Putri Veronika Wijaya, ia adalah seorang istri dari Rafa Samudra, lelaki yang biasa di panggil Rafa, pernikahannya yang sudah 2 tahun itu masih belum bisa menyentuh hati suaminya, berbagai cara sudah ia lakukan, tapi tetap saja tidak bisa menggerakkan hatinya.
Sedangkan Veronika sendiri sudah jatuh cinta pada Rafa semenjak menolong Rafa dari penculik saat usianya masih 13 tahun, bahkan Rafa juga berjanji akan menikahi Veronika setelah mereka berdua menjadi sahabat.
Namun saat usia Veronika 14 tahun ia harus melanjutkan pendidikannya ke luar negri karena orang tuanya membuka bisnis di luar negri.
Setelah usia Veronika 29 tahun, ia juga menyandang status sebagai dokter bedah, ia kembali ke Indonesia lagi untuk menemui lelaki yang ia cintai.
Namun karena mereka tidak berkomunikasi dan bertukar kabar Rafa sudah lupa dengan Veronika, bahkan perjanjian mereka menikah saja karena Veronika telah menyembuhkan Kakek dari Rafa.
Rafa sendiri tidak tau kalau Veronika adalah seorang dokter bedah dan ia juga tidak tau kenapa Kakeknya itu menyuruh menikahi Veronika tanpa alasan dan bahkan ia juga tidak tau latar belakang Veronika.
Rafa hanya tau kalau Veronika adalah seorang Gadis dari pedesaan yang bekerja sebagai asisten rumah tangga Kakeknya saat di luar negri.
Veronika meremas tangannya sendiri saat mendengar suaminya mengatakan kalau Intan Safitri sudah suaminya nikahi 1 minggu yang lalu.
Hati Veronika merasa hancur saat suaminya menikah lagi tanpa sepengetahuannya, selama ini ia selalu membantu suaminya secara diam-diam untuk membuat perusahaan suaminya semakin di kenal dan banyak menerima tawaran dari rekan-rekan bisnisnya.
Tanpa Veronika perusahaan suaminya bukan apa-apa, bagai mana pun Veronika adalah putri dari Atmaja Wijaya, orang terkaya nomer 9 di Asia, dari kecil ia sudah di ajarkan untuk berbisnis.
"Intan adalah istriku, wanita yang sangat aku cintai dari kecil! jadi mau kamu setuju atau tidak Intan tetap akan tinggal di rumah ini!!"
Kalimat yang sama di ucapkan oleh suaminya membuat Veronika semakin meneteskan air mata, ini untuk pertama kalinya ia menangis setelah kematian ibunya.
Walau pun Veronika di perlakukan sebagai pembantu oleh ibu mertuanya ia tidak pernah mengeluh sama sekali, ia tetap menampilkan wajah ceria di depan mereka berdua.
"Kenapa kamu setega ini Intan? Kita berdua sudah menjadi sahabat selama 2 tahun lebih, kenapa kamu mau menikah dengan suamiku?! apa kamu tidak bisa mencari lelaki yang tidak beristri?!"
Plak!!!
Sebuah tamparan keras itu mengenai pipi mulus Veronika.
"Wanita mandul sepertimu, tidak boleh berbicara lantang pada menantuku! Lagi pula kamu itu wanita miskin, mana pantas dengan putraku! kalau saja bukan karena dukungan mama, mungkin saya sudah menyuruh putraku untuk menceraikan mu!! "
Veronika memegang pipi yang terasa panas sambil tersenyum getir, memang ibu mertuanya selalu mengatai ia wanita mandul semenjak usia pernikahannya menginginkan 1 tahun.
"Sudah berapa kali saya bilang kalau saya bukan wanita mandul Mama!! "
Bagai mana Veronika bisa hamil kalau suaminya selama 2 tahun ini tidak pernah menyentuhnya, status ia memang seorang istri, tapi sampai sekarang ia masih perawan.
Suaminya selalu menolak untuk berhubungan karena di hati suaminya ada wanita yang suaminya cintai, namun ia tidak menyangka kalau suaminya itu mencintai sahabatnya sendiri.
"Kalau kamu tidak mandul lalu kamu bilang putraku mandul?! dengar iya Veronika, Intan itu sudah hamil, dan kehamilannya sudah 2 minggu, sedangkan kamu sampai sekarang belum hamil juga!"
Saat Veronika mendengar Intan sudah hamil mendadak jantungnya berhenti berdetak, ia tidak menyangka kalau suaminya ternyata sudah melakukan hubungan terlarang sebelum menikahi Intan, lalu ia melihat ke arah Intan yang sedangkan tersenyum menatapnya.
"Kenapa kamu setega ini Mas, kamu melupakan janjimu yang akan selalu membahagiakan aku dulu." batin Veronika
Memang Rafa bukan hanya berjanji akan menikahi Veronika, tapi ia juga berjanji akan selalu membahagiakan Veronika.
Namun sudah 2 tahun menikah, suaminya masih belum mengingat masa lalunya, bahkan sekarang suaminya menikah lagi dengan sahabatnya sendiri.
"Aku menutupi identitasku dan di pandang rendah oleh keluargamu hanya untuk semata-mata agar kamu tidak minder bersamaku, tapi hingga sekarang aku masih belum mendapatkan cintamu, bahkan tidak pernah ada yang memandangku rendah selain kamu dan keluargamu." batin Veronika
Saat Rafa menatap ke manik mata istrinya ia sangat terkejut saat melihat istrinya meneteskan air mata karena selama menikah ia belum pernah melihat istri menangis.
Terlebih saat melihat istri menangis, Rafa merasa hatinya begitu sakit, Ia belum pernah merasa sakit hati seperti sekarang.
"Ada apa dengan hatiku, jelas-jelas aku hanya mencintai Intan, wanita yang telah menolongku dulu, wanita yang telah aku beri janji untuk menikahinya."
Memang yang Rafa tau kalau Intan lah yang telah menolongnya saat ia di culik karena ia melihat bekas luka di leher Intan, terlebih saat itu ia bertanya apa bekas luka itu adalah bekas menolongku.
Intan hanya mengiyakan ucapan Rafa, bahkan saat Rafa bertanya kenapa namamu bukan Putri, Intan juga menjawab kalau ia mengubah namanya oleh orang tuanya.
Saat Rafa bertanya tentang kalung miliknya yang ia berikan pada Gadis kecil bernama Putri, Intan mengatakan kalau kalung itu hilang.
"Mungkin karena aku belum pernah melihat Veronika menangis, bahkan saat aku ingin berpisah dan mengancam akan membunuhnya Veronika tidak takut, hingga pisau itu melukai pergelangan tangannya Veronika tidak menangis, aku tidak mengerti kenapa Veronika sangat gila ingin mempertahankan ku sebagai suaminya." batin Rafa
Bahkan Saat itu Rafa bukan hanya melukai tangan istrinya tapi ia juga berencana untuk memberikan rumah mewah asalkan istrinya mau bercerai, tapi lagi-lagi istrinya tetap menolak.
"Mas aku ingin kamar yang di tempati oleh Veronika."
Suara Intan menyadarkan lamun Rafa.
"Iya kita akan menempati kamar itu sayang. Veronika, kamu pindah ke kamar tamu."
Veronika langsung mengusap air matanya saat mendengar panggilan sayang dari suaminya untuk sahabatnya, ia tidak menyangka kalau suami yang tidak pernah memiliki senyum dan romantis padanya bisa tersenyum dan memanggil sahabatnya dengan sangat romantis.
"Selama 2 tahu aku belum pernah melihat Mas Rafa tersenyum padaku, tapi kali ini aku bisa melihat Mas Rafa tersenyum dan memanggil Intan dengan sangat romantis, apa cintamu dulu hanya cinta monyet Mas? "batin Veronika
" Iya pakai saja."
Veronika tidak ingin memperdebatkan hanya sebuah kamar, ia juga langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barang berharganya sambil sesekali meneteskan air mata.
Veronika tidak percaya kalau dulu sahabatnya pernah bilang aku ingin di nikahi oleh lelaki seperti Rafa yang tampan dan menawan, ia tidak menyangka kalau ucapan itu sangat dari hati, bahkan kini sahabatnya di nikahi oleh suaminya.
"Sahabat seperti apa kamu Intan, kamu bahkan jadi model juga karena aku diam-diam membantumu agar di terima di perusahaan ku sebagai model, lalu saat orang tuamu bangkrut, aku lah yang memberi mereka modal cuma-cuma agar tidak bangkrut, aku pikir kamu sahabat terbaikku, ternyata kamu adalah duri dalam hidupku. " batin Veronika
Semalaman Veronika menangisi suaminya di kamar tamu, ada rasa menyesal di hatinya karena dulu ia menentang Ayahnya hanya untuk bersama Rafa.
Memang Ayah Veronika tidak setuju kalau Veronika menikah dengan Rafa, alasan nya karena Ayah dari Veronika memiliki lelaki idaman untuk Veronika.
Namun sampai sekarang Veronika tidak tau siapa lelaki pilihan Ayahnya, karena ia tidak ingin tau tentang hal itu.
"Maafkan aku Ayah, nyatanya sampai sekarang aku tidak bisa membuat Mas Rafa mencintaiku. Aku pikir Mas Rafa akan mencintaiku, nyatanya Mas Rafa tidak pernah tersentuh sedikit pun dengan keberadaan ku, aku saja yang munafik kalau cinta Mas Rafa itu tulus padaku tanpa harus mengatakan masa lalu kita aku percaya kalau Mas Rafa akan mencintaiku, faktanya tidak, mungkin walau pun Mas Rafa tau, Mas Rafa akan mencintai Intan." batin Veronika
Saat Veronika terus berbaring sambil melamun di atas ranjang, tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka lebar dengan menampilkan suaminya dan Intan.
Veronika langsung duduk sambil menghapus air matanya, bibirnya tersenyum hambar saat melihat tangan suaminya menggenggam erat tangan Intan.
"Ada apa?"
Rafa mendadak terkejut saat mendengar pertanyaan dari istrinya yang tidak lagi memanggil kata Mas, untuk pertama kalinya ia tidak mendengar panggilan Mas dari istrinya.
Setelah beberapa menit Rafa terdiam, ia menghela nafas kasar, lagi-lagi hatinya terasa sakit saat melihat mata istrinya seperti mata panda.
"Kenapa kamu tidak masak Veronika?! Kamu tau kalau aku tidak suka masakan asisten rumah tangga selain masakanmu?!"
Veronika tersenyum getir saat mendengar pertanyaan dari suaminya, ia tau kalau suaminya tidak suka masakan siapa pun selain masakannya.
"Saya bukan pembantu kamu! Enak sekali kamu bertanya tentang masak denganku, enak sekali kamu memiliki pembantu gratis, panggil lagi Bibi Lastri dan Bibi Minah kemari, mulai dari sekarang aku bukan pembantu kamu!"
Mata Rafa langsung membulat sempurna saat istrinya memanggil kata kamu padanya, ia tidak percaya wanita yang selalu menampilkan senyum ceria dan selalu berbicara lemah lembut itu berbicara kasar.
"Kamu itu istriku, jadi wajar kalau aku tanya masak sama kamu!"
"Istri?! Sejak kapan kamu menganggap aku istri dan kenapa kamu tidak menyuruh Intan untuk membuat sarapanmu? Intan juga istrimu."
Veronika menjawab ucapan suaminya masih sambil tersenyum getir, sejak kapan ia di anggap istri oleh suaminya.
Selama menikah suaminya tidak pernah menganggapnya sebagai istri, selama menikah suaminya tidak pernah mengenalkan ia ke publik kalau ia adalah istrinya.
"Intan sedang mengandung anakku, dia tidak boleh kecapean, ini adalah anak pertamaku."
"Aku tidak peduli dan tidak ingin tau alasan apa pun! Pergi kamu dari kamarku! Aku mau tidur! Aku sudah cukup menangisi lelaki bajingan sepertimu!"
Veronika berbicara sambil mendorong suaminya keluar dari kamarnya, ia benci terlalu lama melihat sahabatnya yang tersenyum, ia tidak melihat rasa bersalah sedikit pun di wajah sahabatnya.
"Sebentar Veronika, aku ingin kamu menyetujui pernikahanku dengan Intan, agar kita bisa memiliki buku nikah, aku tidak ingin anakku nanti di anggap anak haram."
"Memang kalau anakmu itu anak haram bukan? kamu menikahi Intan 1 minggu yang lalu, sedangkan kehamilan Intan sudah 2 minggu, dan masalah itu kamu tanggung sendiri akibatnya, aku tidak peduli urusan kalian!"
Setelah mengatakan itu Veronika langsung menutup pintunya dengan sangat kasar lalu langsung mengunci pintu kamarnya.
Veronika duduk di atas ranjang sambil menghela nafas berat, ia tidak akan mengijinkan suaminya untuk menikahi Intan secara resmi.
"Intan, aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk menikah secara resmi, rasa sakit mu tidak sebanding dengan rasa sakit ku, kamu mendukungku untuk tetap semangat mengejar cinta suamiku, tapi kamu menusukku dari belakang, kamu tidak pantas mendapatkan kebahagiaan." batin Veronika
Setelah berpikir cukup lama Veronika memutuskan untuk mengirim pesan pada ke dua sahabatnya untuk bertemu, lalu ia pergi mandi karena ia akan pergi ke salon, ia sudah lama tidak ke salon, dan bahkan sudah lama ia tidak memakai pakaian mewah hanya agar terlihat wanita biasa di depan suaminya.
Setelah selsai mandi Veronika juga langsung pergi mengendarai mobil yang biasa ia pakai memakai supir pribadi, tidak ada yang tau kalau ia bisa memakai mobil, hanya Kakek dan Nenek dari suaminya yang tau identitas Veronika.
Terlebih dari awal suaminya membelikan mobil langsung ada supirnya untuk mengantar kemana pun Veronika pergi.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit, Veronika sampai di Restoran yang sudah memiliki janji bersama ke 2 sahabatnya.
"Hai!!"
Veronika menyapa mereka berdua sambil berpelukan, ke dua sahabat Veronika bernama Sasa dan Tasya, mereka berdua adalah sahabat dari masa SMA saat di luar negri dulu.
Setelah beberapa detik mereka bertiga melepaskan pelukannya lalu langsung memesan makanan. Tidak ada air mata di mata Veronika, namun ke dua sahabatnya tau kalau Veronika sedang tidak baik-baik saja, terlihat jelas dengan mata yang memerah seperti habis menangis.
"Sampai kapan kamu akan bertahan bersama Rafa?"
Tasya bertanya dengan raut wajah kuatir, memang tidak ada yang di tutupi oleh Veronika tentang pernikahannya bersama Rafa, mereka juga tau kalau Veronika tidak pernah di anggap istri oleh Rafa.
Veronika hanya menggelengkan kepalanya sambil meletakan sendok dan garpunya, karena mereka bertiga memang sedang makan, lalu ia berkali-kali menghela nafas berat.
"Veronika, saranku lepaskan Rafa, sampai kapan kamu mengejar lelaki yang tidak tau diri seperti Rafa? Selama ini kamu mati-matian membantu perusahaannya, apa yang kamu dapat sekarang? Masih tetap menyandang status istri tapi masih perawan?"
Veronika hanya tersenyum getir saat mendengar pertanyaan ke dua dari Tasya, mereka berdua memang mengetahui identitasnya, hanya Intan yang tidak mengetahui identitasnya.
"Sepertinya aku akan melepaskan dia untuk kali ini."
Veronika menjawab dengan suara berat, ia memang belum siap melepaskan suaminya, tapi sekarang ia sudah tidak memiliki alasan untuk bersama suaminya lagi.
Suaminya sudah bahagia bersama Intan, wanita yang sangat suaminya cintai, bahkan suaminya sampai selingkuh di belakangnya bersama Intan, lalu suaminya juga diam-diam menikahi Intan.
Apa lagi yang bisa Veronika pertahankan dari pernikahannya, ia memang sudah waktunya melepaskan pernikahan itu sesuai perjanjian bersama Ayahnya, ia memang memiliki perjanjian.
Jika selama 2 tahun Veronika tidak bisa mendapatkan cintai dari suaminya, ia akan melepaskan pernikahannya dan kembali lagi dengan kehidupannya sebagai seorang dokter dan melanjutkan bisnis keluarganya.
"Kamu tidak sakitkan?!"
Sasa bertanya sambil memegang kening Veronika, ia sangat terkejut karena Veronika akan melepaskan suaminya.
"Rafa sudah menikah lagi."
Mereka berdua mengerutkan keningnya beberapa saat, saat mendengar panggilan Rafa, dari sebelum menikah hingga sudah menikah, ini untuk pertama kalinya mereka mendengar Veronika memanggil Rafa tanpa embel-embel Mas.
"Siapa wanita yang di nikahi Rafa?! Siapa nenek lampir yang tega menjadi duri di pernikahanmu?!"
"Intan."
Mata mereka berdua membulat sempurna sambil menjatuhkan sendok dan garpunya ke lantai karena terkejut.
Mendadak meja mereka menjadi pusat perhatian pengunjung karena bunyi nyaring dari sendok dan garpu yang jatuh, membuat Veronika malu sendiri.
Veronika sudah menceritakan semua tentang Intan pada ke dua sahabatnya di restoran tadi, bahkan ke dua sahabatnya tidak berhenti mengumpat tentang Intan yang tega menusuknya dari belakang.
Namun Veronika tidak menanggapi ucapan itu, ia hanya ingin fokus menghabiskan uang milik suaminya.
Selama menikah Veronika tidak pernah memakai kartu kredit milik suaminya, tapi sekarang waktunya ia berfoya-foya dengan uang milik suaminya.
Setelah dari salon Veronika dan ke dua sahabatnya berbelanja dari tas sepatu dan baju, yang tidak tanggung-tanggung mengambil barang-barang mahal.
Bahkan Veronika juga mentraktir ke dua sahabatnya agar membuat pusing semua tagihan kartu kredit suaminya.
"Kamu tidak takut di marahi sama Rafa?"
"Untuk apa aku takut pada Rafa? Ini baru awal mula kehancuran mereka, bahkan aku akan membuat mereka lebih gila lagi karena berani berkhianat dengan sahabatku sendiri."
Veronika menjawab pertanyaan dari Sasa sambil tersenyum lebar, ia sedikit lupa dengan kejadian kemarin setelah berbelanja dengan ke dua sahabatnya, tapi ia juga tidak yakin akan selalu tersenyum seperti sekarang saat sendiri.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya?"
Tasya bertanya dengan sedikit kuatir, karena ia tau sahabatnya itu kalau sudah membahas tentang dendam menjadi wanita yang paling kejam.
"Mungkin aku akan mempublikasikan pernikahanku tanpa harus membuka identitasku, lalu aku juga akan mempublikasikan pernikahan siri mereka, agar aku memiliki alasan untuk menyuruh Dandi memecat wanita sialan itu."
Veronika menjawab sambil tersenyum licik, bahkan masih banyak lagi rencana jahat dalam otaknya, ia sudah cukup menjadi wanita bodoh untuk suaminya, tapi kali ini ia tidak ingin lagi menjadi wanita bodoh karena cinta.
"Menurutku itu tidak sebanding dengan luka yang kamu dapat Veronika."
Sasa tidak setuju kalau Veronika hanya akan membuat Intan di pecat saja, ia ingin Intan juga merasakan sakit seperti yang Veronika rasakan.
"Tunggu dan lihat saja permainanku, menurutmu siapa yang akan menolak kecantikanku?"
Mulai dari sekarang Veronika akan berdandan cantik seperti dulu lagi, ia juga tidak percaya kalau suaminya tidak tertarik dengan kecantikannya nanti.
"Kamu gila?! Kamu perawatan hanya untuk suamimu yang jelas-jelas sudah mengkhianatimu, apa kamu tidak jijik dengan burungnya? Bisa-bisa tertular penyakit karena bekas wanita gatel itu!"
Tasya bertanya sambil menatap tajam pada Veronika, ia tidak habis pikir kalau Veronika menggunakan kecantikannya hanya untuk mendapatkan Rafa yang sudah jelas-jelas mengkhianatinya.
"Aku tidak sebodoh itu, aku tidak mungkin mau dengan Rafa lagi, yang jelas mereka akan menyesal."
"Oke aku percaya sama kamu, jangan pernah sesekali lagi kamu menangisi lelaki bajingan seperti Rafa, kamu itu cantik dan kaya, Rafa tidak ada apa-apanya denganmu, kamu bisa mendapatkan lebih baik dari lelaki bajingan itu."
Veronika hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, yang Sasa ucapkan memang benar menurutnya, ia tidak perlu meratapi rumah tangganya lagi.
"Aku bersyukur punya sahabat seperti kalian."
Veronika langsung memeluk ke dua sahabatnya sambil meneteskan air mata, ia tidak menyangka kalau ke dua sahabatnya ada pada pihaknya, jelas-jelas kalau Sasa adalah sepupu dari Intan, tapi Sasa membela Ia bukan membela Intan.
Setelah percakapan itu mereka bertiga langsung ke toko perhiasaan dan membeli banyak perhiasan. Setelah itu Veronika memutuskan untuk pulang karena waktu sudah sore.
Setelah sampai di rumah Veronika membawa barang-barangnya masuk ke dalam kamar di bantu oleh Pak Budi, supir pribadinya.
Baru saja Veronika meletakan tas, suaminya langsung mengunci pintu kamarnya dengan mata yang memerah seperti menahan amarah.
"Kamu gila?! Menghabiskan uang hingga 3 miliyar! Kamu pikir cari uang itu seperti memetik daun?!"
Walau pun Rafa memiliki uang banyak, ia belum pernah menghabiskan uang hingga miliyaran hanya untuk berfoya-foya.
Apa lagi usahanya baru saja naik daun, ia tidak mungkin meminta uang pada Kakeknya saat kekurangan uang.
"Iya kalau mau cantik harus perawatan bukan?"
Setelah mendapat pertanyaan dari istrinya Rafa menyadari kalau kulit wajah istrinya sangat cantik, terutama dengan gaun yang istrinya gunakan, biasanya istrinya hanya memakai daster layaknya ibu-ibu.
Beberapa kali Rafa menelan ludahnya sendiri, apa lagi melihat lekuk tubuh dan paha istrinya yang begitu seksi.
Veronika melihat suaminya menelan ludahnya sendiri, ia langsung mengumpat di dalam hatinya.
"Dasar buaya darat!" batin Veronika
"Kamu berdandan begini hanya untuk menarik perhatianku?"
Rafa bertanya sambil tersenyum nakal pada istrinya, ia tidak menyangka kalau istri yang di anggap kampungan itu ternyata sangat cantik.
"Tidak, aku hanya ingin memanjakan diriku sendiri, aku tidak akan berdandan cantik hanya untuk sampah sepertimu yang tidak bisa di daur ulang!"
Ucapan istrinya membuat Rafa terkejut, ia tidak menyangka istrinya yang sangat begitu gila mencari cara ingin di cintai itu mengatakan hal tidak terduga.
"Maafkan aku, aku mencintai Intan, tapi kalau kamu menginginkan aku berlaku adil, aku pasti akan berlaku adil, dan aku bisa memberikan kehangatan padamu."
"Tidak sudi! Aku tidak butuh kehangatan darimu, aku sudah biasa tidur sendiri!"
"Kamu masih cemburu pada Intan?"
"Tidak!"
mungkin kalau dulu Veronika akan bahagia dengan ucapan suaminya yang bisa memberinya kehangatan, tapi kali ini ia sudah merasa benci.
Veronika tidak pernah suka dengan masalah membagi kasih sayang, apa lagi dengan sahabatnya sendiri.
Veronika tidak setegar itu untuk berpura-pura tidak sakit hati, dulu saat suaminya tidak menganggap ia sebagai istrinya, ia masih bisa tersenyum ceria dan berharap cintanya terbalas.
Walau pun Veronika sendiri selalu di abaikan, ia selalu berusaha dengan giat agar mendapatkan perhatian dari suaminya.
"Aku tidak percaya kalau kamu tidak mencintaiku lagi Veronika."
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu dari luar kamar Veronika.
Tok-tok.
"MAs aku lagi ngidam mandi sama Mas!"
Suara teriakan dari luar kamar membuat Rafa menghela nafas berat.
"Iya sebentar!"
"Pergi, temui istri tercintamu."
"Iya, tapi aku akan ke kamarmu lagi, dan satu hal lagi, jangan bikin ulah dengan uangku lagi, kamu kira aku itu pencetak uang, bisa seenaknya memakai uangku sebanyak itu?!"
Sebelum pergi Rafa memperingatkan kembali tentang uangnya yang habis begitu saja oleh istrinya.
"Selama 2 tahun kamu makan masakanku dan sayurnya aku beli pakai uangku, kamu sakit saya yang merawat kamu, emangnya kamu pernah sakit memanggil dokter? Uang yang aku pakai tidak sebanding dengan jasaku, saat aku masak dan menyetrika bajumu, apa kamu pernah memberiku gaji? Kamu hanya mengaji Bibi Darmi dan anaknya. Jadi kalau aku pakai uangmu itu sudah seharusnya bukan?!"
Memang benar adanya kalau selama ini Veronika memakai uangnya sendiri untuk membeli keperluan dapur dan belanja bulanan, belum lagi bayar listrik dan pam juga ia yang bayar pakai uangnya, ia tidak pernah menyusahkan suaminya karena bisnis suaminya belum sebesar sekarang.
Veronika selalu mendukung semua tentang suaminya, saat suaminya sakit ia menjaga suaminya 24 jam agar suaminya bisa segera sembuh, tapi suaminya bukan membalas kebaikannya dengan kebahagian, namun suaminya membalasnya dengan penghianatan.
Tidak ada lagi kata yang keluar dari mulut Rafa, ia membenarkan semua ucapan dari istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!