"Ma-maksud Daddy apa? kenapa Daddy begitu tega padaku. Tidak cukupkah Daddy menyakitiku, 6 tahun lalu daddy membuang ke panti asuhan dan sekarang daddy memanggilku hanya untuk ini?" Tanya Naina ketika Mario dengan enteng menyuruh dia melepaskan Gerald, lelaki yang menjadi kekasihnya.
Naina memandang ayahnya dengan tatapan terluka, gadis 18 tahun itu hampir saja menitihkan air mata di hadapan sang ayah yang sedari dulu tidak menganggapnya.
Naina namanya, namanya yang sangat indah, tapi sayang tidak seindah kisah hidupnya. Sedari kecil dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan, dia terlahir dari wanita yang tidak di cintai oleh ayahnya, hingga ketika dia lahir sampai sekarang dia tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang seorang ayah dan keluarga yang utuh.
Dan sekarang setelah 6 tahun berlalu, setelah ayahnya membuangnya, ayahnya tiba-tiba memanggilnya untuk datang ke rumah, awalnya naina pikir, ayahnya memanggilnya untuk meminta maaf atau menyesal.
Tapi ternyata Naina salah, ayahnya datang hanya untuk mengatakan hal yang sangat menyakitkan. Di mana ayahnya meminta dia untuk melepaskan Gerald, kekasihnya.
Tentu saja itu sangat menyakitkan untuk Naina, mengingat dia dan Gerald sudah bersama sejak dia datang ke panti asuhan 6 tahun lalu, dan Gerald adalah teman dan juga kekasihnya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka.
Terlebih lagi, beberapa bulan ke belakang mereka sudah tidak berada di panti asuhan, karena panti asuhan akan membebaskan penghuni panti ketika sudah berumur 18 tahun, dan ketika keluar dari panti, dia dan Gerald mulai bekerja dan mereka sudah merancang mimpi bersama, mereka bertekad untuk bekerja lebih keras agar hidup lebih baik.
Dan dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba ayahnya menyuruhnya datang hanya untuk mengatakan ini. Berjuta tanya tersimpan di otak Naina, dari mana ayahnya tahu tentang Gerald dan kenapa ayahnya mengatakan hal seperti ini.
.
"Hmm, kau harus meninggalkan kekasihmu, mau tak mau suka tak suka kau harus merelakan dia untuk Kirea." Mario berbicara dengan sadis, dia sama sekali tidak perduli dengan praseaan Naina, yang terpenting KIrea, putri pertamanya bahagia.
Ya, Naina memang mempunyai kaka tiri namanya Kirea, mereka satu ayah berbeda ibu. Walaupun mereka adik dan kaka, tapi nasib mereka bagai langit dan bumi, Kirea hidup dengan penuh dengan kasih sayang, sedangkan dia hidup dengan penuh kegetiran.
Sedari dulu ayahnya hanya melihat Kirea saja dan tidak pernah melihat ke arahnya. Tentu saja karena KIrea terlahir dari wania yang di cintai ayahnya, sedangkan dia terlahir dari wanita yang tidak di cinta ayahnya.
Karena dulu, sebenarnya ayahnya ingin menikah dengan Soraya yang tak lain adalah ibu Kirea, tapi sebelum pernikahan terjadi, Mario juga lebih menghamili Regina yang tak lain ibu Naina.
Saat mengetahui Mario menghamili wanita lain, Soraya lebih memilih mundur padahal saat itu dia juga sedang mengandung. HIngga pada akhirnya, Mario terpaksa menikahi Regina, begitu pun Soraya yang juga sudah menikah dengan lelaki lain.
Sampai sekarang pun hubungan Mario dan KIrea sangat buruk, karena putri pertamanya lebih dekat pada suami Soraya, sedangkan Mario hanya bisa mengawasi Kirea dari jauh.
Dan ketika tahu putrinya menyukai seorang lelaki, Mario langsung mencari tahu tentang lelaki tersebut dan ternyata setelah dicari tahu lelaki yang disukai oleh putri pertamanya bahagia adalah kekasih Naina, ketika mengetahui itu Mario langsung memanggil putri bungsunya yang tidak pernah dia anggap.
Inilah alasan kenapa Mario menyuruh Naina untuk meninggalkan Gerald, agar Gerald bisa dekat dengan kirea. Sayangnya Kirea tidak mengetahui tentang rencana Mario. Mungkin jika Kirea tau ini rencana ayah kandungnya dia tidak akan sampai hati meneruskan perasaanya.
Tapi dipikiran Mario sekarang adalah bagaimana membuat Putri pertamanya bahagia, tanpa peduli Putri keduanya yang menanggung rasa sakit akibat dirinya.
Sedangkan Naina dan kirea juga sudah 6 tahun tidak bertemu, Karena sekarang mereka berbeda kota. Mungkin jika Kirea bertemu dengan Naina, Kirea tidak akan mengenali adiknya, karena Naina benar-benar berubah
Mendengar ucapan ayahnya barusan, Naina tidak bisa lagi menahan tangisnya. Awalnya dia tidak tahu kenapa hanya menyuruhnya untuk melepaskan kekasihnya, dan sekarang dia Mengerti alasan ayahnya menyuruhnya untuk meninggalkan Gerald, ternyata ayahnya ingin Gerald dekat dengan Kaka tirinya.
“Daddy ....” Naina tidak sanggup lagi meneruskan ucapannya, suaranya tenggelam oleh tangisan. Ayahnya Benar-benar kejam. Ayahnya yang telah membuat ibunya gila, hingga sekarang Regina berada di rumah sakit jiwa, dan ayahnya juga yang mengusirnya hingga dia tinggal di panti asuhan selama bertahun-tahun.
Dan sekarang, seolah belum cukup rasa sakit yang ditorehkan oleh ayahnya, dia harus kembali lagi merasakan rasa sakit ketika mendengar perintah ayahnya barusan.
“Sebenarnya, aku tidak peduli Bagaimana tanggapanmu, toh Gerald juga sudah setuju untuk meninggalkanmu dan mendekati Kirea. Aku memanggilmu kemari, kau melepaskan dia dan tidak membuat Dia berat untuk meninggalkanmu.” Seperti biasa, Mario tidak pernah memanggil Daddy untuk Naina, seolah dia enggan mengakui Naina adalah putrinya.
Ternyata sebelum Mario memanggil Naina, Mario sudah terlebih dahulu memanggil Gerald menawarkan kerjasama, dia menyuruh Gerald harus mendekati kirea, dan Mario akan memberikan apapun yang Gerald mau.
Dan ketika mendengar itu dari ayahnya, seluruh tubuh Naina terasa lemas tidak bertenaga. Jiwanya seolah terpisah dari raganya, tidak menyangka ayahnya sudah terlebih dahulu bertemu Gerald dan yang paling membuat dia sakit adalah ternyata Gerald juga menyetujui keinginan ayahnya, itu berarti Gerald akan meninggalkannya.
“Ka-Kalian ...." Lagi-lagi Naina menghentikan ucapannya, tiap dia menatap Iris mata mata milik ayahnya rasa sakit begitu menghujam jantungnya.
“jika kau masih melarangnya untuk pergi, maka sudah aku pastikan kau tidak akan lagi bertemu dengan ibumu. Sekarang, kau boleh pergi dan jangan pernah mengganggu Gerald dan Kirea..”
Setelah Mengatakan itu, Mario pun langsung bangkit dari duduknya. Lalu dia meninggalkan Naina di ruang tamu, dan tepat ketika ayahnya pergi, tangis Naina langsung pecah dia menangis sesegukan..
Sakit yang Naina rasakan berkali-kali lipat, bukan karena ayahnya saja melainkan karena Gerald juga. Jantungnya seolah ditikam ribuan belati ketika mengetahui Gerald menyetujui keinginan ayahnya, Padahal mereka sudah berjanji untuk melewati semua bersama.
Gerald memang mencintai Naina, karena tentu saja mereka tumbuh bersama di panti asuhan dan melewati suka duka bersama. Bahkan Gerald juga berniat untuk bekerja lebih keras agar kehidupan mereka membaik.
Tapi, ternyata Semua kalah dengan tawaran Mario, ternyata Mario menawarkan akan memberikan kehidupan yang lebih baik untuknya asal Gerald mau mendekati Kirea.
Awalnya Gerald menolak tawaran Mario, karena tentu saja dia mencintai Naina. Tapi setelah dipikir, pada akhirnya Gerald menyetujuinya.
Pada akhirnya, Gerald berpikir dia tidak yakin bahwa kehidupannya dengan Naina akan berjalan seperti yang dia mau, dia juga tidak mau hidup susah terus menerus. Dan Gerald berpikir, Jika dia dekat dengan kirea hidupnya akan membaik, dia tidak perlu kerja keras lagi.
Karena tentu saja sebagai seorang manusia yang sedari kecil hidup di panti asuhan, Gerald ingin merasakan kehidupan mewah itu sebabnya dia langsung menerima tawaran Mario Walaupun dia masih mencintai Naina.
Gerald juga sudah menyusun rencana, untuk berpura-pura pergi mencari pekerjaan di luar kota pada Naina agar Naina tidak curiga, dan tentu saja dia tidak akan kembali.
"Tuhan, kau menciptakan luka yang bertubi-tubi untukku, Akankah suatu saat nanti kau akan memberikanku bahagia yang bertubi-tubi juga."
Setelah beberapa saat berlalu, ketika Naina sudah bisa sedikit menghentikan tangisnya dan sudah bisa menguasai diri, gadis itu pun bangkit dari duduknya, lalu berjalan tertatih-tatih untuk keluar dari rumah ayahnya.
Dan tepat ketika keluar dari rumah ayahnya, Naina menghentikan langkahnya sejenak, kemudian dia mendudukan diri di anak tangga yang ada di halaman, rasa sesak yang barusan mereda kembali membuncah, terbayang Gerald akan pergi meninggalkannya sendirian, dia akan ketakutan dan kesepian.
"Gerald, kenapa kau begitu tega padaku,'' Naina berbicara dengan pelan, wanita itu langsung memukul-mukul dadanya sendiri karena merasa sesak. Rumahnya sebentar lagi akan roboh, dan dia tidak tau kemana lagi dia harus berteduh.
***
Naina turun dari taksi, dan setelah membayar dia langsung berjalan ke arah bangunan yang tak lain merupakan bangunan rumah sakit jiwa tempat ibunya di rawat.
Selama 6 tahun tinggal di panti asuhan, Naina hanya pergi ke rumah sakit jawa setahun sekali, itu pun setiap natal karena jika natal meraka akan merayakannya di gereja yang ada di kota, dan Naina selalu meminta di antar ke rumah sakit jiwa untuk melihat ibunya.
Keadaan Regina masih sama dari tahun ke tahun, tidak ada perubahan dari regina. Wanita itu masih kerap mengamuk, dan setiap Regina di jenguk oleh Naina, Regina selalu mengamuk dan berusaha mencelakai Naina.
Setelah mereka keluar dari panti, Naina mulai rutin untuk menjenguk ibunya, tapi sayangnya Naina hanya bisa melihat ibunya dari jauh, dan barusan setelah dia pulang dari rumah Mario, dia memutuskan untuk datang kemari, karena rasanya terlalu sakit untuk pulang, dan terlalu menyesakkan ketika dia melihat Gerald.
Naina duduk di kursi yang ada di luar taman, kemudian tatapan matanya menatap kedepan melihat ibunya yang sedang berada di taman, seperti biasa jika siang Regina akan diam di taman sambil memegang boneka bayi.
''Mom, apakah Mommy bisa sembuh. Jujur, aku lelah jika harus hidup seperti ini. Rasanya aku ingin menyerah, tapi aku tidak tega jika harus meninggalkan mommy di dunia ini. ."
Naina berucap dengan pelan, air mata kembali tumpah membanjiri pipi wanita itu. Jika di uji oleh ekonomi mungkin Naina masih bisa tahan, karena selama 6 tahun di panti dia sudah terbiasa hidup sederhana, tapi ketika di uji dengan Gerald tidak setia dan lebih memilih harta. Rasanya, Naina hancur berkeping-keping.
****
''Naina!' panggil Gerald ketika Naina masuk kedalam rumah. Hingga Naina langsung tersenyum, dia tidak akan pernah mengatakan bahwa dia sudah mengetahui tentang keputusan Gerald yang sudah sepakat dengan ayahnya, dia akan membiarkan Gerald pergi tanpa beban.
"Naina, kau kenapa?" tanya Gerald ketika dia melihat mata Naina yang tampak bengkak, pertanda Naina sudah menangis dalam waktu yang lama
''Aku habis menengok ibuku barusan, kalau begitu aku ingin beristirahat Gerald, nanti biar aku yang memasak untuk makan malam," jawab Naina, ia sudah tidak sanggup lagi untuk melihat Gerald, hingga dia memutuskan untuk langsung masuk kedalam kamar, karena walaupun mereka hidup satu rumah, keduanya tetap berbeda kamar.
Waktu menunjukan pukul 8 malam, seperti biasa Naina dan Gerald akan makan bersama. Biasanya acara makan malam mereka di selingi dengan canda dan tawa, keduanya selalu menceritakan aktivitas masing-masing ketika bekerja.
Tapi sekarang mereka sama-sama terdiam, sedari tadi, Gerald ingin mengatakan pada Naina bahwa dia akan bekerja d luar kota, tentu saja itu hanya alasan karena setelah dia pergi dia tidak akan kembali dan akan lebih memilih untuk menerima tawaran Mario.
pada akhirnya, inilah keputusan Gerald, dia akan meninggalkan Naina dan mendekati KIrea agar hidupnya membaik, awalanya dia sempat ragu karena dia tidak tega pada Naina, tapi jika di pikir jika dia tetap bersama Naina hidupnya tidak akan ada perubahan, dia yakin suatu saat ia akan bisa melupakan Naina, begitu pun Naina yang juga akan melupakannya.
"Ekhmm." pada akhirnya Gerald berdehem, hingga Naina yang sedang makan sambil melamun langsung menoleh.
"Ada apa? Apa ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Naina dengan bibir yang sedikit gemetar. Mati-matian dia berusaha untuk tidak menangis karena dia yakin Gerald akan pamit.
"Hmm, aku akan mengambil pekerjaan di luar kota, bosku mengatakan tidak ada orang di cabang luar kota hingga aku setuju untuk pergi, gajihnya juga akan dobel, maaf jika aku tidak meminta ijin dulu, kau tidak keberatan kan aku pergi keluar kota dan kau sendiri di sini.''
Gerald berucap dengan meyakinkan, seolah ucapannya benar dan tentu saja Naina langsung tersenyum getir, seraya menahan tangisnya agar tidak tumpah.
"Hmm, Gerald pergilah, aku tidak apa-apa di sini sendiri, semoga pekerjaanmu di luar kota lebih baik dan membuatmu bahagia." Naina mengucapkan itu dengan nafas tercekat, wanita itu berusaha untuk terus tersenyum, walaupun sekarang matanya sudah berkaca-kaca.
Mata Gerald membulat ketika melihat reaksi Naina, dia pikir Naina akan menolak keinginannya dan akan mencegahnya untuk pergi, karena selama ini Naina paling tidak bisa ditinggalkan apalagi Naina penakut, bahkan jika Gerald belum pulang ketika malam hari, Naina akan menunggu diluar karena takut menunggu di dalam, dan sekarang Gerald di buat heran dengan reaksi Naina yang tampak pasrah ketika dia mengatakan akan pergi, bukankah ini aneh.
''Naina, apa kau tidak keberatan aku pergi?" tanya Gerald yang penasaran dengan reaksi Naina, hingga Naina menggeleng.
"Pergilah Gerald, kejar mimpimu. Jangan khawatirkan aku, Aku yakin ketika kau di luar kota hidupmu akan lebih baik," jawab Naina, hatinya terluka tapi di berusaha untuk tersenyum.
Wanita itu menatap wajah Gerald dengan lekat mengabadikan wajah kekasihnya kaena dia tau setelah Gerald keluar dari rumah ini, Gerald tidak akan kembali.
Jawaban Naina begitu ambigu di telinga Gerald, ini bukan seperti dia yang akan mengucapkan salam perpisahan, melainkan seperti Naina yang akan melepaskannya.
Namun tak lama, Gerald menggeleng-gelengkan kepalanya dia tidak ingin repot-repot berpikir, yang terpenting Naina tidak mencurigainya bahwa dia pamit dan tidak akan kembali.
dua hari kemudian
Akhirnya detik-detik yang menyakitkan untuk Naina pun tiba, di mana sekarang Gerald akan pergi dari rumah sewaan mereka. Sedari tadi, Naina terus memperhatikan Gerald yang sedang bersiap, wanita itu menangis dalam diam, merasakan rasa pedih yang luar biasa.
''Semua sudah selesai?" tanya Naina, hingga Gerald yang baru saja memakai jaket mengangguk.
''Hmm, sudah.''
Naina pun bangkit dari duduknya kemudian di langsung maju kemudian memeluk Gerald, dan kali ini Naina tidak sanggup lagi menahan tangisnya, padahal sedari tadi dia bertekad untuk tidak menangis di hadapan Gerald.
Tapi, sekuat apa pun Naina menahannya, akhirnya tangis wanita itu luruh juga karena tentu saja ini terakhir kalinya dia memeluk lelaki yang dia cintai.
Aaa nyesek pollll
Gerald membalas pelukan Naina dengan sangat erat menikmati detik-detik bersama kekasihnya. Hati Gerald terasa pedih ketika mendengar tangisan Naina yang sangat memilukan.
Sayangnya, Gerald berpikir bahwa Naina menangis seperti ini karena Naina hanya sedih dia meninggalkannya dengan alasan pergi keluar kota. Padahal, Naina menangis karena tau Gerald tidak akan kembali.
Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya Naina berhasil menguasai diri wanita cantik itu langsung melepaskan pelukannya, kemudian dia menatap Gerald dengan lekat.
''Naina, jaga dirimu baik-baik. jika kau takut, kau telepon saja aku, aku akan menemanimu sampai kau tertidur," jawab Gerald, membuat Naina hanya mampu tersenyum getir. Bahkan sampai akhir pun, Gerald masih berbohong hingga dalam sekejap, Naina merasa bahwa dia tidak mengenal Gerald. Harta benar-benar membutakan lelaki yang dia cintai.
''Hmm, Gerald. Aku akan menelponmu nanti," jawab Naina dengan perasaan yang hancur lebur.
Sebelum pergi, Gerald menangkup kedua pipi Naina, kemudian dia langsung mencium seluruh wajah wanita itu, menikmati momen terakhir bersama wanita yang dia cintai, dan setelah itu Gerald pun menjauh kemudian mengambil tasnya, lalu setelah itu dia mengelus rambut Naina.
''Aku pergi, Naina,'' jawab Gerald, hingga Naina mengangguk, Gerald pun langsung pergi dan berjalan menjauh, tanpa menoleh lagi ke arahnya.
Ketika Gerald sudah tidak terlihat, tubuh Naina ambruk ke lantai. Dia menangis sejadi-jadinya.
"Gerald ... Gerald." Naina memanggil Gerald dengan suara lirih di selangi dengan isak tangis. Kaki wanita cantik itu meronta-ronta ingin mengejar Gerald, meminta Gerald untuk tidak pergi dan memohon agar tidak meninggalkannya. Tapi, hatinya mengatakan bahwa dia harus merelakan Gerald untuk pergi.
"Tuhan, tolong kuatkan aku." Naina berucap lirih, wanita cantik itu memutuskan untuk bangkit dari lantai kemudian masuk kedalam rumah.
Ketika masuk kedalam rumah, lagi-lagi hati Naina terasa remuk ketika dia melihat bayangannya dirinya dengan Gerald sedang melakukan aktivitas bersama.
"Kau jahat Gerald, kau jahat.'' Naina bergumam pelan, wanita cantik itu memegang pinggiran dinding, agar tubuhnya tidak jatuh kebawah.
***
"Maaf, membuatmu menunggu lama, paman," ucap Gerald pada Marco yang tak lain supir Mario, Gerald memang sengaja di jemput oleh supir Mario karena Mario ingin berbicara terlebih dahulu sebelum memulai semuanya.
"Silahkan masuk," jawab Marco, hingga Gerald pun mengangguk, lelaki itu lantas masuk kedalam mobil.
Ketika masuk kedalam mobil, wajah Gerald langusung takjub, karena untuk pertama kalinya Gerald menaiki mobil mewah seperti ini.
Tak lama senyum Gerald mengembang, dia bahagia karena mengambil keputusan ini, karena tentu saja sebentar lagi dia akan mendapatkan apa yang tidak dia dapatkan dari dulu.
“Maafkan aku Naina." Gerald membatin. Setiap dia mengingat hidupnya akan berubah, wajah Naina selalu muncul, hingga lelaki itu langsung meminta maaf pada Naina.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mobil di tumpangi oleh Gerald sampai di kediaman mewah Mario.
“Silahkan turun," ucap Marco, hingga Gerald mengangguk. Lalu, setelah itu Gerald pun turun dari mobil dan masuk kedalam rumah.
“Naina semoga kebahagian selalu menyertaimu," ucap Marco ketika Gerald turun dari mobil, dia menjadi saksi bagaimana kerasnya kehidupan anak tuannya. Tapi, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa
“Silahkan duduk," ucap Mario pada Gerald ketika Gerald masuk kedalam rumahnya. Gerald mengangguk, kemudian dia pun langsung mendudukan diri di sofa, di susul Mario yang juga ikut duduk.
“Paman senang, kau megambil keputusan yang benar," jawab Mario dengan senyum yang mengembang. Rasanya menyenangkan ketika membayangkan Kirea bahagia karena akan mendapatkan lelaki impiannya.
“Ia-ia, Tuan,” Gerald menjawab dengan gugup. .
“Untuk hal pertama yang harus kau lakukan adalah belajar tentang semua yang biasa orang kaya lakukan, dari mulai tampilan, sikap dan lain-lain. Akan ada yang mengajarimu mulai besok, dan kau harus masuk kedalam club lukis yang di ikuti oleh putriku dan dekati dia di sana," jawab Mario. Hingga Gerald mengangguk dengan semangat.
“Ya sudah kalau begitu, supir akan mengantarkanmu ke apartemen.”
“Apartemen?” ulang Gerald dengan refleks. Seumur hidupnya, dia sangat penasaran dengan apartemen yang selalu dia lihat di televisi, dia selalu kagum ketika melihat apartemen mewah, dan berharap suatu saat dia bisa tinggal di apartemen yang mewah seperti itu, dan sekarang dia bisa tinggal tempat yang dia mau.
“Apa ada masalah?" Tanya Mario ketika Gerald mengulang ucapannya
“Ti-tidak, Tuan. Aku hanya tak percaya jika akan tinggal di apartemen." Gerald menjawab dengan malu-malu.
Mario menganggguk-anggukan kepalanya, dia mengerti dengan reaksi Gerald barusan. Hingga Mario pun langsung memanggil Marco kembali dan menyuruh Marco untuk mengantarkan Gerald pergi ke apartemen yang sudah di siapkan.
***
“Pa-paman, benar ini apartemenku?" Tanya Gerald, kaki lelaki itu terasa lemas ketika masuk kedalam apartemen. Gerald merasa takjub ketika melihat apartemen yang luas, megah, percis seperti apartemen yang sering dia lihat di televisi.
”Ia, kau akan tinggal di sini. Ini apartemenmu, semua sudah di siapkan oleh Tuan Mario dan kau akan mulai latihan besok, kalau begitu paman pergi." Setelah mengatakan itu, supir Mario pun langsung berbalik dan pergi meniggalkan Gerald.
Gerald melepaskan jaketnya, kemudian lelaki tampan itu langsung bejalan untuk mengelilingi apartemen itu.
"Ya tuhan, apa benar ini kamarku," ucap Gerald ketika membuka pintu kamar, belum cukup rasa takjub yang dia rasakan, dia di buat takjub lagi ketika melihat kamarnya yang sangat mewah dan megah, tidak kalah dengan bagian luar.
Perlahan, Gerald masuk kedalam kemudian dia berjalan ke arah walk in closet. Dan ketika dia masuk kedalam walk in closet, lelaki itu langsung membuka lemari.dan sepertinya keterkejutan Gerald belum cukup sampai di situ, dia di buat terkejut lagi ketik melihat lemari pakaian sudah penuh dengan pakaian yang berukuran dengan tubuhnya dan sudah di pastikan pakaian ini adalah pakaian yang di siapkan untuknya.
****
Waktu menunjukan pukul 8 malam, di ruang yang sunyi dan hening, isakan masih terdengar dari bibir Naina, karena sedari Gerald pergi, Naina masih belum bisa menghentikan tangisnya, walaupun tadi dia sempat behenti menangis kaena tanpa sadar terlelap tapi setelah terbangun dia embali menangis, karena walau bagaimana pun ini sangat menyakitkan.
“Tuhan tolong kuatkan Aku, Jangan biarkan aku menyerah dalam kondisi apapun. Tolong ingatkan aku bahwa ibuku masih membutuhkanku.” Naina bergumam pelan, sebenarnya dari tadi dia sudah ingin mengakhiri hidupnya sendiri karena dia benar-benar putus asa. Tapi ketika pikiran itu muncul, dia terus mengingat Regina.
Naina menegakkan tubuhnya kemudian menghapus air matanya. “Kau harus kuat Naina kau tidak boleh kalah, hidup akan terus berjalan dan kau tidak boleh menyerah.”
Naina menyemangati diri sendiri, walaupun pedih tapi dia akan mencoba untuk bangkit.
Gila sedih banget jadi Naina
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!