...Happy reading...
...∆∆∆∆∆∆∆∆∆...
Yuri Nabila, seorang desainer baju yang memiliki paras cantik. Diusianya yang menginjak 24 tahun Yuri sudah memiliki bisnis sendiri. Dia sudah mampu membangun sebuah butik yang diberi nama Nabila shop.
Yuri sendiri merupakan putri tunggal dari Bagus Bagaskara, pemilik perusahaan Alpha group. Dia memang tidak tertarik untuk bekerja dikantor milik papanya dan memilih untuk membuka usaha sendiri.
saat ini dia sedang menghadiri acara reuni SMA yang diadakan disebuah gedung. Setiap tahun mereka memang selalu mengadakan acara reuni ditempat itu.
Tatapan mata Yuri terhenti pada seorang pria yang sudah menjadi masa lalunya. Pria tampan yang pernah menjadi kekasihnya selama di SMA dulu.
"Yuri..."
Seseorang menepuk pundak Yuri dari arah belakang, membuat Yuri tersadar dari lamunannya dan mengalihkan pandanganya dari Vero. Ternyata itu adalah Jessica dan Fani. Mereka berdua adalah sahabat Yuri, bahkan sampai sekarang mereka masih bersahabat dengan akrab.
"Tumben sekali Vero menghadiri acara reuni. Apa kamu ingin pergi untuk menyapanya?" tanya Jessica pada Yuri yang juga menyadari kehadiran Vero disana.
"Dia yang meninggalkan kamu, jadi sebaiknya kamu tidak perlu datang untuk menyapanya. Nanti dia bisa besar kepala." timpal Fani.
Yuri hanya terdiam, dia tidak menanggapi celotehan dua sahabatnya. Tatapan mata Yuri kembali tertuju pada Vero, sejak dulu Yuri memang masih sangat penasaran alasan kenapa Vero memutuskan dirinya dan tiba-tiba pria itu menghilang tidak ada kabar.
Vero Anggara, 25 tahun. Dia merupakan pria yang dulu menjadi idola para gadis disekolah nya. Namun keberuntungan datang pada Yuri saat itu karena dari begitu banyak gadis, Vero memilih Yuri untuk menjadi kekasihnya. Bahkan Vero menembaknya saat dilapangkan basket, didepan semua orang.
Sekarang jika mengingat semua itu hanya membuat Yuri menjadi sedih. Dulu dia dengan ditemani dan dibantu Jessica dan Fani, mencoba mencari keberadaan Vero, namun hasilnya nihil. Hingga dua tahun lalu Yuri sudah merasa lelah dan ingin menyerah, disaat itu dia dipertemukan dengan Agam Saputra, pria yang sekarang menjadi kekasihnya.
Saat itu Yuri tidak langsung menerima cinta Agam, pria itu harus berjuang satu tahun lamanya untuk meluluhkan hati Yuri. Hingga satu tahun lalu akhirnya Yuri menerima cintanya dan mau menjadi kekasih Agam.
Namun siapa sangka jika hari ini Yuri dipertemukan kembali dengan cinta pertamanya. Pria yang sudah ingin dia lupakan karena sebentar lagi Yuri akan bertunangan dengan kekasihnya.
"Yuri lihat, Vero berjalan kesini." ucap Fani
Yuri yang melihat Vero sedang berjalan kearahnya pun berusaha untuk tenang. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia sudah tidak memiliki perasaan apapun terhadap Vero. Sekarang cintanya hanya untuk Agam, pria yang sangat tulus mencintainya.
"Hei, apa kabar?" sapa Vero saat sudah berdiri tepat didepan Yuri.
Yuri mencoba menelan salivanya dengan susah payah. "Ka-kabarku sangat baik, kamu sendiri?"
"Aku juga baik." jawab Vero menganggukkan kepalanya.
Yuri berpura-pura tertawa untuk menutupi kegugupannya. "Sudah lama sekali ya, rasanya baru kemarin kita duduk dibangku SMA."
Vero tidak menjawab, dia melihat kearah Jessica dan Fani secara bergantian.
"Yuri, aku ingin bicara berdua denganmu. Tapi tidak disini." Vero langsung menarik tangan Yuri tanpa mendengar jawaban dari Yuri terlebih dahulu.
Yuri merasa sangat senang tangannya digenggam oleh Vero seperti sekarang. Sudah lama sekali dia tidak merasakan genggaman tangan itu. Sekarang Vero membawanya keluar dari ruangan itu dan menuju ketempat yang lebih sepi.
"Vero, kenapa kamu membawaku kemari? Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Yuri.
Vero melihat sekelilingnya, memastikan tidak ada siapa-siapa disana selain dirinya dan Yuri.
"Yuri, berhati-hatilah dengan orang-orang di sekitarmu." ucap Vero.
"Apa maksud kamu?" tanya Yuri tidak mengerti dengan maksud ucapan Vero.
"Apa yang terlihat baik diluar, belum tentu baik didalam. Jadi, jaga diri kamu baik-baik dan jangan mudah percaya dengan orang disekitarmu dengan mudah." jawab Vero.
Yuri melipatkan kedua tangannya didada dan nampak tersenyum sinis.
"Kenapa aku harus percaya dengan kata-kata kamu? Orang yang seharusnya tidak perlu dipercaya itu adalah kamu." Yuri ingin pergi meninggalkan Vero namun ditahan tangannya oleh Vero.
"Kali ini percayalah padaku, Yuri." ucap Vero menatap dalam-dalam manik mata Yuri.
Yuri segera melepaskan tangannya dari genggaman tangan Vero. Nafasnya memburu menahan kesal. Matanya memerah menahan tangis.
"Cukup Vero! Selama kamu pergi, aku baik-baik saja. Jadi kamu tidak perlu khawatir tentang aku." Air mata Yuri menetes, kemudian dia berjalan pergi meninggalkan Vero.
Yuri kembali masuk kedalam gedung, dia menghampiri Jessica dan Fani kembali. Yuri lebih dulu mengusap air matanya tadi sebelum masuk agar tidak ada yang melihat dia habis menangis. Yuri tidak ingin teman-temannya berfikir jika dirinya menangis karena Vero. Yuri ingin menunjukkan jika sekarang dia sudah bahagia dengan Agam.
"Yuri, apa yang Vero katakan sama kamu? Apa dia minta balikan lagi?" tanya Jessica penasaran.
"Iya, apa Vero minta balikan sama kamu?" Fani juga ikut penasaran.
Drdrdttt...
Drdrdttt...
Belum sempat Yuri menjawab, ponsel Yuri bergetar, ternyata ada panggilan masuk dari Agam. Yuri segera mengangkatnya.
"Sayang, aku sudah didepan." ucap Agam.
"Baiklah, aku akan segera keluar. Aku akan berpamitan dengan teman-temanku dulu." ujar Yuri.
"Baiklah, aku akan menunggu kamu." Agam memutuskan sambungan telefon mereka.
Kemudian Yuri segera berpamitan pada teman-temannya karena Agam sudah datang untuk menjemputnya. Agam memang mengijinkan Yuri ikut acara itu tapi dia tidak mengijinkan Yuri pulang sampai larut malam. Hingga saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam Agam langsung pergi menjemputnya.
Yuri segera keluar dari gedung, dia berpapasan dengan Vero didepan. Namun Yuri mencoba mengacuhkannya dan tetap berjalan keluar menuju halaman gedung dimana Agam sedang menunggunya.
"Maaf sayang, membuat kamu menunggu lama." ucap Yuri.
Agam tersenyum manis dan mengusap lembut wajah Yuri. "Tidak masalah, untuk tuan putriku pasti akan aku lakukan walaupun aku harus menunggu selama seratus abad lamanya."
Yuri tersenyum mendengar jawaban Agam. Pria itu memang sangat romantis dan selalu bisa membuat hatinya senang. Kemudian mereka segera masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan tempat itu.
Dari balik tembok sejak tadi Vero terus memperhatikan Yuri dan kekasihnya itu. Vero tadi tidak jadi masuk dan lebih memilih mengikuti Yuri yang berjalan keluar gedung. Sekarang dia sedang menatap kearah kepergian mobil yang dinaiki oleh mantan kekasihnya itu.
"Maafkan aku, Yuri." batin Vero.
Vero tidak pernah menyesali kenapa dulu dia pergi meninggalkan Yuri, karena dia punya alasan sendiri untuk itu. Alasan yang hanya dia sendiri yang tau.
...💖💖💖💖💖...
Sepanjang perjalanan pulang Yuri terus terdiam, dia terus teringat dengan ucapan Vero tadi. Entah kenapa Vero menyuruhnya untuk berhati-hati. Tapi berhati-hati terhadap siapa? Sementara orang-orang terdekat Yuri cukup banyak. Ada Agam, Jessica, Fani dan kedua orang tua Yuri. Rasanya tidak mungkin jika salah satu dari mereka akan bermain menyakiti dirinya.
Agam menghentikan mobilnya dihalaman rumah Yuri yang nampak luas. Dia menggenggam tangan Yuri dengan erat.
"Sayang, besok aku akan pergi keluar kota selama 3 hari untuk urusan pekerjaan. Setelah aku kembali, kita akan memilih cincin pertunangan." ucap Agam.
"Baiklah kak, aku mengerti. Aku akan menunggu sampai kakak pulang." jawab Yuri.
"Terimakasih sayang, aku mencintai kamu." Agam mengusap lembut wajah Yuri, kemudian mengecup keningnya sebentar.
"Aku juga men...." Yuri tidak melanjutkan kata-katanya.
Kata cinta memang tidak pernah terucap dari Yuri untuk Agam. Karena sekarang bagi Yuri lebih baik dicintai dari pada mencintai. Dulu dia mencintai Vero, tapi Vero meninggalkannya begitu saja. Membuat hati Yuri terluka begitu dalam.
"Aku juga mencintai kamu, kak Agam." ucap Yuri.
...💖💖💖💖💖...
Pagi ini dikediaman Bagaskara....
Yuri tengah sarapan dengan kedua orang tuanya dimeja makan. Sejak semalam Yuri tidak bisa tidur karena terus memikirkan tentang Vero dan apa yang pria itu katakan padanya saat diacara reuni.
Entah kenapa Yuri ingin bertemu kembali dengan Vero dan ingin menanyakan maksud ucapannya semalam.
"Pa, hari ini aku boleh pinjam Jessica sebentar gak?" tanya Yuri pada Bagas, papanya.
Jessica memang sudah satu tahun ini bekerja di perusahaan Alpha group dan menjadi sekertaris papa Yuri. Tentu saja Yuri yang merekomendasikan sahabatnya itu untuk bekerja diperusahaan papanya.
"Untuk apa sayang?" tanya Bagas.
"Aku ada urusan pa sama Jessica dan Fani, boleh ya pa? Please...." rengek Yuri.
Bagas menganggukkan kepalanya, "Baiklah, setelah jam makan siang dia milik kamu."
"Terimakasih papaku, sayang."
Sonia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya itu. Sejak dulu Bagas memang selalu memanjakan Yuri dan menuruti semua kemauan gadis itu.
Bahkan saat Yuri memutuskan untuk mendirikan butik sendiri dan tidak mau bekerja diperusahaan, Bagas sangat mendukung keputusan putrinya itu. Dia tidak ingin memaksakan Yuri untuk bergabung di perusahaan, walaupun nantinya pasti Yuri yang akan menggantikan posisinya saat dia sudah tidak sanggup untuk memimpin lagi.
Namun untuk sekarang, Bagas ingin Yuri untuk mewujudkan mimpinya terlebih dahulu.
"Pa, ma, aku berangkat ke butik dulu ya?" Yuri segera bangun dan mencium pipi kedua orang tuanya secara bergantian.
"Agam tidak menjemput kamu, sayang?" tanya Sonia karena biasanya memang Agam yang akan meluangkan waktu untuk mengantar jemput Yuri.
"Tidak ma, hari ini kak Agam pergi keluar kota, jadi dia tidak bisa mengantarkan aku. Tidak apa-apa, aku bawa mobil sendiri saja" jawab Yuri.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya, sayang."
Kemudian Yuri segera meninggalkan ruang makan dan segera menaiki mobilnya. Dia pergi menuju butik miliknya, jarak dari rumah ke butik memakan waktu sekitar 30 menit.
"Nona, ini ada bingkisan untuk nona." Karin memberikan kotak berukuran kecil pada Yuri.
Karin adalah pegawai sekaligus asisten Yuri dibutik. Yuri bahkan sudah mempercayakan butik pada Karin saat dirinya tidak ada.
"Apa ini?" Yuri membolak-balik kotak kecil yang sudah dibungkus kado itu.
"Saya menemukan itu didepan pintu saat saya baru datang tadi nona." jawab Karin.
"Baiklah, kamu boleh kembali bekerja." Yuri segera masuk kedalam ruangan kerjanya, dia menaruh kotak kecil itu diatas meja, sementara dirinya duduk dikursi sofa.
Yuri merasa heran karena tidak biasanya ada yang mengirimkan hadiah untuknya. Jika itu Agam, dia pasti akan memberikannya secara langsung. Atau mungkin saja Agam yang mengirimkan hadiah itu sebelum dia pergi keluar kota tadi.
Yuri memandangi kotak itu, lalu dia membuka bungkus kado yang membungkus kotak itu. Kemudian Yuri segera membuka kotak itu saat bungkus kadonya sudah terlepas.
"Surat??"
Ternyata didalamnya berisi sebuah kertas putih yang dilipat jadi empat, Yuri segera mengambilnya dan membukanya.
"JAUHI VERO!!!"
Sebuah tulisan yang ditulis dengan huruf balok dan ditulis dengan menggunakan noda darah.
"Aaaaaaaa....!!!" Yuri melemparkan kertas itu hingga jatuh kelantai, lalu dia segera bangun dari duduknya.
Karin yang mendengar suara teriakan Yuri dari luar segera masuk keruangan kerja Yuri.
"Nona ada apa?" tanya Karin.
Namun Yuri tidak menjawab, dia nampak ketakutan dan seluruh tubuhnya bergetar hebat. Baru semalam dia bertemu dengan Vero kembali, tapi dia sudah mendapatkan teror seperti ini.
Karin mengambil kertas yang dijatuhkan Yuri dilantai. Dia menutup mulutnya dengan tangannya saat membaca tulisan didalam kertas itu.
"JAUHI VERO!!!"
"N-nona, a-aku akan membuang kertas ini." ucap Karin, lalu dia mengambil kotak dan kertas kado diatas meja dan ingin membuangnya keluar.
"Tunggu...."
Dengan tangan masih bergetar dan wajah yang mulai memucat, Yuri mengambil kembali kertas ditangan Karin.
"A-aku akan mengambil ini, kamu bisa keluar sekarang." ucap Yuri.
"Baik nona." jawab Karin.
Kemudian Karin segera keluar dan meninggalkan Yuri sendirian diruangannya. Yuri melihat tulisan di kertas itu lagi. Dia tidak tau siapa yang melakukan hal iseng seperti ini padanya. Mungkinkah Vero yang melakukannya? Tapi untuk apa?
Yuri segera mengambil ponselnya didalam tas, dia mengirimkan pesan pada Fani.
[ Fani, tolong cari tau dimana alat Vero tinggal. Semalam dia pasti menulis alamatnya dibuku hadir. ]
[ Kenapa Ra? Kenapa tiba-tiba minta alamat Vero? Apa benar semalam dia minta balikan? ]
[ Sudah jangan banyak tanya! Cepat kirim saja alamatnya. ]
Yuri melihat kertas ditangannya sekali lagi, bisa saja ini memang ulah Vero yang ingin menarik perhatiannya kembali. Dia harus segera menemui pria itu dan memintanya untuk tidak mengganggunya, apalagi sekarang Yuri sudah memiliki Agam.
...💖💖💖💖💖...
Yuri mendatangi sebuah apartemen, menurut penjelasan Fani tadi ditelefon, ini adalah apartemen yang ditempati oleh Vero sekarang. Fani mendapatkan alamat itu dari teman SMA mereka yang mengetuai acara reuni semalam.
Yuri menekan bel pintu, dia nampak gelisah berdiri didepan pintu, menunggu pintu itu dibuka oleh seseorang. Dalam hatinya Yuri berjanji jika ini adalah terakhir kalinya dia menemui Vero, karena minggu depan dia dan Agam akan bertunangan. Dia tidak ingin mengkhianati Agam, pria itu terlalu baik untuk dikhianati.
Walaupun hati Yuri belum sepenuhnya mencintai Agam, namun dia adalah tipe wanita yang setia dan tidak akan mungkin berselingkuh. Dia hanya akan menjaga dirinya untuk satu pria dan pria itu adalah Agam, pria yang akan menjadi suaminya kelak.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, nampak Vero sudah berdiri dengan menggunakan kemeja putih yang kancingnya terbuka semua hingga menampakkan dada bidang milik pria itu. Yuri menjadi menelan salivanya melihat pemandangan dihadapannya itu. Tubuh Vero begitu atletis dan berotot, bahkan Yuri sampai tidak berkedip memandangnya.
"Apa yang kamu lihat?" tanya Vero yang membuat Yuri gelagapan.
"Ti-tidak ada, aku hanya ingin bicara hal penting dengan kamu." jawab Yuri dengan gugup.
Vero menganggukkan kepalanya, kemudian dia berjalan masuk kedalam apartemennya dengan diikuti Yuri dibelakangnya. Vero mengambil gelas diatas nampan, lalu dia menuangkan air putih kedalam gelas dan meminumnya.
Yuri memperhatikan Vero yang sedang minum, jakun pria itu nampak naik turun, membuat Yuri menjadi menelan salivanya. Betapa tampannya pria yang sedang berdiri dihadapannya itu.
Jujur saja, perasaan Yuri pada Vero masih sama dan belum berubah. Dulu dia hanya merasa lelah saja karena setelah bertahun-tahun mencari Vero dan tidak mendapatkan sedikitpun jejak pria itu, hingga Yuri putus asa dan akhirnya menerima cinta Agam yang selalu setia menunggunya.
"Ada apa datang mencariku?" tanya Vero, dia menaruh kembali gelas ditangannya diatas meja, lalu dia menatap Yuri.
Yuri mengedip-ngedipkan matanya, dia tidak ingin ketahuan jika dirinya baru saja memperhatikan Vero. Kemudian Yuri berjalan kearah Vero dan mengeluarkan kertas yang dia terima tadi pagi pada Vero.
"Apa maksud semua ini? Aku tau pasti kamu yang melakukannya bukan?" ucap Yuri.
Vero melihat isi tulisan dikertas itu, namun dia tidak tau menahu soal kertas yang diberikan oleh Yuri itu.
Kemudian Yuri melanjutkan kata-katanya, "Kamu tidak perlu melakukan hal-hal semacam ini untuk menarik perhatian aku. Percuma, aku tidak akan mau balikan sama kamu lagi. Aku sudah memiliki seseorang yang mencintai aku."
Vero tersenyum mendengar ucapan Yuri, kemudian dia mendekatkan wajahnya pada wajah Yuri.
"Semalam aku hanya memperingatkan kamu, bukan berarti aku ingin balikan sama kamu. Lagipula masih banyak wanita yang lebih cantik dari kamu." Vero menaruh kembali kertas ditangannya ditangan Yuri, kemudian dia berjalan pergi memunggungi Yuri.
Vero menghentikan langkahnya saat dia sudah berada didepan pintu kamarnya, dia menoleh kearah Yuri kembali, wanita itu masih berdiri mematung ditempatnya.
"Aku mau mandi, apa kamu mau menunggu aku disana atau mau ikut mandi bareng?"
Yuri membulatkan matanya mendengar ucapan Vero. Bisa-bisanya pria itu menawarkan hal seperti itu padanya. Dengan kesal Yuri segera pergi meninggalkan tempat itu tanpa menjawab ucapan Vero, dia berjalan keluar dari ruangan apartemen Vero.
Vero tersenyum memandangi kepergian Yuri, tiba-tiba senyumnya memudar saat mengingat tulisan dikertas yang ditunjukkan oleh Yuri tadi. Vero teringat saat dulu masih duduk dibangku SMA, dia pernah mendapatkan sebuah surat yang isinya sebuah ancaman.
'Jika kamu masih berhubungan dengan Yuri, maka aku akan membuat Yuri celaka.'
Itu adalah kata-kata yang tertulis disurat yang Vero terima dulu. Vero tidak bisa menebak siapa pelakunya, tapi yang pasti orang itu mengenal dirinya dan Yuri sejak duduk dibangku SMA. Dan mungkin orang itu adalah orang yang sama yang mengirimkan surat pada Yuri tadi.
Sementara itu Yuri sudah sampai dilantai bawah, dia segera naik kedalam mobilnya dan melajukannya pergi meninggalkan area apartemen itu. Yuri bahkan tidak sadar jika sejak dirinya sampai disana ada sepasang mata yang terus memperhatikannya.
"Dasar tidak tau malu! Bisa-bisanya dia bicara seperti itu padaku. Kali ini aku tidak akan tergoda dengan ketampanannya. Kak Agam tidak kalah tampannya dari Vero. Ingat Yuri, kamu hanya milik Agam. Kamu tidak boleh tergoda oleh Vero lagi."
Yuri terus berbicara sendiri selama didalam mobil, kali ini dia benar-benar harus bisa membentengi hatinya dari pesona seorang Vero.
...💖💖💖💖💖...
Siang ini Yuri dan dua sahabatnya, Jessica dan Fani tengah berunding diruangan kerja Yuri. Tentu saja mereka sedang membahas tentang Vero dan surat ancaman yang diterima oleh Yuri pagi ini.
"Jadi kamu tadi menemui Vero?" tanya Jessica.
Yuri menganggukkan kepalanya, "Iya, tapi dia tidak mau mengakui kalau dia yang mengirimkan surat ancaman itu."
Jessica mengangguk-anggukkan kepalanya, dia sedang berfikir sesuatu. "Mungkin saja memang bukan Vero yang melakukannya. Mungkin saja ada orang lain yang mengirimkan surat ancaman itu buat kamu."
"Tapi siapa? Dan untuk apa? Lagipula sekarang aku sudah tidak ada hubungan apapun dengan Vero. Aku juga sudah mau bertunangan dengan kak Agam, jadi mana mungkin aku bersama dengan Vero lagi." ucap Yuri.
"Mungkin saja ada yang cemburu saat melihat Vero semalam menarik tangan kamu." Jessica hanya menebak saja, lalu dia melanjutkan kata-katanya. "Memangnya apa yang Vero katakan semalam sama kamu? Apa benar dia minta balikan sama kamu?"
Yuri menatap dua sahabatnya itu secara bergantian, kemudian dia teringat dengan ucapan Vero tadi diapartemen pria itu.
"Semalam aku hanya memperingatkan kamu, bukan berarti aku ingin balikan sama kamu. Lagipula masih banyak wanita yang lebih cantik dari kamu."
Jika mengingat kata-kata Vero tadi membuat Yuri sedih, namun sekarang dia juga sudah ada Agam jadi mana mungkin dia berharap pada Vero lagi.
Lagipula Agam nampak lebih dewasa, mungkin karena usianya yang sudah matang dan sudah mapan. Agam sudah berumur 29 tahun dan sudah memiliki bisnis sendiri.
Sementara Vero, dia juga berasal dari keluarga yang terpandang. Dia merupakan anak kedua dari keluarga Mahendra. Namun Vero selalu menjadi sosok pria yang misterius sejak dulu. Yuri memang berpacaran dengan Vero, tapi dia tidak tau banyak tentang Vero diluar sekolah. Vero selalu menutup diri jika bicara tentang keluarganya.
"Tidak, kami hanya saling menanyakan kabar." jawab Yuri berbohong.
"Jadi Vero tidak minta balikan?" Fani hanya ingin memastikan ucapan Yuri.
Yuri menggelengkan kepalanya, "Tidak..."
Sebenarnya Yuri masih penasaran dengan alasan Vero memutuskan dan meninggalkannya dulu. Dia juga ingin tau selama 7 tahun ini Vero kemana saja. Apa pria itu pernah merindukannya sedikit saja.
"Apa kamu tidak penasaran kenapa dulu Vero pergi meninggalkan kamu? Kamu tidak bertanya padanya?" tanya Jessica.
Kemudian Fani memotong ucapan Jessica. "Untuk apa ditanyakan, jika Vero pergi, itu berarti dia sudah tidak mencintai Yuri lagi. Lagipula sekarang sudah ada kak Agam, jadi untuk apa memikirkan Vero lagi. Mungkin saja sekarang Vero juga sudah punya pacar."
Yuri tidak menanggapi ucapan dua sahabatnya, apa yang dikatakan Jessica memang benar, harusnya tadi dia bicara baik-baik dengan Vero saat sedang berdua diapartemen Vero.
"Yuri, aku harus kembali bekerja, tidak apa-apa kan kalau aku tinggal dulu." ucap Jessica pada Yuri.
Walaupun papa Yuri sudah mengijinkan Jessica untuk pergi menemui Yuri tapi Jessica tetap tidak enak hati jika meninggalkan kantor terlalu lama.
"Baiklah, terimakasih sudah mau menemani aku ngobrol." jawab Yuri.
"Sama-sama."
Kemudian Jessica segera bangun, tanpa sengaja dia menjatuhkan benda kecil dari balik blazernya.
"Apa ini?" Fani yang duduk disamping Jessica segera mengambil benda itu dari atas lantai, ternyata itu adalah sebuah alat tes kehamilan.
Jessica merasa sangat panik, dia langsung merebut benda itu dari tangan Fani. "I-ini milik temanku dikantor, tadi dia hanya menitipkannya padaku. Aku lupa untuk mengembalikannya."
Jessica segera pergi setelah berkata begitu. Sekarang diruangan itu hanya ada Yuri dan Fani, dua wanita itu saling menatap.
"Apa kamu percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jessica tadi?" tanya Fani, dia merasa ada yang disembunyikan oleh Jessica.
"Entahlah, tapi mana mungkin Jessica hamil. Dia bahkan tidak pernah mengenalkan pacarnya pada kita." ucap Yuri.
Kemudian Yuri kembali termenung, dia teringat dengan ucapan Jessica tadi. Harusnya dia menemui Vero lagi dan menanyakan tentang kepergian Vero selama 7 tahun ini.
...💖💖💖💖💖...
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, seperti biasa, Yuri tengah bersiap untuk pulang. Sementara Karin dan dua pekerja lainnya sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Yuri memang selalu menyuruh pegawainya untuk pulang lebih awal, sementara dia akan pulang terakhir karena harus mengecek hasil pembukuan.
Yuri mematikan lampu ruangan kerjanya, kemudian dia segera keluar dan mengunci pintunya dari luar. Butik itu sudah sangat sepi karena Yuri hanya seorang diri disana, sementara seorang satpam berjaga didepan.
Kemudian Yuri segera keluar dari butik, dia melihat Vero sudah berdiri didepan butiknya dan sedang berdiri dengan menyenderkan tubuhnya ke mobil dan melipatkan kedua tangannya didada.
Yuri menarik nafas panjang, kemudian dia berjalan mendekati Vero.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Yuri.
"Ingin melihat kamu." jawab Vero ngasal.
"Aku serius." Yuri merasa kesal dengan jawaban Vero, padahal tadi saat diapartemen jelas-jelas Vero mengatakan jika banyak wanita yang lebih cantik dari dirinya.
Vero tersenyum, lalu dia menurunkan kedua tangannya dari dadanya dan mendekatkan dirinya pada Yuri.
"Aku ingin mengantarkan kamu pulang, aku khawatir sama kamu." jelas Vero.
Sejak dikantor Vero terus memikirkan surat ancaman yang diterima oleh Yuri, hingga dia tidak sempat pulang ke apartemen dan langsung datang ke butik milik Yuri. Vero meminta alamat butik itu dari temannya.
Yuri nampak terdiam, dia tidak langsung menjawab ucapan Vero. Lalu dia menatap Vero dengan tajam.
"Vero, kemana saja kamu selama 7 tahun ini? Apa kamu tau aku mencari kamu, tapi kamu tidak ada kabar. Sekarang kamu bilang jika kamu khawatir sama aku? Cukup Vero! Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, aku juga sudah mau bertunangan. Jadi tolong jangan ganggu aku lagi." Yuri mengatakannya dengan kesal, dia tidak tau harus senang atau tidak saat mendengar jika Vero mengkhawatirkan dirinya.
"Aku tau aku salah, tapi aku punya alasan mengapa aku pergi." ucap Vero.
"Kalau begitu katakan apa alasannya?" Kali ini air mata Yuri tidak bisa dibendung lagi, dia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar.
Vero nampak terdiam, dia menatap mata Yuri dalam-dalam.
"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Tapi nanti kamu akan tau sendiri." jawab Vero.
Jawaban Vero membuat Yuri kembali kecewa, padahal dia berharap Vero akan mengatakan alasan kepergiannya dulu. Yuri ingin segera pergi tapi Vero menarik tangannya dan membawanya kedalam pelukannya.
"Aku mencintai kamu, Yuri. Kembalilah padaku, aku akan selalu menjaga kamu." ucap Vero.
Yuri ingin melepaskan pelukan Vero namun Vero menahannya. Vero tidak membiarkan Yuri untuk memberontak.
"Vero ini tidak benar, aku sudah memiliki kak Agam sekarang. Kita tidak mungkin bersama lagi." Yuri mengatakannya sambil menangis dalam pelukan Vero, dia tidak ingin mengkhianati Agam.
"Aku tidak peduli, aku mencintai kamu dan aku hanya ingin hidup bersama dengan kamu." ucap Vero.
Vero semakin mempererat pelukannya, dia menciumi rambut Yuri. Kedua insan itu saling melepas rindu. Bahkan mereka tidak sadar jika seseorang tengah memotret mereka secara diam-diam.
...💖💖💖💖💖...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!