesuatu kepada yang mengetuk pintu kamar. Mungkin saja Bunda menyuruh Marcel agar tidak mengganggu untuk saat ini. Jemima maklum, karena Abangnya sebelumnya tidak tahu. Untung saja, sesudah itu tidak ada suara ketukan lagi.
Saat kuliah, Jemima sama sekali tidak pernah dekat dengan seorang lelaki. Walaupun terkadang ada beberapa laki-laki yang mendekatinya. Pasti akan dijauhinya secara perlahan maupun terang-terangan. Cintanya sudah habis di seorang Kakak Kelas yang bernama Chandra. Bahkan Jemima selalu mencari Chandra di raga orang lain. Dia pernah menulis harapannya di dalam diary. “Aku yakin, Jemima Audrey pasti bisa bahagia bersama Chandra Lorenzo.” Bahagia yang dimaksud adalah mereka menikah. Memang terdengar seperti hal yang konyol. Sebelum mengaguminya, sudah pasti Jemima pernah suka pada orang lain. Akan tetapi, pemikirannya tidak pernah sampai sejauh ini. Saat Jemima mengetahui bahwa Chandra akan menikah dengan wanita lain. Hati terasa seperti ditusuk-tusuk, mendengar kabar yang sebenarnya tidak ingin dia tahu. Jemima beranggapan bahwa ia ditinggalkan, padahal tidak ada hubungan apapun di antara keduanya.
Kini kejadian itu terulang kembali, tetapi ada sedikit perbedaan.r Kalian tahu apa yang membuatnya berbeda kali ini? Chandra meninggalkan Jemima untuk selama-lamanya. Kini alam yang mereka tinggali sudah tidak sama lagi. Sudah dua kali Jemima menangis hebat dibuat lelaki yang sama. Apakah Chandra tidak ada niat untuk berkomitmen dengan Jemima sebelum dia pergi? Jemima sangat berharap, setidaknya coba satu kali saja. Tiba-tiba Jemima ingat bahwa Chandra pernah memberikan bunga padanya. Ia sangat bahagia kala itu. Jemima melihatnya di diary untuk memastikan, karena hal apapun selalu ditulis di situ.
Jemima membuka lembaran demi lembaran dan menemukannya.
“12 Juni 2018.
Hari ini aku bener-bener seneng banget! Ga nyangka kalau Ka Chandra bakal ngasih bunga duluan. Awalnya sih aku sempet ragu, ga berani kasih bunga ke dia. Tapi tadi dia kasih mawar merah 2 tangkai, jadi aku berani buat ngasih juga. Yaa meskipun dia ngasih bunga dalam rangka kegiatan eskul, tapi aku tetep seneng kok! Karena orang pertama yang dia kasih bunga di ekskul itu aku. Baru deh dia kasih ke yang lain. Bunga mawar merah lebih dari kata indah Ka, kayak kamu. Aku yakin Jemima Audrey pasti bisa bahagia bersama Chandra Lorenzo.”
Tak kuat menahannya, air mata menetes tepat pada halaman yang barusan dibaca. Sayang sekali, kertas itu menjadi sedikit basah dan buram. Jemima membiarkannya agar terlihat berkesan dan juga berbeda dari tulisan lain. Barusan dilihatnya kalender, hari ini tanggal 12 Juni 2023. Tepat 5 tahun yang lalu dia memberi 2 tangkai bunga mawar merah. Tangisan semakin menjadi-jadi ketika menyadari hal tersebut. 5 tahun yang lalu Jemima sangat bahagia dibuatnya. Sedangkan tahun ini di tanggal dan bulan yang sama, Jemima tidak bahagia sama sekali. Waktu berputar secepat itu.
Kembali melakukan kebiasaan saat SMA. Jemima menulis beberapa kalimat yang mewakili hatinya saat ini. Serta harapannya di masa depan.
“12 Juni 2023.
Ga terasa ya, kamu ngasih bunga ke aku 5 tahun yang lalu. Sekarang jadi aku yang ngasih bunga ke kuburan kamu hehe. Aku udah sayang sama kamu dari lama, bodohnya aku ga pernah berani ngungkapin. Senang bisa ketemu, kenal, ngobrol, bahkan sayang sama kamu. Kadang aku sadar kalau kamu ga pernah naruh rasa yang sama. Sampai kamu udah menikah juga perasaan itu masih sama Ka, maaf. Hari ini kamu malah ninggalin aku untuk selama-lamanya. Sebelumnya makasih banyak udah berjuang untuk tetap hidup, kamu hebat banget Ka! Meskipun pada akhirnya kamu nyerah juga. Aku. Kalau kehidupan selanjutnya itu beneran ada, aku harap kita bisa bersama. Ayo kita bertemu kembali, tentunya dengan perasaan yang sama ya Ka!”
Chandra tidak akan pernah membacanya, tidak apa-apa. Yang terpenting hati Jemima sudah lumayan lega karena sudah menuangkan perasaannya lewat tulisan. Jemima masih menyimpan bunga yang diberikan Chandra. Bunga tersebut dikeringkan dan ditaruh dalam cetakan bercampur dengan gel. Jemima menutup diary miliknya dan disimpan kembali pada tempat asalnya. Selang beberapa menit, ia izin untuk pergi keluar rumah sebentar. Tujuan awal hanyalah untuk jalan-jalan seraya meghirup udara segar. Jemima menyusuri jalanan yang basah bekas hujan. Jemima menemukan sebuah toko bunga tepat di hadapan dirinya berdiri. Entah mendapat ide dari mana ingin membeli bunga mawar merah. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam.
Jemima memasuki toko bunga yang benar-benar cantik nan indah. Ia disambut pemilik toko dengan ramah. Hampir seluruh jenis bunga kesukaannya ada di tempat ini. Namun pandangannya tetap saja tertuju pada bunga mawar merah. Ia sudah mencari bunga yang sama persis dengan pemberian Chandra, namun hasilnya nihil.
“Permisi, ada yang bisa saya bantu Kak?” Tanya seorang yang menjaga toko bunga. Mungkin Jemima terlihat kebingungan.
“Eh ini mba, saya lagi nyari bunga mawar merah. Di rak yang mana ya?” Jemima bingung karena terlalu banyak rak di toko tersebut.
“Oh bunga mawar. Mari sebelah sini Kak,” ucapnya dan Jemima mengikutinya dari belakang.
“Maaf Kak, bunga mawar merahnya sudah habis.”
“Kebetulan barusan diborong sama laki-laki, baru banget keluar dari sini.” Mendengar penjelasan darinya membuat Jemima kehilangat semangat. Ternyata bunga yang diinginkannya baru saja diborong oleh seorang laki-laki. Ia mencoba melihat-lihat jenis bunga mawar lainnya. Memang menurut pandangan orang lain, bunga ini pasti akan terlihat sama saja. Hanya warnanya saja yang berbeda, tetapi hal itu sangat berarti bagi Jemima. Setelah dilanda kebingungan, akhirnya Ia bisa memutuskan bunga mana yang akan kubeli. Pilihan jatuh kepada buket bunga mawar putih. Segera ia membayarnya dan keluar dari toko bunga.
“Totalnya jadi 50 ribu Kak,” ujar penjaga toko. Jemima membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar uang berwarna biru.
“Uangnya pas ya Terimakasih,”
“Sekali lagi maaf ya Kak, stoknya belum datang hari ini.”
“Iya ga apa-apa Mba, terimakasih juga.”
Lalu Jemima kembali berjalan menuju ke rumah. Meskipun sebenarnya masih ada rasa belum puas di hati. Jemima tidak bisa mendapatkan bunga yang diharapkannya. Lagi-lagi Ia melewati SMAnya dulu, karena memang kebetulan berdekatan dengan toko bunga barusan. Anehnya, ketika berangkat dari rumah Ia tidak sadar melewati sekolah. Terlihat seorang lelaki sedang memegang beberapa tangkai bunga mawar merah. Rasanya ingin sekali Ia membeli bunga yang ada di tangan lelaki itu. Setelah diamati, sepertinya Ia kenal dengan lelaki tersebut.
“Haii Jemima!” sapa lelaki itu dari tempatnya berdiri, sedangkan Jemima masih berjalan menghampirinya. Jemima sedikit menyipitkan matanya untuk mencoba mengenali dari jauh. Dia terus melambaikan tangannya yang membuat Jemima mempercepat langkah kakinya.
“Eh hai juga Ka Joy!” jemima menyapa balik dan tersenyum. Rupanya lelaki yang memegang bunga mawar merah adalah Joy.
Joy dulunya ketua ekskul yang pernah Jemima ikuti bersama Chandra. Sekaligus dia juga yang mengadakan kegiatan saling memberi bunga pada 5 tahun yang lalu. Jemima bingung, mengapa Joy bisa ada di sini ya? Sampai membawa beberapa tangkai bunga mawar merah.
“Kamu pasti mau bunganya kan? Nih Je,” tebak Joy seakan-akan mengetahui bahwa Jemima ingin bunga itu. Langsung diberikannya, Jemima menerimanya dan benar-benar bahagia.
“Loh ini beneran buat aku Ka? Makasii banyakk ya Ka Joy!” seru Jemima sambil melompat-lompat saking gembiranya. Bunga yang diinginkan ada di tangannya sekarang.
“Iya sama-sama. Lagipula aku juga sengaja beli bunganya banyak buat dibagiin ke orang lain,” jelas Joy pada Jemima yang mengangguk mengerti.
“Oh jadi Kaka yang habisin mawar merah di toko sana?” tanya Jemima sembari menunjuk ke arah belakang, sebenarnya Ia menunjuk dengan asal. Joy pasti akan mengerti, karena hanya itu toko bunga di dekat sekolah.
“Bener, kok kamu bisa tau Je?”
“Aku barusan dari sana juga nyari bunga ini. Nah penjualnya bilang udah diborong sama laki-laki,”
“Gimana kabarnya Je udah lulus dari SMA? Kita baru ketemu lagi sekarang ya,”
“Kabar aku baik Ka, kecuali hari ini. Kabar kaka sendiri gimana?”
“Aku juga baik-baik aja selama ini,”
“Kalo boleh tau, emang hari ini kenapa Je?”
“Loh kaka ga tau?”
“Oh iya maaf aku baru inget. Sabar ya Je,”
Keduanya terus mengobrol dan sampailah topik pembicaraan pada kegiatan ekskul kala itu. Jemima mulai mengecilkan volume bicaranya, tidak mau mengingatnya lagi. Sepertinya Joy paham dengan kondisi saat ini. Beberapa menit kemudian dia pamit dan pergi meninggalkan Jemima sendirian. Menurut Jemima, tatapan Joy sama persis dengan tatapan Chandra. Jemima kebingungan apa yang harus dilakukannya sekarang, semua terasa hampa. Padahal baru saja dia berbahagia mendapatkan bunga. Pandangannya tidak lepas dari bunga mawar merah yang berada di tangan kanannya. Ada rasa sedih saat melihatnya, akan tetapi ada juga rasa senang. Karena apa? Sudah pasti karena terbayang saat diberi bunga oleh Chandra. Kalian pun pasti pernah merasakan hal seperti ini. Jemima terhanyut dalam lamunan. Dia terus membayangkan wajah dan senyum Chandra ketika memberikan bunga mawar kepadanya. Namun, seketika itu juga matanya kembali berair dan dia hanya bisa menahan tangis. Karena kini semua itu benar - benar hanya tinggal kenangan.
“Makasih banyak yaa Ka Chandra bunganya,” ucap Jemima dengan penuh bahagia. Bayangkan saja gebetan kalian memberikan bunga, aduh indahnya. Chandra memberikannya sambil terus menatap kedua mata membuat Jemima salah tingkah. Banyak sekali yang ingin diungkapkan, tetapi Jemima tidak bisa menuangkannya ke dalam kata-kata.
“Sama-sama Je. Makasih juga ya ini bunganya,” jawab Chandra sambil melemparkan senyum paling manis. Dia memang selalu tau cara meluluhkan hati Jemima.
Rasanya ingin berteriak sekarang juga! Jemima ingat harus tetap santai dan menjaga sikap. Kalau dipikir-pikir, kegiatan ekskul ini tidak ada kaitannya dengan hari bunga mawar. Akan tetapi, Ia sangat berterimakasih pada ketua ekskul. Berkat idenya, Ia bisa mendapat bunga dari Chandra alias gebetannya. Kegiatan ekskul baru saja selesai dan tidak lupa untuk saling tos. Sudah menjadi kebiasaan di ekskul melakukan tos sebelum pulang. Jemima sengaja tidak minta dijemput sekarang, karena akan pergi ke taman terlebih dahulu. Sesampainya di taman, sungguh tempat yang nyaman dan sangat sejuk. Ada begitu banyak bunga di sini, alasan yang membuat Ia merasa nyaman. Ia sangat menyukai berbagai jenis bunga. Lalu matanya tidak sengaja melihat bunga mawar merah yang mulai layu. Jemima mendekati bunga untuk memastikan dan memandangnya lebih jelas lagi. Sesudah itu Ia mendapat ide cemerlang yang berhubungan dengan bunga mawar.
Kini Jemima dan Bunda sudah tiba di rumah. Bunda menyuruh untuk mandi terlebih dahulu dan Ia segera melakukannya. Setelah itu barulah Ia merebahkan badan di tempat tidur. Menatap bunga pemberian Chandra dan membayangkan kejadian hari ini di sekolah. Ia menjadi salah tingkah dan ingin berteriak saat mengingatnya. Kalian tahu? Ia tak sengaja melihat ke belakang saat berjalan menuju gerbang. Sangat tak disangka, mata Chandra mengikuti langkah kaki Jemima. Mungkin bagi orang lain itu hanyalah hal biasa atau hanya kebetulan. Baginya itu hal yang benar-benar luar biasa dan sungguh berarti. Entah apa yang ada di pikiran Chandra tentang Jemima.
“Mima,” panggil Bunda sembari membuka pintu kamarku. Jemima langsung merubah raut wajah yang awalnya senyum-senyum menjadi biasa saja. Untung saja Bunda tidak sadar.
“Ayo makan malam dulu, Bunda tunggu di bawah ya sama Abang.”
“Ayoo Bun,” jawab Jemima dan bergegas menuju meja makan yang berada di lantai 1.
“Tadi di sekolah ngapain aja?” tanya Marcel yang duduk berhadapan dengan Jemima.
“Ada banyak kegiatan seru, apalagi tadi aku dapet bunga dong,” ujar Jemima sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Kalau tidak, pipinya pasti akan terlihat memerah. Bunda hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
“Ini Bunda udah selesai masak, makanan datang.” Bunda membawa sepiring ikan bakar beserta sambal kecap yang begitu harum. Pastinya menggugah selera.
“Makasih ya Bun. Asli ini bakalan enak banget!” seru Marcel saat mencium aromanya.
“Makasih banyak Bunda,” kata Jemima pada Bunda yang duduk di sebelah kirinya.
“Sama-sama. Sekarang waktunya kita makan!” Ajak Bunda dan kami segera menyantap ikan bakar.
Bunda memang pandai sekali dalam memasak, sedangkan Jemima sama sekali tidak bisa memasak. Justru Marcel yang sama seperti Bunda. Sebenarnya Ia bisa saja memasak jika mau mencoba. Tapi rasa malasnya lebih besar hehehe. Semuanya sudah selesai makan dan sedang berbincang di ruang tamu. Ia tidak lupa untuk menceritakan tentang Chandra yang memberi bunga. Bunda dan Marcel selalu memberikan respon positif saat mendengarkan. Hal itu membuatnya senang dan merasa didukung. Jemima merasa sudah cukup banyak mengobrol malam ini. Lalu Ia mengucapkan selamat malam kepada Bunda dan juga Marcel. Dikarenakan akan kembali ke dalam kamar untuk melakukan sesuatu.
Sesampainya di kamar, Jemima bergegas menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan. Sebelum menyiapkan bahan-bahannya, Ia sudah menonton beberapa tutorial dan caranya hampir sama semua. Ia akan mengeringkan bunga mawar pemberian dari Chandra. Barusan Ia memotong sebagian tangkai bunga. Lalu mengikat 2 tangkai bunga dengan karet gelang. Sudah selesai terikat, Ia pergi ke tempat jemuran untuk menggantungnya di sana. Cara seperti ini memang akan membutuhkan waktu lama sekitar 2 minggu. Akan tetapi, Jemima tetap sabar menunggunya. Ia Memastikan sudah mengikatnya dengan benar dan segera kembali ke dalam kamar.
2 minggu kemudian ….
Jemima pergi untuk mengecek bunga mawar merah miliknya di tempat jemuran. Ternyata sudah berhasil kering dan sesuai dengan harapan sebelumnya. Disiapkannya 2 wadah, karena setiap bunga akan dipisah wadahnya. Perlahan dimasukkannya gel ke masing-masing wadah bunga mawar dan sudah selesai. Bunganya sangat cantik, bahkan Ia kagum sendiri saat memandangnya. Apalagi bunga ini pemberian dari Chandra, keindahannya makin bertambah. Ia melihat ke seluruh tempat di kamarnya, mencari tempat yang cocok untuk meletakkan. Sepertinya rak di pojok kamar tidak terlalu penuh. Jadi, Ia memutuskan untuk menaruhnya di situ saja. Ia sengaja mengeringkan bunga mawar itu. Dengan begitu bunganya tidak akan terbuang dan bisa tersimpan sampai kapanpun.
__________________________________________________
Sial, semuanya terputar jelas di benaknya. Jemima juga sebenarnya tidak ingin terus berlarut dalam kesedihan. Ia segera menepis ingatannya saat Chandra memberi bunga. Ia mulai mempercepat langkah kakinya. Karena langit semakin gelap, hujan akan turun kembali.
TIN TIN TIN …
Seketika lamunan Jemima hilang terbawa angin. Rasanya jantung hampir copot setelah mendengar suara klakson motor barusan. Ia melihat ke samping, tetapi tidak bisa mengenalinya sedikit pun. Dilihat dari perawakan dan penampilannya pasti dia seorang laki-laki. Jemima tidak asing dengan kemeja yang dipakai lelaki itu.
“Ayo bareng aja Je!” ajak orang itu sambil membuka kaca helmnya, yang tak lain adalah Joy. Pantas saja kemejanya tidak asing bagi Jemima.
“Eh ga usah Ka, ga apa-apa aku jalan aja. Lagian rumah kita beda arah, nanti ngerepotin.”
“Ga apa-apa lah Je, santai aja kali. Ayo buruan naik! Takutnya nanti kamu kehujanan,” jawab Joy sembari menyuruh Jemima untuk segera naik ke motornya. Benar apa kata Joy, langit sudah semakin gelap.
Saat ini tidak ada obrolan apapun di atas motor itu. Jemima pun tidak tahu harus membahas tentang apa dengan Joy. Saat ekskul pun keduanya tidak terlalu banyak berbincang. Joy memulai obrolan dengan menanyakan kabar selama ini. Dia juga bertanya tempat kerja dan yang lain-lain selayaknya orang yang baru bertemu kembali. Jemima sempat mengira bahwa dia masih tinggal di kota ini. Baru saja Joy memberitahu bahwa dia ke kota ini hanya sesekali saja. Berarti hari ini dia hanya ingin membagikan bunga dan langsung kembali lagi ke kotanya? Tapi, jika dipikirkan kembali sepertinya itu tidak mungkin. Pasti ada alasan lain juga yang tidak dia katakan pada Jemima. Jemima ingin sekali menanyakannya, tetapi Ia tidak mau dikira terlalu banyak ingin tahu urusan orang lain. Jadi, dia berusaha mengabaikannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!