Kota Elektron adalah kota yang terus menerima bencana alam. Bencana alam apa? Ya, itu adalah bencana alam dari petir. Hampir setiap harinya kota itu terus tersambar petir. Sehingga membuat orang-orang enggan untuk keluar rumah, apalagi menjelang malam hari, karena peningkatan intensitas sambaran petir terjadi pada malam hari. Tidak sedikit orang yang mengabaikan hal itu dan akhirnya tersambar oleh petir. lantas apa yang terjadi kepada orang yang tersambar petir? Jawabannya hanya satu. yaitu, Kematian ....
Bukan hanya bencana petir, tetapi tenaga seperti angin, api, air dan juga nuklir tidak bisa digunakan karena dampak dari bencana petir yang terus terjadi. Hingga tiba waktunya saat ilmuwan bernama Hiden yang merupakan ilmuwan yang besar di kota tersebut--Elektron. Dia menemukan cara untuk menggunakan petir sebagai tenaga untuk membangkitkan elemen yang lainnya, penemuannya itu dia beri nama "Thunder Heart". Penemuan itu memberi dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat kota dan ketakutan akan petir yang menyambar pun kian hilang, karena banyaknya penangkal petir yang sudah diciptakan oleh Hiden sebagai upaya dia menampung petir dalam pengembangan "Thunder Heart".
Namun setahun setelahnya, setelah ilmuwan Hiden menciptakan penemuan yang luar biasa itu, dia pun menghilang tanpa kabar. Entah apa yang menjadi alasan dia meninggalkan kota yang menjadi tempat kelahirannya itu? Sepuluh tahun setelahnya para orang tua dari anak-anak di kota Elektron menyambut kelahiran baru.
"Oek! Oek!"
Suara bayi telah menguasai seluruh penjuru kota, tanda awal kelahiran generasi baru. Kota yang dikenal dengan nama Elektron itu akhirnya mempunyai banyak generasi di era baru mereka. Namun, anak-anak yang telah lahir memiliki tanda yang tidak biasa setelah persalinan mereka. mereka--bayi itu terasa menyengat ketika dipegang. Tapi tanda itu tidak dihiraukan oleh orang tua serta keluarga mereka. Justru seluruh warga kota menyambut hal itu sebagai anak ajaib yang hanya lahir selama seribu tahun sekali.
warga kota kemudian membangun lembaga pendidikan sebagai tanda syukur mereka. Lembaga pendidikan itu lalu diberi nama, "Thunder School". Saat semua anak mereka memasuki usia 6 tahun, anak-anak mulai bisa mengeluarkan petir dari bagian tubuh atau bahkan seluruh bagian tubuh mereka secara alami dan tidak masuk akal. Setelah itu mereka semua dimasukan ke sekolah yaitu lembaga pendidikan tadi. Maksud pembangunan lembaga itu yaitu untuk membuat anak-anak dengan kekuatan super dapat mempelajari cara mengendalikan kekuatan mereka, yaitu kekuatan petir yang sangat beragam.
puluhan tahun kian berlalu, dan kota itu menjadi kota dengan orang-orang super. Generasi orang-orang super pertama akan segera berakhir dan tanda kehidupan baru akan segera hadir. Generasi kedua yang ditunggu akhirnya akan dilahirkan ke muka bumi tepatnya di kota Elektron. Namun, semua itu tidak sesuai dengan harapan seluruh orang tua super. Generasi kedua adalah generasi yang buruk menurut mereka. pasalnya ada sebagian kecil bayi yang tidak memiliki tanda menyengat, apa maksudnya? maksudnya tidak lain tidak bukan adalah mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan petir yang menjadi icon kota "petir" ini.
Lalu mereka menetapkan aturan anak-anak yang nanti sudah berusia 6 tahun dan tidak bisa mengendalikan petir, maka mereka tidak akan mendapatkan pendidikan di lembaga. Walaupun bisa masuk, itu juga dengan kekuatan finansial orang tua mereka.
Yale Tesla ... seorang anak yang lahir pada generasi kedua yang dikatakan sebagai generasi yang buruk menurut orang-orang dari kota Elektron. Yale Tesla sendiri merupakan satu dari sedikit anak yang tidak mempunyai tanda lahir menyengat, padahal kedua orang tuanya adalah dua manusia super yang terkemuka di tempatnya. Walaupun begitu, kedua orang tuanya tidak mempersalahkan anaknya yang lahir dengan kelainan tersebut, mereka tetap menyayanginya seperti anak sendiri.
Yale Tesla terus tumbuh dan tumbuh, hingga pada waktunya dia akan memulai apa yang dikatakan sebagai hubungan pertemanan. Pada awalnya Yale mampu berbaur dengan teman-temannya. Namun, semua kian memburuk dan tidak berjalan sebagaimana semestinya. Ketika ingin menunjukkan kekuatan petir mereka masing-masing, hanya Yale saja yang tidak bisa untuk menunjukkan alias tidak ada yang terjadi ketika dia melakukan prosedur yang sama dengan teman-temannya.
Dan itulah awalnya keadaan memburuk bagi Yale Tesla. Semua temannya perlahan berubah menjadi tukang bully. Akan tetapi Yale tetap pergi bermain bersama mereka, walaupun dia tidak diajak sama sekali dan bahkan tidak dipedulikan. Yale mampu bertahan, namun sampai kapan dia akan bertahan? Hingga 3 bulan lamanya dia menahan hal itu dan akhirnya Yale memutuskan untuk pergi dari kelompok yang disebut-sebut sebagai tempat berteman itu.
Yale mulai mengurung dirinya di dalam rumahnya itu. Orang tuanya mulai khawatir, tapi Yale tidak pernah mengutarakan apa yang menimpa pada dirinya. Pernah sekali ... Tidak, bukan sekali ... tapi sangat sering orang tuanya bertanya pada Yale, namun dia tetap dengan pendiriannya untuk menyimpan masalahnya tersebut. Hingga Yale pun perlahan menjadi anak yang anti akan sosial dan susah berbaur.
Tahun ke 83 dari kalender petir adalah tahun ajaran baru dari sekolah petir atau Thunder School akan dibuka. Para orang tua murid berbondong-bondong untuk mendaftarkan anak mereka ke sekolah paling bergengsi dan satu-satunya yang ada di kota Elektron. Hal itu juga berlaku kepada orang tua dari Yale Tesla. Tapi sekali lagi pendaftaran Yale Tesla tidak berjalan mulus, saat tes pertama yaitu dengan menggunakan alat deteksi kekuatan petir yang diberi nama "Dektron" itu, Yale sama sekali tidak memberikan reaksi petir yang menandakan tidak ada sama sekali kekuatan petir pada tubuhnya.
Hal itu membuat pihak penyelenggara tes tidak meluluskan Yale sehingga dia tidak bisa berada di sekolah petir tersebut. Namun, orang tua Yale bersikeras untuk mendaftarkan Yale di sekolah tersebut. Orang tua Yale adalah orang terkemuka sehingga dengan beberapa pertimbangan dan sedikit uang membuat Yale bisa lulus dengan cara yang berbeda. Tapi tentu saja itu menjadi rahasia dari pihak penyelenggara tanpa diketahui oleh murid lainnya.
Tepat hari ini, Yale mulai berangkat ke sekolah untuk memulai kehidupan barunya sebagai murid dari sekolah petir dengan rahasia dan beban yang sudah ditanggungnya dari awal masuk sekolah, entah sampai kapan rahasia tersebut bisa tetap terjaga. Yale melihat kerumunan, mungkin mereka sedang melihat daftar kelas murid baru. Yale pun mengikuti sembari mencari di kelas manakah dia berada. Sekitar 2 menit saja dia mencari dan mendapati dia berada di kelas 1-E yang merupakan kelas paling terbelakang berdasarkan hasil tes masuk. Untuk Yale yang tidak lulus tes dan masuk dengan cara lain tentu saja dia akan berada di kelas 1-E.
Setelah itu, Yale langsung beranjak menuju ke kelasnya berada, membutuhkan waktu 7 menit lamanya untuk dia sampai ke kelasnya, tapi untung saja Yale tidak tersesat. Dia pun melihat ke dalam dan mendapati ada beberapa orang yang sudah mengisi bangku yang ada. Karena Yale tidak mau mencolok, dia memilih bangku yang paling belakang agar rahasianya tidak terbongkar.
Dan tibalah saatnya untuk perkenalan pertama. Semua murid dipanggil ke depan mulai dari absen nomor 1. Dan buruknya saat perkenalan, murid harus mendemonstrasikan kekuatan mereka di depan semua teman kelas dan guru. Hal yang sangat tidak diinginkan Yale mulai terjadi, dia hanya bisa pasrah akan nasibnya di hari pertama sekolah. Keringat dingin terus bercucuran dari dirinya. Hingga kemudian namanya telah dipanggil.
"Yale Tesla," panggil Guru kepada Yale.
Langkah Yale sangat berat dan suaranya susah untuk keluar. Dia sudah tahu akan nasib buruknya itu. Tapi dia harus menjalaninya dan memberanikan diri untuk melakukan perkenalan.
"Sa-salam kenal semuanya, A-aku Yale Tesla." singkat saja dari Yale dan Guru mempersilakan dia untuk menunjukkan kekuatannya. Namun Yale tidak bisa karena dia tidak memilikinya. Tapi Yale adalah orang yang tidak mau berterus terang, dia mencoba untuk menggerakkan tangannya walaupun dia tahu tidak akan ada yang terjadi. Guru yang melihat Yale tidak bisa menunjukkan kekuatannya pun bertanya kepada Yale.
"Yale, kamu tidak punya kekuatan petir?" terlontar sudah pertanyaan yang sangat tidak diinginkan. Yale hanya tertunduk dan mengangguk pelan tanpa melihat ke depan. Semua teman sekelasnya langsung memandang rendah Yale.
"Apa-apaan itu?" bisik-bisik teman kelas di belakang.
"Dia tidak punya kekuatan petir?" datang lagi dari arah lain.
"Terus gimana dia bisa lulus tes sekolah ini?" suara gadis di barisan depan.
"Eh, namanya Yale Tesla, kan? Tesla itu keluarga manusia super terkenal kan?"
"Iya, kau benar! Pantas saja dia bisa lulus ke sekolah ini."
"Haha! Kekuatan orang tua ternyata." Semua gosip dan cemoohan yang awalnya berbisik kini semakin keras. Guru yang ingin meredam hal itu menyuruh Yale untuk duduk kembali. Walaupun begitu ejekan masih terlontar pada dirinya dan bahkan ada yang sampai melempar kertas kepada Yale. Yale hanya bisa diam membisu dan tidak bisa melawan, lebih tepatnya dia tidak mau melawan. Dia tidak ingin membuat masalah, karena itu akan mempengaruhi kedua orang tuanya. Sangat buruk itulah yang menimpa Yale saat ini. Hanya bisa pasrah dan menjalani kehidupan sekolah buruk yang baru dimulai ini.
...To be Continued...
...Karya ini merupakan karya jalur kreatif...
Hari ini adalah hari pertama Yale berada di sekolah petir, dan tentu saja ejekan dan kekerasan masih terus berlanjut sejak tadi pagi hingga menjelang waktu makan siang. Yale tetap menuju ke kantin karena rasa lapar yang tidak tertahankan pada dirinya. Mungkin sejauh ini yang mengetahui rahasianya hanya murid dari kelasnya saja, tidak dengan murid kelas lain. Dan seperti yang dia duga ketika berada di kantin ejekan yang terus dilontarkan kepadanya kini mulai tak terdengar. Walaupun ada murid kelasnya yang berada di kantin, namun Yale bisa berbaur dengan yang lain tanpa ketahuan murid kelasnya.
Yale memesan makanan yang bisa dibilang cukup banyak, bisa dibilang anak ini makan dengan porsi buruh. Banyaknya makan Yale disebabkan oleh selalu tersedia nya makanan saat dia berada di rumah. Bagaimanapun juga, kedua orang tuanya cukup kaya sehingga dia tidak pernah kekurangan akan makanan.
"Permisi, Bu. Saya mau pesan Paket A porsi jumbo, ya." Yale menyebutkan itu dengan santainya.
"Anak muda? Makan mu banyak juga, ya," balas Ibu Kantin.
"Tapi ini, masih sedikit, Bu." kembali Yale berbicara dengan santai. Wajah Ibu Kantin menunjukkan rasa tidak percaya, karena mungkin sudah terlalu lama meladeni Yale dan melihat antrian semakin panjang, maka Ibu Kantin pun mengakhiri pembicaraan dengan cara mengiyakan apa yang dikatakan oleh Yale.
"Iya-iya. Total semuanya jadi 50 Uron."
Uron adalah nama mata uang yang ada di kota Elektron. Uang itu berbentuk kertas dan juga koin. Yale segera membayar dan menerima kembalian. Makanan pun langsung siap saji di depannya, dan tibalah saatnya dia mencari tempat untuk duduk. Dia menoleh ke kiri dan kanan lalu menemukan satu tempat yang tidak diisi oleh siapa-siapa. Segera Yale menduduki tempat itu dan makan dengan lahapnya.
Akan tetapi tak sampai menghabiskan makanan yang ada di wadahnya tiba-tiba ....
"Oi! Produk gagal, enak juga ya Lo makan disini," ucap seseorang, lalu Yale pun menoleh dan ternyata itu adalah salah satu murid dari kelas 1-E. Seketika nafsu makan Yale pun menghilang.
"Oi Lo dengar, gak?!" ujar temannya yang lain.
"Gila! Makannya banyak banget nih si anak gagal," ujar orang lain lagi. Mereka bertiga terus mengejek Yale yang sedang makan. Lalu ...
"Kau benar, makannya banyak banget ... tapi cara makannya salah, apakah dia tidak diajarkan cara makan yang benar?" anak muda itu mengucapkannya dengan nada yang mengejek disertai wajah meremehkan.
"Ajarkan dia bagaimana caranya, bro haha," dukung temannya sambil terkekeh.
Anak muda itu pun mengambil wadah makanan Yale, kemudian ....
SPLASH!
Isi dari wadah itu dengan mudahnya dia daratkan ke atas dari kepala Yale. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.
"Ahahaha! Itu sangat cocok dengannya."
"Sangat cocok untuk seekor hewan." kata-kata mereka semakin merendahkan Yale. Namun, Yale tidak membalas sedikitpun, dia tidak bergeming dan tertunduk bisu. Pikirnya kalau dia melawan dia akan mendapatkan masalah. Kejadian itu disaksikan oleh semua orang yang ada di kantin. Lalu seseorang datang untuk membela Yale.
"Apa yang kamu lakukan kepada anak muda ini?!" ujar orang itu yang ternyata adalah ibu kantin yang melayani Yale tadi.
"hah?! Siapa bibi gendut ini?!" ejek anak kurang ajar itu kepada ibu kantin.
"Habisin aja dia, bro," suruh temannya.
"Iya habisin aja, jadikan babi panggang." teman yang lainnya juga menyuruhnya untuk menyerang ibu kantin. Dia mengangkat tangannya ke atas bukan tanda ingin tunjuk tangan atau menyerah dari keadaan. Tetapi yang akan dia lakukan adalah hal yang berbahaya ... Kalian tahu sendiri, ya benar sekali dia akan mengeluarkan kekuatan petir nya kepada ibu kantin tanpa belas kasihan. energi petir mulai berkumpul yang awalnya tidak kelihatan menjadi kelihatan dengan sinar yang terang. Ibu kantin terduduk lesu melihat petir pada tangan anak muda itu. Seakan dia baru menyadari bahwa ini adalah sekolah manusia super. Orang yang lain hanya melihat dari kejauhan, tidak ada satupun yang tergerak hatinya untuk menolong atau menghentikan anak ini. Semuanya hanya ingin main aman tanpa terlibat masalah, tanpa memikirkan orang lain.
Yale yang tertunduk lalu menyadari bahwa ada suara gemercik petir, Yale langsung menoleh dan mendapati petir itu pada tangan orang yang mengejeknya. Melihat ibu kantin yang berada di arah serangannya. Yale pun tidak akan tinggal diam, jika ada yang tertimpa masalah. Dengan spontan, Yale menahan tangan anak nakal itu.
TAP!
"Hentikan! Apa yang ingin kau lakukan?!" pekik Yale dengan ekspresi sedang marah.
"Hah! Produk gagal berani melawanku, teman-teman tahan dia!" Anak nakal itu menyuruh temannya untuk menahan Yale. Bagaimanapun juga Yale hanya manusia biasa dia tidak akan bisa melawan kekuatan dua orang sekaligus sembari menahan tangan anak nakal ini. Alhasil Yale berhasil dipisahkan dari orang itu. Lalu teman-temannya mendaratkan pukulan pada Yale tepat di perutnya. Pukulan, tendangan ... Kini Yale rasakan di perutnya, seakan sudah mencapai batasnya dan petir akan segera menyambar ke arah ibu kantin. Yale tak mampu berbuat apa-apa, lalu ....
"THUNDER SHIELD!" tiba-tiba tameng dari petir berada di depan serangan anak nakal itu dan berhasil menahan serangannya.
"Si-siapa kau?!" Anak nakal itu menunjukkan tanda ketakutan, terlihat pada gemetar pada tubuhnya. Kekuatan dibalas dengan kekuatan, sangat simple, namun tidak bisa Yale lakukan karena kekuatannya sangat lemah.
"Harusnya aku yang bertanya seperti, itu. Apa yang kalian lakukan membuat keributan pada kantin sekolah?" ujar orang yang menahan serangan tadi.
"Kalian lihat itu, itu seragam OSIS, bukankah dia wakil ketua OSIS ..." bisik-bisik di setiap penjuru kantin.
"Ah! Kau benar dia Hugo Reynard." Kembali yang lain berbisik, namun dengan keras dan terdengar oleh anak nakal itu.
"Wa-wakil ketua?!" kaget anak nakal itu.
"Oh, aku belum mengenalkan diriku. Salam kenal, aku Hugo Reynard. Wakil ketua OSIS di sekolah ini, dan kamu pasti anak baru, ya?!" ujar Hugo dengan wibawa.
"Ma-maafkan aku wakil ketua! Aku tidak mengetahuinya!" Anak nakal mulai histeris.
"Permintaan maaf diterima," ujar Hugo dan wajah anak nakal mulai lega, "tapi hanya untuk permintaan maaf atas ketidaktahuan kepada diriku. Untuk masalah yang kamu timbulkan di sini sebaiknya kamu segera menebusnya. Ikut aku ke tempat kepala sekolah, ibu kantin yang di sana juga ikut untuk menjelaskan." Mata anak nakal kian kehilangan harapannya.
"Dan Rena," panggil Hugo.
"Iya, Wakil Ketua!" Rena merespon dengan cepat. Rena adalah orang dari OSIS yang juga berada di lokasi bersama Hugo.
"Bawa anak itu ke Ruang Kesehatan," perintah Hugo sembari menunjuk ke arah Yale.
"Baik, Wakil Ketua!" Rena menopang tangan Yale dengan bahunya, untuk membantu Yale berjalan. Kesadaran Yale hampir setipis tisu.
"Kamu bisa berjalan?" tanya Rena.
"te-terima kasih?" Yale hanya membalas dengan ucapan terima kasih. Dia bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan Ibu Kantin. Lalu beberapa saat kemudian Yale pun tak sadarkan diri.
"Tu-tunggu. O-oi! Bangun!" panik Rena, namun Yale tidak bisa menahannya lagi, dia sudah lega dan perlahan matanya mulai tertutup. Kejadian yang sangat berat bagi Yale dihari pertamanya, tapi apa yang dia syukuri bukanlah tentang keselamatan dirinya tapi tentang keselamatan orang lain. Di dalam lemahnya diri Yale dia masih memikirkan untuk membantu yang lain.
...To be Continued ...
...Karya ini merupakan karya jalur kreatif...
Di sebuah ruang kesehatan terbaring lah seorang anak muda yang masih belum membuka mata matanya alias tidak sadarkan diri akibat luka yang diterima sebelumnya. Tepat di sampingnya ada seorang gadis cantik dengan rambut merah panjang tertidur menunggu kesadaran anak muda itu. Lalu ...
"Hmm... " perlahan anak muda itu membuka matanya, dia perhatikan sekeliling sambil memfokuskan matanya yang baru terbangun. Lalu terpaku lah mata itu kepada seorang gadis yang tertidur tepat di samping kasurnya. Anak muda itu tak tega untuk membangunkannya, dia pun membiarkan gadis itu tertidur dengan pulas nya. Kemudian datanglah seorang laki-laki memasuki ruangan itu sembari berkata.
"Rena! Bagaimana keadaan dia ...." Lalu melihat ke arah Rena yang tertidur pulas di samping anak muda yang ingin diketahui kondisinya. Laki-laki itu ternyata Hugo yang baru saja selesai dari tempat kepala sekolah.
"Ternyata dia tertidur ..." ujar Hugo. Kemudian Hugo menatap ke arah Yale yang baru siuman, lantas dia pun bertanya, "bagaimana keadaanmu, apakah sudah baikan?"
"Aku sudah lumayan baikan, hanya masih terasa nyeri sedikit saja," jawab Yale.
"Syukurlah ... ngomong-ngomong tadi kenapa kamu tidak melawan perbuatan mereka?" pertanyaan yang sangat tidak diinginkan Yale, keluar dari mulut Hugo. Satu pertanyaan yang bisa memutar balikan roda kehidupan dalam hidup Yale. Pertanyaan itu bisa membuat orang yang baik kepadanya menjadi musuh.
"A-aku ...."Yale tidak bisa untuk menjawab. Dia gemetar, dan dapat dilihat oleh Hugo. Hugo pun seketika mengurungkan niat untuk mengetahui jawabannya.
"Kalau memang susah untuk dikatakan, tidak apa simpan saja untukmu." balas Hugo. Yale merasa sedikit lega dan juga khawatir kapan rahasianya akan terbongkar ke orang baik ini--Hugo.
"Aku pamit undur diri dulu. Oh iya nama kamu siapa?" tanya Hugo kembali.
"Aku Yale, Yale Tesla," jawab Yale dengan polos. Dia melupakan bahwa nama keluarga Tesla sangat terkenal. Namun ternyata Hugo tidak menyadari hal itu. Dia pun dengan polos juga menjawab.
"Oh Yale ... salam kenal aku Hugo Reynard, wakil ketua OSIS di sekolah ini, jika kamu perlu sesuatu, datang saja ke ruang OSIS. Kalau begitu aku pamit. Oh iya, jika Rena sudah bangun, tolong bilang padanya untuk membawamu berkeliling sekolah. Anggap saja sebagai pemandu dalam pengenalan sekolah." Setelah mengucapkan itu, Hugo kian berlalu meninggalkan ruangan kesehatan. Yale bingung akan melakukan apa, belum lagi Rena yang tak kunjung terbangun dari tidurnya. Hingga 30 menit berlalu, dan sepertinya Yale melupakan sesuatu hal yang penting.
"Gawat, aku terlambat masuk kelas!" panik Yale. Disaat itu juga Rena terbangun dari tidurnya dan membalas perkataan Yale dengan spontan.
"Kamu tidak perlu masuk kelas, kondisi kamu sekarang tidak memungkinkan." Rena khawatir dengan kondisi Yale.
"Aku sudah baik-baik saja. Aku akan ke kelas. Oh iya, Wakil Ketua menitipkan pesan untuk mengajakku berkeliling sekolah," jelas Yale kepada Rena.
"Yaudah kalau gitu sekarang aja aku pandu kamu berkeliling," ucap Rena dengan santainya. Yale melihat Rena seakan tidak percaya, bahwa gadis cantik ini adalah tukang bolos, belum lagi dia adalah anggota OSIS.
"Sekarang?! Kamu enggak masuk kelas, Rena?" tanya Yale.
"Kelas membosankan, kan aku anggota OSIS punya hak khusus untuk tidak masuk kelas." perkataan Rena membuat Yale tersadar bahwa gadis yang bernama Rena ini memanfaatkan kedudukan untuk bolos pelajaran.
"Baiklah, aku tidak melarang mu bolos. hanya saja aku gak bisa bolos. Aku akan ke kelas. Jika kamu ingin memandu ku, nanti lakukan saat pulang sekolah, gimana?" tanya Yale.
"Tidak buruk ... Oke. Kamu kelas mana emangnya?" kembali Rena bertanya.
"Aku kelas 1-E." Dan Yale kembali tersadar bahwa rahasianya akan terbongkar jika Rena datang ke kelasnya.
"Baik kelas 1-E, kan." Tiba-tiba Rena sudah berada di depan pintu dan ingin beranjak pergi. "Sampai nanti," ucap Rena bersemangat, berbeda dengan Yale yang tertunduk lesu akan perkataan yang tidak bisa dia tarik kembali. Rasa khawatir jika Rena mengetahui rahasianya, apakah dia masih mau berbicara dengan Yale. Seumur hidup Yale, baru kali ini dia berbicara dengan anak lain setelah bertahun-tahun ketika rahasianya terbongkar. Namun, Yale tetap berharap Rena tidak menjadi asing dan tetap berbicara dengannya, hal ini berlaku juga dengan Hugo.
Yale kembali ke kelasnya, semua mata tertuju padanya. Bagaimanapun juga ini merupakan pemandangan yang biasa bagi Yale. Ejekan, bisik-bisik tetangga selalu terdengar. Ada yang berbicara tentang Yale yang sedang bolos, ya satu masalah yang Yale timbulkan akan menjadi bahas pembicaraan di kelasnya, apapun itu.
Waktu sekarang menunjukkan pukul 3 sore. Waktu bagi murid di Thunder School untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Tentu saja tidak semua murid langsung pulang, ada yang melakukan kegiatan sepulang sekolah untuk bekerja di komunitas resmi yang ada di sekolah petir. Yale mengemasi barangnya dan segera keluar dari dalam kelas yang tidak enak ini. Dan betapa kagetnya dia, Rena sudah berada di depan kelasnya. Ketika sudah menemukan Yale, Rena spontan menyapanya dan hal itu disaksikan oleh seluruh murid di kelas Yale yang masih berada di tempat.
"Halo," sapa Rena. Bisik-bisik kembali terdengar, orang-orang ini seakan tidak pernah bosan untuk selalu berbicara buruk.
"Eh lihat, cewek itu menyapa Yale."
"Kau benar, kok dia mau ya berteman dengan Yale." Tentu saja hal itu terdengar jelas di telinga Rena dan Rena tidak terima. Dia pun menghampiri para cewek penggosip itu.
"Hei, kamu!" teriak Rena.
"Hah?! ada masalah apa, sama gue?!" gadis itu menjadi kesal.
"Apa maksud perkataanmu tadi?!" Rena mencari kebenaran.
"Lo tidak tahu, ya?"
"Tidak tahu tentang apa?" Alis Rena naik ke atas tanda ketidaktahuan.
"Dia." sembari menunjuk ke arah Yale, "dia itu produk gagal dari keluarga Tesla yang tidak mempunyai kekuatan petir sedikitpun. Dia hanyalah sampah, dan lo mau berteman dengan dia, haha." Semua orang kini ikut tertawa, Yale terpuruk dan pasrah akan tanggapan dari Rena, dia tahu bahwa tidak akan ada yang mau menerima dirinya yang lemah dan aneh ini.
"Terus, apa yang salah dengan itu?!" pekik Rena. Yale kini melihat ke depan, ke arah Rena. Sebuah keajaiban terjadi di depan mata Yale. Tanggapan yang berbeda akhirnya terjadi.
"Apa yang salah, ya jelas salah lah. bodoh ya, Lo?" balas cewe tadi.
"Semua di dunia ini tidak harus dengan kekuatan. Orang-orang pendahulu kita dulunya juga tidak memiliki kekuatan petir. pendahulu kita adalah manusia biasa, bukan manusia super. Terus apa yang salah dengan Yale? Bukankah dia sama dengan pendahulu kita, justru dia adalah orang yang normal tidak seperti kita." ujar Rena terus membela Yale. "Kalian anak-anak yang juga merupakan keturunan para pendahulu, baru memiliki kekuatan sedikit saja menjadikan kalian manusia yang tidak punya hati nurani. Kalian tahu kekuatan itu tidak harus dari fisik, tapi juga dari hati. Apakah kalian sudah melupakan bahwa kita ini adalah manusia?"
"Capek ya ngomong sama orang bodoh, ayo teman-teman kita pergi."
Rena berhasil mengusir cewek-cewek itu. Yale masih tidak percaya dengan perkataan gadis cantik yang bernama Rena ini. Dia terus memandangi Rena, dan Rena pun menyadarinya, lalu ....
"Hihi, ayo Yale! Kita pergi!" dengan senyuman pada wajah Rena, dia menarik tangan Yale dan berlari di lorong sekolah. Perasaan yang sudah lama tidak Yale rasakan, perasaan bahagia kini membalut seluruh tubuhnya. Lalu Yale pun berbicara dalam hatinya.
"Terima kasih, Rena."
...to be continued...
...Karya ini merupakan karya jalur kreatif...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!