...Kunang-kunang kecil menatap ke arah bulan. Merindukan bulan yang tidak menyadari keberadaannya....
...Andai dirinya adalah bintang, maka bulan akan dipeluk olehnya. Tapi dirinya adalah kunang-kunang kecil, yang mati memeluk bayangan bulan di atas telaga....
...Bukankah cinta itu indah? Biarkan aku memeluk cintamu yang dingin....
Laverna
Bagaikan bunga lavender yang indah, menyebarkan wewangian ke semua penjuru, begitulah seharusnya.
Namun dirinya menatap ke arah saudara tirinya. Mengepalkan tangannya berucap dengan nada serius."Aku akan melepaskan hak warisku, tapi aku ingin menikah dengan pacarmu."
"Kamu serius? Dia hanya seorang bartender." Sang kakak terkekeh, menertawakan adik tirinya.
"Putuskan hubungan dengannya. Lagipula hanya 90 hari maka aku akan berpisah dengannya. Setelahnya, dia dapat kembali menjadi milikmu. Biarkan aku hidup selama 90 hari dengan cinta pertamaku." Ucap sang adik, berusaha tersenyum dengan air mata yang mengalir.
"Jeremy, dia memang yang tertampan dari pacar-pacarku yang lain. Tapi kamu tau kan?Uang lebih penting. Aku berikan dia selama tiga bulan padamu." Ucap sang kakak, wanita yang benar-benar cantik, melangkah meninggalkannya.
Laverna menitikkan air matanya. Ini dimulai dari 12 tahun lalu, dirinya dan kakaknya mendatangi yayasan amal setiap hari minggu, atas keinginan orang tua mereka. Kala itulah dirinya berkenalan dengan Jeremy, seorang remaja buta.
Bermain bersamanya, tertawa setiap hari. Namun, kala Jeremy bertanya tentang wajahnya, Laverna akan berbohong mengatakan dirinya benar-benar cantik, dengan rambut kecoklatan.
Rambutnya memang kecoklatan, tapi dirinya tidak secantik kakaknya Jasmine. Hingga kala dewasa, Jeremy datang kembali dengan mata yang telah sembuh dari kebutaan. Mencari brownies kecil (panggilan Laverna kecil) kesayangannya. Pria yang menganggap Jasmine yang cantik sesuai penjabaran ketika mereka muda adalah brownies nya.
Kala Laverna kembali dari menjalani pendidikan di luar negeri. Jeremy dan Jasmine telah menjalin hubungan. Kakaknya yang play girl, dengan seorang bartender rupawan.
Berusaha menjelaskan? Siapa yang akan percaya? Mengingat Jasmine mengetahui apa saja yang dilakukan Laverna dan Jeremy ketika remaja. Laverna tidak memiliki bukti, cinta pertamanya beralih pada kakaknya.
Dirinya hanya dapat diam, kala Jasmine menjadikan Jeremy sebagai salah satu pacarnya.
Tapi kali ini tidak, karena waktu hidupnya yang semakin sempit. Kanker hati, dokter mengatakan dirinya tidak dapat bertahan lebih dari empat bulan tanpa donor. Donor? Mencari pun akan sulit, mengingat dari keluarga hanya mendiang ibunya yang memiliki golongan darah sama dengannya.
Dirinya telah mengupayakan, tapi tidak mudah menemukan seseorang yang bersedia membahayakan nyawanya untuk menjadi donor. Karena itu, menikmati masa hidup 120 hari yang tersisa menjadi keputusannya. Wanita yang hanya bekerja dan berbuat baik sepanjang hidupnya. Tidak bolehkah dirinya bahagia, walaupun hanya sebentar?
Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Dirinya terkadang mengalami muntah darah. Bertahan dengan obat-obatan yang mungkin malah memperburuk kondisinya.
"Aku ingin menjadi istrinya, walaupun hanya tiga bulan. Setelahnya biarkan kami bercerai, dia kembali bahagia dengan kakak. Dan aku memiliki kenangan sebelum menutup mata." Gumamnya, berusaha tersenyum, dirinya akan bahagia walaupun hanya sebentar. Mungkin di akhir hidupnya setelah proses perceraian akan dihabiskannya dengan berlibur di tempat terpencil.
Kala matahari senja perlahan tenggelam, wanita itu melajukan mobilnya menuju club' malam. Tempat yang tidak cocok dikunjungi wanita yang sakit-sakitan sepertinya. Dirinya melihat ke arah Jeremy tersenyum, meracik minuman untuk pelanggan.
Kemudian Laverna duduk di kursi depan bar, merasa sesak setiap mengingat hati pemuda ini adalah milik kakak tirinya.
"Bang! Satu cendol bang! Jangan terlalu manis ya?" Ucap Laverna, membuat Jeremy mengernyitkan keningnya. Tapi harus bersabar, yang waras harus banyak-banyak mengalah.
"Sudah aku bilang disini tidak ada cendol." Ucap pria itu dengan raut wajah datar.
"Kalau bakso?" Tanya Laverna lagi.
"Gila!" Jeremy tidak habis fikir.
"Aku mau curhat, kucingku sakit keras. Dokter bilang tidak bisa mengobatinya lagi. Kucingku menyukai Royal Canin ( sejenis makanan kucing), aku baru saja menghabiskan uangku untuk memberikan makanan terbaik untuknya. Aku ingin dia mendapatkan semua keinginannya sebelum dia mati." Ucap Laverna pada Jeremy.
"Kamu lumayan baik juga ya? Semoga kariermu semakin naik, sehingga kamu tidak akan minder memiliki kakak ipar sepertiku." Ucap Jeremy tertawa, kemudian bungkam sejenak, merasa sudah salah bicara.
"Kamu yang seharusnya dapat hidup dengan baik. Jangan hanya jadi tukang es cendol saja." Laverna terkekeh.
"Aku bukan tukang es cendol! Bartender! Aku bartender paling tampan!" Tegas Jeremy, menunjukkan pose paling keren.
"Ya...ya...ya... yang waras harus banyak-banyak bersabar dan mengalah." Gumam Laverna menbuat sang bartender benar-benar murka. Mengguncang-guncang tubuh calon adik iparnya.
"Dasar kacamata tebal!" Kesal Jeremy, bahkan mencubit pipi Laverna.
*
"Jadi kakakmu sudah bersedia menikah denganku?" Tanya Jeremy antusias, setelah mereka berpindah ke ruangan lain. Dijawab dengan anggukan kepala oleh Laverna.
Dirinya berusaha tersenyum."Maaf mengecewakanmu. Tapi aku yang akan menikah denganmu. Biarkan aku bahagia, walaupun hanya sebentar," batinnya.
"Jadi karung mana yang akan tukang cendol sepertimu jahit untuk dijadikan tuxedo?" Tanya Laverna mengernyitkan keningnya.
"Aku bukan tukang cendol! Aku bartender B...A...R...T...E...N...D...E...R! Bartender! Tidak mengerti bahasa manusia?" Tanya Jeremy menuangkan minuman ke dalam gelas Laverna.
"Aku tidak bisa minum." Ucap wanita itu tersenyum.
"Kenapa? Bukannya di setiap perjamuan kamu mengkonsumsi wine?" Tanya Jeremy tidak mengerti, dengan wanita karier di hadapannya.
"Karena setiap detik berharga. Aku hanya berfikir seperti kunang-kunang. Kamu tau mereka hanya hidup 2-3 minggu dan itu hanya untuk kawin?" Laverna tertawa kecil, kemudian menatap ke arah Jeremy."Tapi itu sepadan, mereka dapat terlihat cantik seperti bintang. Dapat menemukan pasangan, bercinta, atau dapat juga hanya menunjukkan rasa kasih. Walaupun pada akhirnya sinar kecil mereka hilang. Mayat yang jatuh di atas rerumputan."
"Kamu membuatku hampir menangis!" Jeremy mengambil tissue, kemudian mengeluarkan ingusnya sendiri.
"Soal dekorasi pernikahan dan hal lainnya, aku yang akan mengambil alih, kamu hanya perlu hadir. Satu lagi, untuk cincin pernikahan kamu yang menyiapkannya." Tegas Laverna tersenyum padanya.
"Lalu Jasmine?" Jeremy mengernyitkan keningnya.
"Sudah! Kalian tinggal terima beres saja. Aku hanya takut kalau tukang es cendol sepertimu yang menyiapkannya, karung goni jadi setelan tuxedo, saringan tahu menjadi pelapis gaun pengantin." Ucap Laverna tertawa mengejek.
Namun kali ini Jeremy hanya tersenyum."Terimakasih...kita akan jadi keluarga."
"Siap! Kakak ipar!" Laverna memberi hormat."Carikan aku es cendol..." pintanya tersenyum.
"Dasar!' Jeremy terkekeh. Sejenak dirinya menghela napas kasar.
Cinta pertamanya, itulah Jasmine wanita yang menemani masa remajanya di yayasan sosial. Browniesnya yang selalu berkata, bagaikan ratu jahat, dirinya lah yang paling cantik di dunia.
Tapi memang benar bukan? Jasmine lah yang paling cantik.
...Kala sang kabut tipis menyelimuti malam, sayap kecilku terbang. Mencari jalan menemukan sinar bulan....
...Sinar yang begitu indah, aku kejar sekuat tenaga. Tapi kala kunang-kunang kecil ini menemukannya....
...Bulan telah mencintai bintang....
Laverna.
Anak tiri? Itulah Laverna. Ayahnya Dimitri, memiliki seorang istri bernama Kemala. Seorang istri yang kesulitan memiliki keturunan. Karena itu Dimitri menikah lagi, dengan pelayan mereka bernama Lita.
Lita yang merupakan istri kedua namun terlebih dahulu melahirkan Jasmine. Sedangkan Kemala pada akhirnya memiliki seorang anak dengan jalan bayi tabung, bernama Laverna.
Karena itu walaupun dirinya adalah anak dari istri pertama, namun usianya lebih muda beberapa bulan. Entah jalan apa yang ditunjukkan Tuhan, hingga memberikan ibunya cobaan, melahirkan anak setelah suaminya memiliki istri kedua.
Kemala pada akhirnya meninggal akibat kecelakaan kala Laverna berusia 5 tahun. Dibesarkan oleh Lita, karena itu walaupun sulit, dirinya akan terus menghormati Jasmine sebagai kakaknya.
Tidak ada perlakuan kasar dari ibu tiri seperti dalam sinetron. Hanya saja dirinya begitu paham jika Lita lebih menyayangi dan memanjakan Jasmine. Walaupun begitu, dirinya tetap mendapatkan kasih sayang bukan?
*
Satu hari sebelum pernikahan diadakan.
Semuanya telah didesain olehnya, ruangan yang benar-benar terdapat dekorasi terbaik. Sumpah pernikahan dengan tema yang benar-benar romantis kala matahari terbenam di hotel pinggir tebing tepi laut.
Gaun pengantin? Dirinya akan memakai dua kali, kala pernikahan dan pemakamannya beberapa bulan lagi. Ingin mati sebagai kunang-kunang cantik.
Segalanya dipersiapkan olehnya. Kamar pengantin? Tentu saja, harus yang terbaik pula. Disanalah dirinya akan memberikan kesuciannya pada pria yang dicintainya.
"Kami sudah menyiapkan kamar terbaik." Ucap seorang staf hotel, membuka pintu kamar yang telah mereka persiapkan untuk acara esok hari.
"Aku hanya ingin memeriksa apa ranjangnya benar-benar kuat." Laverna naik ke atas ranjang kemudian melompat-lompat memastikan ranjang tidak akan roboh di malam pertamanya. Seberapapun kuat goncangan dari pasangan yang melakukan malam pertama, ranjang ini harus tahan banting.
"Tamu adalah raja." Batin staf hotel berusaha keras untuk tersenyum, melihat wanita aneh ini.
"Ganti ranjangnya! Aku ingin yang ada tirai nya saja!" Tegas Laverna bersungguh-sungguh, turun dari tempat tidur.
Dirinya mengamati segalanya, kemudian menghela napas kasar."Ruangan ini dipenuhi dengan aroma melati! Ganti dengan aroma lavender!"
"I...iya." Ucap sang staf mencatat.
"Sofa! Aku ingin yang lebih luas! Siapa tau kami akan melakukannya di sofa." Laverna sedikit berfikir melirik ke arah sofa. Pemikiran gila dari wanita yang telah jomblo selama 27 tahun. Dalam hal ini tidak pernah punya pacar.
"Untuk wine aku sediakan sendiri. Dengan kwalitas terbaik. Suamiku seorang bartender, jadi dia tau mana minuman murahan, mana yang berkelas. Satu lagi, air tidak boleh ada masalah. Jika ada masalah aku akan pastikan tidak akan ada tamu VIP lagi di hotel ini." Tegas sang wanita karier kaya yang memiliki banyak koneksi.
Wajahnya tersenyum bangga, senyuman yang berusaha tertahan tetap menyungging. Masa hidupnya tinggal sebentar lagi. Jadi dirinya akan melakukan segala hal yang ada dalam imajinasinya.
"Tukang es cendol! Aku akan menikahimu!" Teriak gadis itu bersiap melakukan perawatan lengkap. Termasuk memangkas jerawat dan memakai softlens yang merepotkan. Dirinya sudah bertekad ingin mati untuk menjadi kunang-kunang yang cantik. Setelah kawin dengan pria yang dicintainya, tentunya.
*
Sementara itu di tempat lain. Jeremy bersin beberapa kali, merasakan firasat buruk. Tapi tetap saja, besok dirinya sudah akan menikah. Bahkan dengan semangat Laverna memintanya mengisi blangko kosong, tandatangan, serta kartu keluarga dan identitasnya.
Segalanya diurus oleh Laverna, dirinya akan segera menikahi Jasmine. Pemuda itu mulai berkeliling, tapi tidak ada yang sesuai. Hingga matanya tertuju pada sebuah cincin dengan permata berwarna kuning.
"Yang ini berapa harganya?" Tanya Jeremy pada penjaga toko.
"Maaf, bisa kami rekomendasikan yang lain? Ini Fancy yellow diamond, harga per karatnya 725 juta jadi---" Kalimat sang penjaga toko perhiasan disela.
"Aku tanya berapa harganya?" Tanya Jeremy lagi.
"5.578.000.000 sepasang." Jawab sang penjaga toko perhiasan yakin pemuda ini akan mundur, hanya dengan mendengar harganya.
"Segitu? Padahal aku ingin ini menjadi warisan untuk anak kami nanti." Jeremy menghela napas kasar, kemudian mengeluarkan lima black card dari dompetnya."Bisa pesankan pink diamond? Aku ingin sudah ada disini malam ini."
"Crazy rich!" Teriak sang penjaga toko pingsan. Sementara Jeremy memincingkan matanya, tidak mengerti dengan orang ini.
"Mungkin karena aku terlalu tampan!" Dirinya terkekeh melihat ke arah cermin yang ada di dekat sana.
*
Pernikahan yang diadakan pada sore hari kala sinar matahari akan tenggelam. Hanya pihak keluarga dari mempelai wanita yang datang, entah kenapa.
Kala surya hampir tenggelam perlahan. Dirinya berdiri mematung di samping sang pendeta, menghela napas kasar menatap mempelai wanita. Gaun yang indah, wajah tertutup kain putih tipis.
Dimitri, mengantarkan putrinya menuju tempat sumpah pernikahan akan diadakan. Konsep yang unik, bagaikan budaya luar negeri. Hotel dengan tebing pinggir laut menjadi pilihan mereka.
Kala itulah seorang pendeta, menanyakan janji mereka pada Tuhan. Jeremy menatap wajah mempelai wanita yang tertunduk. Mungkin Jasmine terlalu malu. Sumpah demi apapun Jeremy tidak fokus sama sekali. Hingga tidak sadar sang pendeta menyebutkan nama Laverna Dimitri.
"Saudara Jeremy Collins, bersediakah engkau menerima Laverna Dimitri sebagai istrimu, menemaninya dalam sakit maupun sehat, dalam susah maupun senang, hingga maut memisahkan kalian?"
"Bersedia."
Itulah jawaban Jeremy tidak menyadari nama mempelai wanita yang berubah.
Hingga, pertanyaan beralih pada Laverna.
"Saudara Laverna Dimitri bersediakah engkau menerima Jeremy Collins sebagai pasanganmu, menemaninya dalam sakit maupun sehat, dalam susah maupun senang, hingga maut memisahkan kalian?"
"Tu... tunggu dulu! Tuan pendeta, namanya salah---" Kala Jeremy menyadari segalanya, satu kata keramat telah keluar dari mulut Laverna.
"Aku bersedia!" Ucap Laverna, membuat Jeremy menyadari yang ada di balik kain putih tipis hampir tembus pandang ini, bukan Jasmine.
Dengan cepat tangannya membuka penutup kepala mempelai wanita. Berharap dugaannya salah.
Srak!
Dunia bagaikan runtuh, ternyata seseorang yang baru saja dinikahinya adalah Laverna. Namun, Laverna malahan tersenyum picik.
"Apa yang kamu!" Kata-kata Jeremy terhenti, tangan wanita itu bergerak cepat memakaikan cincin pernikahan di jari manis Jeremy dan jari manisnya sendiri.
"Kita menikah." Kalimat dari Laverna, mengusap pipi Jeremy.
Namun.
Plak!
Satu tamparan yang cukup kencang dilayangkannya di hadapan umum. Raut wajah bahagia berubah."Kamu menjebakku?"
"Karena aku mencintaimu." Ucap Laverna tersenyum, tanpa ada air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Walaupun pipinya memerah terasa kebas akibat tamparan.
"Mencintaiku!? Yang aku cintai Jasmine! Dia akan kecewa jika mengetahui adiknya tersayang adalah pengkhianat." Cecar Jeremy, membuat semua orang mulai menghujat Laverna.
"Iya, aku penghianat. Tapi itu setara jika untuk menjadi istrimu." Ucap Laverna memegang tangan Jeremy putus asa.
Namun, jemari tangannya ditepis kasar."Menjadi istriku? Jadi kamu melakukan hal ini untuk menjadi istriku!? Kalau begitu akan aku pastikan kamu akan mati tenggelam dalam rasa sakit, memohon padaku untuk bercerai!" Teriak pemuda itu membuka paksa cincin pernikahan yang dipakainya dan Laverna. Kemudian membuangnya ke dalam kolam renang, yang memang terdapat di lokasi taman hotel tepi tebing pinggir laut itu.
Laverna menceburkan dirinya ke kolam, berenang menggunakan gaun pengantinnya yang berat hanya untuk menemukan sepasang cincin pernikahan yang dipilihkan Jeremy untuk pernikahan mereka.
Dirinya tidak peduli orang-orang menyebutnya wanita murahan yang merebut kekasih kakaknya. Hanya berenang dengan cepat kemudian, memeluk sepasang cincin pernikahan itu dalam senyuman bercampur air mata kala telah ditemukan olehnya.
Matanya menatap punggung Jeremy yang telah melangkah pergi. Tidak peduli dengannya sama sekali.
"Tolong, buat aku bahagia walaupun hanya 90 hari saja..." batinnya yang mulai merasakan sakit, wajahnya benar-benar pucat di balik riasan tipis. Namun bibirnya tersenyum, lebih tepatnya berusaha tersenyum. Inilah awal kebahagiaannya.
...Mencari pohon tertinggi untuk melihat bulan, mengusir kabut hanya untuk merasakan terpaan sinarnya....
...Namun, bulan tidak mencintaiku, hingga menyembunyikan tubuhnya di balik awan. Membiarkan tubuh kecilku terjatuh ke tanah akibat terpaan hujan....
...Bulan? Seburuk Itukah kunang-kunang kecil ini di matamu......
Laverna.
Kesal? Tentu saja, siapa yang tidak kesal jika pasangan hidupnya digantikan oleh orang lain. Terlebih seorang pengkhianat.
Dirinya berusaha menghubungi Jasmine guna meminta maaf serta meminta penjelasan. Dalam taksi yang melaju meninggalkan hotel tempat acara pernikahan dilaksanakan.
*
Di tempat lain, Jasmine mengernyitkan keningnya menatap ke arah layar handphonenya. Dirinya tengah berbelanja di area mall, bersama dengan tunangannya yang memang jarang ada di dalam negeri. Akibat profesinya sebagai pilot salah satu maskapai penerbangan.
"Sayang, aku ke toilet dulu ya?" Ucap Jasmine mengecup pipi tunangannya.
"Iya, sudah sana!" Satya (tunangan Jasmine) mengecup keningnya.
Dengan cepat Jasmine melangkah menuju area toilet wanita. Kenapa Jeremy harus menghubunginya di saat seperti ini?
"Dasar! Jika bukan karena tampan, aku juga tidak tertarik pada pria kere!" Komat-kamit Jasmine mengomel memasuki bilik toilet.
Dirinya mengatur suaranya, bagaikan akan mengikuti kompetisi menyanyi. Barulah mengangkat telepon dengan suara serak-serak basah.
"Jeremy?" Ucap Jasmine bagaikan tengah menangis.
"Kamu dimana!? Kenapa Laverna menggantikan mu!?" Bentak Jeremy dari seberang sana.
"Ka... karena ayah menyayanginya. Kamu taukan aku hanya anak dari istri kedua. Aku harus mengalah dalam segala hal untuk kebahagiaannya." Gumam Yasmine, mengernyitkan keningnya, membuat ekspresi masa bodoh tapi masih berpura-pura menangis.
"Kamu mengorbankan hubungan kita!" Teriak Jeremy emosional.
"A...aku tau, tapi Laverna yang paling berharga untukku. Cintailah dia..." Kata-kata terakhir dari Jasmine yang sejatinya sudah malas berurusan dengan Jeremy. Mematikan panggilan sepihak kemudian memblokir nomornya.
"Aku menerimanya hanya karena wajahnya. Tapi memang cukup sulit lepas dari manusia posesif. Dasar bartender miskin." Itulah yang diucapkan Jasmine memasukkan handphonenya ke dalam tas.
Beberapa tahun lalu Laverna melanjutkan pendidikannya di luar negeri, sembari mengontrol perusahaan ayah mereka di negara lain. Saat itulah seorang pemuda rupawan bernama Jeremy mendatangi rumah mereka, mencari keberadaan brownies kecilnya, teman masa remaja yang dipanggil brownies kala Jeremy mengalami kebutaan dan tinggal di yayasan sosial.
Wajah tampan yang dapat dipamerkan, dirinya mengingat remaja buta ini yang dulu sering bermain dengan Laverna. Dirinya tau bagaimana hubungan mereka dulu, termasuk nama panggilan brownies dan cookies. Jadi Jasmine yang tinggal jauh dari tunangannya sama itu dengan percaya diri mengatakan dialah brownies kecil yang dicari Jeremy. Dan Jeremy adalah cookies-nya.
Iya! Pemuda itu manis, bahkan rela melakukan apapun untuknya. Tapi tidak punya banyak uang, bahkan hanya makan di restauran cepat saji setiap berkencan. Pacaran menjaga batasan, tidak boleh berciuman, pegangan tangan boleh. Apa orang ini adalah pendeta atau biksu?
Kerena itu, diantara tiga pacarnya dan satu tunangannya, kala Laverna menginginkan Jeremy dengan menukar hak warisnya, tentu saja Jasmine langsung setuju.
"Kere!" Satu kata umpatan yang melambangkan Jeremy di mata Jasmine. Menatap ke arah handphonenya. Citra gadis baik yang berkorban untuk adik harus tetap ada.
Dirinya kehilangan Jeremy tapi masih memiliki dua kekasih lain dan satu tunangan yang akan menikahinya.
Melangkah meninggalkan bilik toilet, kemudian merapikan riasannya. Dirinya cantik, tentu saja lebih cantik daripada Laverna yang hanya pintar di perusahaan.
Jujur saja, dirinya dulu menyayangi Laverna, yang selalu mengalah padanya. Tapi juga muak dengan ayah mereka yang menyebut Laverna sebagai anak kebanggaannya.
Anggap saja ini belas kasihnya karena memberikan Jeremy pada Laverna. Beberapa pesan masuk ke handphonenya dari sang ayah. Mungkin ayahnya sudah mengetahui tentang surat perjanjian, dimana Laverna menyerahkan seluruh hak warisnya nanti pada Yasmine.
Jasmine tersenyum, masa bodoh. Toh ini pilihan gila adiknya. Tidak mengerti mengapa sang adik begitu tergila-gila pada seorang pria hingga rela menukar segalanya.
*
Brak!
Sang ayah menggebrak meja kesal, jas yang digunakannya untuk menjadi pendamping pengantin wanita masih melekat di tubuhnya. Mata Dimitri menatap tajam ke arah Laverna dan Lita.
Sementara Lita menggenggam erat jemari tangan putri tirinya."Laverna pasti memiliki alasan melakukan ini. A...aku akan menghubungi Jasmine, agar pembatalan dapat dilakukan."
"Tidak perlu!" Laverna yang masih memakai gaun pengantin basah tersenyum."Ini kemauanku, bukan Jasmine."
"Kenapa!? Jasmine tidak memiliki bakat dalam berbisnis. Karena itu ayah sudah menyiapkan beberapa saham dan aset bergerak untuknya. Tapi, kamu! Anak kebanggaan ayah, yang akan mewarisi perusahaan! Kenapa melimpahkan segalanya pada Jasmine!?" Bentak sang ayah benar-benar tidak habis fikir, kala mengetahui yang ingin dinikahi Laverna adalah kekasih Jasmine yang bahkan ditukarkan dengan... hak waris perusahaan.
"A...aku lelah..." Laverna menitikkan air matanya menatap ke arah sang ayah."Memiliki gelar doctorate di usia muda, belajar mengelola perusahaan. Terkadang aku hanya tidur tiga jam untuk belajar. A...aku ingin hidup seperti kunang-kunang yang terbang bebas."
Kalimat yang tidak dimengerti oleh sang ayah, menghela napas kasar."Laverna, jika jadwal kerjamu terlalu padat, ayah dapat menguranginya. Jangan mundur untuk hak waris perusahaan."
Laverna mengangkat dagunya, menatap ke arah ayahnya kemudian tersenyum."Ayah hanya kurang beradaptasi. Tanpa kehadiranku perusahaan masih dapat berjalan. Jasmine juga, jangan hanya memanggilku anak kebanggaan. Kakak juga adalah anak kebanggaan ayah."
"Tapi kamu sudah berusaha keras! Relasi yang kamu bangun dari usia 18 tahun. Kuliah sembari bergabung di perusahaan, kamu anak kebanggaan ayah! Laverna, jangan menjadi bodoh hanya karena seorang pria." Pinta Dimitri pada putrinya. Salah satu pilar terbesar di perusahaan miliknya, anak kebanggaannya yang selalu memiliki ide cemerlang. Seorang anak yang selalu dibanggakan pada setiap perjamuan.
Namun, mengapa sekarang putrinya menjadi sebodoh ini? Menukar segalanya hanya untuk seorang pria.
"Ha...hasil kerja kerasku 9 tahun ini masih ada. Aku membeli beberapa ruko dan memiliki restauran dengan tiga cabang. I...itu sudah cukup untuk menunjang hidupku. Aku dapat mandiri...ayah... Mulai saat ini tolong beri perhatian pada kakak." Kalimat demi kalimat yang membuat Lita memeluk putri tirinya.
Dirinya menghela napas kasar, tidak mengetahui bagaimana ini dapat terjadi. Jasmine memang lebih cantik, putri kebanggaannya. Sedangkan Laverna adik yang mendukung Jasmine. Selamanya, putri kandungnya adalah segalanya. Itulah gunanya Laverna yang dibesarkannya dengan baik.
"Laverna, walaupun tidak memiliki hak waris di perusahaan. Tapi setidaknya kamu mau kan tetap bekerja di perusahaan untuk ibu dan ayah?" Pinta Lita lirih. Laverna mengangguk dalam dekapan ibu tirinya.
Seorang ibu yang tidak dapat menahan rasa bahagianya. Bagaimana anak tirinya yang cerdas dapat menjadi sebodoh ini? Hanya karena seorang pria menukar segalanya.
Sementara Laverna masih tersenyum, memejamkan matanya dalam pelukan ibu tirinya. Senyuman yang menyimpan jutaan luka."Aku tau, rasa kasihmu selama ini palsu. Tapi karena kepalsuan itu, aku dapat merasakan dekapan hangat seorang ibu. Ibu, maaf walaupun tidak memiliki hubungan darah. Aku tidak sempat berbakti terlalu lama padamu." Batinnya.
*
Sementara di tempat lain.
"Sial! Sial! Sial!" Teriak Jeremy murka dalam kapal feri yang telah dibelinya. Kapal feri mewah untuk bulan madu.
Bahkan, jujur saja kemarin sore usai membeli cincin, dirinya sudah melompat-lompat di atas kasur, untuk memastikan kekuatan kasur saat malam pertamanya nanti.
Wine kwalitas tinggi, ditambah kamar mandi yang tidak memiliki masalah dengan airnya. Wangi lavender di kamar ini benar-benar sesuai seleranya.
"Dasar Laverna brengsek!" Umpatnya, menyembunyikan wajahnya di atas bantal. Tapi sejenak menatap ke arah tangannya sendiri. Apa dirinya keterlaluan dengan menampar Laverna?
Tidak! Demi keadilan! Laverna sudah menghancurkan hidupnya.
"Dasar! Wanita gila!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!