NovelToon NovelToon

Halu World

Celine Kecil

Derap langkah kaki bergema menuruni anak tangga. Adam, Ella dan Celine anaknya yang masih berusia enam tahun dengan nafas yang tersengal-sengal susah payah masuk ke ruangan rahasia rumah pribadinya. Mereka hampir kehabisan tenaga karena mereka membawa dua buah koper besar, dan Celine yang tertidur dalam gendongan. Mereka memaksakan berlari sampai menemukan ujung jalan rahasia. Perlahan Adam membuka pintu, menengok ke kiri dan ke kanan, merasa keadaan aman, Adam, Ella dan Celine berlari ke ujung jalan. Mereka disambut dua buah mobil hitam yang sudah menunggu.

"Pak Ari, tolong selamatkan Celine. Di dalam koper ada beberapa keperluan Celine dan uang. Pergunakan. Kami berhutang budi padamu." Adam memohon kepada Asisten kepercayaannya.

"Tapi Tuan dan Nyonya bagaimana dengan kalian?" Pak Ari mengkhawatirkan majikannya.

"Kami akan kembali untuk Celine. Bawa dia pergi!" Adam dan Ella melajukan mobil mereka.

Pak Ari, Bu Lisa Istrinya dan Celine yang terlelap segera masuk ke dalam mobil dan melarikannya secepat mungkin berlawanan arah dengan Adam dan Ella. Tidak berapa jauh terdengar suara ledakan.

BOOOM!

Pak Ari yang mendengar suara ledakan mengkhawatirkan majikannya. Dia memutar arah menuju suara ledakan. Pak Ari melihat mobil yang ditumpangi majikannya meledak dan terjatuh ke dasar jurang. Pak Ari berlari masuk ke dalam mobil ketika menyadari kehadirannya diintai beberapa orang asing.

DOR!

Celine terbangun, suara tembakan terasa sangat dekat. Celine mendapati dirinya sudah berada di dalam mobil bersama Pak Ari yang sedang fokus di belakang setir dan Bu Lisa yang saat ini sedang memeluknya.

Pak Ari berusaha menghindari kejaran mobil dibelakangnya. Pak Ari menyalip beberapa mobil yang ada dihadapannya.

"Bu, masukan uang yang ada di koper dan barang berharga lainnya ke dalam tas Celine. Pasangkan rompi anti peluru juga." Perintah Pak Ari sambil fokus menghindari tembakan dari belakang mobilnya.

"Nak Celine, kami sayang padamu. Maafkan kami. Kamu harus tetap hidup Nak. Ingat semua ini terjadi karena ada orang jahat yang ingin mencelakakan keluarga kalian." Bu Lisa menyiapkan Celine dan tas yang berisi barang-barang penting.

"Tolong, siapapun yang menemukan anak ini rawatlah dia. Di dalam tasnya ada sebuah file yang menunjukkan identitas aslinya. Sampai anak ini dewasa tolong antarkan ke keluarga aslinya. Dari Ari." Pak Ari merekam suaranya ke sebuah alat perekam dan memasukkannya ke dalam tas Celine.

DOR!

Tiba-tiba dari arah depan ada mobil lainnya yang menembaki mobil Celine.

DOR!

DOR!

Mobil di belakang mereka juga menghujani peluru. Celine dan Bu Lisa menunduk, tembakan itu memecah dan menghancurkan kaca mobil bagian belakang. Bu Lisa menarik pistolnya dengan penuh konsentrasi Bu Lisa memberi aba-aba kepada suaminya. "Sekarang Pak!"

Pak Ari membanting setir ke kiri, Bu Lisa berhasil menembak sopir mobil di depan mereka itu tepat mengenai kepalanya. Mobil yang ada di depan mereka tadi akhirnya menabrak mobil yang berada di belakang yang mengikuti mereka sedari tadi. Ledakan kembali terjadi, suaranya nyaring sampai memekak telinga, cahaya api menjulang tinggi. Tanpa mereka sadari dari arah depan muncul sebuah mobil truk berkecepatan tinggi seolah ingin menabrak mereka.

CIIITTTT!

Bunyi keras gesekan ban di aspal, Pak Ari membanting setirnya ke kanan. Mobil mereka berputar-putar seperti gasing dan terjatuh ke dalam dasar jurang.

BOOOM!

"AAAAAAAA!"

Tubuh Celine tersedot berputar-putar di dalam cahaya.

BRUUK!

Celine terpental tubuhnya jatuh ditumpukkan daun kering. Matanya berkeliling dan menatap daun-daun yang menari-nari tertiup angin. Suara nyanyian burung memenuhi langit-langit hutan. Pohon-pohon berbisik satu sama lain.

"Tempat apa ini?"

Celine terus berjalan sambil mengembuskan nafas dan tercekat saat menemui jalan yang bersimpangan.

"Tolong, tolong." Tubuh Celine ambruk jatuh ke tanah. Samar-samar Celine melihat seseorang berpakaian jubah putih mendekatinya. Pandangan Celine menjadi gelap.

TIT! TIT! TIT! TIT!

Bunyi itu seperti alarm bagi Celine, perlahan Celine menggerakkan tangannya yang terasa sakit. Matanya berat seperti diberi perekat. Kepalanya bagaikan tertancap ribuan paku. Ada yang aneh dirasakan Celine. Indra pendengarannya lebih tajam dari biasanya. Entah dari mana asalnya, Celine mendengar suara yang begitu dia kenal. Suara Om Barra adik dari Papinya.

"Sungguh merepotkan, aku harus merawat anak cacat itu. Sampai berapa lama harta itu akan aku dapatkan?" Barra terdengar penuh emosi.

"Sampai Celine berusia 20 tahun. Itu yang tertulis di dalam surat wasiat Tuan Adam." Jawab Dani Assistennya.

Celine ketakutan, tubuh kecilnya bergetar hebat. Celine mendengarkan suara lain yang juga entah dari mana asalnya. Suara itu menangis, suara seorang Wanita yang juga Celine kenal. Itu Tante Gaura Istri dari Om Barra.

"Celine, sungguh malang nasibmu Nak. Tante tidak bisa menyelamatkan Papi dan Mamimu. Maaf hiks, maafkan Tante. Tapi Tante berjanji akan melindungimu dengan nyawa Tante." Tante Gaura menahan suara tangisannya.

Celine takut, apa yang dia lakukan dengan tubuh kecilnya. Ya Allah apa benar kedua orang tua Celine sudah meninggal? Celine harus tinggal dengan siapa? Cuma Tante Gaura yang baik sama Celine. Ambil juga nyawa Celine ya Allah, Celine membatin.

"Celine, Celine." Suara lembut memanggil Celine.

Celine membuka matanya dan perlahan turun dari tempat tidur. Celine mengikuti sebuah cahaya yang terbang melayang-layang di udara. Ternyata cahaya itu adalah seekor kupu-kupu 🦋 berwarna biru.

"Tunggu kupu-kupu, jangan pergi. Maukah kamu menjadi temanku? Aku takut." Ucap Celine sedih.

"Aku tidak akan pergi Celine, aku akan selalu bersamamu. Panggil aku Chouka." Kupu-kupu itu terbang kesana kemari dengan sayap indahnya yang mengeluarkan cahaya. Bunga yang dilalui cahayanya akan bermekaran.

"Chouka apakah aku berada di surga? Aku tidak ingin kembali. Aku ingin mencari Papi dan Mami." Kata Celine.

"Oke, aku akan membantumu mencari Mami dan Papi. Tapi kamu harus janji untuk tetap hidup. Setiap kali kamu melakukan kebaikan, aku akan memberikan kekuatan." Chouka hinggap di tangan kanan Celine.

"Tapi aku takut, Om Barra jahat." Celine menahan air mata yang hampir jatuh.

"Celine sayang, kamu harus kuat. Apa kamu tidak ingin bertemu Mami dan Papi?" Chouka terbang ke sebuah air mancur dekat taman bunga.

"Iya, aku ingin bertemu Mami dan Papi." Celine menghampiri air mancur dan melihat Mami dan Papinya melambaikan tangan ke arahnya dari pantulan air mancur.

"Mami, Papi!" Celine terbangun dari mimpinya.

"Celine kamu sudah sadar Nak?" Tante Gaura segera memanggil Dokter dan Perawat.

Dokter memeriksa Celine, Dokter tersenyum. Rupanya ada sebuah keajaiban yang membuat Celine melewati masa-masa kritisnya. Celine yang tadinya di vonis lumpuh, tiba-tiba bisa merasakan dan menggerakkan kedua kakinya.

"Kita lihat sampai berapa lama kamu dapat bertahan!" Barra dengan senyum menyeringai menatap Celine dengan aura penuh kebencian.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Celine = Daneen

Celine akhirnya kembali ke rumah orang tuanya. Celine tinggal bersama Om Barra, Tante Gaura, dan Varel sepupunya. Setahun berlalu Celine diperlakukan sangat baik oleh keluarganya. Bagaimana tidak, perusahaan membayar semua keperluan Celine. Barra juga mendapat keuntungan dari itu. Selain menggantikan kedudukan Kakak Kandungnya sebagai CEO, Barra juga mendapatkan separuh dari biaya keperluan Celine.

Tibalah hari perayaan ulang tahun Perusahaan. Tiap tahun Perusahaan Adam mengadakan makan bersama seluruh pemegang saham dan juga karyawan. Hari itu Celine mendadak demam tinggi sehingga tidak ikut ke perayaan ulang tahun Perusahaan. Akhirnya Celine tinggal di rumah. Sementara itu Barra, Gaura dan Varel menikmati makan malam mereka.

"Hai Celine. Makin cantik aja. Sudah kelas berapa?" tanya salah seorang karyawan.

"Kelas dua Tan." Jawab Varel.

Hmmm lama-lama setelah diperhatikan Varel dan Celine memang mirip, Barra bicara dalam hati.

"Varel, ingat mulai sekarang nama kamu Celine." Bisik Barra.

"Pah!" Gaura mulai merasa Barra akan merencanakan sesuatu.

"Diam kamu! Ingat semua yang kamu makan dan yang melekat di tubuhmu itu semua uang Celine. Jangan macam-macam kamu!" Ancam Barra.

Gaura menahan diri. Dia masih memikirkan nasib Celine. Jika dia salah melangkah, Celine dalam bahaya. Dulu Barra yang dia kenal sangat baik, sekarang berubah serakah.

Varel sangat menikmati perannya sebagai Celine. Varel banyak mendapatkan hadiah dari pemegang saham dan juga beberapa karyawan.

"Pah, apa semua ini akan diberikan kepada Celine?" tanya Varel.

"Tidak sayang. Mulai hari ini nama kamu Celine. Semua kepunyaan Celine menjadi milikmu." Kata Barra.

"Papah, rumah ini milik Celine. Dia itu keponakan kamu. Anak dari Kakak kandungmu." Gaura tidak terima Varel mulai menular sifat Papahnya.

"Diam kamu! Jika ingin tetap tinggal di rumah ini ikuti semua perintahku!" Barra memegang rahang Gaura.

"Pah, aku ingin kamarnya Celine menjadi kamarku." Kata Varel.

"Varel, gak boleh sayang. Celine tidur dimana?" Gaura dengan lembut membujuk Varel.

"Aku gak mau, pokoknya aku mau kamar Celine." Rengek Varel.

Barra menuju lantai dua kamar Celine. Gaura menyusul dari belakang.

"Pah, Celine sakit. Kasian dia." Gaura menarik baju Barra.

"Celine mulai sekarang kamu pindah kamar. Ini kamar Varel." Barra dengan kasar menarik Celine yang lemah dari tempat tidurnya.

"Om, Celine lagi sakit. Celine tidur dimana?" tanya Celine dengan tubuh bergetar.

"Celine, tinggi sekali demam mu Nak." Gaura menggendong Celine dan langsung membawanya ke rumah sakit.

Celine langsung mendapatkan perawatan dari Dokter. Dokter menyarankan Celine di rawat inap. Celine terkena DBD. Celine dipasangi infus. Gaura sedih melihat kondisi Celine belum lagi perlakuan Suaminya. Gaura melangkahkan kaki ke luar ruangan Celine sekedar menghirup udara segar dan duduk di depannya.

"Bu Gaura." Seseorang berdiri di hadapannya.

Gaura menengadahkan wajahnya, lama dia menatap dua orang yang ada di depannya.

"Pak Ari, Bu Lisa?" Gaura memeluk keduanya tangis pecah dipertemuan mereka.

"Saya kira Bu Gaura tidak lagi mengenali kami." Bu Lisa duduk di samping Gaura.

"Apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa kalian menghilang? Apa kalian tidak sayang lagi dengan Celine?" Gaura menangis.

"Maaf Bu Gaura, sejak kecelakaan kami dirawat oleh orang baik di kota sebelah. Dan setelah kami sehat, kami kembali ke rumah tapi Pak Barra mengusir kami. Celine bagaimana keadaannya?" tanya Pak Ari.

Gaura berdiri dan mengajak masuk Pak Ari dan Bu Lisa ke dalam ruangan Celine.

"Celine, dia kenapa Bu?" Bu Lisa berdiri di samping hospital bed.

"Celine terkena DBD. Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Celine. Suami saya sekarang berubah. Dia serakah dan ingin menyingkirkan Celine. Saya bingung bagaimana nasib Celine." Gaura menangis.

"Bagaimana kalo Celine ikut dengan kami. Biar kami yang rawat. Bu Gaura percayakan Celine kepada kami." Kata Pak Ari.

"Bagaimana dengan Suami saya. Apa yang harus saya katakan?" tanya Gaura.

"Bilang saja Celine terkena penyakit menular. Pasti Pak Barra segera mengusir Celine." Saran Bu Lisa.

Gaura akhirnya menerima saran Bu Lisa. Gaura menitipkan Celine kepada sepasang Suami Isteri tersebut. Dengan memasang wajah sedih, Gaura memasuki rumah dan disambut pertanyaan dari Barra. Gaura mengatakan saat ini Celine terkena penyakit menular, Gaura takut kalo seluruh rumah akan tertular penyakit Celine. Gaura juga mengkhawatirkan tetangga mereka yang tergolong orang elit apa jadinya jika mereka juga ketularan. Barra langsung menyuruh Gaura segera merapikan semua barang-barang Celine. Gaura segera mengemasi barang-barang Celine, dua koper penuh.

"Pah, Celine apa Mamah tinggal aja di rumah sakit? Nanti pihak rumah sakit menghubungi Mamah gimana?" tanya Gaura.

"Antar ke panti asuhan aja Mah. Biar tiap bulan Papah transfer ke rekening Mamah biayanya." Kata Barra.

"Ok Pah, Mamah pamit dulu ya." Gaura bergegas kembali ke rumah sakit.

Celine sehat kembali dan ceria. Karena Bu Lisa dan Pak Ari kembali bersamanya. Bu Lisa mengajak Celine untuk tinggal bersama mereka. Tentu saja Celine langsung mengiyakan. Celine lebih memilih meninggalkan rumah mewahnya dari pada mendapatkan perlakuan kasar dari Om Barra dan Varel. Tanpa sepengetahuan Gaura, Celine melewati hari-harinya tanpa makanan. Celine dilarang pergi ke sekolah, bermain di luar malah disuruh mengerjakan pekerjaan rumah. Barra sengaja melakukan itu agar Celine tidak betah di rumah. Celine terkadang mencuri makanan di rumahnya sendiri. Itupun jika ketahuan Barra, Celine akan dihukum dikurung di dalam gudang gelap berdebu penuh dengan sarang tikus dan kecoa.

Celine hidup sangat sederhana di sebuah rumah tua. Celine dibekali ilmu bela diri oleh Pak Ari dan Bu Lisa. Celine memberikan uang kepada Pak Ari dan Bu Lisa untuk keperluan mereka sehari-hari, uang pemberian dari orang tuanya. Dengan halus Bu Lisa dan Pak Ari menolaknya. Karena Celine suatu saat pasti akan memerlukannya. Dan di kota ini demi keselamatan Celine, nama Celine diganti dengan nama Daneen.

Daneen meneruskan Sekolahnya di Kota itu. Daneen terkenal anak yang pintar, rajin dan baik hati. Ternyata tidak semua orang menyukai Daneen. Salah satunya anak orang terkaya di Kota Z. Dia iri melihat betapa cantik, pintarnya Daneen. Satu hal yang tidak dimiliki Daneen adalah uang. Anak itu menyuruh semua orang untuk menjauhi Daneen, dan siapa yang berani berteman dengan Daneen akan mendapatkan hukuman. Dan terjadilah pembullyan terhadap Daneen, setiap hari Daneen disuruh membersihkan kamar mandi, mengerjakan PR teman-temannya. Pihak Sekolah tidak berani melawan kehendak Prisilia, karena dia adalah anak pemilik sekolah.

Dan lagi-lagi hari ini Daneen dibully. Kali ini dia di kunci di sebuah gudang belakang sekolah. Daneen berteriak tidak ada yang memperdulikannya. Tidak ada ventilasi dan jendela untuk melarikan diri. Daneen merasakan dadanya terasa sesak, penglihatannya mulai kabur. Daneen terduduk lemas di depan pintu gudang.

"Aku ingin mempunyai dunia ku sendiri. Mami, Papi, jemput Celine." Lirih Daneen.

Daneen mulai kehabisan nafas. Pandangannya mulai terasa buram, kepalanya terasa berat. Samar-samar sosok berjubah putih kembali datang. Daneen tergeletak tidak sadarkan diri.

WUSSHH!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Celine Menghilang

WUSSHH!

Angin berhembus pelan menyibakkan gorden ruangan bernuansa putih. Hening, sepi, senyap hanya ditemani detak jam dinding.

"Celine, Celine bangun Nak." Suara yang selama ini dirindukan.

"Mami!" Celine bangun dan memeluk Mami.

"Celine merindukan kami?" satu lagi suara yang dirindukan Celine.

"Papi!" Celine pun memeluk Papi.

"Celine sudah besar ya. Ayo bangun Mami masak makanan kesukaan Celine."

Celine tersenyum bahagia dan mengikuti Mami dan Papi ke ruang makan. Di meja makan Celine melihat makanan kesukaannya.

"Makanlah sayang, Celine harus kuat dan sehat." Mami menyuguhkan makanan untuk Celine.

"Jangan lupa minum susu." Papi menyodorkan segelas susu di hadapan Celine.

"Sudah lama tidak ada yang memanggil Celine." Isak haru Celine.

"Iya sayang. Kalau di sini kami akan memanggilmu Celine." Mami membelai rambut Celine.

Celine sangat bahagia, keinginannya untuk bertemu dengan orangtuanya terwujud. Celine memanfaatkan waktunya untuk melepas rindu dengan orangtuanya. Mereka tertawa bersama.

Sementara itu di dunia nyata, Celine menghilang sejak dua hari yang lalu. Bu Lisa dan Pak Ari mencari Celine kemana-mana tetap tidak menemukan. Bu Lisa dan Pak Ari sempat mampir ke Sekolah Celine dan mencari juga tidak menemukan Celine.

Akhirnya Bu Lisa dan Pak Ari melaporkan anak hilang ke kantor Polisi terdekat. Pak Ari memberikan informasi ciri-ciri Celine, dan terakhir kali melihat Celine ketika pagi hari Jumat mereka seperti biasa mengantar Celine ke sekolah.

Senin pagi, suasana Sekolah dikejutkan dengan kehadiran Bu Lisa, Pak Ari dan beberapa orang yang berpakaian seragam Polisi. Pak Polisi meminta ijin untuk mencari Celine yang lebih dikenal dengan Daneen. Pertama-tama Pak Polisi masuk ke dalam kelas 2 A kelas Daneen. Pak Polisi bertanya siapa yang tahu Daneen dimana?. Terlihat aura ketakutan di wajah mereka. Para Polisi yang sudah berpengalaman menyadari keanehan tersebut. Semua anak-anak berkeringat dingin, tidak ada yang berani menatap Pak Polisi.

"Hallo anak-anak perkenalkan nama Bapak Steven. Ada gak yang cita-citanya kalo sudah besar ingin menjadi Polisi?" tanya Pak Steven.

"Saya Pak." Beberapa anak-anak mengangkat tangan.

"Tugas Polisi ayo apaaaa?" tanya Pak Steven lagi.

"Menangkap penjahat." Jawab mereka.

"Pintarrrr. Dan juga menolong orang yang mendapatkan kesusahan. Sekarang teman kalian yang bernama Daneen sedang mengalami kesusahan. Tugas kalian semua untuk menolongnya. Kata orang tuanya Daneen sudah dua hari tidak pulang ke rumah." Kata Pak Steven.

"Apa!" Satu kelas terkejut.

"Ampun Pak! Saya tidak salah. Saya cuman disuruh Prisilia." Salah seorang anak menangis ketakutan.

"Kasian Daneen pasti dia kelaparan di dalam sana." Ada lagi satu anak yang menangis.

"Kalian tau dimana Daneen?" tanya Pak Steven.

"Di gu dang be la kang sekolah. Ampun Pak saya jangan ditangkap. Ini gara-gara Prisilia." Tunjuk temannya.

"Pak minta ijin, dimana gudang belakang sekolah?" tanya Pak Steven kepada Kepsek.

Kepsek, para Polisi, Bu Lisa dan Pak Ari berlari ke gudang sekolah, meninggalkan murid-murid yang menangis histeris di dalam kelas.

Pak Polisi mendobrak pintu gudang sekolah. Di dalam kegelapan, udaranya yang pengap Celine di temukan tergeletak pingsan, wajahnya pucat bibirnya pecah-pecah.

"Daneen!" teriak Bu Lisa.

Pak Polisi segera membawa Celine ke rumah sakit.

Teman-teman Celine yang melihatnya semakin histeris menangis, mereka tidak henti-hentinya menyalahkan Prisilia. Dan mereka sangat menyesal mengapa mereka patuh dan tunduk kepada pada Prisilia hanya karena dia anak pemilik sekolah.

Celine terbaring lemah di rumah sakit dengan selang infus di tangan dan juga selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Dokter sangat marah kenapa keadaan Celine seperti ini. Celine pingsan karena kelaparan, dehidrasi dan juga kekurangan oksigen. Ditemukan juga beberapa luka di tubuh Celine akibat pukulan. Diperkirakan Celine korban bullying.

Mendengar hal itu Bu Lisa dan Pak Ari merasa kaget sekaligus marah. Celine selama ini diam tidak pernah menceritakan kejadian buruk yang dialaminya di sekolah. Pak Ari dengan tegas akan melaporkan kasus ini. Kepala Sekolah memohon maaf dan berusaha berdamai dengan Pak Ari. Di hadapan Pak Polisi akhirnya Kepsek mengakui Daneen Korban bullying. Pihak Sekolah tidak dapat berbuat apa-apa karena Pemilik Sekolah mengancam akan memecat Kepsek dan para staf jika mereka membela Daneen. Pemilik Sekolah sangat menyayangi Putri mereka satu-satunya.

"Jadi semua ini demi uang. Saya mengerti kita semua perlu uang. Saya hanya orang miskin yang sangat memerlukan uang untuk makan dan hidup. Saya juga susah payah membanting tulang bermandi peluh dan keringat di bawah terik matahari. Tapi apakah Bapak rela mengorbankan nyawa seorang anak demi kesejahteraan keluarga kalian!" Pak Ari terduduk dan menangis.

"Sabar Pak. Yang kaya yang berkuasa." Bu Lisa memeluk suaminya.

Hati Pak Kepsek tersentuh. Pak Kepsek juga berlutut di hadapan Pak Ari memohon ampun dan maaf atas kesalahannya. Dan Pak Kepsek bersedia suka rela akan bersaksi demi Daneen. Akhirnya Pak Kepsek kembali ke sekolah untuk mengabarkan kondisi Daneen. Pak Kepsek siap mempertaruhkan jabatannya. Ternyata semua guru juga berpihak kepada Daneen. Teman-teman Daneen juga bersedia mengakui perbuatan mereka. Prisilia marah dan mengadu kepada orangtuanya.

Di dunia dimensi lain, Celine masih bersama orang tuanya. Celine berada di taman bermain. Celine bermain perosotan, ayunan, jungkat-jungkit bersama mereka. Mami dan Papi sangat memperhatikan Celine. Celine selalu diberi makanan, buah-buahan.

"Celine sayang, sudah waktunya kamu pulang." Papi memeluk erat Celine.

"Pulang, pulang kemana Papi?" tanya Celine.

"Pulang ke rumah Celine." Jawab Papi.

"Bukankah di sini rumah Celine?" Celine menatap wajah kedua orang tuanya.

"Sayang, Celine harus pulang kasian Pak Ari dan Bu Lisa sudah kangen sama Celine. Celine kalau kangen panggil Mami dan Papi." Mami memeluk erat Celine.

"Bagaimana caranya?" tanya Celine.

"Cuma Celine yang bisa sayang. Sekarang Celine makan yang banyak, biar sehat kuat. Mami dan Papi menunggu." Mami dan Papi mencium kening Celine.

Tepat di saat itu ada seseorang yang menggunakan jubah hitam tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Dengan kekuatannya menarik paksa Mami dan Papi. Mereka menghilang tepat di depan mata Celine.

"Mami, Papi!" teriak Celine.

"Celine, Celine!" seekor kupu-kupu 🦋 melayang di depan Celine.

"Mami dan Papi dibawa orang jahat." Isak Celine.

"Celine, Mami dan Papi sudah punya dunianya sendiri. Mereka tidak bisa lama-lama bersama Celine. Sekarang kamu harus pulang." Bujuk Chouka.

"Bisakah kamu menjawab pertanyaan ku?" Celine berdiri menghadap ke arah Chouka yang hinggap di kelopak bunga.

"Apa?"

"Apakah Mami dan Papi benar sudah meninggal?" Celine mengharapkan jawaban tidak dari Chouka.

"Iya." Chouka menjawab dengan terpaksa.

"TIDAKKKKKK!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!