NovelToon NovelToon

Saat Cinta Terhalang Keyakinan

Bab 1

"Dokter Zia, ada pasien yang terkena serangan jantung. Dia harus segera ditangani. " seorang perawat memberi laporan kepada Zia saat dia sedang menangani pasien.

"Ya sudah, panggil dokternya kenapa kalian malah mencariku. " bentak Zia, karena dia sendiri saat ini sibuk.

"Maaf dokter, dokter Amar sedang keluar kota untuk melakukan seminar di luar kota." ujar perawat itu takut-takut karena dia tahu perangai dokter Zia kalau sedang marah, dia sangat menakutkan.

"Apa? berani sekali Amar pergi seminar tanpa izin dari ku. Dasar sialan. " umpat Zia tanpa sadar.

Dia segera memanggil dokter lain untuk menangani pasiennya, dan melihat keadaan pasien yang katanya terkena serangan jantung. Zia segera pergi ke IGD rumah sakitnya dan melihat apa yang terjadi.

Saat langkah kakinya semakin mendekat, dia keheranan ketika melihat gerombolan orang baik dokter, suster atau keluarga pasien sedang berkumpull melihat sesuatu.

"Apa-apaan ini. Apa kalian tidak punya kerjaan hah. " bentak Zia dengan suaranya yang melengking, sehingga membuat semua orang langsung bubar dari tempat itu.

Benar saja semua para dokter dan perawat yang mendengar suara Zia langsung membubarkan diri, dan kembali bekerja di tempat mereka masing-masing. Sedangkan dia dengan santainya langsung melihat apa yang terjadi.

"Siapa dia. " tanyanya kepada asistennya yang sejak tadi mengikuti Zia

"Entah, dokter saya juga tidak tahu siapa dia. Sepertinya orang baru. Karena baru pertama kali saya melihatnya." jawab perawat itu.

Zia manganggukkan kepalanya mengerti, dia kembali fokus pada pria yang sedang memberi pertolongan kepada pasien. Keterampilannya dalam menangani pasien tidak bisa diragukan lagi.

"Sepertinya dia sangat profesional. " batin Zia.

Setelah menyelesaikan tugasnya pria itu segera pergi dari sana. Tapi sebelum pergi dia menanyakan kepada salah seorang perawat tentang ruangan direktur rumah sakit.

"Maaf tuan, jika anda mencari dokter Zia direktur rumah sakit ini, orangnya ada di sana." ujar perawat itu sambil menunjuk Zia yang sedang berdiri memperhatikannya.

Pria itu berbalik dan tertegun saat menatap sosok cantik berhijab dengan seorang perawat di sampingnya. Dilihatnya sosok cantik itu berjalan mendekatinya dan tanpa sadar sudah berada di hadapannya.

"Apakah anda mencari saya?" tanya Zia kepada pria itu.

"A.... apakah anda direktur rumah sakit ini? " tanya pria itu sedikit tergagap.

"Iya, tuan. Jika anda ingin bicara dengan saya, mari ikuti saya. Kita bicara di kantor" ujar Zia kepada pria itu.

Dia langsung berbalik dan berjalan meninggalkan pria itu, yang penting Zia sudah mengatakan kalau dia harus mengikutinya.

"Mari tuan. " asisten Zia menyadarkan Pria itu dari tampang bengong nya.

"Ah, iya. Ayo." Pria itu berjalan mengikuti langkah asisten Zia. Dan saat melihat lift yang akan tertutup asisten Zia langsung berjalan cepat agar lift tidak tertutup.

"Maaf dokter, kami terlambat, karena pria itu sepertinya tepesona kepada dokter Zia. " bisik perawat itu dan mendapat tatapan tajam dari Zia. hingga membuat perawat itu langsung terdiam

Pria asing itu tersenyum hangat kepada Zia yang berwajah jutek, dan tidak mendapat balasan apapun dari wanita cantik itu.

Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam lift menuju ruang kerjanya. Di dalam lift tidak ada yang berbicara, selain asisten Zia yang berusaha mengajak pria asing itu berbicara. Karena mood Zia sedang buruk akibat perbuatan dokter Amar yang seenaknya sendiri.

Saat ini mereka sudah berada di ruangan Zia. Ruangan itu tampak terlihat elegan dengan warna monocrom yang mendominasi.

"Bisa anda perkenalkan diri anda terlebih dulu tuan." ujar Zia saat mereka sudah duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Perkenalkan dokter, nama saya Abelard Joseph panggil saja Abe, saya dari Jerman. Mungkin Tuan El sudah mengatakan kalau saya akan datang. " ujar Pria bernama Abe itu.

Zia mengangguk mengerti. "Jadi, dia adalah pria dari Jerman itu, pantas saja keahliannya sangat luar biasa. Tidak diragukan lagi. " batin Zia.

"Saya Nazia, rekan di sini memanggil saya dengan panggilan Zia. Senang anda disini dokter Abe. " ujar Zia tersenyum memperkenalkan diri.

Abe tertegun melihat senyuman lembut dari dokter Zia. Dia jadi mengingat ucapan ayahnya, dalam keluarga Khan ada seorang wanita bernama Nisa yang tak lain adalah nyonya besar di keluarga itu, dia sangat ramah dan juga memiliki senyuman yang sangat lembut.

"Apakah, semua wanita di keluarga ini memiliki senyuman yang sama?" batin Abe karena dia dulu pernah sekali bertemu dengan mereka saat dia masih kecil.

"Tuan Abe... tuan." Zia menyadarkan Abe yang seperti tengah melamun dengan melambaikan tangannya di depan wajah Abe.

"Ah, iya dokter Zia, maafkan saya. Karena tiba-tiba saya mengingat sesuatu." ujarnya kikuk.

"Jadi, apakah anda sudah siap dan mulai bekerja di sini?' tanya Zia kemudian.

" Ya, tentu saja, dokter. Kapan saya bisa mulai bekerja. " tanya Abe balik.

"Bagaimana kalau mulai besok saja anda bekerja. Hari ini saya akan menemani anda berkeliling rumah sakit ini." ujar Zia dengan ramah, dia ingin memberikan kesan baik kepada dokter baru agar mereka betah kerja di rumah sakitnya.

" Tentu saja dokter Zia, dengan senang hati saya menerima tawaran anda. "

Zia lalu bangkit dari duduknya dan menuju meja kerjanya. Dia menghubungi seseorang melalui panggilan telepon.

”Apakah keadaan disana aman? " tanya Zia kepada seseorang diseberang telepon.

"Aman dokter.” ucap seseorang dari seberang telepon

"Baiklah kalau begitu, aku percayakan pada kalian. Aku tidak kembali ke sana karena ada tamu yang harus aku temui dan aku temani berkeliling. " ujar Zia lagi

Setelah mendapat persetujuan dari tim nya, barulah telpon dia matikan. Zia lalu mengajak Abe untuk mengikutinya berkeliling rumah sakit dan menunjukkan beberapa tempat seperti ruang operasi, kantin rumah sakit, ruang pertemuan, laboratorium dan beberapa ruang lainnya.

Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan praktek.

"Ini ruangan anda dokter, semoga anda suka dengan tempat kerja anda. " ujar Zia mengajak Abe masuk ke dalan ruangannya.

Ada meja kerja, ranjang pasien, sofa tamu dan lemari es mini disudut ruangan. Ruangan yang sangat nyaman untuk ukuran seorang dokter yang bekerja di rumah sakit. Lalu Zia membuka sebuah ruangan rahasia di sana.

"Dan ini adalah ruangan istirahat anda. " ucap Zia menunjukkan sebuah ruangan istirahat disana. ada sebuah tempat tidur, televisi dan kamar mandi.

"Maaf, dokter. Apakah ruangan ini tidak terlalu berlebihan untuk seorang dokter? apakah semua dokter juga mendapat fasilitas yang sama? " tanya Abe penasaran

Zia kembali tersenyum mendapat pertanyaan dari Abe. " Tentu saja tidak , yang mendapatkan fasilitas lengkap seperti ini hanya anda . Karena saya sudah diwanti-wanti oleh kak El agar memberikan fasilitas terbaik untuk anda ." ujar Zia.

Saat ini mereka berdua duduk di sofa untuk berbincang. mereka membicarakan tentang Apa saja tugas Abe disana. Selain praktek mengobati pasien, dan operasi Abe juga akan melihat ke laboratorium untuk memeriksa obat-obatan di sana. Jika ada yang perlu di ganti, maka dia akan langsung mengambilnya dari Jerman.

"Jadi kontrak kerja anda di rumah sakit ini sama dengan kontrak kerja sama dengan perusahaan kami? " tanya Zia penasaran.

"Iya saya sudah sepakat dengan kakak anda ." ujar Abe.

Saat mereka sedang asyik mengobrol , tiba-tiba terdengar bunyi ponsel Zia berbunyi . Zia segera menjawab panggilan telpon itu.

"Dokter ada pasien jantung yang harus segera ditangani. " ucap seorang perawat di seberang telpon.

Terdengar suara Zia mendesah kasar dengan wajah panik.

"Ada apa? " tanya Abe hati-hati karena dia takut Zia marah karena merasa privasinya di ganggu.

Zia langsung menoleh ke asal suara, dan bibirnya tiba-tiba terkembang dengan lebar, saat melihat sosok tampan dan sangat berbakat.

"Dokter bisakah kau membantuku menangani pasien jantung. Dokter kami sedang melakukan seminar, mungkin saat pulang nanti saya akan memberi Shrat , peringatankepadanya. " ujar Zia dengan kesal.

"Yentu saja Nona dengan sensng hati, aku akan membantumu karena aku sudah menjadi bagian dari keluarga di rumah sakit ini. "

Bab 2

Setelah melakukan pekerjaan pertamanya, Abe langsung menemui Zia yang sejak tadi memperhatikan jalannya operasi melalui ruang pengawasan. Zia benar-benar terkagum-kagum dengan kecepatan dan ketelitian Abe dalam melakukan tugasnya.

"Kerja bagus Dokter Abe." Sebuah pujian diberikan Zia kepada dokter tampan itu.

Abe berharap mendapatakan pujian dan jabat tangan dari Zia, tapi sayangnya sejak berkenalan sampai mendapat pujian, Abe belum bisa mendapatkan jabatan tangan dari dokter cantik itu.

"Terima kasih dokter Zia. " ucapnya dengsn dengan senyuman lebar.

"Sepertinya keinginanku agar kau bekerja mulai besok harus tidak terealisasi dengan baik, karena ternyata kau bekerja mulai hari ini. Maafkan aku, ini di luar prediksi, karena dokter kami sedang keluar kota dan aku tidak tahu bagaimana jika tidak ada kau disini. " ujar Zia membalas senyuman Abe.

"Tidak apa-apa dokter, senang bisa membantumu dihari pertama ku datang di rumah sakit ini." ujar Abe sambil mengulurkan tangannya berharap wanita cantik itu mau menerima uluran tangannya. Tapi apa yang dia dapat, Zia malah menangkup kan kedua tangannya di depan dada.

"Maaf dokter Abe. " ucap Zia.

Dengan terpaksa Abe menarik tangannya lagi dan tersenyum kikuk. Mereka lalu berjalan kembali ke ruangan Zia untuk membicarakan sesuatu.

Kedatangan dokter tampan itu sudah ramai dibicarakan para dokter dan perawat di sana. apalagi sepak terjangnya dihari pertamanya membuat semua orang terkagum-kagum dengan sosok dokter asing itu. Tak terkecuali dokter Maria. Dokter yang terkenal cantik dan centil di sana.

"Apa kalian tahu dimana sekarang dokter tampan itu berada?" tanyanya pada beberapa perawat yang sedang membicarakan dokter tampan itu.

"Kami tidak melihatnya, tapi setahuku dia sedang bersama dokter Zia. Karena tadi aku melihat dokter Zia mengajaknya berkeliling dan memperlihatkan beberapa tempat di rumah sakit ini. " ujar suster itu.

"Jadi menurut kalian dokter itu akan bekerja di rumah sakit ini? " tanya dokter Maria antusias.

Semua orang mengangguk.

"Kemungkinan besar dokter asing itu bekerja di rumah sakit kita. Wah asik dong ya, sekarang kita bisa cuci mata. Tidak hanya memandang dokter Amar yang tampan tapi kita bisa melihat wajah dokter tampan lainnya, pria asing pula. " celetuk seorang perawat dengan menopang dagunya, dan sepertinya di matanya sudah muncul tanda lope-lope.

Dokter Maria segera pergi dari sana dan ingin mencari tahu seperti apa sosok dokter tampan yang digadang-gadang akan bekerja di sini. Dia merasa sangat penasaran dengan dokter itu. Karena sejak tadi semua orang membicarakan nya, tapi dia masih belum tahu seperti apa wajah dokter itu.

Disisi lain, Zia dan Abe sudah menandatangani kontrak kerja sama yang sudah disepakati. Selain bekerja sama dengan perusahaan pusat, Abe juga harus bekerjasama dengan rumah sakit Zia sebagai dokter di sana yang mengawasi keluar masuknya obat-obatan yang dikirim dari negaranya. Entahlah kenapa dia bersusah payah terjun sendiri ke lapangan, sedangkan dia sebenarnya bisa meminta orang-orang nya untuk melakukan semua ini.

Jawabannya hanya satu, Abe ingin dekat dengan orang-orang yang sudah menolongnya dan membantu keluarganya saat dia kecil. Dan ingin membalas kebaikan mereka semua, orang-orang baik yang mau menolong tanpa memperdulikan siapa dia dan bahkan tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka.

"Baiklah, dokter Abe. Semua urusan kita sudah selesai. Anda bisa kembali dan beristirahat, kita bertemu lagi besok disini. Saya akan memperkenalkan anda terlebih dahulu kepada dokter lainnya, agar semua orang tahu siapa anda." ucap Zia saat mengakhiri pertemuan mereka.

"Terima kasih dokter Zia. " kembali Abe mengulurkan tangannya, tapi kembali tidak mendapat sambutan dari Zia.

"Maaf dokter Abe. " hanya itu yang bisa Zia sampaikan kepada Abe.

"Ah, ya. Tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi dulu. " pamitnya kepada Zia.

Zia mengantarkan Abe sampai ke lobi rumah sakit. Namun, naru saja keluar dari lift, ada seseorang yang memanggil namanya.

"Dokter Abe. Abelard Joseph kan?" tanya dokter Maria dengan ragu.

"Ya, bagaimana kau bisa mengenalku? " tanya Abe sambil memicingkan matanya, mencoba mengingat siapa wanita yang ada di hadapannya ini.

"Ah, anda tidak mungkin mengenalku dokter Abe. Aku kuliah di kampusmu dulu, dan kau adalah kakak tingkat ku beberapa tahu di atas ku. " ujar Maria dengan salah tingkah dan gaya centilnya.

Zia hanya memutar bola matanya malas, sejak dulu dia tidak suka dengan wanita ini karena sikapnya yang selalu mencari perhatian kepada dokter pria. Kenapa juga wanita seperti dia bisa diterima di rumah sakit ini. Tentu saja di terima, karena ayahnya adalah salah satu pemegang saham disini.

Abe sempat melirik ke arah Zia melalui ekor matanya, dan dia tahu direktur itu tidak menyukai waniga yang sedang bicars dengannya.

"Maaf, ya. Aku sedang buru-buru. lain kali kita ngobrol lagi. " pamit Abe, karena dia tidak ingin melihat Zia jengah dengan sikap wanita di depannya.

"Ah, ya. apakah dokter akan bekerja disini?" tanyanya sebelum Abe pergi.

"Kita lihat saja nanti. Dokter Zia, saya permisi dulu. " Abe berpamitan kepada Zia lalu segera meninggalkan mereka berdua.

Setelah kepergian Abe, Zia langsung berbalik dan ingin kembali ke ruangannya. Tapi tangannya langsung dicekal oleh Maria.

"Tunggu, apa dokter Abe akan kerja di sini? " tanya Maria.

Zia hanya menggedikkan bajunya lalu segera beranjak dari sana tanpa memperdulikan Maria yang menggerutu kepadanya.

"Dasar nenek lampir, aku sumpahin kamu nggak akan pernah nikah sebelum aku menikah. Dasar wanita menyebalkan. " umpat nya kepada direkturnya.

Zia pulang di waktu sore di jam pulang kerja. kedatangannya sudah disambut dengan tingkah keponakan kecilnya Mirza yang saat ini sedang belajar berjalan. Sungguh sangat menggemaskan ssat melihat pria kecil itu berjalan seperti pinguin dan menghampirinya.

"Uh, sayang. Kamu lucu sekali sih. Dimana kakakmu Musa yang berawajah tembok itu. " tanya Zia kepada Mirza yang sudah berada didalam gendongannya. Tapi jawaban Mirza hanya tersenyum.

"Kak Aida lagi apa? Musa kenapa? " tanyanya kepada kakak iparnya yang sedang menengkurapkan Musa di pangkuannya.

"tidak apa-apa , Musa hanya sedikit rewel . Jadi aku menengkurapkannya seperti ini . " jawab Aida.

"Bagaimana pekerjaanmu , Apakah semua lancar ?" Tanya aja basa-basi .

"Seperti biasa lah Kak , hanya saja tadi Rumah Sakit kami menerima seorang dokter baru. " jawab Zia sambil memangku Mirza di pangkuannya.

"Apakah tadi Dokter Abe pergi ke rumah sakitmu ?" tanya seseorang dari belakangnya Siapa lagi kalau bukan sama Kakak .

"Bagaimana kinerjanya Apakah sangat bagus ."

"Kalau aku memberikan nilai padanya aku pasti memberi nilai seratus.

"Wow Nilai sempurna rupanya, apa hebatnya dia sampai-sampai adikku ini memberinya nilai sempurna. " tanya Elvan yang sudah duduk di samping istrinya.

Dia sangat cekatan dan sangat teliti dalam bekerja sehingga pekerjaannya cepat selesai dan rapi . Dia tadi juga membantuku mengoperasi seorang pasien , karena dokter jantung kami sedang jalan-jalan ke luar kota. "Ucap Zia kesal karena Amar mengabaikan pekerjaannya

"Wah luar biasa sekali."

Zia terus menceritakan apa saja yang dilakukan di rumah sakit hari ini. Bahkan dia menceritakan kekagumannya kepada sosok Abe yang sangat profesional dalam bekerja.

Di sisi lain,

Abe yang sudah berada di apartemennya sedang menghubungi ayahnya via telpon.

"Bagaimana hari pertamamu di sana Abe, apa semua berjalan lancar? " tanya Evan.

"Iya, ayah.Aku berhasil menandatangani kerjasama dengan perusahaan Khan dan bekerja di rumah sakit mereka. " jawab Abe dengan bangganya.

"Ya, dan kau meninggalkan kami pekerjaan yang menumpuk disini. Semoga adikmu cepat selesai kuliahnya agar bisa membantu perusahaan kita." ujar Evan di ujung telpon.

"Aku hanya ingin balas budi akan kebaikan mereka kepada kita ayah. Karena merekalah, aku bisa hidup sampai saat ini. Jika bukan karena mereka mungkin aku sudah.... "

"Stop, jangan dikatakan lagi Abe. Yang penting sekarang kau baik-baik saja. Dan lakukanlah yang terbaik, ayah dan ibumu selalu mendukung apapun yang kau lakukan, tapi ingat suatu hal. " Evan menjeda kalimatnya.

"Apa itu ayah? " tanya Abe penasaran

"Jangan jatuh cinta kepada salah satu wanita dari keluarga Khan. "

Bab 3

Abe yang mendengar nasehat dari ayahnya kalau dia tidak boleh jatuh cinta dengan keluarga Khan jadi bingung. Memangnya kenapa? Padahal sejak awal dia memiliki ketertarikan dengan direktur rumah sski tempatnya bekerja.

"Kalau boleh tau, apa alasannya aku tidak boleh jatuh cinta dengan salah satu dari mereka Ayah? " tanya Abe pada akhirnya karena dia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran nya.

"Kalian jauh berbeda, nak. Kita tidak sebanding dengan mereka. Dan yang pasti, wanita di keluarga itu tidak mudah di sentuh oleh pria sembarangan selain pria dari keluarga nya. Karena mereka adalah muslim yang taat. " Evan menjelaskan kepada sang anak apa alasannya tidak memperbolehkan dia dekat dengan wanita keluarga itu.

Abe mengangguk mengerti, setelah apa yang dijelaskan oleh ayahnya. Pantas saja tadi Zia tidak mau bersalaman dengannya. Mungkin karena ini alasannya.

Panggilan telpon dengan keluarganya pun di tutup, Malam ini Abe akan beristirahat sebelum memulai pekerjaannya besok.

Di Rumah Sakit.

Semua dokter sedang di hebohkan dengan pesan masuk yang mereka Terima semalam. Sang direktur meminta semua dokter untuk datang pagi dan berkumpul di aula pertemuan. Karena ada yang ingin dokter Zia sampaikan kepada mereka.

Dan disinilah mereka berada saat ini. Semua para dokter sudah duduk di aula pertemuan menunggu kedatangan direktur rumah sakit tempat mereka bekerja. Mereka sedang menerka-nerka apa yang akan disampaikan oleh wanita cantik itu.

"Sebenarnya apa yang ingin disampaikan oleh dokter Zia, kenapa dia mengumpulkan kits semua disini. Bahkan pars dokter magang jugs di suruh berkumpul. Dan pasien di pegang perawat. " tanya salah satu dokter kepada dokter lainnya.

"Entahlah, mana aku tau. " kata rekannya sesama dokter.

Suasana langsung hening saat pintu ruangan terbuka dan masuklah dokter Zia dan seorang dokter tampan di belakangnya.

Semua mata tertuju pada sosok dokter muda dan tampan yang berjalan di belakang dokter Zia. Mereka mulai menebak-nebak Apakah itu dokter yang kemarin sudah melakukan penyelamatan darurat kepada pasien penyakit jantung . Jika memang benar kalau begitu semua rumor yang beredar tidak salah. Dokter itu memang benar-benar tampan .

"Selamat pagi semuanya , Apakah kalian tahu Kenapa saya mengumpulkan kalian semua di sini ." tanya Zia kepada semua dokter yang ada di sana .

Mereka semua menggelengkan kepala secara bersamaan , karena mereka memang tidak tahu Apa tujuan Zia mengumpulkan mereka di sana pagi ini .

"Baiklah saya akan menyampaikan sesuatu kepada kalian semua. Ini tentang sosok di samping saya. Saya akan memperkenalkan kepada kalian semua seorang dokter spesialis jantung baru di rumah sakit ini . Nama beliau adalah Abelard Joseph, beliau berasal dari Jerman. Mulai sekarang beliau akan bekerja di Rumah Sakit kita untuk menangani pasien jantung. Jadi di rumah sakit kita akan ada dua dokter spesialis jantung selain Dokter Amar . Karena jika hanya ada seorang dokter jantung , lalu dokter tersebut sedang melakukan seminar di luar kota maka kita masih bisa menangani pasien penyakit jantung yang tiba-tiba datang kemari atau ketika ada pasien yang mengalami serangan jantung tiba-tiba seperti kemarin. Jadi saya mohon kerjasama kalian bersama dengan dokter Abe." ujar Zia memperkenalkan dokter Abe, sekaligus memberikan sindiran pedas kepada Dokter Amar yang seenaknya sendiri pergi ke luar kota tanpa izin darinya .

Mendengar ucapan dokter Zia, Dokter Amar pun langsung menundukkan kepalanya. Dia merasa menyesal karena sudah pergi tanpa izin dan melalaikan tugasnya. Dia juga merasa malu karena mendapat sindiran langsung dari Zia di hadapan semua orang rekan kerjanya .

"Setelah ini Dokter Amar silakan datang ke ruangan saya , dan beri penjelasan kepada saya tentang apa yang terjadi kemarin . Untuk dokter Abe setelah ini anda juga keruangan saya. Untuk membentuk tim kerja anda. Dan untuk kalian semua saya beri peringatan mulai hari ini , Jangan pernah berbuat seenaknya dan melakukan apapun di luar pekerjaan atau di luar rumah sakit tanpa mendapatkan izin dari saya . Jika tidak, Saya tidak segan-segan langsung mengeluarkan kalian dari rumah sakit ini. Karena rumah sakit ini bukan Rumah Sakit nenek moyang kalian, sehingga kalian bisa berbuat semaunya sendiri dan seenaknya. " kata Zia memperingatkan.

"Terima kasih, Hanya itu yang ingin saya sampaikan . Dan kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing ." ujar Zia membubarkan pertemuan hari ini.

Dengan langkah tegasnya dokter Zia keluar dari ruangan itu diikuti dokter Abe.

setelah kepergian dokter Zia ruangan itu kembali riuh dengan suara para dokter yang berkasak kusuk di sana. Ada yang membicarakan tentang ketampanan dokter Abe, kejudesan dokter Zia, bahkan mereka juva membicarakan apa yang akan terjadi pada dokter Amar.

"Hah, akhirnya dokter sombong itu mendapatkan hukuman juga. Salah sendiri dia terlalu sombong , dan mengaku-ngaku sebagai kekasih dokter Zia . Padahal kita tahu sendiri Bagaimana dokter Zia itu . Wanita yang sangat sulit untuk digapai ." kata salah satu Dokter wanita yang tidak menyukai dokter Amar

"Ya kau benar , Biarkan saja Dokter Amar mendapatkan hukumannya agar dia tidak terlalu percaya diri lagi jadi orang . Mentang-mentang tampan , sekarang Lihatlah ada pria yang lebih tampan darinya berdiri di belakang dokter Zia ." sahut salah seorang dari mereka.

"kau benar , dokter Abe memang sangat tampan. Apakah dengan ketampanan itu dia bisa menaklukkan dokter Zia yang sangat susah didekati priapria. "

"Entahlah, kalau dokter Zia tidak mau aku juga mau kok. "

Para dokter wanita itu terus membicarakan dokter baru di rumah sakit mereka. Dan sekaligus bertaruh Apakah dokter Zia akan jatuh cinta pada pesona dokter Abe.

Dokter Maria yang mendengar itu merasa tidak suka, pasalnya dia sendiri juga menyukai dokter Abe, sejak dulu saat dia mssih kuliah. Dia yang baru masuk kuliah sangat tertarik dengan kakak tingkat nya yang akan lulus kuliah di tahun itu juga.

"Sebelum dokter Zia mendapatkan nya, maka akan aku pastikan aku dululah yang akan mendapatkan dokter Abe sebagai kekasihku. " gumam Maria lirih meninggalkan ruangan itu.

Di ruanganya Zia,

Dokter Amar tertunduk malu berdiri di hadapan Zia. Sedangkan Zia bersikap santai sambil melipat tangannya di depan dada.

"Jadi apa kau sudah mengetahui apa kesalahanmu Dokter Amar . " Tanya Dokter Zia langsung kepada intinya .

"Baguslah jika kau mengerti, jadi aku tidak perlu menjelaskan apa kesalahanmu .untuk saat ini aku hanya akan memberikanmu surat peringatan , jika kau lakukan lagi maka aku akan memberikan skor kepadamu . Dan jika masih terulang lagi maka silakan angkat kaki dari sini ." kata Zia dengan tegas.

Abe yang berada di sana semakin kagum terhadap sosok Zia , benar-benar wanita yang berkarakter kuat dan tidak mudah digoyahkan . bahkan saat dia bicara tadi tidak ada yang menyerah kata-katanya .

"Benar-benar wanita yang luar biasa ," gumam Abe dalam hati tanpa sadar.

Mendengar peringatan dari Zia membuat Amar tidak suka dan melirik ke arah Abe yang menatap Zia dengan tatapan kagum. Dia semakin membenci rivalnya itu, karena gara dia pamornya di rumah sakit ini langsung jatuh.

"Jangan berharap terlalu banyak Bro. Dokter Zia adalah milikku dan akulah yang akan menaklukkannya terlebih dulu. "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!