Disiang hari yang belum terlalu siang tetapi matahari sudah terik dengan gagahnya menyinari bumi, terlihat para maha siswa/i pelajar SMA NEGERI 3 sedang ramai diluar kelas, ada yang dikantin, atau sekedar duduk dikoridor kelas, dan berjalan hilir mudik sekedar menghilangkan rasa bosan, dan terlihat banyak juga siswa/i serta para staf TU yang masih menghias halaman sekolah untuk acara wisuda kelulusan kelas 12 dan kenaikan kelas 10,11 besok, serta beberapa siswa/i yang berlatih sesuai bagian masing-masingnya.
Begitu juga dengan pemeran utama kita seorang gadis dengan paras yang engga begitu cantik, tapi manis untuk dilihat, Nayna Felicia namanya, teman-temannya kerap memanggilnya Nay, duduk dibangku 12 semester akhir tahun ini, saat ini dia berkumpul bersama teman satu gangnya berisikan 4 orang disebuah kantin langganan mereka sekedar minum atau hanya bercanda disana.
"Nay". Panggil temannya
"Hmm". Sahut Nayna
"Udah liat weve**e belum?". Tanya temannya bernama Dewi.
"Belum tuh, kenapa?". Tanya Nayna balik sambil menoleh
"Suami Lu Update tuh, asli gilaaaa romantis banget cooookkk". Heboh Dewi sendirian menunjukan ponselnya sambil melompat dari kursi, sehingga mendapat tatapan heran dan sinis dari sekitarnya, termasuk temannya yang langsung menoyor kepala dan mencubit lengannya bersamaan, "berisik Dewi, malu-maluin Lu". Kata tamannya yang barusan mencubit lengannya bernama Lusi.
"Tau tuh ih norak". Sahut Yang satunya lagi bernama Yani mengangguk.
Sementara Nayna merebut ponsel Dewi
"Lu berdua apaan sih, biarlah bodo amat yang penting gw bahagia". Kata Dewi dengan gaya tengil dan centilnya mengibaskan rambutnya yang dikuncir dua, persis macam bocah, wkwkwk
"Aaaaa suami gw ". Celetuk Nayna lebih heboh dari Dewi yang mana membuat orang sekitar mereka menoleh lagi dengan tatapan heran tak lupakan yang sinis macam ditagih hutang, eaaaa
"Duh meleleh hati eneng bang". Kata Nayna memegang dadanya lebay.
"Lu berdua kenapa dah, heran gw, bisa-bisanya punya modelan teman kek kalian berdua". Kata Lusi menyandarkan punggungnya ketiang yang menempel dekat bangku yang didudukinya sambil menyedot es teh favourite nya.
"Apalagi Lus yang membuat mereka kek orang gila kalau bukan Oppa-Oppa pujaannya". Sahut Yani memasukan bakwan kemulutnya.
Yups, Nayna adalah seorang yang menggemari group boy band yang berisi tujuh pria tampan nan menawan pujaan hati para gadis dan/atau bahkan ibu-ibu berumur, yang berasal dari negeri gingseng sejak menginjak kelas 10 SMA, sementara Dewi dia jadi seorang kpop fans sejak menginjak kelas 11 .
"Kau benar". Kata Lusi mengangguk-angguk prihatin penuh ledekan melihat 2 temannya yang masih heboh itu.
"Iri ya iri ya". Ledek Dewi menirukan wajah konyol salah satu biasnya.
"Gila". Sahut Lusi dan Yani barengan, sementara Nayna dia masih sibuk dengan ponselnya menyentuh huruf-huruf keyboard dengan cepatnya meluncurkan komentar manisnya pada postingan biasnya itu, yah meski jangankan dibalas dilihat pun tidak akan 😣 miris, tapi Nayna tidak perduli itu, asal dia bahagia, namanya juga penggemar disitu lah bahagianya, Lebih baik mencintai orang yang bahkan tidak tau kamu hidup, dari pada mencintai orang yang tidak menghargai kehadiranmu 😣. Benar bukan??.
Begitulah keseharian Nayna bersama temannya sering bercanda tak jarang juga bertengkar hebat, tapi itulah pertemanan mereka yang sudah terjalin hampir 3 tahun ini.
(Skip)
Tidak terasa hari berlalu begitu saja, saat ini hari sudah sore, adzan magrib pun sudah berkumandang, akan tetapi Nayna dan teman sekolahnya masih disekolah, baru saja menyelesaikan latihan untuk acara besok.
"Nay, besok Lu mau dirias dimana?". Tanya Dewi menggendong tasnya.
"Gw rias sendiri aja kayaknya, natural ajalah biar gak kayak badut". Jawab Nayna cekikikan membayangkan wajahnya yang menor luntur oleh keringat.
"Gw minta tolong Lu aja kali ya wkwkwk, hemat biaya". Kata Dewi bercanda
Mereka berempat berjalan santai menyusuri koridor kelas, meski hari sudah hampir malam, akan tetapi disekolah itu masih terlihat ramai.
"Guys, gw duluan ya, bokap gw udh jemput tuh". Kata Yani kemudian berlari sambil melambaikan tangan menuju depan sekolah dimana ayahnya menunggu didekat kantin pinggir jalan.
"Lanjut dichat WhatsApp aja ya, gw mau balik sekarang, Yuk dew". Kata Lusi sesampainya Di parkiran mengajak Dewi pulang bareng sebab rumah mereka searah, dan lebih awal rumah Dewi.
"yaudah kalian duluan aja, bapak gw belum jemput nih". Jawab Nayna duduk disalah satu motor siswa.
" sorry ya gk bisa nungguin, udah mau malam banget ini". Kata Dewi
" iya gak papa santai aja, masih banyak orang kok". Jawab Nayna.
Kemudian Lusi dan Dewi pun pulang, dan kini hanya tersisa Nayna yang duduk menunggu jemputan ayahnya, sebab jalan kaki pun jarak rumahnya terlalu jauh dan berbeda arah dari ke tiga temannya.
(skip)
Nayna kini sudah berada dirumahnya, rebahan menonton acara favouritenya dari ponsel, reality show, acara itu yang Nayna tonton yang mana pemainnya adalah kehidupan sehari hari pujaan hatinya.
"Nayyy". Panggil ibu Nayna dari arah ruang TV
"iya bu". Sahut Nayna tetap fokus pada ponselnya.
"kemari sebentar" . Titah ibu
"iya". Jawab Nayna menghembuskan nafas kasar, mau tak mau dia harus menjeda acaranya.
"ada apa?". Tanya Nayna setibanya disamping sang ibu.
"bisa tolong antarkan gula merah ini ke bu RT". Perintah ibu berkedok pertanyaan.
"baiklah, ini udah dibayar belum?". Tanya Nayna
"belum, kamu sekalian mintain uangnya ya totalnya 120ribu". Kata ibu
"oke, gila berat banget cuy". celetuk Nayna mengambil bungkusan gula merah itu.
"wajar lah berat, 10kg itu". Kata ibu dengan gaya khasnya emak-emak.
"ongkirnya 50ribu ya". Canda Nayna melangkah pergi
Ibu hanya mendengarkan tanpa menyahuti, hanya matanya saja yang mendelik.
(skip)
Nayna tiba dirumah ibu RT yang jaraknya tidak begitu jauh.
"Asalamualaikum". Nayna setengah berteriak mengetuk pintu
"walaikumsalam" . Sahut orang dalam
kemudian pintu dibuka
"eh Nay, gula pesenan ibu ya?". Tanya bu RT basa basi
" iya bu, totalnya 120 ribu kata ibu saya juga". Jawab Nayna menyerahkan kantung gula merah.
"sebentar ya ibu ambil uangnya dulu". kata bu RT menerima gula merah itu kemudian masuk kedalam mengambil uang, sedangkan Nayna tetap berdiri menunggu di depan pintu.
Tak berselang lama, bu RT kembali lagi dengan membawa uang bayarannya dan memberikannya pada Nayna.
"makasih bu, asalamualaikum". Nayna menerima uang itu sekaligus berpamit pulang.
"walaikumsalam, sama sama". Jawab bu RT kemudian menutup pintu kembali.
Tak berapa lama Nayna sampai kerumahnya, kemudia masuk dan memberikan uangnya kepada ibunya.
"Nay, besok mau dirias disiapa?". Tanya ibu menerima uangnya
"rias sendiri ajalah bu, gak perlu keorang lain, Nay juga bisa kok make-up tipis-tipis mh". Jawab Nayna kemudian masuk kamarnya meninggal sang ibu didepan TV, sementara ayahnya sudah tidak ada dirumah, berkumpul dengan bapak-bapak lainnya dipost ronda.
Sesampainya dikamar Nayna merebahkan tubuhnya dikasur siap melanjutkan menonton ponselnya, acara favouritenya.
To continued 💎💎
Pagi menyapa, matahari nampak malu-malu menunjukan cahayanya yang indah dan bersinar. Terlihat pagi ini Nayna telah bersiap merias dirinya secantik mungkin tapi naturally
"tinggal sentuhan terakhir" . Ucap Nayna memoleskan lipstik berwarna peach kebibir manisnya sambil tersenyum puas dengan hasil karyanya. Memakai kebaya songket, riasan natural , Nayna nampak sempurna dalam balutan itu. Tak berselang terdengar suara ibunya memanggil.
"Nay, kau sudah siap?". Teriak ibunya bertanya
"Sudah bu, ada apa?" . Kata Nayna bertanya balik.
"kemarilah sarapan dulu, biar tidak lemas nanti". Titah sang ibu
"baiklah sebentar bu". Kata Nayna beranjak bangun
Sesampainya didapur Nayna langsung duduk dibale-bale yang tersedia disana dengan hati-hati dimana sudah tersaji makanan sederhana tapi menggiurkan.
"Jam berapa berangkatnya?". Tanya ayah
"setengah delapan aja yah, acaranya dimulai jam delapan nanti". Jawab Nayna mulai menyendok nasi dan lauk pauknya.
"baiklah nanti ayah yang antarkan". Kata ayah
"baiklah, oh ya dimana bila?". Nayna menanyakan adiknya yg bernama Nabila.
". Dia sedang mandi". Jawab ibu tiba-tiba sambil membawa nampan kopi untuk sang ayah.
Nayna mengagguk menikmati sarapannya.
Nayna makan sendirian, sementara ayah hanya menikmati kopi dan gorengan yang disediakan ibu, dan ibu Masih sibuk didapur.
Tidak butuh waktu lama Nayna menghabiskan sarapannya, membereskan sarapannya, mencuci tangan kemudian pergi keteras rumah menunggu waktu.
Nayna duduk diteras rumah sambil berkirim pesan dengan teman-temannya, membuat janji untuk berkumpul digerbang sekolah sebelum masuk keacara wisuda.
Tak berselang lama ayah keluar, memanaskan motornya siap mengantar Nayna kesekolah, sementara ibu akan menyusulnya nanti.
(Skip)
Nayna dan kedua temannya sekarang sudah duduk dikursi yang telah disiapkan, sementara Dewi masih berada diruang kepala sekolah, sebab dia yang menjadi bintang sang juara umum jurusan IPS. Kadang Nayna sendiri heran bagaimana bisa temannya yang itu memiliki kepintaran yang melonjak tinggi setelah mengenal boy band korea itu , bahkan sekarang mampu menguasai 7 bahasa negara asing, apakah ada cara untuk itu? Jika ada Tolong beri tahukan Nayna caranya!!.
Sementara dirinya? Huh dia bahkan hampir sama dengan kebanyakan siswa lainnya, Yang penting LULUS!
Waktu sudah menunjukan pukul 08.00Wib dimana acaranya akan segera dimulai, sementara sekolah sendiri sudah mulai dipadati orang-orang baik para siswa/i, orang tua wali, atau orang yang hanya sekedar ikut menyaksikan.
Terlihat dua orang siswa/i yang bertugas sebagai Mc naik keatas podium, siap membeberkan susunan acara yang akan dilaksanakan beberpa waktu kedepan, yang selalu dimulai dengan sambutan-sambutan dan lainnya. Sementara Nayna hanya mendengarkan tanpa menyimak apa yang diucapkan para guru penyambut itu, dia selalu asik dengan ponselnya atau hanya sekedar berbincang dengan temannya, bukan cuma Nayna sih, tapi terlihat juga beberapa siswa/i atau orang tua wali yang acuh tak acuh.
"Nay". Panggil Lusi dari belakang berbisik setengah berteriak karena jaraknya terhalang dua kursi didepan.
"Apa". Sahut Nayna menoleh.
"habis ini ngantin yu, gw laper nih". Ajak Lusi.
"oke, tapi nanti setelah foto-foto ya, ajak juga Yani sama Dewi ". Kata Nayna setuju
"siip bisa diatur". Ucap Lusi mengacungkan jari jempolnya.
Kemudian keduanya fokus kembali dengan acaranya, lebih tepatnya pada ponselnya sih.
Hingga beberapa waktu berlalu, acara-acar telah dilewati, kini saatnya bagian inti dari acara ini, yakni pelepasan kelas 12, yang dimana nama-nama siswa/i dipanggil untuk menerima mendali kelulusan dan kemudian berkumpul ditengah lapangan untuk melepaskan puluhan balon yang telah disiapkan sebelum sebagai bentuk resminya pelepasan kelas 12.
Acara pelepasan balon berlangsung dengan meriah, setelahnya para siswa/i dan guru kembali ketempatnya masing-masing. Begitupun Nayna tapi sebelum itu mereka berfoto selfie bersama, mengabadikan momen yang tidak akan terulang kembali.
Selesai berfoto ria Nayna dan temannya kembali ketempat duduk masing-masing.
"Nay". Panggil Lusi berdiri disamping Nayna.
Nayna pun menoleh, "kenapa?". Tanya Nayna
"ambil foto yu disana" . Tunjuk Lusi kearah background foto wisuda yang sudah disediakan.
"boleh". Ucap Nayna beranjak bangun
"tapi ajak Dewi sama Yani". Timpalnya lagi
"hayu". Ucap Lusi menggandeng tangan Nayna untuk menghampiri Dewi
"Dew". Teriak Nayna pelan tapi mampu didengar Dewi.
"mau foto sekarang?". Tanya Dewi langsung mengerti karena sudah diberi tahu kalau mereka akan berfoto
"hayu, mana Yani?". Ajak Nayna sekaligus menanyakan Yani
"gak tau, tadi sama pacarnya kesana"?. Ucap Dewi beranjang bangung sambil menunjukan arah perginya Yani, dan memang terlihat Yani sedang berfoto ria dengan pacarnya, dan yah diantara ke empatnya cuma Yani yang memiliki kekasih, itulah kenapa dia kadang jarang bersama.
"Ya udahlah biarin aja, nanti juga nyusul, udah dikasih tau ini". Ucap Lusi menarik Dewi dan Nayna.
"pelan - pelan napa". Tegur Dewi menepuk tangan Lusi
"kagak liat gw susah jalan, nih gaun mana berat pula". Keluh Dewi
"iye iye". Ucap Lusi tanpa melepaskan pegangannya.
"nanti kita foto bertiga ya, sebagai kenangan". ucap Lusi antusias
"gak nunggu Yani dulu?". Tanya Nayna
" Lu gak liat dia lagi sibuk, nanti kita juga foto berempatlah". Ucap Lusi
"oke baiklah". Sahut Nayna dan Dewi bersamaan.
Jarak antara background foto dan tempat duduk mereka cukup memiliki jarak, jadi harus berjalan beberapa saat untuk sampai kesana, apalagi dipenuhi dengan orang-orang dan cukup berdesakan dibeberapa tempat jadi harus berhati-hati sedikit.
Setelah sampai di background foto wisuda Nayna dan temannya harus menunggu mendaftar untuk mendapatkan antrian, dan ya background foto ini bukan milik sekolah, tapi photographer daerah setempat yang disuruh Dan ini berbayar, jadilah Nayna harus mengantri menunggu giliran.
(skip)
Setelah beberapa kali take foto, akhirnya Yani muncul.
"kalian ninggalin gw ya". Cemberut Yani setibanya disana
"Lu Yang kelamaan asik sama dia". Sahut Lusi sedikit ketus, dia sudah lapar tapi harus menunggu Yani yang lambat.
"iya iya maaf, jadi nih foto berempat?". Tanya Yani.
"jadi dong". Jawab Dewi
"kalian tenang aja, biar gw yang bayar, semalam desain gw dibayar tinggi". Lanjutnya
"wiiihh rejeki nomplok nih, bisa ditraktir bakso". Canda Nayna sambil tertawa sedikit
"boleh-boleh, nanti biar gw yang traktir jajan kalian". ucap Dewi
"siiip". Ketiganya kompak
"jangan banyak-banyak tapi". Lanjut Dewi
"bisa diatur". Ucap Yani tertawa.
"gak heran sih Lu banyak duit sekarang, sekali take aja dapat puluhan juta, gini nih kalo orang genius mah". Ucap Lusi tepuk tangan sendiri sambil menggelengkan kepala menatap Dewi.
"sekali take matamu". ucap Dewi
"gw ngerjainnya berhari-hari itu, cuma semalam baru dilelangkan”. Lanjutnya lagi
"yaudah yu jangan lama-lama lagi, langsung jepret aja, biar cepet gw udh lapar ini, tadi pagi gak sarapan dulu, gw kesiangan". Ucap Lusi panjang lebar.
Mereka kemudian berfoto, dan setelah beberapa take dan dirasa cukup dan hasilnya bagus akhirnya mereka mengakhiri sesi berfoto, dan dicetak tak lama setelahnya.
Sesuai kesepakatan mereka pergi ketukang bakso yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat mereka sekarang.
Tak lama mereka sampai dan langsung memesan bakso meski antrian cukup banyak, tapi mereka akan menunggu itu.
Nayna dan temannya duduk dikursi panjang yang sudah tersedia menunggu baksonya siap.
Nayna membuka ponselnya dan masuk keroom chat sesama fandomnya, sekedar menyapa dan sedikit berbincang kemudian menyudahinya. Mengirim pesan pada ibunya untuk pulang terlebih dahulu karena acara juga sebentar lagi selesai, hanya tinggal beberapa pentas seni yang ditunjukan adik-adik kelas.
"Ini neng". Ucap kang bakso menaruh mangku bakso satu per satu, memecah kehening keempatnya, meski disekitarnya begitu ramai sekali.
"makasih kang". Ucap mereka bersama, dan langsung meracik rasa sesuia keinginan.
Disela-sela itu mereka seperti biasa bercakap ringan,
"guys, lulus ini kalian mau lanjut kuliah apa kerja?". Tanya Yani sambil menyeruput kuah bakso aaahh nikmat itulah gambarannya.
"gw gak tahu, pengennya kerja, tapi nyokap nyuruh kuliah". Jawab Lusi menuangkan saus sambel, karena selain Dewi, Lusi juga termasuk orang berada.
"kalau gw sih kayaknya kerja deh, kulaih emak bapak gw gak mampu". Jawab Nayna sambil makan bakso pelan.
"Lu Dew?". Tanya Yani
"Gak tahu, kita lihat kedepannya gimana". Jawab Dewi enteng.
"Lah Dewi mah meski kagak kerja, duitnya udah banyak, puluhan juta sekali dapet, bukan perbulan lagi". Celetuk Nayna menggoyangkan sendoknya seolah serius, tapi menang iya.
"hahah bisa aja Lu Nay". Timpal Dewi tertawa sedikit.
"tapi emang bener kan Lu ". Ucap Lusi
"iya sih hahah". Jawab Dewi meniup kuah bakso.
percakapan mereka terus berlanjut sampai bakso serta kuah nyapun habis.
Setelah menghabiskan bakso dan membayarnya merekapun kembali ketempat duduknya masing-masing menyaksikan acara hiburan hingga penutupan wisuda.
To Be Continued 💎💎
"Happy reading , I hope you like it, please give critics and suggestions, thank you very much" 💜💜
Hari sudah sore, Nayna kini sudah berada dirumahnya bersantai ria sambil membaca novel favouritenya, menyalakan musik kesukaannya, menikmati segelas es teh manis yang dibelinya diwarung dengan beberapa camilan tersedia.
Seperti tidak ada kegiatan lain setelah ini, Nayna menikmatinya dengan baik.
"habis ini gw ngapain ya?". Gumam Nayna meletakan ponselnya, meminum sedikit.
"kira-kira kerja apa nanti". lanjutnya menghela nafas pelan.
"Chat mereka aja kali ya, siapa tau kan punya rekomendasi eeeaa". Cekikian Nayna mengambil ponselnya lagi, mengirim pesan diroom chat groupnya.
semenit
Dua menit
tapi belum ada yang melihat pesannya, keluar dari group Nayna kemudian meletakan kembali ponselnya.
"mungkin mereka sibuk". gumam Nayna segera menghabiskan jajanannya, dan segera membereskannya, masuk kedalam rumah sebab hari sudah mulai malam.
"Bu, ayah belum pulang?". Tanya Nayna pada ibunya diruang TV
"Belum Nay, mungkin masih ada pelanggan". Jawab ibu Nayna dengan mata yang tetap fokus pada TV.
Sedikit cerita, pekerjaan orangtua Nayna hanyalah seorang serabutan, ayahnya yang bekerja sebagai montir dibengkel, dan terkadang menyadap aren untuk dijadikan gula merah oleh ibunya. Nayna memiliki seorang adik perempuan, usianya kira-kira masih 10tahunan.
(Skip)
Hari semakin larut, namun Nayna belum kunjung memejamkan matanya, dia malah heboh sendiri dikamarnya, menyaksikan live idolnya di aplikasi tertentu.
Cekikian sendiri, tertawa sendiri, bertingkah aneh, jika dilihat Nayna hampir mirip orang gila, tapi sekali lagi dia tidak perna perduli pandangan orang lain terhadapnya, dia akan melakukan apa yang dia sukai selagi masih dalam aturan.
Nayna masih saja cekikian, dan itu terdengar sampai kekamar ibunya yang berada dekat dapur, suasana malam membuat suara Nayna terdengar dengan jelas.
Sebal dengan anaknya yang masih cekikian dimalam buta begini, ibu bergegas menghampiri kamarnya.
Tokk. Tokk..
"Nay, tidur kamu sudah malam ini jangan berisik". Teriak ibu mengetuk pintu.
"Iya buuu". Sahut Nayna dari dalam, kemudian ibu kembali kekamarnya.
Hey, apakah Nayna akan secepat itu tidur? Oh tentu saja tidak, dia malah memakai earphone ketelingannya dan melanjutkan livenya sampai selesai, meski dia harus menahan suara, tetap Nayna lakukan demi pujaannya.
Live tidak berlangsung begitu lama, karena durasinya juga terbatas. Sekarang tepat pukul 02.00 pagi waktu Indonesia, sementara korea baru saja jam 12.00, beda sekitar 2 jam.
Nayna yang sedari tadi terus menguap segera menutup ponselnya begitu live berakhir, bisa di amuk ibunya jika terlambat bangun, tapi, tapi itu sudah sering terjadi.
Waktu cepat berlalu, tidak terasa pagi sudah menyapa, para mahluk hidup melakukan kegiata mereka sesuai kodratnya, dengan kegiatan masing-masing desa tempat Nayna tinggal sudah terlihat cukup ramai.
Akan tetapi, lihatlah pemeran kita, dia masih tertidur pulas, tidak perduli berapa kali ibunya mengetuk pintu, dia masih saja terlelap, bahkan adiknya entah sudah kemana, ikut dengan ayahnya mengambil sadapan aren mungkin.
Sang ibu yang sudah jengkel dengan anaknya yang tak kunjung bangun, bahkan waktu subuh pun dilewatkannya begitu saja, akhirnya kembali lagi entah keberapa kalinya, namun kali ini tidak mengetuk didepan pintunya, akan tetapi tepat dijendela kamar Nayna yang lebih dekat dengan ranjang tidur.
Trong.. Trong.. (Anggap saja ketukan dikaca😂😂)
Beberapa kali ibu mengetuk kaca jendela dari luar. Sehingga tetangga yang lewat pun bertanya.
"kenapa mba?". Tanyanya
"biasa anak gadis saya belum bangun jam segini". Jawab ibu
"oohh, biarkan saja toh, mereka sudah libur sekolah bukan?". Ucapnya
"Tidak bisa, libur dan tidaknya sekolah tidak ada sangkut pautnya dengan bangun pagi". Jawab ibu sedikit sewot
"Sudahlah". Lanjut ibu lagi
"ya sudah kalau begitu saya permisi mba". Pamitnya
Ibu hanya mengaguk saja.
Sementara itu didalam kamar , Nayna sedikit terusik dengan keributan yang ibunya ciptakan, akhirnya Nayna bangun, setengah sadar mengucek matanya, dan terasa silau Nayna sadar dia terlambat bangun, habislah dia 😥, secepat kilat Nayna membuka tirai jendela yang berada tepat disampingnya, sedikit berteriak meberitahu ibunya dia sudah bangun.
"Bu, nay sudah bangun, berhenti mengetuk kaca, dia akan pecah jika terus kau ketuk bu". Ujar Nayna
Ibu yang melihat anaknya sudah bangun, lekas berkata "Buka pintu". Titahnya mutlak
Pasrah!!
Itu yang Nayna lakukan sekarang, dia segera membuka pintu dan bersiap menerima hukuman yang diberikan, hukuman sejenis mencuci dan beberes rumah bagi Nayna itu biasa, yang membuatnya takut adalah jika ponselnya disita.
Ya, memang dikeluarga Nayna pantang bangun terlambat apapun alasannya, kecuali sedang sakit, itu aturan yang sudah diterapkan sejak lama, agar anak-anaknya mampu bersikap disiplin.
Dengan lesu Nayna turun dari ranjangnya bergegas membuka pintu, sebelum ibunya ngamuk lagi.
Clekk...
huuuuhhh (helaan nafas Nayna)
Tepat didepan pintu ibu sudah berkacak pinggang, itulah kenapa Nayna menghela nafas.
baru saja membuka mata, sudah disuguhi pemandangan wajah ibunya yang galak.
"berikan ponsel". Titah ibu tak bisa ditawar
"Bu". Nayna memelas
"tambahin kerjaan rumah deh, asal jangan ponsel yang diambil". Bujuk Nayna.
"tidak bisa! berikan sekarang, dan kerjakan semua pekerjaan rumah, ibu sengaja tidak melakukannya untuk menghukummu". Ucap ibu menadahkan tangannya satu, sementara yang satu tetap dipinggang dengan sapu di genggamannya.
Lesu, Nayna masuk mengambil ponselnya berjalan perlahan sesekali melihat ibunya, guna memohon belas kasih agar ibunya tidak mengambil ponselnya, dan setiap kali itu ibunya melotot tanda tidak ada penolakan.
Setelah menerima ponselnya, ibu kemudian melenggang masuk kedapur diikuti Nayna.
"Kerjakan semua pekerjaan rumah, ibu mau masak aren, pesanan kita cukup banyak sekarang". Titah sang ibu
"baik bu, nabila ikut ayah bu?". Tanya Nayna..
"iya, dia sudah ikut ayahnya sejak subuh, tidak seperti kau Yang tidur macam kebo". jawab ibu sedikit ketus.
"Selalu begitu". Gumam Nayna yang kerap dibandingkan dengan adiknya, itulah kenapa hubungan dengan adiknya tidak begitu baik, bukan dia tidak sayang adiknya, hanya saja dia sedikit muak selalu dibandingkan ibunya, mungkin jika oranglain dia tidak akan perduli, tapi ini ibunya sendiri dia tidak bisa abai begitu saja tentang perasaanya yang kadang cemburu dengan adiknya, terlebih Nayna dan adiknya berbeda ayah, tapi satu ibu.
Nayna masuk ke kamar mandi yang hanya tertutup tirai, mencuci muka dan menggosok gigi, bersiap mencuci baju yang sudah menumpuk disana, tanpa sarapan, ya tanpa sarapan, jangankan sarapan minum pun dia lupa.
"Nay, sekolah sudah libur?". Tanya ibu yang memang jaraknya tidak begitu jauh.
"iya bu, paling nanti minggu depan ambil surat kelulusan, kalau ijazah gak tau kapan". Jawab Nayna sambil tangannya tetap mencuci baju.
"Oh iya iya". ucap sang ibu.
To be Continued 💎💎
Happy reading, semoga suka 🤭🤗 maaf masih berantakan, saya masih belajar merangkai kata 🤭🤭
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!