Di sebuah pulau nan indah di bagian selatan Indonesia, terlihat banyak tenda dan panggung musik, dan juga bekas api unggun di pinggir pantai. Sepertinya tadi malam ada pesta pantai, tapi tidak terlihat satu orang pun.
Kemudian ditengah laut ada sebuah perahu nelayan yang mengambang terombang-ambing di bawa ombak. Terlihat sepasang muda mudi di dalam perahu itu, tapi kedua orang itu diam seperti patung dan wajahnya pun pucat bagai mayat.
Perahu itu terus mengambang kearah pulau di seberangnya yang terlihat banyak penduduknya.
Tiba-tiba muda mudi itu mengembang kempiskan hidungnya, kepalanya kesana-kemari seperti mencari sesuatu (seperti kucing mencium aroma ikan goreng) bergerak dengan gelisah, beringas seperti orang kelaparan.
...💀💀💀💀💀...
Di sebuah rumah, terlihat seorang gadis berdandan di depan cermin kamarnya, dengan memakai seragam sekolah putih biru, kemudian masuk seorang gadis dengan paras yang sama. Mereka memang kembar tapi terlihat jelas perbedaannya, Dina seorang gadis feminim sedangkan Dini gadis yang tomboy.
'' Din, pinjam buku yang kemaren dong'' seru Dini seraya menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, dirinya sudah rapi dari tadi.
'' Hari ini dibalikin ke perpus,ntar Kamu pinjam aja lagi'' sahut Dina sambil melentikkan bulu matanya.
'' Sambil jalan juga kelar bacanya, buruan dong ah lama amat'' sambar Dini tidak sabaran.
'' Heyyys iya bentar, sabaaaar '' ujar Dina sembari menyemprotkan parfum ke tubuhnya sendiri, Dini pun bersin-bersin.
'' Dah yuk !! " ajak Dina sembari menyemprotkan parfum ke tubuh Dini yang langsung bersin-bersin hebat.
'' Hatchiiiuu....ya tuhan hidungkuuuuu '' teriak Dini sambil melap ingus yang mulai keluar.
Dina cekikikan sambil berlari ke dapur, menghampiri ibu untuk pamit berangkat ke sekolah, diiringi Dini yang hidungnya mulai memerah, sambil mengambil roti selai buatan ibu tercinta. Dini memang alergi bau parfum beralkohol.
Jarak sekolah mereka dengan rumah tidak jauh, jadi mereka berdua ke sekolah berjalan kaki. Saat melewati rumah om Sofiyan tetangga mereka, ada perkelahian hebat di dalam rumah itu, tapi mereka berdua tidak sadar karena Dini sedang asik dengan bukunya (diselingi dengan bersin, karna parfum Dina yang menyengat ) dan Dina asik bercermin dengan cermin bedak yg tidak pernah lupa dibawanya. Jendela rumah tetangganya itu pun terciprat darah, sepertinya ada pembunuhan.
Rumah sikembar Dina Dini dipenuhi dengan taman bunga, bunga mawar bermacam warna, bunga anggrek berbagai jenis, kenanga juga ada. Sangat asri, wangi bunga tercium dihalamannya, hobi ibu yang senang berkebun.
Saat ibu merapikan tanaman mawar yang mulai tumbuh tunas baru, mata ibu menangkap sekilas gerakan di dalam rumah om Sofiyan, lama ibu menatap, tapi tidak ada yang terjadi. Saat ibu berbalik masuk ke dalam rumah, terlihat tangan dengan penuh darah menempel di jendela kaca. Kemudian muncul wajah seorang pria paruh baya, dengan susah payah berdiri, mulutnya penuh darah. Ingin berteriak minta tolong, tapi tiba-tiba saja muncul seorang pemuda menerkamnya dari belakang, merobek lehernya, mengunyah dagingnya. Pemuda itu sepertinya yang ada di perahu yang terombang ambing di awal kisah, dengan wajahnya yang pucat seperti mayat.
...💀💀💀💀💀...
Di sekolah sikembar mengadakan tes ujian mendadak, walaupun tidak mengulang pelajaran di rumah, mereka berdua tenang-tenang saja mengerjakan soal karena mereka termasuk anak yang cerdas, tapi tidak dengan sahabat sitomboy Dini
" pessst,,,,,Din!! " bisik Yoga dengan lirih, karena dia duduk di belakang Dini.
" Ehe heemmm" Dina yang duduk di sebelah Dini berdehem dengan sengaja.
Yoga kaget salah tingkah, manyumpah-nyumpah kepada Dina.
Dina cekikikan sambil menutup mulutnya dengan tangan, bapa Ismail pengawas saat itu cuma melirik sekilas kemudian melanjutkan pekerjaan beliau. Memilah-milah kertas, Kemudian Conteng sana Conteng sini.
Kemudian Dini menyerahkan penghapus berbentuk bis tayo kepada Yoga yang disambutnya dengan gembira.
" Yesss!! tengkyu sob" Setelah itu dengan lancar Yoga menjawab dan menghitamkan lembar jawaban ujiannya. Sambil menjulurkan lidahnya saking semangatnya.
Bel istirahat berbunyi, masing-masing murid menyerahkan lembar jawabannya kepada guru pengawas termasuk Dina dan Dini, kemudian mereka berdua menuju ke kantin. Yoga menyusul di belakang.
" Nanti pas ujian sungguhan, jangan harap Aku berbaik hati lagi ngasih contekan" omel Dini kepada Yoga.
" Jadi kebiasaan" sambungnya.
" Berrrees,,,Gue traktir pempek Amang Udin deh" ajak Yoga.
" Aku juga ya " sambar Dina.
" Cih ogah" Sembur Yoga sembari berlari duluan ke kantin, karena Dina sudah mengangkat tangannya pengen menjitak kepala Yoga.
...💀💀💀💀💀...
Di rumah, ibu membersihkan lantai teras. Tidak sengaja melihat bekas tapak tangan berdarah di kaca jendela rumah om Sofiyan. Kemudian Ibu menghampiri pagar bonsai om Sofiyan, yang setinggi dada orang dewasa. Membatasi halaman rumah ibu dengan rumah tetangganya itu, merasa curiga. Kemudian dilihatnya om Sofiyan yang duduk santai di ruang tamu, merasa tidak ada yang aneh ibu kembali ke rumah membersihkan teras.
Pulang sekolah Dini tidak langsung pulang ke rumah, tapi kerumah Eno. Sedangkan Dina pulang ke rumah nebeng motornya Diky.
" Din, kok sepi lingkungan rumah Lo. Ga kayak biasanya" Diky memecah kesunyian.
" Iya heraaaan" sahut Dina.
Sesampai di rumah Dina juga sepi, terus di seberang rumahnya, halaman rumah om Mail berantakan kayak habis kena badai. Dina dan Diky masuk ke halaman rumah yang berpagar kayu sebatas pinggang. Sambil memandang berkeliling, tak ada seorang pun, lengang.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara dentang keras, seperti bunyi besi yang terjatuh di belakang rumah. Mereka mengendap-endap mencari asal suara, entah kenapa suasana nya terasa horor.
Tiba-tiba muncul dengan mendadak seorang pemuda tampan, tinggi, pirang. Mereka sama-sama kaget, pemuda itu sampai terpeleset jatuh karena mendadak menghentikan larinya. Mereka bertiga terdiam mematung, tertegun, pemuda pirang itu sampai melongo masih dengan posisi jatuhnya.
" Ngapain Kamu dibelakang rumah Ku, mau maling ya?" Bentak Dina, dan Diky mendekat sambil menyilangkan tangannya di atas dada. Dibandingkan dengan si pemuda pirang, Diky jauh lebih pendek, dan berkulit sawo matang. Pemuda pirang lebih ke bule sedang Diky Indo banget, walau sama-sama tampan.
" Hah?? " tanya si bule melongo sambil ngos-ngosan kaya habis lari berkilo meter jauhnya.
" Ngapain di belakang " tanya Dina lagi menunjuk kearah belakang rumahnya.
Bule itu bangun dari jatuhnya, raut wajahnya ketakutan, pakaiannya kotor kayak habis gulung-gulung di tanah.
"Spek inglis Din" bisik Diky.
" Apakah ini rumah Kamu?" tanya si bule, ternyata fasih berbahasa mereka.
"Mendingan kita masuk terus sembunyi, kunci pintu dan jendela" sambungnya.
" Ayo tunggu apalagi " Seru si bule seraya menuju pintu samping dan membukanya, tapi pintunya terkunci.
" Apa-apaan sih ni orang " bentak Dina berlari menyusul.
" Gak sopan" sambungnya.
" Hari gini ga berlaku lagi kesopanan" sahut bule asal.
Kemudian dari arah belakang rumah terdengar suara gedebuk barang, Diky yang masih berada ditempat tadi kaget dan langsung berlari menyusul Dina.
" Ngapain Dik ?" tanya Dina.
" Kaget Gue " sahut Diky.
" Dasar penakut " bentak Dina sambil berjalan ke arah suara, tiba-tiba si bule menarik tangannya, menggelengkan kepalanya. Dina heran dan memelototkan matanya.
Tiba-tiba pintu terbuka dari dalam, serentak mereka bertiga melihat kearah pintu.
Tiba-tiba pintu terbuka dari dalam, serentak mereka bertiga melihat kearah pintu.
Ternyata ibu yang telah membuka pintu, tanpa pikir panjang si Bule menerobos masuk ke dalam rumah sambil menarik Dina masuk, juga Diky tak lupa di tariknya, kemudian dia menutup pintu dan menguncinya. Ibu menatapnya heran, Dina melongo, kaget dengan tata krama si Bule. Diky juga kaget, tapi dia kaget karena sekilas melihat pemuda yang berada di teras belakang rumah om Sofiyan tetangga Dina, pemuda itu juga menatapnya tajam.
Bule langsung menjelajah rumah, memeriksa jendela-jendela dan pintu. Dina terlihat marah mengekori Bule di belakangnya, juga ibu memasang muka tak bersahabat.
" eh eh Bule, lancang banget ya main nyelonong ke rumah orang" seru Dina sambil menarik kasar tangan Bule, si Bule seakan tersadar dengan sikapnya.
" Coba nyalain tv, kita tonton berita" ajaknya.
Makin bengonglah mereka, ibu mulai tidak sabar, Diky masih saja memandang pemuda yang berada diteras sebelah lewat jendela ruang tamu.
" Siapa sih Din, teman Kamu?" tanya ibu.
"Ga tau Bu, tiba-tiba aja dia nongol di belakang rumah "
" Oh jangan-jangan kamu ya yang berisik dari tadi di belakang, teriak-teriak, ngamuk-ngamuk,mending kamu pulang " kata ibu yang akan membuka kunci pintu menyuruh pulang.
Sontak Bule mendahului ibu menuju pintu,melarang ibu membukanya.
" Lancang ya Kamu" seru ibu, Bule itu menaruh telunjuknya dekat bibirnya lalu menunjuk jendela, ke arah pandangan Diky.
Ternyata tidak hanya pemuda tadi yang berada di teras belakang rumah om Sofiyan, sekarang juga ada dua orang wanita dan seorang pria. Sedang memandang ke rumah Dina, penampilan mereka sangat menakutkan. Ada darah di sekujur tubuh mereka.
" Ya ampun itu kayak bu Sri, yang rumahnya di perempatan " Bisik ibu, sambil menutup mulutnya.
" Apa yang terjadi?"
Bule langsung menutup gorden jendela, kemudian menuju ruang tengah dan menyalakan televisi. Mereka bertiga menyusul bule menonton televisi, mencari canel berita terkini. Bolak balik canel tidak ada yang menayangkan berita yang menjelaskan fenomena ganjil hari ini.
Kemudian Dina berteriak histeris sambil melihat ke layar ponsel android nya. Yang lainnya buru-buru menghampiri, ikut melihat keponsel Dina yang menayangkan video ganjil di facebook. Video itu menayangkan seseorang yang menerkam seorang wanita, yang sedang memadu kasih dengan pacarnya, sang pacar menolong wanita tersebut tapi malah di terkam balik dan di cabik cabik lalu di makan oleh orang itu. Sang wanita pun terlihat kejang-kejang, kemudian perlahan bangkit dan ikut menyantap kekasihnya yang sudah tak bergerak. Video tersebut sepertinya di ambil diam-diam oleh seseorang, yang ingin merekam pasangan itu sedang memadu kasih. Tidak banyak memakan waktu, video itu menjadi viral dan menjadi bahan lelucon. Tidak banyak orang yang mengetahui betapa seriusnya kejadian itu.
" Dini " bisik Dina, ibu melotot kaget kemudian menyuruh anaknya tersebut menghubungi saudarinya. Terdengar suara menghubungkan, tapi tidak di angkat. Dina terus menghubungi Dini dengan raut cemas sambil mengintip jendela, hari mulai sore. Matahari sudah hampir tenggelam. orang-orang Yang berdiri di teras belakang om Sofiyan sudah tidak terlihat.
Ibu duduk di sofa dengan cemas, kemudian beliau memanggil si Bule.
"Coba ceritakan apa yang terjadi di luar" tanya ibu, si Bule duduk di sofa seberang ibu.
" Saya juga kurang paham Bu " Ujar Bule mengawali kisah.
" Kemaren Saya naik motor mau ke rumah teman, di tengah jalan, Saya melihat dua orang sedang berantem. Saya berhenti dan mencoba melerai mereka, tapi salah satu nya menggigit tangan orang yang satunya, sampai robek kemudian robekan itu dimakannya habis"
cerita si Bule, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, nampak kelelahan.
" Orang yang tangannya robek berlari kaget ke tengah jalan dan ketabrak truk, dan orang yang memakan daging itu, saat Saya tengok mau menghampiri. Tapi tidak jadi, seperti ada yang menghalangi" lanjutnya.
" Apa karena matahari bersinar terik?" Tanya Dina tiba-tiba.
" Apa?" tanya Bule
" Itu seperti film Train To Busan, Zombie yang buta apabila di tempat gelap. tapi ini malah kebalikannya, buta disaat terik" lanjutnya sambil ikutan duduk di samping ibu.
" Daebak!! Zombie di negara kita" seru Diky.
" Coba telpon ayah" pinta ibu, Dina pun menelpon ayah.
" Ga aktif Bu, Dini juga ga ngangkat "
" Ya tuhan" ibu mulai khawatir, tangannya sambil memijit-mijit kepala bagian kiri .
" Setelah dipikir-pikir betul juga apa kata Kamu" ujar Bule menunjuk Dina.
" yang mana " tanya Dina.
" Matahari terik, dari tadi siang Aku sembunyi di bawah rumah Kamu. Sudah dua orang zombie yang lewat, bahkan ada yang melihat Aku sembunyi dari bawah pohon belakang"
" mereka ada dibelakang?" tanya Diky ketakutan.
" iya,di hutan belakang sana" sahut Bule
" kebun getah haji Udin, memang di sana gelap apalagi sore " sahut ibu.
Lama mereka terdiam di ruang tengah, di televisi tidak ada satu pun menayangkan berita tentang Zombie.
" Kayaknya Aku harus pulang " kata Diky memecah kesunyian.
" Ibuku kirim sms, beliau khawatir " sambungnya.
" Tapi Dik, ingat Train To Busan....mending tunggu besok terang " bujuk Dina.
" Tapi kasian mamaku sendirian " ucapnya memelas.
" Aku bakal ngebut " lanjutnya.
Kemudian dia bergegas mengintip keluar, sinar matahari hampir lenyap. Dia meminta plester kepada Dina, tapi sayangnya tidak punya.
" Pernah nonton filmnya kan? kedua belah tangan sampai lengan di plester biar ga kena gigit " terang Diky saat ditanya Dina buat apa nyari plester.
" Oh iya bener"
"Kalau paku tembak sama kardus ada ga?" tanya bule.
" Buat apa?"
...💀💀💀💀💀...
Kemudian Diky keluar pelan-pelan menuju motornya di halaman, kedua belah tangannya terlihat berbalut kardus yang di rekatkan dengan paku tembak. Dina dan bule mengintip dari dalam, ibu sudah tak kuasa berdiri saking mencemaskan Dini yang tak jua ada kabarnya.
Saat itu, berjarak 50 meter dari motor Diky ada seorang Zombie wanita menghampiri dengan pelan. Dengan tergesa-gesa Diky memasukkan kunci motor dan menstaternya, macet. Dengan heboh Dina melambai lambaikan tangannya menyuruh Diky balik masuk ke rumah, kemudian dengan mendadak motornya hidup.
Wanita Zombie diam persis di depan pagar rumah yang terbuka, tidak melanjutkan langkahnya menuju Diky, terlihat kebingungan seakan buta akan kehadiran Diky.
Tidak menunggu lama Diky langsung menggas motornya keluar halaman menuju rumahnya. Hari mulai gelap, Zombie mulai bermunculan, berjalan tertatih-tatih menuju suara motor Diky.
" Ya tuhan....ternyata banyak banget. Dan itu kaya haji Udin" tunjuk Dina. Ibu pun menghampiri, ikut mengintip.
" Ya ampun " isak ibu " Dini.... Ayah dimana kalian..."
" Din, angkat noh telpon nyanyi mulu dari tadi " seru Eno yang lagi konsen menggambar.
"Biarin, palingan Dina yang nelpon nyuruh pulang " sahut Dini yang juga asik menggambar desain komik.
" Siapa tau penting Din " celetuk Rina yang kena bagian alur cerita.
Dini, Eno, Rina, dan Yoga sedang mengerjakan tugas kelompok membuat komik yang akan di ikutkan lomba di Mangatoon. Rina di bagian alur cerita karena dia yang pandai membuat mading di sekolah, sedangkan yang lainnya berbagi tugas menggambar, ada yang menggambar tokoh-tokohnya ada yang menggambar pemandangan dan tempat kejadian.
" iya iya deh,,," ucap Dini mengambil ponselnya, blep kemudian ponselnya mati.
" Yah habis baterai " serunya.
" Numpang ngecas dong No" sambungnya manggawel Eno sang empu rumah. Tangan Eno menunjuk kearah televisi diruang depan.
Dini mencari-cari charger ponsel, ternyata yang dicari dari tadi nempel di colokan jadi siap colok saja ke ponsel. Pas mau balik ke tempat nya tadi, secara tidak sengaja dia melihat keributan di luar rumah. Buru-buru Dini mengintip ke jendela depan, Ada seorang laki-laki yang mencoba membuka pagar rumah Eno, tapi tidak bisa kemudian mencoba memanjatnya, hampir berhasil melompati pagar, tapi tiba-tiba seorang perempuan menariknya sampai terjatuh kemudian menindihnya dan menciuminya secara brutal.
" eeuuuchh " seru Dini jijik.
" gayysss, coba liat sini deh, ada orang mesum ga tau malu" teriak Dini memanggil teman-temannya.
Eno dan Yoga buru-buru menghampiri dan ikut mengintip dijendela, sementara Rina tidak tertarik.
" waduh busyeeett " celetuk Eno, sementara Yoga sibuk merekam menggunakan ponselnya.
" cowoknya meronta gitu, ceweknya jelek kali ya " komentar Yoga .
" kalo Elo di posisi si cowok, gimana Ga" tanya Eno asal.
" Ya di ajak ke hotel laaahh" jawab Yoga sekenanya.
Laki-laki itu berhenti meronta, wanita itu tetap sibuk mencium-cium leher dan mukanya. Tiba-tiba sinar matahari perlahan menyinari tempat wanita itu berada, mendadak dia mengangkat kepalanya, wajahnya penuh dengan darah, dan di mulutnya juga penuh dengan sesuatu yang berdarah, wajahnya mengarah kearah Dini dan kawan-kawan .
" hiiiiyy" seru mereka berbarengan.
Wanita itu melarikan diri ke seberang jalan dan masuk kedalam parit.
'' Apa tadi barusan '' tanya Eno
'' Apa kalian liat yang ada dimulutnya? '' tanya Yoga.
''kayak nya leher tu cowo yang di ngangam, bukannya di cium'' lanjutnya sambil meringis jijik.
'' mustahil'' bisik Eno
Dengan mengendap-endap Yoga membuka pintu perlahan
'' ngapain '' tanya Dini
'' bentaaarr....Mau liat situasi'' ujar Yoga.
'' jangan keluar pagar '' bisik Eno.
'' okeh'' sahut Yoga.
Dengan santai Yoga berjalan di halaman menuju pagar, mengintip si laki-laki karena jaraknya yang begitu dekat dengan pagar.
Setelah dekat dan melihat si laki-laki, dia langsung mundur dan mual pengen muntah, dan sekilas dia melihat si wanita yang bersembunyi di gorong-gorong parit seberang menatapnya tajam. Dengan tergesa-gesa dia balik ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu.
'' Kenapa '' tanya Eno
" mati,,," kata Yoga singkat
" maksudnya??" tanya Dini
" orang itu mati, mukanya udah ngga ada " ucap Yoga
" maksudnya??" tanya Eno
" hidungnya hilang,,bola matanya keluar,,bibirnya robek,,dan lehernya bolong" kata Yoga syok.
" kemudian tubuhnya hangus, berasap,," sambungnya.
" kena azab,," ujar Eno dan Dini takjub.
"di makan kayaknya" bisik Yoga
" kalian membahas apa sih " ujar Rina, tiba-tiba dia sudah ada di belakang mereka ikut mengintip keluar. Serentak mereka menoleh kaget.
" sudah sore, Aku mau pulang, besok kita lanjutin lagi" ujar Rina, kemudian membuka pintu dan keluar dengan santainya.
Yang lain memandangnya dengan diam, berharap Rina kaget. Tapi tidak ada reaksi apapun dari Rina, berjalan begitu saja membuka pagar rumah Eno. Yoga yang melihat itu langsung berlari keluar mencari mayat yang dia lihat tadi dan ternyata sudah tidak ada .
" hilang" teriaknya.
" mungkin tadi lagi ada syuting film" lanjutnya lega.
" kok Gue ga tau " sambar Eno.
" kalau lo di beritau, ya kacau lah" sambar Yoga kembali masuk ke rumah.
" Gue juga mau balik, pengen mandi, udah gerah" ujar Yoga sembari membereskan alat tulis dan tasnya.
" Aku juga ah" ujar Dini.
" eh No, numpang pipis dong ya" lanjutnya menuju dapur
" Aku duluan Din" Teriak Yoga sembari ngacir ke belakang.
" Tungguin " balas Dini mengikutinya.
" Bareng !!!" ( WHAT !! ) pulang bareng maksudnya.
Selesai di kamar mandi, Dini langsung berberes perlengkapannya ke dalam tas, kemudian langsung menyusul Yoga di depan.
" Pulang dulu No, ortu lo kapan balik " tanya Yoga.
" nanti malam" jawab Eno.
" Dah Eno,,," ujar Dini melambaikan tangannya.
Sampai di pintu depan, Dini menghentikan langkahnya, diam terpaku.
" Kenapa Din?" tanya Eno menghampiri.
Eno ikutan kaget terpaku, mematung, bingung, heran. Perlahan Dini balik badan, menarik Eno pelan masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Terduduk lemas dibalik pintu, Eno mengintip di jendela.
Hari sudah mulai gelap, cahaya matahari sudah tidak terik lagi. Samar-samar terlihat dua orang bersujud di depan orang yang telentang.
" Apa Yoga ikutan syuting, atau ini prank " ucap Eno, melihat tubuh Yoga yang terbaring sambil di gerayangi dua orang sekaligus.
Dini memegang tangan Eno gemetar, Eno memandangnya, wajah Dini pucat pasi.
" The Walking Dead " bisik Dini.
" Yoga jadi santapan walker" Lanjutnya.
" Oh jadi itu judulnya " ujar Eno kembali mengintip jendela.
Dini baru ingat ponselnya masih di cas,kemudian buru-buru mengambilnya dan menekan tombol power. Nada pembuka ponsel android menyambutnya.
Salah seorang Zombie yang di depan bangkit dan mencari asal suara, Eno buru-buru menghampiri Dini, menunjuk ke jendela. Terlihat Zombie itu menatap dari luar jendela dan menabrak-nabrakkan tubuhnya ingin masuk ke dalam. mereka berdua ketakutan, sembunyi di balik sofa. Ponsel Dini berbunyi, panggilan masuk dari Dina.
Terdengar suara barang pecah di dapur, mereka kaget, Dini buru-buru mematikan panggilan dari Dina kemudian di nonaktifkannya suara ponselnya.
" pintu belakang lupa di tutup " bisik Eno.
Samar-samar terlihat ada yang berjalan tertatih-tatih di ruang tengah, tempat mereka duduk tadi siang. Dini menutup mulutnya, Eno mendekap erat sahabatnya, sama-sama ketakutan.
Terlihat ada cahaya samar masuk dari jendela samping tempat mereka bersembunyi, ternyata lampu dari rumah tetangga. Di sekitar tetangga yang lampunya menyala tidak terlihat zombie satu pun, berbeda dengan yang lampunya padam kayak lampu rumah di seberang, juga di kelilingi Zombie, sama seperti rumah Eno saat ini. Tiba-tiba ada zombie mengagetkan mereka, lewat di jendela tempat mereka menengok keluar, sontak mereka berteriak kaget.
Zombie yang berada di dalam rumah menggeram lapar, berlari ke arah Eno dan Dini. Kagum, Eno dan Dini tak mampu berpikir untuk lari. Tiba-tiba ponsel di tangan Dini bergetar, cahaya di ponsel membuat zombie buta akan sekitar cahaya. Sontak Dini menyorotkan senter di ponselnya ke muka Zombie, makhluk itu kaget dan berlari kearah dapur.
" kayak Lisa" bisik Eno
" siapa,,?" tanya Dini
" anaknya Amang di belakang rumah"
Kemudian mereka mengendap-endap menuju sakelar lampu. ' klik ' lampu luar dan ruang depan menyala. Zombie yang ada diluar dan di teras menjauh, kemudian lampu tengah menyala. Tinggal lampu didapur, mereka berpandangan satu sama lain. Tidak ada yang berani ke dapur.
Dini mengarahkan ponselnya ke dapur,terlihat Zombie Lisa bersembunyi di balik gorden, kemudian beralih ketempat gelap karena sensitif dengan cahaya ponsel.
" pakai ponsel Kamu juga No, giring dia keluar" bisik Dini.
Lampu dapur pun berhasil di nyalakan, kemudian pintu belakang sudah berhasil di tutup dan di kunci setelah Zombie lisa berhasil keluar. Mereka pun bisa bernafas lega.
Dini menatap ponselnya, dan mulai mengetik pesan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!