Di sebuah pusat perbelanjaan di kota New York, sekelompok gangster tengah menyandera para pengunjung. Mereka menodongkan senjata pada pengunjung karena hal sepele. Mereka tersinggung dengan ucapan pengunjung dan langsung menyandera mereka. Tidak ada yang berani melawan karena mereka tahu, siapa gangster tersebut.
Ya, mereka adalah kelompok gangster Devils. Gangster yang paling di takuti di kota New York. Tidak ada yang berani pada mereka, bahkan aparat kepolisian sekalipun.
Seperti saat ini, beberapa polisi sudah mengepung pusat perbelanjaan tersebut. Namun tidak ada tindakan apapun dari sang kapten. Hal itu membuat Matthew yang merupakan salah satu anggota kepolisian yang bergabung dalam penyergapan itu merasa heran. Dia menghampiri Leon dan berkata, "kapten, kapan kita akan masuk untuk menyelamatkan pengunjung?" tanya Matthew
"Diam lah Matt!! Kita tunggu saja mereka pergi, baru kita amankan sandera," jawab Leon
Matthew mendengus kesal. Setiap ada kasus yang berhubungan dengan gangster tersebut, kenapa mereka terus menunda untuk melakukan penyelamatan?
Dia merasa seperti seorang pecundang yang bersembunyi di balik seragam kepolisian.
Ya, dia pernah mendengar rumor jika gangster itu sangat kejam dan tidak mempunyai belas kasih. Tapi bukankah tugas penegak hukum adalah membasmi hama seperti mereka?
Tidak tahan dengan pemandangan di dalam sana, diam-diam Matthew masuk ke pusat perbelanjaan tanpa sepengetahuan sang kapten. Dia mengendap-endap dan mencari celah untuk menyelamatkan sandera.
Hanya ada 5 orang dan itu mudah baginya. Dia mengarahkan senjatanya dan membidik satu persatu gangster tersebut. Namun tembakan pertama membuat pengunjung panik dan mulai berhamburan keluar. Tidak hanya itu, Leon dan polisi yang berjaga di luar pun ikut terkejut.
"SIAPA YANG MENEMBAK?" teriak Leon
"Matthew tidak ada di sini kapten."
"Matthew?" gumam Leon. "Sial!!" Leon mengumpat saat menyadari jika pelaku yang menembak gangster tersebut adalah Matthew
"Kau dalam masalah besar Matt." batin Leon
Sementara di dalam sana terlihat sangat kacau. Pemimpin gangster itu yang tidak lain bernama Edgar, melihat satu persatu anak buahnya tumbang. Dia meminta anak buahnya yang tersisa untuk mencari pelaku yang menyerang mereka. Namun dengan gerakan cepat, Matthew berhasil menembak mereka dan tersisa Edgar saja.
"BRENGSEK!! KELUAR KAU PENGECUT!!" teriak Edgar. Dia menarik salah satu pengunjung yang masih di sana dan mengarahkan senjatanya padanya.
"KELUAR KAU SIALAN!! ATAU AKU AKAN MENEMBAK NYA." teriak Edgar
Matthew keluar dari persembunyiannya dengan tenang. "Lepaskan dia!!"
"Akhirnya kau keluar juga." Edgar mengarahkan senjata pada Matthew dan siap membidiknya. Namun lagi-lagi kecepatan Matthew berhasil mengalahkan Edgar. Dia berhasil menembak Edgar tepat di tangannya yang membuat senjata Edgar terjatuh.
"Akh ... " pekik Edgar
"Menyerah lah!!!" seru Matthew sambil mengarahkan senjatanya.
"Tidak akan." Edgar kembali mengangkat senjatanya namun Matthew kembali menembaknya hingga tewas.
Melihat hal itu, Leon segera masuk bersama anggota yang lain dan langsung menangkap Matthew. Tentu saja Matthew memberontak. Dia tidak bersalah, tapi kenapa di tangkap?
"Kapten!!!" pekik Matthew
"Maafkan aku Matt. Tapi kali ini kau dalam masalah besar. Jadi aku terpaksa menahan mu." Kapten Leon meminta anak buahnya membawa Matthew sementara ia memeriksa para gangster yang sudah di habisi oleh Matthew. Dia mengusap wajahnya kasar setelah mengetahui jika semua pelaku sudah tewas. Tapi yang membuat dia khawatir adalah salah satu pelaku adalah anak dari gangster tersebut. Dia yakin mereka tidak akan tinggal diam.
Dan benar saja, kabar meninggalnya Edgar telah sampai di telinga Mark. Dia langsung bergegas ke lokasi kejadian bersama dengan anggotanya. Dan sesampainya di sana, dia melihat putranya telah terbujur kaku dengan luka tembak.
Mark meradang karena satu-satunya pewaris tahta organisasinya tewas dengan cara mengenaskan.
"Cari tahu siapa yang melakukan hal ini pada putraku!!" perintah Mark. Dia juga memerintahkan anak buahnya untuk membawa mayat Edgar kembali ke markas.
Sementara itu, Matthew yang ditahan di kantor polisi terus berteriak untuk dilepaskan. Dia tidak bersalah, tapi kenapa ia di tahan?
"LEPASKAN AKU!! KENAPA KALIAN MENAHAN KU? AKU BERHASIL MENYELAMATKAN SANDERA DAN MENGHABISI MUSUH. TAPI KENAPA INI YANG AKU DAPATKAN?" teriak Matthew
Tidak ada yang menghiraukannya. Bukan karena mereka tidak mau mengakui kehebatan Matthew, tapi mereka tidak mau berurusan dengan gangster Devils.
Pernah suatu ketika, anggota polisi menangkap anak buah Mark dan menjebloskan nya ke penjara. Tapi apa yang terjadi? Keesokan harinya polisi itu ditemukan tewas secara mengenaskan. Mereka yakin jika semua itu adalah ulah Devils. Semenjak itu tidak ada yang berani pada mereka.
Namun sayangnya, Matthew tidak mengetahui akibat dari tindakannya.
Ya, saat ini Mark dan beberapa anak buahnya sudah sampai di depan rumah Matthew. Setelah tahu siapa yang membunuh putranya, Mark langsung memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi keluarga Matthew. Mereka memaksa masuk dan menghabisi satu persatu keluarga Matthew dengan kejam. Lebih kejamnya lagi, mereka memperkosa adik Matthew beramai-ramai dan merekam setiap kekejaman yang mereka lakukan.
"Kirim video rekaman ini pada orang yang sudah membunuh putraku." titah Mark
"Baik bos."
...----------------...
Hari berikutnya, Matthew di pindahkan ke rutan di New York. Dia memakai baju tahanan bernomor 666.
Banyak narapidana yang menatap Matthew, namun tidak ada satupun dari mereka yang mau menyapa pria itu karena mereka tahu betul apa yang sudah dilakukan oleh Matthew.
Ya, berita itu cepat sekali tersebar. Namun anehnya tidak ada yang berani membicarakannya.
Matthew masuk kedalam jeruji besi yang terdapat satu narapidana di sana. Dia menatap narapidana itu yang juga menatapnya. Namun narapidana itu buru-buru membuang muka.
Matthew duduk dan menghela nafas. Dia masih tidak tahu letak kesalahannya. Dia baru tiga bulan dipindah tugaskan di New York dan baru kali ini dia mengalami hal yang tidak mengenakkan seperti ini. Kenapa polisi yang menyelamatkan korban justru di tahan hanya karena membunuh pelaku?
Dia juga tidak habis pikir, kenapa polisi di sini sangat takut dengan musuh?
Lagi-lagi Matthew menghela nafasnya. Namun tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan sipir yang berjaga di sana.
"Matthew!!" panggil sipir itu
"Ada apa?" tanya Matthew malas
Si sipir tidak menjawab. Dia hanya memberikan sebuah handycam mini pada Matthew.
Matthew mengerutkan keningnya heran. Dia berdiri dan menerima handycam tersebut. "Apa ini?" tanyanya. Tapi sipir itu tidak menjawab dan langsung pergi begitu saja.
Hal itu membuat Matthew merasa ada yang tidak beres. Apalagi terlihat kesedihan di wajah sipir tersebut.
Karena penasaran, Matthew melihat video yang terekam di handycam itu. Dan betapa terkejutnya, saat Matthew tahu isi dari video itu. Dia mengepalkan tangannya erat. Rahangnya mengeras dengan kedua mata memerah.
"ARRHHH ... " Matthew berteriak keras dan membanting handycam tersebut. Tubuhnya luruh kelantai dengan air mata mulai menetes.
Teman satu sel Matthew nampak ketakutan. Tapi dia tidak berani mendekati Matthew. Apalagi pria itu terlihat sangat mengerikan.
"Mark William, aku pasti akan membunuhmu!!" geram Matthew
Lima bulan telah berlalu. Dan Matthew masih menjalani hidupnya di rutan. Dia menjadi pendiam setelah mengetahui keluarganya di bantai begitu kejam oleh Mark. Tapi bukan berarti dia takut. Justru diam-diam dia menyusun rencana untuk kabur dari sana dan membalaskan dendamnya pada Mark. Dia bersumpah akan menghancurkan gangster Devils rata dengan tanah.
Untuk itu, untuk memulai rencananya dia harus mencari siapa yang paling berkuasa dan di takuti di sana. Dia mulai mencari gara-gara hingga terjadi perkelahian antara Matthew dan beberapa narapidana.
Banyak yang mengira, Matthew melakukan hal itu sebagai pelampiasan karena keluarganya di bantai. Atau mungkin Matthew sudah bosan hidup. Entahlah.
Tapi nyatanya, setelah Matthew berhasil mengalahkan orang yang paling di takuti di rutan tersebut, kini semua narapidana mulai tunduk padanya karena takut. Tapi bukan itu yang ia inginkan melainkan bantuan mereka agar ia bisa kabur dari rutan tersebut.
Mereka setuju membantu Matthew. Apalagi tidak sedikit dari mereka yang merasa simpati dengan apa yang terjadi pada pria itu. Untuk itu diam-diam mereka menyusun rencana.
Dan sekarang, waktunya telah tiba dimana mereka akan menjalankan rencana mereka yang sudah lama mereka buat.
Matthew memasukkan beberapa batu kedalam saku celananya dan kawat kecil. Dia akan bersikap biasa saja dan saat bertemu dengan temannya nanti, dia akan membuat keributan agar di masukkan kedalam ruang isolasi.
Semuanya berada di ruangan yang luas dimana mereka akan sarapan bersama. Dia membawa nampan berisi makanan dan tanpa sengaja dia menabrak John, salah satu tahanan di sana hingga makanan milik John tumpah.
"APA KAU TIDAK PUNYA MATA, HAH?" teriak John sambil menarik kerah Matthew
"Jika kau punya mata, kau pasti bisa melihat apakah aku punya mata atau tidak tanpa bertanya padaku." Jawab Matthew santai
"BRENGSEK!!" John geram dan langsung melayangkan pukulan pada Matthew. Begitu juga dengan Matthew, dia tidak terima dan membalas pukulan John.
Hal itu mengundang perhatian sipir yang berjaga. Mereka di tarik keluar ruangan dan di masukan kedalam ruang isolasi yang berbeda.
"Tidak ada makanan untuk kalian. Dan renungkan kesalahan kalian!!" Ujar si sipir sebelum meninggalkan keduanya
Matthew mendekati pintu yang mempunyai jendela jeruji kecil. Dia melirik kesana-kemari dan melihat cctv yang terpasang tidak jauh dari tempatnya berada. Dia mengambil batu didalam saku celananya dan melempar batu tersebut kearah cctv hingga arah rekam cctv tersebut berubah dan tidak lagi menyorot ke ruang isolasi.
Kemudian dia bergegas mengeluarkan kawat kecil yang dia bawa dan mengotak-atik lubang kunci pintu ruang isolasi.
Ya, selama ini dia sudah menghafal begitu detail beberapa hal penting seperti letak ruangan di sana, letak dan jumlah kamera cctv dan juga jumlah sipir yang berjaga dan kapan mereka akan bertukar jaga. Bahkan Matthew juga tahu kebiasaan-kebiasaan masing-masing sipir yang berjaga. Untuk itu dia memanfaatkan apa yang dia ketahui untuk kabur hari ini juga dengan bantuan yang lainnya.
Setelah berhasil membuka pintu tersebut, Matthew mengendap-endap keluar dari sana dan menghampiri ruang isolasi dimana John berada.
"Aku akan mengeluarkan mu, John." Seru Matthew
"Tidak Matt. Lebih baik aku di sini saja agar mereka tidak curiga jika kami membantumu. Lagipula beberapa bulan lagi aku keluar dari penjara." Sahut John
Matthew terdiam. Benar apa yang John katakan. Jika sipir tahu banyak narapidana yang terlibat dalam rencananya melarikan diri, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang keji.
"Thanks John. Suatu hari nanti aku pasti akan membalas semua kebaikan kalian." Seru Matthew
"Tidak perlu seperti itu Matt. Cukup kau berhasil membalaskan dendam mu, maka itu sudah cukup bagi kami. Ingat!! Jangan sampai kau mati konyol!!" Ujar John
Matthew tersenyum dan mengangguk. Dia sudah bertekad akan menghabisi semua anggota gangster Devils.
"Waktumu tidak banyak Matt. Cepat kau pergi."
"Thanks John." Matthew segera pergi dari sana. Dia berhenti dan mengintip sipir yang berjaga. Dia tersenyum karena semua sesuai yang dia perkiraan. Saat ini sipir yang berjaga adalah sipir yang mempunyai kebiasaan buruk karena suka tertidur saat berjaga. Hal itu membuat Matthew memanfaatkan kelengahan si sipir. Dia mengendap-endap dan langsung memukul sipir tersebut hingga pingsan.
Matthew menarik sipir tersebut ke sebuah ruangan. Dia menukar pakaiannya dengan pakaian sipir dan tidak lupa ia mengambil senjatanya untuk berjaga-jaga.
Matthew keluar dari ruangan tersebut dan bersikap biasa saja. Dia menurunkan sedikit topinya saat berpapasan dengan yang lainnya. Dia merasa lega karena tidak ada yang curiga padanya.
Namun tidak saat berpapasan dengan Alex. Sipir yang selalu berpatroli di malam hari itu tiba-tiba memanggilnya. "Tunggu!!"
Matthew berhenti dan mengepalkan tangannya erat. Dia mulai waspada dan bersiap menarik senjatanya saat Alex berjalan mendekatinya. Dia yakin Alex akan mengenalinya karena diantara mereka, hanya Alex yang paling tegas dan disiplin.
Alex menatapnya beberapa saat. Dia hanya terdiam dan kemudian dia menyuruh Matthew untuk pergi.
Matthew mengerutkan keningnya dan menatap Alex yang semakin menjauh. Dia mengira Alex akan menangkapnya tapi yang ia lihat, pria itu seolah tidak mengenalinya dan menyuruhnya untuk pergi.
Hal itu membuat Matthew merasa heran. Apa Alex tidak mengenalinya atau berpura-pura tidak tahu agar dia bisa melarikan diri?
Entahlah. Tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Dia harus bergegas keluar dari rutan tersebut.
Matthew mencari celah untuk keluar dari sana. Dan kebetulan ada mobil yang baru saja datang. Dia melewati lapangan di mana semua narapidana berada untuk melakukan kegiatan mereka. Dia berpura-pura mengecek narapidana itu dan setelahnya, ia keluar dari pagar dan menaiki mobil yang baru saja datang.
"Aku tidak menyangka akan semudah ini." batinnya. Dia melihat teman-temannya yang juga melihat kearahnya. Mereka tersenyum senang karena Matthew berhasil keluar dan berharap pria itu berhasil membasmi hama yang sudah lama meresahkan masyarakat New York.
Matthew merasa senang karena berhasil kabur. Dia segera menemui paman Sam yang selama ini membantunya. Paman Sam selamat dari pembantaian karena saat itu dia sedang dinas ke luar kota.
Setelah mengetahui apa yang terjadi pada keluarga Dean, Paman Sam menyamar dan menemui Matthew di penjara. Namun Matthew justru tidak mau menemuinya karena pernah ada teman yang menjenguknya tapi beberapa hari kemudian, temannya itu di temukan tewas.
Hal itu sampai di telinga Matthew. Dia berfikir jika gangster itu akan membunuh siapa saja yang berhubungan dengannya. Untuk itu saat paman Sam datang, dia tidak mau menemuinya.
Namun, paman Sam yang tidak mengetahui akan hal itu, terus menjenguk Matthew. Alhasil Matthew meminta Carlos, teman satu sel nya untuk menemui paman Sam dan meminta paman Sam untuk pergi dari rumah itu dan mencari tempat yang jauh dari pemukiman. Dia juga menyarankan agar paman Sam merubah identitasnya karena takut anggota gangster Devils akan datang memburunya.
Semenjak itu jika paman Sam datang menjenguk Matthew, dia akan bertemu dengan Carlos sebagai pengantar pesan mereka.
Dan kini, Matthew sampai di daerah terpencil disudut kota New York. Dia memarkirkan mobilnya asal dan segera masuk ke rumah yang dia yakini adalah rumah paman Sam.
Matthew masuk ke ruang tamu dan melihat tidak ada siapapun di sana. Padahal sebelumnya dia sudah memberitahu jika hari ini dia akan berusaha kabur dari penjara.
Namun setelah dia berkeliling, dia yakin jika itu adalah rumah paman Sam. Terbukti dari foto yang di pajang di ruang keluarga dan itu adalah foto keluarganya.
Tanpa terasa air matanya menetes. Tapi dia buru-buru mengusapnya saat seseorang menyapanya.
"Matt? Kau kah itu?"
Matthew membalikkan tubuhnya dan tersenyum melihat orang itu. "ya paman, ini aku." Matthew menghampiri pamannya dan memeluknya penuh rindu. "Apa kabar paman?" tanya Matthew
"Aku baik Matt. Bagaimana dengan dirimu sendiri?" tanya paman Sam
"Aku juga baik."
Paman Sam menuntun Matthew duduk dan mulai bertanya mengenai peristiwa yang terjadi 5 bulan yang lalu. Kenapa Matthew bisa di penjara? Dan apa yang terjadi pada keluarga Dean sebenarnya?
Paman Sam tidak tahu karena saat dia pulang, kondisi rumah keluarga Dean sudah hancur berantakan dan penuh dengan darah. Dia bertanya pada tetangga, namun tidak ada yang mau membuka mulut.
Sampai ada orang yang menuntunnya ke pemakaman. Orang itu menunjuk tiga makam yang masih baru dan pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun.
Paman Sam syok melihat ketiga makam tersebut. Dia segera menemui Matthew di kantor polisi untuk meminta penjelasannya. Namun dia kembali terkejut mendengar jika Matthew di penjara karena telah membunuh orang. Bahkan Matthew juga di pecat secara tidak terhormat.
"Aku berhasil menyelamatkan pengunjung, tapi aku justru di pecat secara tidak terhormat dan di masukkan ke dalam penjara. Baru aku tahu jika yang aku bunuh adalah anak dari Mark, ketua gangster Devils. Itu sebabnya Mark membunuh ayah, ibu dan Alea untuk membalas ku. Tapi aku sudah bertekad. Aku akan menghabisi Mark dengan tanganku sendiri." geram Matthew
Paman Sam tampak terkejut. Dia tidak menyangka semua itu ada kaitannya dengan gangster Devils. Harusnya dari awal dia memberitahu Matthew agar tidak berurusan dengan mereka. Namun kini semua sudah terlambat.
"Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya paman Sam
"Aku dengar Mark mempunyai seorang putri. Jadi aku akan memanfaatkannya untuk masuk ke markas Mark dan menghabisi mereka semua."
"Jangan gila Matt!! Kau tidak tahu betapa kejamnya mereka." cegah paman Sam
"Tidak paman. Aku sangat tahu kekejaman mereka." Matthew mengeluarkan sebuah flashdisk dan menyerahkannya pada paman Sam. "Apa yang mereka lakukan pada keluarga ku, terekam jelas di sini."
Paman Sam mengambil laptopnya dan memasukan flashdisk tersebut. Dia terdiam melihat isi dari flashdisk itu. Dia buru-buru mematikannya dan menatap Matthew yang menunduk sedih.
"Aku akan membantumu untuk balas dendam." Seru paman Sam
"Tidak paman. Aku sudah tidak mempunyai siapapun selain dirimu. Aku tidak ingin kau terluka." ucap Matthew menolak tawaran paman Sam.
"Tenang saja. Aku akan baik-baik saja karena aku akan membantumu di balik layar." Paman Sam mengambil identitas baru yang sudah ia buat untuk Matthew. "Ini untuk mu."
"Apa ini paman?" tanya Matthew
"Saat kau memintaku untuk merubah identitas ku, aku merasa ada yang tidak beres. Makanya aku juga membuat identitas untukmu setelah tahu kau akan melarikan diri dari penjara."
Matthew melihat kartu identitas dirinya. "Marvin Alexander?"
"Yeah.. itu nama barumu. Besok kau harus merubah penampilanmu. Aku tahu tempat yang bisa melakukan hal itu. Dan aku rasa kau harus menyingkirkan mobil yang kau bawa." ucap paman Sam sambil melihat mobil polisi yang terparkir di halamannya.
Malam harinya, Matthew dan paman Sam menenggelamkan mobil polisi tersebut di danau yang jauh dari pemukiman. Setelahnya mereka mendatangi Barbara, kenalan paman Sam yang mempunyai sebuah salon.
Dia meminta Barbara merubah penampilan Matthew agar orang lain tidak mengenalnya.
"Aku yakin kau bisa melakukannya Barbara," seru paman Sam
"Tenang saja Sam, dengan keahlian yang aku punya, aku akan membuat pria tampan ini terlihat berbeda dari aslinya." Sahut Barbara. Dia mulai memotong rambut Matthew. Dia merubah model rambut pria itu dan mencukur habis kumis dan janggut yang menutupi wajah tampan pria itu.
Dengan tangan ajaib Barbara, penampilan Matthew benar-benar berbeda. Pria itu justru terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
"Bagaimana Sam?" Tanya Barbara
"Sangat sempurna. Aku tidak menyangka jika keponakan ku sangat tampan." Ujar paman Sam yang membuat Matthew dan Barbara tertawa.
Matthew melihat penampilannya di cermin. Memang dia terlihat berbeda. Apalagi dia memakai softlens dan kaca mata. Hal itu membuatnya seperti orang lain.
Dia yakin anggota gangster Devils tidak akan mengenalinya. Apalagi mereka belum pernah bertemu secara langsung. Mereka pasti mengenalnya hanya dari foto atau semacamnya.
"Terimakasih bibi. Hasil tanganmu sungguh luar biasa." Puji Matthew
"Hei.. jangan panggil aku, bibi. Aku belum menikah. Panggil aku Miss Barbara." Pinta Barbara
"Jangan dengarkan dia Matt!!! Walaupun dia belum menikah, tapi dia seumuran dengan paman."
"Kau jahat sekali Sam." Gerutu Barbara
Matthew tersenyum mendengar perdebatan mereka. Dia kembali menatap penampilannya di cermin. "Aku sudah merubah penampilan ku dan juga identitas ku. Besok aku akan mencari tahu tentang putri Mark. Aku akan mendekatinya dan membuatnya jatuh cinta padaku. Lalu aku akan mencampakkannya dan memperlakukan sama seperti apa yang anak buah Mark lakukan pada adikku." Batin Matthew. Dia mengepalkan kedua tangannya erat mengingat adiknya, Alea berteriak dan menangis meminta tolong saat di lecehkan beramai-ramai.
"Aku akan membuatmu merasakan apa yang aku rasakan, Mark. Jadi tunggulah balasanku!!" Batin Matthew geram.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!