Like nya jangan lupa.. Happy Reading💐
__
Cici menatap tajam ke arah depan dengan tangan menyilang, dia tak memperdulikan sekitar nya.
"Cici nggak mau terima perjodohan ini," cetus Cici membuat empat orang paruh baya menoleh kepada nya.
"Loh kenapa Ci? Tadi dirumah bilang nya terima-terima aja" sahut Mami Naya mewakili ketiga paruh baya yang lain.
"Ya terima kok kalau yang di jodohin sama Cici itu bukan manusia es satu ini" balas Cici masih menatap tajam ke arah depan.
Orang yang di sebut manusia es oleh Cici hanya mengangkat satu alis ke atas dengan raut datar.
"Terus kamu mau sama siapa?" tanya Mami Naya dengan sabar. Ingin rasa nya menjewer telinga Cici yang begitu menggoda.
"Sama Heeseung" jawab Cici menyebut salah satu idola tercinta nya yang begitu di idam-idamkan banyak gadis.
"Dia ngga tau kamu napas Ci" sahut Papi Ethan membuat Cici melirik nya sinis.
"Heeseung tau kok Pi kalau Cici hidup, udah pernah di notice" balas Cici tak mau kalah debat dengan siapapun.
"Di notice sekilas doang karna kamu teriak-teriak sampe pingsan, malu-maluin" cibir Mami Naya membuat Cici mengerucutkan bibir nya.
Satu keluarga itu seperti melupakan tujuan awal. Karna Cici lah tujuan mereka teralihkan.
Papi Ethan geleng-geleng kepala sembari menghela napas, berdebat dengan putri kecil nya tak akan habis.
"Pokoknya Cici ngga mau terima perjodohan ini kalau yang jadi jodoh Cici itu.. Dia!" Cici kembali pada topik, dia terus menatap tajam ke arah depan.
"Ci, mata nya kondisikan.. Ngga bisa merem lagi tau rasa," tegur Mami Naya merasa Cici tak ada berkedip.
Cici pun reflek berkedip beberapa kali agar mata nya tak perih lagi.
"Tapi Cici sayang.. Tante cuma punya anak satu doang laki-laki, kamu mau sama Fita?" kali ini wanita paruh baya yang berada di samping manusia es itu yang turun tangan.
"Cici masih normal, Tante" balas Cici kembali mengerucutkan bibir nya menatap wanita itu.
"Nah maka dari itu, Cici mau ya? Sama Raffi" sahut Mommy Key membujuk Cici agar tetap mau menerima perjodohan itu.
"Tante bikin lagi aja anak cowok. Biar Cici ngga di jodohin sama manusia es" ujar Cici dengan santai.
Pletak
"Otak kamu hari ini jadwal nya dimana sih Ci? Ngeselin banget deh punya anak satu" Mami Naya tersungut kesal hingga mengetuk jidat Cici dengan telunjuk nya.
"Cici salah apa?" tanya Cici dengan muka polos nya mengusap jidat nya yang kena ketuk kuku panjang Mami Naya.
"Banyak banget salah kamu Ci.. Mami cape sendiri," keluh Mami Naya nampak frustasi.
Raffi hanya menjadi pendengar setia yang tak berminat untuk mengeluarkan suara nya sedikit pun. Suara nya begitu mahal untuk di keluarkan.
"Sejak kapan Mami cape? Dari tadi aja duduk manis," sahut Cici semakin santai menjawab.
Mami Naya menghela napas kemudian menatap suami nya berada di samping nya meminta pertolongan.
Papi Ethan mengelus pundak Mami Naya memberi semangat. "Ci, kamu tetap harus nerima perjodohan ini, Papi ngga nerima kata ngga" tegas Papi Ethan.
"I- iya Pi, Cici terima kok"
Cici nampak ciut, apapun yang di ucapkan oleh Papi Ethan akan membuat nya langsung menurut.
Akhirnya keempat paruh baya itu bisa bernapas lega, berbeda dengan Raffi yang terus menatap Cici di sertai tatapan dingin.
"Pernikahan kalian di laksanakan secepat nya.. Agar tidak menimbulkan masalah" ujar Daddy Juan tak kalah tegas seperti Papi Ethan.
Cici merespon dengan anggukan pasrah. Sedangkan, Raffi melirik tipis ke arah Daddy nya.
Acara makan malam mereka di lanjutkan, dengan keheningan yang terjadi.
↓
Cici menghempaskan tubuh nya ke atas ranjang empuk berukuran besar di kamar pribadi nya.
Setelah selesai makan malam. Cici langsung minta pulang, dengan alasan mengantuk.
Menatap langit-langit kamar nya dengan sejuta pikiran. "Kalau aja manusia es itu bisa mencair, gue terima baik kok" gumam Cici mengeluarkan salah satu pikiran nya.
"Tapi.. Kalau dia kasar setelah nikah gimana? Gue harus rajin ikut beladiri mulai sekarang" lanjut Cici bertekad untuk melindungi diri nya sendiri.
"Semoga aja pernikahan ini bisa bertahan lama.. Hoam.. Pernikahan ini juga harus di rahasiain dari semua- Hhhh"
Cici tak melanjutkan monolog nya, dia langsung terlelap tanpa mencuci kaki dan menggosok gigi nya.
Like nya jangan lupa.. Happy Reading💐
__
Cici datang ke sekolah lumayan lambat, tapi untung nya gerbang belum di kunci, memudahkan nya untuk masuk.
Pembelajaran pertama, Cici mengikuti materi nya dengan baik walau dalam keadaan mengantuk.
"Ah.. Gue dah ngga tahan," pekik Cici setelah guru yang mengajar keluar dari kelas karena bel sudah berbunyi.
"Kebelet Ci?" tanya Aeri menebak dengan gelagat Cici yang berdiri dengan tak sabaran.
"Iya, kebelet pengen pulang" jawab Cici dengan santai. "Nitip tas ya Ri" Cici mengakhiri ucapan nya dengan kiss bye.
Aeri geleng-geleng kepala memperhatikan Cici yang berlenggang keluar kelas tak memperdulikan apapun.
↓
Aeri keluar dari kelas sendirian, tujuan nya dia akan ke kantin lalu kembali ke kelas.
"Cici pasti lagi rebahan di kasur empuk.. Ah.. Mau juga," gumam Aeri membayangkan diri nya tidur di kasur nya saat ini.
Setelah memesan makanan dan minuman, Aeri langsung kembali ke kelas.
Aeri termasuk yang apa-apa ngikut aja. Tapi kalau urusan bolos dia harus mikir berulang-ulang kali agar tak salah langkah.
"Ri" panggil Noa mengejar Aeri uang sudah hendak masuk ke dalam kelas.
"Eh? Ngapa Noa?" sahut Aeri menoleh ke belakang dan menghentikan langkah nya.
"Cici.. Cici kena amuk sama Raffi lagi di deket gerbang pos" ucap Noa dengan tersenggal-senggal.
"Hah? Cici? Terus sekarang dia dimana?" tanya Aeri. Noa menunjuk ke arah kantin.
"Cici abis kena hukum, dia disuruh mungut sampah di selokan" ujar Noa. Aeri semakin terkejut.
"Buset.. Cici jadi bau selokan inimah," gumam Aeri membayangkan keadaan Cici sekarang.
"Ngga kebayang jadi Cici gimana" timpal Noa yang mendengar gumaman Aeri.
"Cici masih di kantin kan?" tanya Aeri dengan nada khawatir. Noa mengangguk.
"Kita susul Cici ke kantin, ayok" ajak Aeri menarik paksa tangan Noa agar ikut dengan nya.
↓
"Ih.. Bau banget badan gue, hiks.." Cici menyemprotkan parfum ke seluruh badan nya agar bau sampah dari selokan hilang.
"Ini semua gegara manusia es itu, nyebelin banget sih" sungut Cici menatap ke arah depan dengan kesal.
"Salah sendiri mau bolos," cetus Raffi yang tiba-tiba datang dari arah belakang dengan kedua tangan di dalam kantong celana.
Cici melirik sekilas dengan tatapan sinis. Dia tak memperdulikan keberadaan Raffi yang berada di samping nya.
Raffi tanpa basa-basi menyodorkan amplop yang entah berisi apa, beserta sepack tissue.
"Apa itu?" tanya Cici melirik ke arah amplop dengan penasaran.
"Surat panggilan orang tua" jawab Raffi dengan singkat dan berwajah datar.
Deg!
"Mampus gue.." lirih Cici dengan kalang kabut.
Raffi mengangkat satu alis nya menatap datar Cici. "Makanya jangan sering bolos. Besok di harapkan orang tua lo bisa hadir buat konsultasi" kata Raffi dengan panjang lebar.
Cici melirik sinis dan tajam pada Raffi. "Jauh-jauh deh lo dari gue" sungut Cici dengan kesal mengambil amplop serta tissue dari Raffi.
Cici segera melangkah keluar dari kantin dengan perasaan dongkol, ingin rasanya dia mencabik-cabik ketua osis yang notabene nya sebentar lagi akan di nikahkan dengan nya, tanpa orang lain tau.
Raffi geleng-geleng samar melihat tingkah Cici yang benar-benar di luar batas otak.
Gue harus ngedidik dia dengan keras setelah resmi jadi suami istri. Chintia Maizar, lo harus siap-siap.
Like nya jangan lupa.. Happy Reading💐
↓
"NGGA MAUU!! JANGAN TARIK-TARIK CICI MIII..!!" teriak Cici yang berontak dengan heboh.
"Ci.. Ya ampun, Mami cuma narik kamu ke kamar mandi, kenapa kamu heboh banget sih" ucap Mami Naya yang benar-benar sudah pasrah dengan kelakuan Cici.
Pagi ini Cici tak mau ke sekolah. Alasan nya karna malas, padahal Cici ingin menghindari Raffi untuk hari ini.
"Ci.. Jangan gini lah, nanti Mami anter deh ke sekolah" bujuk Mami Naya, yang belum di beritahukan tentang surat panggilan itu.
"HAH? NGGA MII.. CICI POKOKNYA NGGA MAUU!! HUAAA PAPIIIII" teriak Cici makin keras tak ingin beranjak dari kasur walau di tarik oleh Mami Naya.
"Apasih kalian berdua tu, berisik banget pagi-pagi buta gini" keluh Papi Ethan yang merasa nama nya di panggil.
"Anak mu ngga mau mandi, gimana ini Pi?.." balas Mami Naya melapor dengan napas tersenggal-senggal, cape juga ya narik badan Cici.
"Siram aja dia sama kasur-kasur nya sekalian kalau ngga mau mandi" usul Papi Ethan dengan santai.
"Papiii.. Bisa-bisa nya punya otak cetek begitu" keluh Cici merasa Papi nya sama saja.
"Daripada badan kamu bau, Ci" balas Papi Ethan hendak keluar kamar dengan santai.
"Boleh juga usulan Papi" gumam Mami Naya menyetujui usulan Papi Ethan yang lumayan nyeleneh.
"Pii.." panggil Mami Naya, membuat Papi Ethan yang baru keluar dari kamar Cici pun menghela napas.
"Apa?" sahut Papi Ethan dengan malas dan kembali masuk ke dalam kamar.
"Ambilin ember isi air sama gayung dalam kamar mandi" titah Mami Naya makin membuat Cici berontak.
"Mami aja lah.. Cici biar Papi jaga nya" tolak Papi Ethan yang malas menyentuh air pagi-pagi.
Mami Naya mencebik, tapi meyerahkan pergelangan tangan Cici kepada suami nya.
"Jaga! Jangan sampe lepas" tegas Mami Naya dengan melotot tajam pada Papi Ethan.
Papi Ethan menyahut dengan anggukan malas dan pasrah.
Seperginya Mami Naya ke dalam kamar mandi dan mengambil ember berisi air itu, Cici masih sempat-sempatnya merengek pada Papi nya.
"Pii.. Tangan Cici sakit di tarik sama Mami dari tadi, lepasin ya.. Cici ngga kabur kok" bujuk Cici dengan mata memelas.
Papi Ethan menghela napas pelan. Dia tak bisa tak luluh pada putri cantik nya nan menggemaskan itu.
Papi Ethan pun melepas pegangan itu, membuat Cici bisa bernapas lega, tangan nya sudah berkeringat.
"Kenapa ngga mau mandi?" tanya Papi Ethan dengan suara lembut.
"Dingin Pi.." jawab Cici dengan manja menyenderkan kepalanya di bahu lebar Papi Ethan.
"Biasa nya juga dingin, kamu tahan aja mandi pagi.. Talk to Papi, Ci" ucap Papi Ethan yang tau tabiat Cici yang suka mandi air dingin.
Cici pun akhirnya berkata jujur.
"Actually Pi, Cici takut Mami tau kalau Cici dapet surat panggilan orang tua dari BK hari ini" jelas Cici dengan pelan masih memposisikan bersandar.
"Just that?" tanya Papi Ethan menanyakan hal lain sebelum menjawab penjelasan Cici.
"Cici juga males ketemu sama Raffi hari ini, dia kemarin ngeselin banget tau Pi" jelas Cici mengeluarkan semua unek-unek nya kemarin.
"Kenapa? Raffi nyakitin kamu?" Papi Ethan menebak dengan nada mulai tak bersahabat.
"Egh.. Ngga kok Pi, kemarin Cici tu mau bolos, tapi pas udah mau berhasil, kepergok Raffi, jadi gagal rencana bolos nya Cici" jawab Cici dengan jujur.
Dia tak pernah bisa berbohong pada Papi Ethan, berbeda dengan Mami Naya.
Papi Ethan menghela napas pelan, kemudian mengelus rambut singa Cici.
"Kalau gitu, biar Papi aja yang ke sekolah nganterin kamu, kamu tetap harus sekolah Ci.." ucap Papi Ethan langsung di angguki semangat oleh Cici.
"Asal bukan Mami, Cici mau sekolah.. Takut kena amuk sama ceramah tujuh hari tujuh malam" balas Cici berbinar.
Papi Ethan tersenyum melihat anak nya yang masih terlihat seperti anak kecil bagi nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!