NovelToon NovelToon

Menjadi Ibu Peri Keponakan

Bab 1 Di Asingkan

"Aku berangkat, Ma!" teriak Yasmin, namun tidak ada yang menyahut.

Wanita yang berpakaian kerja itu menatap seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga, mereka terlihat asik bercanda tanpa menghiraukan dirinya.

Hari ini adalah hari wekeend, hari yang cocok untuk berkumpul bersama keluarga. Sementara dirinya harus pergi berangkat bekerja karena atasan nya meminta dirinya untuk lembur.

Yasmin menghela nafas panjang. Melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir di pekarangan rumah.

Tanpa Yasmin sadari, Gina ibu dari Yasmin melirik putri bungsu nya dengan tatapan yang sulit di artikan. Satu sisi ia sebagai ibu tidak tega melihat putri bungsu nya di kucilkan oleh keluarga besar mereka dan di sisi lain ia juga sama dengan yang lainnya yang kecewa atas perbuatan yang di lakukan oleh putri bungsu nya. Terlebih Gina masih tidak memiliki muka untuk bertemu dengan kakak kandungnya sendiri atas perbuatan yang di lakukan anaknya.

Sudah sejak beberapa bulan yang lalu, semenjak skandal dirinya yang selingkuh dengan suami sepupu nya sendiri. Yasmin sudah tidak di anggap keluarga besar bahkan keluarga nya sendiri. Yasmin di kucilkan bahkan aib nya itu sering menjadi bulan-bulanan di grup wa keluarganya. Karena tidak tahan Yasmin pun memilih untuk keluar dari grup tersebut.

Pembalasan sepupu nya yang menikah dengan mantan suami nya yang seorang dokter, membuat Yasmin tidak bisa berkutik bahkan dirinya menyesal karena telah menghancurkan pernikahan nya sendiri dan harus kehilangan suami sebaik Ferdy.

"Bok yah kamu punya otak tuh di pake, Yasmin. Sudah beruntung kamu punya suami seorang Dokter, tiap bulan ngasih uang bulanan untuk mama kamu, malah di selingkuhi. Di buang kan kamu? Entah apa yang kamu cari dari Bara. Mending kalau setelah cerai dengan Ferdy kamu di nikahi Bara, tapi ini apa? punya anak kok bodoh sih!" cerocos Bram saat perselingkuhan nya terbongkar.

Yasmin merasa jika dirinya sudah tidak memiliki harga diri sebagai seorang wanita. Bahkan ia sendiri pernah meminta untuk menikah dengan Bara, selingkuhan nya atau suami dari sepupu nya, Silla. Namun di tolak mentah-mentah. Bara mengatakan jika ia melakukan itu dengan Yasmin hanya karena nafsu sesaat dan tidak benar-benar mencintai Yasmin.

Nasi sudah menjadi bubur, dia tidak bisa kembali ke masa lalu. Yasmin harus menanggung karma atas perbuatan dosa yang ia lakukan di masa lalu yang entah sampai kapan akan berakhir.

.

.

.

Yasmin bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai karyawan biasa, seharusnya hidupnya sudah sangat beruntung karena bisa menikah dengan seorang dokter. Namun karena rasa iri membuat hidupnya hancur dan saat ini ia sedang menjalani hukum tabur tuai atas apa yang dia lakukan.

"Yas kamu di panggil Pak Surya tuh!" ucap salah satu rekan kerja Yasmin, Sarah.

Yasmin yang sedang bersiap untuk pulang itu mengenyitkan alisnya.

"Sudah sana kamu masuk, sudah di tungguin." Sarah menarik tangan Yasmin untuk bangkit dari duduk nya.

Yasmin berjalan melangkah ke ruangan atasan nya. Kemudian mengetuk pintu pelan.

Tok,

Tok,

Tok,

"Masuk!" Setelah di persilahkan masuk, Yasmin masuk ke dalam ruangan dengan perasaan berdebar pasalnya ia tahu bagaimana tabiat mes*m atasan nya itu pada dirinya apalagi ia tahu kalau dirinya sekarang sudah menjadi seorang janda.

Surya memandang lekat Yasmin dari atas hingga ke bawah hingga berakhir pada dada nya.

Merasa risih dengan pandangan atasan nya yang seperti itu. Yasmin mulai membuka suara.

"Bapak memanggil saya? Ada perlu apa yah?" tanya Yasmin berusaha profesional.

"Ekhem!" Deheman Surya membuat Yasmin yang tadi nya menunduk kemudian mendongak menatap ke arah Surya yang berjalan menghampiri nya.

Refleks, kaki Yasmin mundur. Ia takut berada satu ruangan bersama dengan atasan nya itu apalagi saat ini sudah jam pulang, pasti keadaan kantor sudah mulai sepi.

"Kamu duduk lah!" ucap Surya menunjuk sofa yang ada di ruangan itu.

"Saya mau bertanya apakah PT. Barla Abadi memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak nya dengan perusahaan kita?" tanya Surya yang sudah duduk di sofa berhadapan dengan Yasmin.

Mendengar pertanyaan dari atasan nya itu, mengingatkan awal mula perselingkuhan yang di lakukannya bersama suami sepupu nya itu, Bara. Dia yang menjadi perwakilan dari perusahaan asuransi tempat dia bekerja sering bertatap muka dengan Bara yang menjadi Ceo di perusahaan miliknya dan Silla.

Yasmin yang saat itu masih berstatus istri Ferdy yang seorang dokter sering di tinggal suami nya ke luar kota untuk seminar. Melihat kemesraan Bara dan Silla yang sering di tunjukkan kepada nya membuat hati nya panas dan cemburu ingin merasakan apa yang di rasakan oleh Silla.

Pada akhirnya Yasmin berusaha menggoda Bara dan bak gayung bersambut, Bara tergoda dengan Yasmin dan mereka selingkuh di belakang pasangan mereka masing-masing.

"Yasmin!" panggil Surya yang melihat Yasmin melamun.

"I-iya Pak maaf." ucap Yasmin terbata.

"Kamu melamun?"

"Maaf Pak." Jawab Yasmin menunduk.

"Jadi apa benar mereka memutus kerja sama dengan kita?" tanya Surya lagi.

"Maaf Pak, lebih baik Bapak menggantikan saya sebagai perwakilan perusahaan."

"Kenapa? Apakah karena kabar perselingkuhan itu? Apa itu benar?" tanya Surya menyelidik.

Yasmin menggigit bibir bawah nya gugup, ia sangat malu dengan apa yang ia perbuat di masa lalu. Membuat dirinya kerap di hina dan di ejek oleh semua orang. Bahkan sekarang atasan nya sendiri.

Yasmin mengingat nasehat Yuna, kakak kandung nya untuk berubah.

"Yasmin berubahlah! Jadikan apa yang kamu terima saat ini adalah pelajaran yang sangat mahal dan sangat berharga. Meskipun kesalahan itu bukan dari kamu saja. Namun ini konsekuensi dari apa yang kamu lakukan. Sebenarnya aku tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan, tapi aku kasihan melihat Papa. Ia tertekan karena tidak ada lagi mempunyai muka di hadapan semua keluarga besar, karena ulah mu.

Silla dan Ferdy sudah bahagia, biasanya para pengkhianat yang lebih dulu menikmati buah dari perbuatan yang salah, kemenangan yang semu. Sementara korban nya masih terseok mengumpulkan kepingan hati yang pecah sebab di khianati.

Tapi Silla dan Ferdy jauh lebih cerdik daripada kalian berdua. Sakit hati yang mereka rasakan menjadi pondasi kuat untuk mereka memulai rumah tangga. Sama-sama sakit hati dan mereka ingin menunjukkan kepada kamu dan Bara jika mereka tidak akan hancur. Yang ada justru hidup kalian yang berantakan.

Jika sekarang Bara sedang meraih kebahagiaan dengan menikah dengan wanita sholehah. Agar bisa menuntun nya menjadi wanita yang sholehah.

Nah kamu, masih mau mengusik kebahagiaan Silla, Ferdy dan Bara?

Raih kepingan harga dirimu untuk bertaubat, jangan sampai kau hancurkan yang tinggal sisa itu untuk mengusik hidup mereka lagi. Berubah lah Yasmin berubah!" ucap Yuna panjang lebar pada Yasmin.

"Kenapa kamu tidak selingkuh saja dengan saya? saya suka sama kamu. Bahkan berniat menjadikan kamu istri kedua. Walaupun perusahaan ini bukan milik saya tapi jabatan saya lumayan tinggi di sini." ujar Surya menatap genit ke arah Yasmin.

Mendengar permintaan konyol atasan nya itu membuat Yasmin takut dan sontak berdiri.

"Ma-maaf Pak, saya harus segera pulang. Orang tua saya bisa marah kalau saya pulang terlambat." jelas Yasmin melirik ke arah pintu yang tadi di biarkan terbuka.

Surya tersenyum sinis. "Kenapa? kamu bukan lagi anak kecil lagi yang akan di marahi kalau kamu pulang terlambat." ucap Surya ikut berdiri berjalan menghampiri Yasmin.

Yasmin mundur, kaki nya tersandung dan jatuh di atas sofa. Tubuh nya gemetar karena takut melihat kabut gairah dari manik mata atasan nya itu.

Surya terus melangkahkan kaki nya, namun tiba-tiba.

"Maaf saya kira semua orang sudah pulang." ucap seseorang di balik pintu yang ternyata seorang Ob yang bertugas membersihkan ruangan setelah karyawan kantor pulang.

Yasmin bisa bernafas lega. Ia bersyukur kedatangan Ob itu menyelamatkan nya dari pelecehan yang akan dilakukan atasan nya itu kepada dirinya.

Buru-buru Yasmin bangkit dan berlari meninggalkan ruangan Surya. Mengambil tas di meja nya dan pulang.

.

.

.

.

Yasmin pulang ke rumah, jantung nya masih berdetak tak karuan karena hampir saja ia di lecehkan oleh atasan nya tadi di kantor.

"Kenapa kamu?" tanya Yuna yang melihat wajah sang adik pucat.

"Ti-tidak kak." jawab Yasmin kemudian berlalu masuk ke dalam kamar. Tak lama ia pun keluar dan berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.

"Mas aku keluar sebentar yah sama adek?"

Yasmin melirik Yuna dengan perut besar nya yang menggandeng anak kedua nya bersama Gilang.

"Mau kemana?" tanya Gilang.

"Si Adek katanya pengen bakso, di depan mesjid ada yang jualan." ucap Yuna. Gilang mengangguk.

"Mau Mas antar?"

"Tidak usah Mas, sebentar kok."

"Ya sudah, kamu hati-hati yah."

Yuna hanya pergi dengan anak nya yang laki-laki, sementara anaknya yang perempuan sedang mewarnai buku gambar.

Sudah satu jam Yuna pergi yang katanya mau belum bakso padahal mesjid juga tidak jauh, tapi kenapa begitu lama.

"Mas.... Mas Gilang, Bu Gina, Pak Bram ...." Panggilan dari seseorang yang terdengar cemas dan tergesa-gesa dari depan rumah, sontak membuat semua penghuni rumah langsung keluar.

"Ada apa sih, eh Ustadz Jaka." Gina langsung berubah ramah, setelah tahu siapa yang memanggil semua penghuni rumah kecuali Yasmin.

"Mama nya Fania, jatuh karena mau mengejar si adek yang lari-lari," terang Ustadz Jaka masih dengan raut cemasnya.

"APA?" Pekik Gilang, Gina dan Bram secara bersamaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 2 Yuna Pendarahan

Gilang, Bram dan Gina langsung berlari ke arah mesjid. Yasmin juga ingin ikut, namun ada Yasmin yang sudah terlihat kebingungan.

Bocah berusia 5 tahun itu pasti bingung mendengar kalimat mama nya jatuh dari guru ngaji nya, tapi ia tidak berani keluar karena tidak ada yang mengajaknya.

Kakek, nenek dan papa nya sudah langsung berlari begitu saja mendengar kabar yang di sampaikan oleh Jaka.

"Kakak, ayo ikut Tante!" ajak Yasmin menyambar kunci mobilnya.

Baik Gilang maupun papa nya tidak ada yang ingat, jika saat ini pasti Yuna harus di bawa ke rumah sakit.

Tidak peduli hanya sekedar jatuh atau ... Yasmin tidak ingin berprasangka buruk, tapi kakak nya harus di bawa ke rumah sakit atau bidan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan. Kehamilannya sudah masuk tujuh bulan, sangat berbahaya kalau jatuh.

Setelah mengunci rumah, Yasmin mengendarai mobilnya dengan membawa Sarah sekalian.

Baru beberapa meter keluar rumah, ia melihat Gilang yang tengah menggendong Yuna terlihat kesalahan. Yasmin segera menghentikan mobilnya, lalu membuka pintu agar Gilang segera masuk bersama dengan kakak nya.

"Ma, ini si kakak. Di bawa pulang saja!" ucap Yasmin memberikan Sarah pada Gina, sementara Bram tengah menggendong si adek. Sepertinya lututnya berdarah, pasti karena jatuh.

Yasmin, cepat!" Perintah Gilang sedikit membentuk di sela-sela rintihan Yuna yang memegangi perutnya.

Yasmin tidak mengatakan apapun selain mengikuti perintah Gilang.

Dalam keadaan kalut, Yasmin memacu kendaraan dengan sedikit kencang sambil membunyikan klakson secara berulang-ulang agar di beri jalan dan di maklumi jika dia mengebut.

"Sabar ya, Yuna. Sabar!" ucap Gilang dengan wajah paniknya menenangkan Yuna yang kesakitan.

Yasmin bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Gilang yang begitu sayang dengan kakak nya, tanpa sadar Yasmin sudah ikut menangis melihat Yuna yang terus merintih-rintih karena kesakitan. Setelah setengah jam perjalanan, mobil yang di kendarai oleh Yasmin sudah tiba di rumah sakit.

Yuna yang terjatuh terguling ke arah depan, mengalami pendarahan sehingga mulut rahim nya sudah terbuka.

Jadi Yuna harus mengeluarkan bayi nya meskipun masih belum cukup, apalagi Yuna juga mengalami kontrakan.

Dengan tangan gemetaran, Gilang menandatangani surat persetujuan yang di sodorkan pihak rumah sakit.

Gilang yang hanya mengenakan celana selutut dan kaos tanpa kerah, tentu saja tidak membawa apapun termasuk dompet dan ponselnya. Untungnya Yasmin sudah membawa dompetnya.

"Aku pakai uangmu dulu, nanti kalau sampai rumah aku ganti." lirih Gilang menatap Yasmin penuh permohonan, Yasmin hanya mengangguk.

Di saat seperti ini, mana mungkin ia memikirkan ego nya sendiri.

Tidak lama setelahnya Bram datang sendirian, Gina tetap berada di rumah untuk menjaga kedua anak-anaknya Yuna.

Gilang yang berjalan mondar mandir tidak berani mendampingi Yuna melahirkan, karena ia tadi sudah melihat jalan lahir Yuna terus mengeluarkan darah. Gilang kuatir dirinya akan pingsan dan panik sendiri jika melihat banyak darah di ruang bersalin.

Satu jam sudah berlalu, bayi yang belum cukup umur itu berhasil di lahirkan. Keadaan nya lemah, untuk bertahan seperti nya tidak mungkin. Tapi semuanya ada pada kuasa Allah.

Dokter boleh memprediksi kalau peluang untuk bertahan hidup bagi bayi mungil itu cuman dua puluh persen, tapi kalau Allah sudah berkehendak dengan kuasa nya, suatu yang mustahil bisa jadi kenyataan. Manusia hanya bisa bertawakal dan berdoa meminta jalan terbaik.

"Pak Gilang, dokter ingin berbicara dengan bapak." ucap perawat, sontak membuat Gilang langsung berdiri.

Bram menepuk pundaknya pelan. "Semoga tidak ada apa-apa yang akan di sampaikan."

"I-iya, Pa." gagap Gilang.

Setelah nya Gilang langsung menemui dokter yang menangani Yuna.

"Ibu Yuna mengalami pendarahan Pak Gilang, kondisi nya sangat lemah. Beri ia semangat agar istri bapak memiliki keinginan untuk bertahan lebih besar," ucap Dokter sambil menatap iba pada Gilang.

Dokter tidak mengatakan banyak hal, cuma itu saja.

Tubuh Gilang seperti tidak berpijak ke bumi, kalimat dokter tadi seakan memberikan pesan yang tersirat.

Tidak mau bertanya apa-apa, karena kuatir jawaban dokter tadi membuat ia takut. Gilang segera menemui Yuna.

Wajah istrinya itu terlihat pucat dan lemah, kantung matanya menjorok ke dalam. Gilang kasihan sekali melihat kondisi istrinya. Gilang sangat tidak tega, akhirnya ia menangis.

"Mas," panggil Yuna lemah. Gilang mendekat.

"Bagaimana keadaan Husna?" tanya Yuna, Gilang tidak bisa menjawab.

Bagaimana bisa Yuna yakin jika anak yang ia lahirkan perempuan? sehingga Yuna langsung memberi nama bayi yang lahir secara prematur itu, Husna.

"Dia, baik." jawab Gilang sambil menyedot ingusnya, Yuna tersenyum lemah.

"Mas Gilang kenapa menangis?"

Gilang menggeleng.

"Aku minta maaf ya, Mas! Si Adek, ah dia sekarang sudah jadi abang." Yuna kembali tersenyum lemah.

Melihat Yuna yang bolak balik tersenyum, Gilang jadi takut sekali.

"Galih lari-lari tadi, Mas. Aku takut ia akan terjatuh, jadi ..."

"Nggak papa, Sayang. Nggak papa," potong Gilang cepat.

"Mas kalau terjadi apa-apa padaku, dan Mas Gilang nggak bisa jaga anak-anak. Titip anak-anak sama papa dan mama ya!"

"Yuna, kamu ngomong apa sih? Tidak ada yang terjadi denganmu. Anak-anak, kita yang akan merawatnya sampai dewasa. Bahkan sampai ketiga nya menikah, jangan ngomong macem-macem!"

Yuma kembali tersenyum.

"Aku capek, Mas. Aku tidur sebentar ya!"

Gilang mengangguk.

......................

"Bagaimana kondisi Kak Yuna, Mas?" tanya Yasmin langsung saat Gilang keluar dari kamar ruang perawatan Yuna.

"Tidur." jawab Gilang lemah.

"Lang, Yuna bisa menyusui bayi nya nggak? setahu papa, bayi yang terlahir prematur, lebih baik di beri Asi. Kalau minum susu formula bisa bersikap terkena necrotising enterocolitis atau bagian usus mengalami kematian jaringan." ucap Bram yang sudah sibuk searching pada ponselnya.

(sumber : https://hellosehat.com/parenting/bayi/bayi-prematur/cara-menyusui-bayi-prematur/)

Meskipun Gilang tidak menyampaikan apa yang di katakan dokter tadi, tapi Bram yang merupakan ASN di kantor pemerintahan sudah bisa merubah kondisi anak sulungnya.

Selamat kehamilan yang ketiga ini, Yuna semakin terlihat kurus dan pucat. Kondisinya seperti orang pesakitan.

Mendapat pertanyaan seperti itu dari ayah mertuanya, Gilang baru terpikir ke arah sana.

"Duh, gimana ya, Pa. Apa harus minta tolong Silla untuk memberikan sedikit ASI-nya? pasti si kecil belum butuh Asi terlalu banyak, jadi bisa minta sama Silla sedikit." jawab Gilang yang entah kenapa hanya nama Silla yang terucap dari lisannya.

"Tapi anaknya Silla kembar, Lang. Apa dia mau memberikan sedikit Asi nya?" tanya Bram ragu.

Yah, bulan lalu Silla baru saja melahirkan dua jagoan kembar yang di beri nama Andre dan Adrian. Perempuan yang di kira mandul oleh mantan mertua nya ternyata langsung hamil setelah satu bulan menikah dengan mantan suami Yasmin, Ferdy.

"Kalau menyewa ibu susu, dimana?" tanya Gilang, Bram langsung terdiam.

"Biar aku yang ke sana! Aku akan bicara pada Silla." Yasmin mengeluarkan pendapatnya.

Bram dan Gilang saling berpandangan, mereka sepertinya tidak yakin jika Yasmin bisa meminta dan mendapatkan ASI dari Silla.

"Kenapa? aku tidak akan mengganggu mereka, percayalah! ini demi anak Kak Yuna. Aku jamin, Pa. Aku tidak akan mencari masalah." Yasmin menyakinkan. Bram dan Gilang saling berpandangan, akhirnya Bram mengangguk.

Mereka mencoba percaya jika kali ini Yasmin tidak membuat masalah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 3 Meminta ASI

"Ngapain malam-malam ke sini Mbak Yasmin? hoaam." tanya Ijah, pembantu Silla sambil menguap, berdiri di depan pintu pagar yang belum ia buka.

"Silla sudah tidur apa belum?" tanya Yasmin sambil menatap petunjuk waktu pada ponsel yang ia kantongi.

Sekarang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, bukan waktu yang pas untuk berkunjung. Tapi untuk demi bayi mungil yang sedang tidak berdaya dalam tabung inkubator.

"Sudah, mbak Silla biasanya jam sembilan malam sudah masuk kamar, soalnya kan harus bolak balik bangun saat si kembar minta susu."

"Bisa di bangunkan nggak? saya ada perlu darurat sekali. Tolong!" Yasmin menyatukan kedua telapak tangan nya di depan dada. Ini pertama kali nya Yasmin merendahkan dirinya untuk meminta sesuatu.

Ijah sampai termenung melihat Yasmin seperti itu, ia berpikir apakah Yasmin sedang mabuk?

"Bik Ijah!" teriak Yasmin sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ijah yang masih tertegun.

"Eh, eh iyah? Apa nggak bisa besok aja? saya enggak enak membangunkan Bu Silla dan Pak Ferdy." tolak Ijah terlihat enggan.

"Kalau bisa besok, pasti saya besok ke sini nya. Ini demi seorang bayi yang butuh ASI. Ayolah, mbak! keponakan saya belum cukup umur sudah lahir, Ibunya dalam keadaan yang sangat lemah. Tidak mungkin untuk menyusui. Bayi yang berada di dalam inkubator juga tidak mungkin di beri susu formula, kebetulan Silla sedang punya bayi. Saya mau minta ASI- nya sedikit." jelas Yasmin agar Ijah mau menolong nya.

Mendengar tujuan Yasmin sangat urgent. Namanya bayi mana bisa menunggu, Ijah bersedia membangunkan majikannya.

Silla dan Ferdy sama-sama bangun dan menemui Yasmin. Mereka berdua menatap curiga pada Yasmin.

"Maaf jika aku mengganggu!" ucap Yasmin langsung.

Hatinya benar-benar nyeri melihat mantan suaminya sekarang ini, rasa kehilangan teramat sangat Yasmin rasakan. Mendadak ia merasa sentimentil, tapi segera ia tepis. Bukan waktunya memikirkan perasaannya.

"Kata Bik Ijah, kamu butuh ASI, untuk siapa?" tanya Silla langsung.

Meskipun pertama Silla merasa curiga dengan kedatangan Yasmin yang tiba-,tiba. Namun mengingat selama beberapa bulan ini keduanya sedang tidak ada gesekan, Silla mencoba berprasangka baik.

Apalagi Yasmin datang menjelang tengah malam, tidak mungkin mengajak dirinya untuk ribut. Lagi pula Yasmin bukan orang yang sudah kehilangan akal sehatnya, jadi untuk apa juga ribut tanya ada alasan yang jelas.

"Mbak Yuna barusan melahirkan, karena terjatuh mengejar si adek."

"Innalillahi wa innalillahi rojiun." ucap Silla dan Ferdy bersamaan.

"Mbak Yuna kondisinya lemah karena mengalami pendarahan, dan mbak Yuna tidak mungkin menyusui bayi nya. Mas Ferdy pasti tahu kalau bayi yang terlahir prematur di anjurkan di beri ASI, bukan susu formula."

Ferdy mengangguk.

"Jadi aku ke sini mau minta ASI-mu sedikit, Silla. Tolong!" Lirih Yasmin pada kata minta tolong.

Silla dan Ferdy saling berpandangan. Ferdy lalu berdehem pelan.

"Silla akan memberikan nya, iya kan Sil?" Ferdy menatap ke arah istrinya, Silla mengangguk.

"Tapi sepertinya tidak banyak dan terus menerus. Kamu tahu sendiri jika kami memiliki dua anak laki-laki yang menyusui bisa dua kali lipat daripada bayi perempuan, itu untuk satu anak laki-laki. Sementara ini untuk dua anak laki-laki. Sepertinya kalau Silla terus menerus membagi ASI nya...." Ferdy langsung menggeleng. Yasmin sudah mau angkat bicara tapi Ferdy mengangkat tangannya supaya Yasmin diam dulu.

"Dengarkan dan jangan di potong dulu!"

Yasmin menghembuskan nafasnya resah.

"Maaf! Tidak bermaksud menyinggung mu. Kamu belum ada niat menikah dalam waktu dekat kan?"

Yasmin dan Silla sama-sama kaget dengan pertanyaan Ferdy. Ferdy tersenyum kecil.

"Kalau kamu belum ada rencana itu bagus, kamu saja yang jadi ibu susu untuk anaknya Kak Yuna. Tapi kalau dalam waktu dekat kamu berencana mau menikah, minta izin pada calon suamimu! Sebab untuk menjadi ibu susu, ada prosedur yang harus kamu jalani, namanya induksi laktasi. Kamu bisa menyusui meskipun kamu belum punya bayi. Induksi laktasi itu untuk merangsang dan bisa menghasilkan ASI.

Ada serangkaian prosedur yang akan kamu jalani. Setelahnya dua sampai tiga minggu kamu bisa menghasilkan ASI sendiri. Itu juga kalau kamu mau menolong keponakanmu.

Jika kamu mau, saya akan membantu kamu mengurus prosedurnya ke rumah sakit.

Mas Gilang dan Kak Yuna saudaranya Silla, tentu jadi saudara saya juga." jelas Ferdy.

Diam-diam Silla menghembuskan nafasnya lega, dia kira apa tadi tanya-tanya Yasmin mau menikah atau tidak dalam waktu dekat. Ternyata....

"Sebelum ASI-mu keluar, aku akan memberikan ASI-ku untuk anak Kak Yuna." tambah Silla.

Yasmin terdiam, ia berpikir sejenak.

Mengingat keadaan Yuna yang mengalami pendarahan, di tambah anemia nya yang semakin menjadi ketika mengandung, Yasmin menjadi pesimis jika Yuna bisa menyusui bayi nya dalam waktu dekat.

Jika tahun kemarin ia sudah melempar kotoran di wajah kedua orang tuanya, dengan skandal yang pernah ia buat. Saatnya kini ia menjadi anak yang berguna.

Yasmin akhirnya mengangguk, ia yakin keputusannya untuk menjadi ibu susu untuk keponakan sendiri sudah tepat.

Silla dan Ferdy sama-sama tersenyum kecil dengan keputusan Yasmin.

"Sebentar, aku siapkan ASI nya terlebih dahulu!" Silla berdiri lalu masuk ke dalam kamarnya untuk melompat ASI nya. Ferdy mengikuti dari belakang, tidak mungkin Ferdy berdua-duaan dengan Yasmin di ruang tamu.

Setelah di rasa cukup, Silla memberikan ASI nya pada Yasmin.

"ASI untuk besok, biar di bawa Mas Ferdy." ucap Silla.

Yasmin mengangguk. Setelah mengucapkan terima kasih, ia segera pergi dan kembali ke rumah sakit.

"Silla, kamu tidak cemburu kan kalau Mas membantu Yasmin untuk menemui Dokter Mila besok?"

Silla cuma tersenyum, lalu menggeleng.

"Hanya membantu menjelaskan saja, supaya prosesnya segera dilakukan. Selanjutnya Yasmin bisa melanjutkan prosedurnya sendiri." terang Ferdy.

"Iya, aku percaya. Nggak mungkin juga Mas Ferdy akan bertindak konyol dengan CLBK, mungkin?"

"Insya Allah, nggak lah. Sudah ada kamu dan anak kita. Hidup Mas sudah sempurna. Jadi mau mencari apa lagi?"

"Iya, kalau Mas Ferdy macem-macem, Mas tahu sendiri aku ini pendendam.

Ferdy langsung tertawa.

"Tau lah. Mas nggak mau jadi Bara kedua, yang tidak mendapatkan kesempatan lagi saat melakukan sebuah kesalahan."

"Cakep...!"

"Eh, besok aku ikut ke rumah sakit mau jenguk Kak Yuna."

"Oke. Sekarang kita tidur atau ...." Ferdy langsung meraih pinggang Silla, dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.

"Mau ngapain?" tanya Silla pura-pura tidak tahu.

"Tadi sudah tidur, terus di bangunkan. Mana bisa langsung tidur lagi. Kita cari kegiatan dulu ya!" ajak Ferdy mengunci pintu kamar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!