NovelToon NovelToon

Ketika Dia Pergi

Dia Harus Pergi

Di dalam kamar apartemen mewah sepasang kekasih sedang memadu kasih saling memberikan kenikmatan, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, sepasang kekasih yang saling mencintai itu, meluahkan perasaannya, besok mereka akan berpisah dalam waktu yang lama.

Kisah kasih mereka yang sudah berjalan 3 tahun harus terpisah oleh jarak dan waktu mulai besok.

"Kamu akan tetap menjadi milikku selamanya, sayang," lelaki tersebut memeluk erat gadis cantik yang sudah memberikannya pengalaman pertamanya melepaskan keperjakaannya yang mulai malam ini ia sudah tidak perjaka lagi sama seperti kekasih yang di peluknya ini mulai malam ini sudah tidak gadis lagi.

"Aku mencintaimu, sayang, tunggulah aku jangan kamu dekat dengan laki-laki lain, selama aku tidak ada di negara ini," pesan lelaki tampan itu.

Si gadis yang tidak lagi gadis itu hanya menganggukkan kepalanya di dada sang kekasih.

Setelah berpacaran selama tiga tahun backstreet, malam ini mereka melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.

"Jangan lupa hubungi aku, sayang, atau besok jika sudah sampai aku akan menghubungi mu, jangan di matikan ponsel mu,"

"Iya, aku akan menunggu kamu hubungi aku, Ken,"

"Aku tidak akan lupakan yang kita lakukan malam ini sayang,"

"Kita salah, Ken harusnya aku tidak menyerahkannya ke kamu sebelum janur kuning melengkung," lirih Binar si gadis.

"Apa kamu menyesal?" tanya Kenzie si lelaki.

"Bagaimana kalo aku hamil, Ken?"

"Kita melakukannya cuma malam ini Nar, gak mungkin langsung hamil kan,"

Binar diam saja. Ia tidak ingin memikirkan kedepannya, malam ini ia ingin menikmati kebersamaannya dengan kekasih tercintanya.

Besok mereka akan berpisah, apakah mereka akan sanggup berhubungan LDR.

"Kamu jangan khawatir aku pergi untuk meraih masa depan yang lebih cerah, papa sudah memintaku menggantikan posisinya sebagai CEO setelah aku selesaikan S2 ku, gak lama sayang paling lama dua tahun, pasti tidak akan terasa,"

Kenzie meyakinkan kekasih nya untuk tidak khawatir jika mereka berjauhan.

Binar tidak bisa berpikir jernih lagi, tanpa terasa airmatanya menetes di dada telanjang kekasihnya.

"Kamu menangis, sayang?" Kenzie merasakan. dingin di dadanya ada air yang mengalir.

"Sayang jangan begini, aku nanti jadi berat meninggalkan kamu kalo seperti ini,"

Binar tidak bisa lagi menjawab kekasihnya, airmatanya terus mengalir di pipinya.

Kenzie mengangkat kepala kekasihnya. Binar hanya menunduk. Kenzie mencium kening kekasih nya dengan lembut.

"Apa kamu menyesal kita melakukannya?"

Binar menggelengkan kepalanya. Suaranya seperti tercekat di lehernya. Sesak di hatinya saat harus berpisah dengan lelaki yang di cintainya ini.

"Tersenyum lah sayang, berikan senyum terindah mu, agar aku bisa pergi dengan perasaan tenang,"

Binar tersenyum, Kenzie mencium pipinya, hidung, dan bibir kekasihnya.

Karena terbawa perasaan yang melankolis, merekapun mengulanginya lagi hingga beberapa kali. Mereka tertidur lelap sambil saling berpelukan di bawah selimut tebal. Ruangan yang dingin dan temaram juga harum membuat sepasang kekasih itu tidur lelap.

***

Di rumah mewah seorang pengusaha, seorang gadis cantik sedang mencari putra dari pengusaha tersebut yang merupakan sahabatnya dari kecil.

Mozza Bratayuda sedang bermanja di lengan wanita paruh baya yang masih tampak cantik.

"Tante aku gak ketemu Kenzie di kantor nya, katanya sudah pulang makanya Mozza ke sini,"

"Kamu kan tau Kenzie jarang pulang, apa mungkin sedang pergi dengan teman-temannya?"

"Gak biasanya Kenzie pulang kerja pergi dengan temannya Te, atau mungkin pergi dengan kekasihnya gak Te?"

"Kekasih apaan? Kenzie gak punya kekasih Za, tante gak mau anak tante pacaran sebelum berhasil, lagian Kenzie gak mungkin pacaran dia aja dingin gitu sama cewek, sama kamu aja dia bisa berbeda Za,"

"Gak tau jugalah Te, besok kan mau berangkat tu Mozza mau nanyain ke Kenzie apa sudah semuanya di bawa? Takut nya ada yang ketinggalan Te,"

"Ya udah Mozza pulang dulu, Te udah malam juga, besok siang Mozza langsung ke bandara aja, nanti Mozza kirim pesan aja ke Kenzie Te,"

"Oke Za,"

Mozza keluar dari rumah orang tua Kenzie. Mozza merupakan sahabat Kenzie dari kecil. Mozza sudah seperti perangko jika sama Kenzie. Mozza sebenarnya diam-diam suka sama sahabatnya itu tetapi ia tidak berani mengutarakannya. Mozza takut akan bertepuk sebelah tangan.

Kenzie dan Mozza akan mengambil S2 di luar negeri, mereka mengambil kampus yang sama. Mozza sudah seperti bayangan saja untuk Kenzie. Dimana ada Kenzie disitu ada Mozza.

Kenzie pacaran dengan Binar bukan seperti pasangan normal lainnya.

Kenzie dan Binar pacaran secara diam-diam karena Kenzie tidak diizinkan kedua orangtuanya untuk pacaran selagi dirinya belum berhasil menjadi seorang pemimpin perusahaan.

Kedua orangtuanya ingin Kenzie fokus dengan pendidikannya dan akan menjadi pemimpin di beberapa perusahaan yang merupakan warisan dari kakeknya.

Kenzie Janardana, 24 tahun merupakan pewaris tunggal, karena dirinya hanya anak tunggal sama seperti papanya.

Binar Ayudhisa Daneswara, 23 tahun merupakan anak bungsu dari keluarga Daneswara yang merupakan pesaing dari keluarga Janardana.

Binar dan Kenzie mengetahui hal itu, hanya saja namanya cinta tidak pernah melihat latar belakang siapa orangtuanya.

Cinta datang di dalam diri seseorang tanpa mereka bisa hindari. Pertemuan Kenzie dengan Binar terjadi di kampus saat mereka masih kuliah di jurusan yang sama hanya saja beda tingkat. Kenzie kakak tingkat Binar.

Mereka berdua sama-sama aktif di BEM, dari sanalah mereka pertama kali bertemu dan sering mengadakan pertemuan di sekretariat BEM.

Kenzie pertama melihat Binar sudah jatuh hati. Gadis dengan pembawaan kalem dan lembut. Bicaranya halus dengan senyum yang selalu terukir di wajahnya.

Banyak pria-pria di kampus yang menyukai Binar hanya saja tidak pernah di gubris oleh Binar. Ia menganggap pria-pria tersebut hanya suka dan mengagumi dirinya saja bukan cinta.

Binar mau menerima Kenzie karena Binar juga tertarik dengan pria tampan yang selalu dingin kakak kelasnya itu. Tatapan mata Kenzie yang tajam jika menatapnya tetapi tatapan tajam itu jika Binar amati ada keteduhan di sana.

Seakan dengan dari sorot mata mereka bisa berbicara. Sama-sama tertarik akhirnya Kenzie lah yang menembak diri Binar dan Binar langsung menerimanya sejak saat itu mereka mulai berpacaran backstreet, diam-diam.

Binar tidak mengetahui jika Kenzie dekat dengan Mozza sahabatnya begitu juga dengan Mozza yang tidak mengetahui jika Kenzie memiliki pacar.

***

Pagi menjelang sepasang kekasih yang masih berselimut masih saling memeluk, mereka baru saja menyelesaikan kegiatan ranjang mereka. Seakan tidak ingin berpisah, tetapi semua harus mereka hadapi dan jalani, berpisah dan tidak akan tau apa yang akan terjadi selama 2 tahun atau lebih siapa yang tau.

"Aku harus pulang, sayang, pegang ini aku mencintaimu sangat mencintai mu, Binar Ayudhisa Daneswara, sampai kapanpun," Kenzie memberikan kalung emas dengan liontin singkatan dari nama mereka Kennar.

Binar menerima kalung tersebut, Kenzie akhirnya memasangkan kalung tersebut ke leher kekasihnya.

"Cantik sekali, sayang, tetaplah tersenyum aku akan terus mencintaimu, sayang,"

"Aku juga mencintaimu, Kenzie Janardana, jangan lupakan aku, aku tidak bisa mengantarkan kamu ke bandara, safe flight, aku juga ada sesuatu buat kamu, sayang,"

Binar mengambil tas nya dan memberikannya ke kekasihnya.

Sebuah cincin emas putih dengan inisial K.

"Apakah ini maksudnya kamu mengikatku sayang dengan cincin ini?"

Binar tersenyum, "Anggap saja begitu, jika kamu melepaskan cincin itu berarti kamu sudah melupakan aku, sayang,"

"Jangan bicara begitu, sayang,"

Terdengar bunyi ponsel Kenzie, Kenzie meraih ponselnya dilihatnya nama Mozza yang menelpon.

Kenzie merejectnya. Kenzie bangkit dari tidurnya.

"Aku harus pulang, terimakasih untuk semuanya sayang, ingat aku mencintaimu sangat mencintaimu,"

Kenzie ke kamar mandi membersihkan dirinya.

"Nanti kalo aku pergi kapanpun kamu mau datang ke apartemen ini datang aja, kamu bisa mengenang tentang aku di kamar ini, sayang,"

"Hush, kok ngomongnya gitu kayak mau di tinggal aja,"

"Kan emang mau ditinggal berangkat ke luar negeri, dah ya, cup," Kenzie mengecup bibir kekasihnya sekilas dan langsung pergi keluar kamar.

Miss Binar

Setelah Kenzie pergi dari kamar apartemennya Binar segera bergegas ke kamar mandi tubuhnya terasa lelah bagian bawah asetnya masih berdenyut perih, Kenzie melakukannya tanpa jeda. Gairah sepasang kekasih itu begitu memabukkan seakan lupa dengan hari esok yang harus mereka jalani, jalan panjang kehidupan yang tidak akan pernah kita tau akan seperti apa. Seperti yang akan di alami oleh sepasang kekasih yang harus terpisah itu.

Binar membersihkan tubuhnya di kamar mandi pagi ini ia ada jadwal mengajar murid taman kanak-kanak.

Binar bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta terkenal di kota mereka.

Binar dengan wajahnya yang kalem dan lembut sangat di sukai oleh murid-murid nya. Binar belum lama mengajar. Ia masih baru bekerja di sekolah tersebut. Sahabatnya lah yang membantunya bisa masuk ke sekolah tersebut. Sahabatnya merupakan salah satu guru di sekolah tersebut.

Binar seharusnya bekerja di kantor kakak lelakinya perusahaan keluarga, papanya sudah memintanya bekerja di sana sesuai dengan jurusan kuliah nya bisnis manajemen. Tetapi Binar masih belum mau, ia mengikuti passionnya yang sangat menyukai anak-anak.

Selesai membersihkan dirinya Binar akan pulang ke apartemennya mengganti pakaiannya dan langsung ke sekolah.

Binar melajukan mobilnya dengan sedikit kencang, ia harus bergegas karena hari semakin siang.

Binar sampai di apartemennya berganti pakaian dan pergi kembali. Ia belum sempat sarapan pagi.

Dengan jalan pelan, Binar sampai di pintu ruangan guru, di sana sudah terlihat teman-temannya sesama guru sedang bersiap untuk pergi mengajar termasuk sahabatnya, Alana.

"Pagi Binar, kenapa kamu ngos-ngosan gitu?" tanya Alana melihat sahabatnya berjalan dengan tergesa-gesa dan ngos-ngosan.

"Aku bangun kesiangan," jawab Binar bergegas mengambil buku di mejanya.

Jalan bersama Alana mereka menuju ke kelas masing-masing.

Seorang gadis kecil muridnya yang berusia 5 tahun menangis di depan kelas.

Binar mendekatinya.

"Angel kenapa menangis?" tanya Angel lembut.

"Hua.. hua.. Daddy.. Daddy," tangisan Angel semakin keras. Binar membujuk Angel untuk berhenti menangis.

"Nanti Miss telpon Daddy Angel ya, nanti kita video call Daddy Angel, sekarang masuk kelas dulu ya sama Miss,"

Angel terdiam di pandanginya wajah gurunya di depannya.

Karena dipujuk Binar akhirnya gadis kecil tersebut mau diam dan mengikuti miss nya masuk ke ruang kelas.

Binar mengajar muridnya dan memberikan tugas ke murid-muridnya yang pintar dan semuanya muridnya anak-anak yang orang tuanya mampu. Sekolah Binar merupakan sekolah swasta elit yang muridnya banyak yang peranakan atau bule yang orang tuanya bekerja di negara ini.

Angel mencari nomor kedua orang tua Angel di buku siswa. Karena absen nama Angel huruf depannya A, Binar tak kesulitan mencari nama dan nomor orang tua Angel, hanya ada nomor daddy nya Angel di buku tersebut.

Binar sudah berjanji ke Angel mau video call ke papinya.

Anak-anak sedang sibuk dengan tugas menggambarnya, Binar mendekati Angel.

"Ngel, katanya mau video call ke daddy, ayo sini sama Miss, sebentar,"

Binar membawa Angel ke luar kelas.

Binar menelpon daddy Angel. Daddy Angel sedang di ruang kerjanya saat ada video call yang masuk.

Richard daddy nya Angel langsung menggeser tombol hijau muncullah wajah seorang wanita cantik yang tidak di kenal nya. Ia mengerutkan alisnya.

Binar yang melihat langsung wajah daddy Angel di ponsel sempat kaget, ternyata daddy Angel masih sangat muda dan tampan. Binar menelan salivanya. Agak gugup ia menelpon daddy Angel.

" Selamat pagi Tuan, maaf kalo mengganggu waktunya,"

"Hemm," terdengar suara berat daddy Angel.

"Ini Tuan, Angel tadi menangis menanyakan Tuan dan saya berjanji ke Angel untuk video call dengan daddynys, ini Angel Tuan," Binar menunjukkan wajah Angel ke daddy Angel dan meminta Angel bicara ke daddy nya.

"Daddy, Daddy, Angel gak mau di jemput sama Om Raffa, Angel mau daddy yang jemput nanti,"

"Angel, Daddy sibuk, nanti Om Raffa yang jemput Angel,"

"Angel gak mau..hua.. hua.." tangisan Angel membuat suasana di kelas jadi rame yang tadinya sepi, anak-anak murid ada yang keluar kelas mau melihat temannya yang menangis.

Binar segera mengambil ponselnya kembali dari Angel.

"Tuan, apa gak sebaiknya menuruti keinginan Angel?"

"Anda sebagai gurunya seharusnya bisa menenangkan putriku, tolong nanti pujuk Angel untuk mau di jemput dengan Om nya,"

"Kalo dia tetap tidak mau bagaimana Tuan,"

"Kalo dia tak mau kau saja yang antarin putriku ke kantor dampingi dia, pasti dia mau nanti asisten ku Raffa yang akan menjemput kalian,"

"Ta..," belum selesai Binar bicara VC nya sudah di putus nya.

Binar mendekati Angel yang masih menangis.

"Angel sayang, nanti sama Miss aja kita ke kantor Daddy Angel, oke?"

"Bener ya Miss, Miss jangan bo'ong,"

"Miss gak bohong, sekarang kita masuk kelas lagi ya,"

***

Binar sedang berada di dalam mobil mewah bersama Angel, asisten Raffa melajukan mobilnya meninggal kan sekolah Angel dan menuju ke gedung pencakar langit perusahaan RD Grup.

Di dalam mobil Angel sedang tertidur, Binar menunggu pesan atau telpon dari kekasihnya yang akan berangkat, apakah sudah berangkat atau belum? Binar belum mendapatkan kabarnya.

Mobil yang di kemudikan asisten Raffa memasuki halaman perkantoran daddy Angel.

Binar membangunkan Angel yang mulai menggeliat.

"Angel kita sudah sampai ke kantor Daddy Angel, kita turun yuk,"

Angel mengerjapkan matanya kemudian ikut turun dari mobil yang di bukakan oleh Raffa.

Binar menggandeng tangan Angel memasuki lobby kantor.

Pandangan Binar tak berkedip ini luas dan keren sekali kantor nya. Dengan sofa di loby yang tampak sangat nyaman untuk duduk di situ.

"Silahkan Nona," Raffa mempersilahkan guru putri bosnya untuk masuk lift bersama Angel.

Lift mereka terbuka di lantai sepuluh. Binar menggandeng tangan Angel memasuki ruangan daddy nya.

"Daddy, daddy," teriak Angel sambil berlari ke tempat daddy nya duduk.

Richard merentangkan tangan menyambut kedatangan putrinya.

"Putri kesayangan Daddy," Richard mencium pipi putrinya.

Binar berdiri tidak jauh dari meja Daddy Angel memperhatikan interaksi putri dan daddy nya yang tampak sangat dekat.

Angel turun dari pangkuan daddy nya.

"Daddy Angel datang di antar Miss, Daddy,"

"Oh ya?" Richard menatap ke Binar dan tersenyum.

Cantik sekali guru Angel, wajahnya sangat enak di pandang, batin Richard.

"Selamat siang Tuan, apa saya bisa pulang sekarang Tuan, Angel sudah bersama Tuan,"

"Kita makan siang dulu aja, sebagai ucapan terimakasih sudah mengantar Angel putriku ke kantor,"

"Ayo Miss kita makan dulu, perut Angel laper Miss, " Angel mengajak Miss Binar gurunya untuk makan siang bareng dengannya.

Mau tak mau Binar akhirnya ikut pergi makan siang bersama daddy Richard dan Angel padahal baru pukul 11 lewat 20 menit.

Binar masih menunggu kabar dari kekasih nya, ia tidak mendapatkan pesan atau sekedar telpon dari kekasih nya itu.

Binar jadi merasa cemas dan ingin rasanya dirinya menyusul kekasinya itu ke bandara. Mengucapkan selamat tinggal dan melihat kekasihnya pergi. Binar akhirnya memutuskan untuk pergi ke bandara katanya pesawatnya akan pergi jam 2 siang. Sekarang baru jam 12 lewat. Binar akan pergi ke bandara dengan menaiki taxy.

"Tuan, Angel, Miss harus pergi ke bandara sekarang," ucap Binar dengan wajah gelisah.

"Baiklah kami akan ikut mengantar ke bandara,"

"Tidak usah Tuan saya pergi sendiri saja,"

"Saya antar atau kamu tidak pergi ke bandara," tegas Richard.

Binar akhirnya mengikuti kemauan daddy Angel yang akan mengantarnya ke bandara.

Kepergian Dia

Binar yang gelisah terus-menerus melihat jam di ditangannya. Ia tidak ingin terlambat melihat kepergian kekasihnya meski hanya melihat dari jauh saja.

Binar tau kekasihnya tidak pergi menaiki pesawat pribadi keluarga nya. Kekasihnya memilih pesawat komersial.

Mobil melaju agak kencang. Richard tau guru putrinya ini sedang gelisah ia tidak tau urusan apa guru muridnya ke bandara.

"Aku akan menunggumu di mobil bersama Angel," ucap Richard yang entah kenapa mau menunggu guru putrinya di dalam mobil. Padahal dirinya sangat sibuk dan banyak pekerjaan yang harus di kerjakannya.

"Saya pulang sendiri saja Tuan,"

"Tidak Miss, kami akan menunggu di dalam mobil saja,"

Karena terburu-buru Binar membuka pintu mobil dan keluar dari mobil tanpa menjawab Richard. Mobil yang dikemudikan Richard memasuki pelataran parkir bandara.

Binar bergegas masuk ke ruang yang memperbolehkan pengantar bisa masuk mengantar saudaranya atau sahabatnya untuk berangkat. Di ruang chek in penumpang, pengantar bisa mengantar sambil menunggu penumpang pindah atau masuk ke ruang boarding atau ruang tunggu penumpang.

Binar berdiri di pojokan jika beruntung dirinya bisa melihat kekasihnya berangkat. Binar melihat ke pintu masuk, matanya melihat mama dari kekasihnya sedang berjalan dengan wanita yang sama umur nya dengan mama kekasihnya.

Binar masih menunggu, matanya membelalak saat di lihat nya kekasihnya sedang di rangkul oleh seorang gadis cantik dengan rambut ikal yang tergerai, kepala gadis itu menempel di lengan kekasihnya. Tampak mesra dan manja.

Pandangan kekasihnya lurus ke depan, ia tak risih dan tak menolak saat gadis itu menggamit lengannya erat.

Tangan Binar terkepal kuat. Matanya berkaca-kaca. Baru tadi malam kekasihnya mengucapkan kata-kata cinta yang membuat dirinya melambung, apa artinya semua ini? Binar terus memandang ke arah kekasihnya, tanpa ia sadari airmatanya menetes. Ia segera menghapusnya dan melangkah pergi.

Dari tempatnya berdiri, lelaki tampan yang selalu di rangkul oleh gadis di samping nya tanpa sengaja melihat sosok yang di kenalnya. Ia mengernyitkan alisnya. Tak mungkin, batinnya. Ia mencoba menepis perasaannya jika apa yang dilihatnya itu tidak benar.

Sepasang pria dan wanita tersebut masih terus tampak mesra sampai ke ruang tunggu pesawat. Si wanita tak pernah lepas tangannya dari lengan si lelaki.

"Ken, lo napa kok mukanya manyun gitu? Sedih gitu?" Mozza si wanita sahabatnya tersebut terus saja bertanya ke Kenzie pria yang selalu di rangkul nya.

Kenzie hanya diam saja.

"Bisa gak lepasin tangan lo?"

Mozza melepaskan tangannya dengan wajah mengkerut.

Mozza selalu ingin dekat lelaki di sebelahnya ini, jika bersama lelaki di sebelahnya ini hatinya selalu tenang dan bahagia.

"Ken, nanti di sana apartemen kita dekatan kan? Aku gak mau jauh-jauh sama kamu,"

"Hem," Kenzie hanya menjawab sekenanya aja.

Pesawat mereka akan segera berangkat, mereka berjalan memasuki pintu boarding dan berjalan memasuki pesawat yang akan berangkat.

Binar berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari ruang chek in, airmatanya terus mengalir. Binar tidak sadar jika Richard dan Angel keluar dari mobil dan duduk di coffee shop yang ada di dekat bandara.

Richard menggandeng tangan putrinya untuk mengikuti langkah kaki Miss Binar yang tergesa-gesa.

"Miss, Miss, Miiiisss!" teriak Angel di belakang Binar.

Binar menoleh ke belakang, ia segera merubah raut sedih di wajahnya dengan raut yang biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Richard mengetahui jika guru putrinya ini sedang menangis.

"Ayo masuk mobil," ucap Richard.

"Miss, ayo," Angel menarik tangan Miss nya berjalan mengikuti daddy nya ke mobil.

"Duduk di depan," ucap Richard.

"Ayo Miss, kita duduk di depan aku mau di pangku Miss di depan,"

Binar yang hatinya sedang tidak baik-baik saja mengikuti muridnya itu, ia duduk di samping kursi daddynya Angel.

Richard mengenakan kacamata hitamnya. Ia melirik ke gadis cantik guru putrinya ini.

"Apa anda baik-baik saja Miss," tanya Richard sambil menghidupkan mesin mobil.

Binar gelagapan gak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.

Binar menoleh ke arah daddy Angel. Di lihatnya lelaki itu sudah memakai kacamata hitamnya.

"Sa-ya-ba-ik saja Tuan,"

"Jangan panggil Tuan, panggil saja Richard, aku bukan tuan mu, Miss"

"Gak bisa Tuan, saya gak bisa hanya memanggil nama saja, Pak boleh?"

Richard tak menjawab, ia diam saja.

"Jika ingin mengatakan sesuatu di keluarkan aja jangan di simpan-simpan,"

Binar menatap lagi ke lelaki tampan di sebelah nya.

"Maksud Bapak?"

"Aku gak tau apa masalah mu, Miss, maaf, tetapi yang aku liat dirimu sedang tidak baik-baik saja,"

Binar menghela napasnya.

"Hanya sedikit masalah saja Pak, bisa segera di selesaikan,"

"Yakin?"

"Yakin Pak," Binar bicaranya sambil melihat ke depan, ia tidak mau wajah sedihnya dapat di baca oleh lelaki daddy dari muridnya ini.

"Saya antar ke rumah atau ke sekolah?" tanya Richard.

"Kembali ke sekolah aja Pak, mobil saya ada di kantor,"

"Baiklah,"

Richard melajukan mobilnya ke sekolah putrinya.

Di dalam mobil mereka masih diam-diaman. Angel sudah tidur dari tadi di pangkuan Binar.

***

Di dalam pesawat Kenzie merasa tidak tenang, ia tidak sempat menghubungi kekasihnya setelah pulang dari apartemennya tadi pagi. Kesibukannya menyiapkan keberangkatannya belum lagi wanita di sampingnya ini yang terus merecokinya.

Kenzie tadi seperti melihat sosok kekasihnya berdiri di pojok ruang chek in.

Apakah benar yang dilihatnya tadi? Atau kah ia salah melihat? Kenzie tidak ingin dirinya berspekulasi sendiri. Jika benar yang dilihatnya kenapa kekasihnya tidak memberitahukannya jika ia mau ke bandara.

"Ken? Kamu melamun? Apa yang kamu pikir kan, Ken?" tanya Mozza, ia merasa di cuekin oleh sahabat rasa pacar nya ini.

Meski tidak pernah mengucapkan kata cinta untuk Kenzie, tetapi Mozza merasa ia sudah seperti pacaran dengan Kenzie sahabatnya ini. Mozza seperti perempuan yang egois tidak ingin ada wanita lain di samping Kenzie.

Bagi Mozza hanya dirinya lah yang mengetahui tentang Kenzie, makanan kesukaannya, hobbynya apa yang tidak di sukainya, Mozza tau dan itu membuat dirinya bangga.

Kenzie sudah menutup matanya. Ia malas mendengarkan ocehan Mozza lebih baik ia pura-pura tidur dan memikirkan tentang kekasihnya yang di tinggalkan nya.

Kenzie sebenarnya ingin mengambil S2 di dalam negeri saja tak usaha jauh-jauh. Jika di dalam negeri ia masih bisa bertemu dan berkencan dengan kekasih tercintanya. Tetapi papanya maunya ia mengambil S2 di London.

Jika LDR an, mereka belum pernah berpisah jauh dan dalam waktu lama. Jikapun ke luar kota paling hanya sehari dua hari paling lama tiga hari. Itupun rasanya sudah sangat menyiksa bagi Kenzie.

Mozza yang melihat Kenzie tertidur merebahkan kepalanya ke bahu bidang Kenzie. Orang yang tidak mengenal mereka pasti melihat mereka berdua seperti pasangan kekasih yang romantis dan serasi.

Mozza sangat senang jika ada yang mengira mereka pacaran itulah tujuan Mozza selalu bersikap mesra ia ingin di pandang orang sebagai wanita yang beruntung. Padahal semua yang dia lakukan hanya kesemuan belaka.

Mozza seperti sudah terobsesi dengan lelaki tampan sahabat kecilnya ini. Mozza menginginkan Kenzie lah yang akan menjadi suaminya. Mozza akan melakukan segala cara agar Kenzie mencintai dirinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!