NovelToon NovelToon

Jejak Virtual SAGA

Bab 1 Pernikahan Misi

Gaffi sedang duduk di depan komputernya, matanya folus pada layar monitor laptop miliknya. Suasana di laboratorium pribadinya penuh dengan suara klik keyboard yang cepat. Sebagai seorang programmer jenius yang di kenal dengan ketekunan nya dalam menciptakan satu aplikasi yang berkaitan dengan dunia virtual, Gaffi bergabung dalam sebuah tim rahasia yang menciptakan sesuatu aplikasi. Aplikasi tersebut belum pernah ada sebelumnya, ia bergabung bersama Profesor Kim. Salah seorang ketua pensiunan BIN Australia yang membentuk badan penelitian sendiri.

Pada suatu malam yang kelam, sambil meneliti kode-kode yang rumit, Gaffi mencari sebuah aplikasi untuk ia kombinasikan dengan aplikasi yang baru di rilis beberapa pekan lalu. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ia pun bergegas keluar dari ruko nya. Jika orang melihat dari arah luar, itu hanyalah sebuah kafe biasa. Tapi mereka tidak tahu jika pemilik kafe itu berhari-hari sering tidak tidur. Ia menghabiskan waktunya di hadapan komputer jika tidak maka ia akan pergi ke markas Tim pencipta aplikasi tersebut untuk misi rahasia. Seperti malam ini, ia harus segera ke markas. Profesor Kim memanggil nya.

Aplikasi ini memiliki kemampuan yang belum pernah ditemukan sebelumnya, yakni mengubah dunia maya menjadi nyata. Segala sesuatu di dalam dunia maya, mulai dari bangunan, objek, hingga manusia, dapat dirasakan layaknya dunia nyata. Melalui sebuah media yang disebut Headset Virtual Reality (HVR). Tiba di laboratorium yang berada di sebuah kawasan hutan. Gaffi di periksa oleh tim keamanan. Ia masuk ke ruangan Laboratorium menggunakan pindai mata.

"Ada apa Prof?" Tanya Gaffi.

"Masalah besar datang menghampiri kita. Semalam kami sudah menganalisis aplikasi yang kita kembangkan. Kamu harus tahu ini lebih dulu." Ucap Professor Kim. Gaffi mendekati layar besar dan menunjukkan algoritma aplikasi yang telah ia ciptakan bersama 99 Programmer lainnya.

"Virus... Sial... Pasti ada yang memberikan aplikasi ini pada mafia-mafia itu. Ada pengkhianat dalam tim ini Prof!" Ucap Gaffi geram. Ia bahkan memukul meja layar tersebut cukup keras.

"Ya, kami sedang mengintrogasi orang itu di ruang khusus. Kita harus menemukan anti virusnya. Karena aplikasi itu sudah di luncurkan. Ada hampir 10 ribu pengguna yang kita jadikan ujicoba program ini. Khawatir menjadi dampak yang mengerikan." Ucap Professor Kim khawatir.

"Apa dampaknya?" Tanya Gaffi

"Aplikasi tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran dan emosi pengguna, membuat mereka menjadi budak teknologi." Profesor Kim duduk dan menatap catatannya.

Gaffi terkejut dengan potensi bahaya yang dihasilkan oleh ciptaan tim mereka. Mereka cukup bahagia beberapa Minggu lalu karena bisa menciptakan satu alat hiburan virtual. Namun nyatanya orang-orang jahat yang punya kepentingan yang kemarin ingin membeli aplikasi tersebut merasa marah karena Profesor Kim menolak. Mereka menyelinapkan orang ke Tim HVR. Dan kini 10 ribu orang yang sedang menggunakan aplikasi tersebut dalam ancaman bahaya.

"Profesor! Bahaya. Virus baru masuk ke aplikasi itu?! Satu pengguna aplikasi meninggal dunia di Jakarta Barat." Sebuah lift terbuka dan terlihat Ken yang tak lain adalah asisten profesor tampak panik dan berlari seraya membawa sebuah dokumen.

"Tidak ada cara lain Gaffi. Kamu harus masuk ke Dunia Virtual itu." Ucap Professor dengan wajah pucat.

"Media aman?" Tanya Profesor Kim.

"Tidak satupun media yang curiga. Namun tim kita menemukan hasil riset jika virus itu menyebabkan kematian. Bukan karena faktor kelelahan." Ucap Ken.

Tampak Mia meloncat dari lantai dua dan mendarat di sebuah trampolin. Ia sudah biasa turun dari lantai dua dengan cara itu.

"Profesor, di Australia ada dua korban." Ucap Mia.

"Saya siap melaksanakan misi Virus itu Prof." Suara Gaffi terdengar geram ketika melihat ke arah layar yang dibuka oleh Mia. Sebuah berita dari tim mereka yang berada di Australia.

"Tapi kamu tidak bisa sendirian. Kamu harus bersama satu Programmer lainnya." Ucap Professor.

Gaffi menoleh.

"Salsa Maharani. Perempuan dari Australia itu akan menjadi tim mu. Itu kenapa aku memanggil mu secara pribadi." Suara Profesor Kim terdengar pelan.

"Tidak masalah." Jawab Gaffi mantap.

"Tetapi kalian harus menikah untuk bisa masuk ke dunia Virtual itu dan menjalani misi ini." Profesor Kim terlihat membuka kacamatanya.

"Apa?! Apa tidak ada cara lain?!" Teriak Gaffi.

Profesor Kim menggeleng dan duduk di kursi favoritnya.

"Untuk masuk kesana kamu harus memiliki hologram dan itu bisa di dapatkan ketika Kalian betul-betul pasangan suami istri di dunia nyata. Aku tidak tahu sistem yang mereka pakai. Tapi aku sudah bicara pada bagian data. Data kalian tak bisa di palsukan." Profesor Kim menyerahkan satu hasil riset selama satu Minggu terhadap virus itu.

Gaffi membuka lembar demi lembar riset tersebut dan ia merapatkan gerahamnya. Hatinya sakit, ia sudah berjanji akan meminang pujaan hatinya. Namun jika tidak menjalankan misi ini, maka korban akan kembali berjatuhan.

"Dua Minggu lagi kamu sudah harus masuk ke dunia virtual. Salsa sudah ku temui. Ia setuju, hari ini kedua orang tuanya akan tiba di Indonesia. Maka lusa kamu bisa mengajak orang tuamu. Hari ini berbicaralah dengan Salsa 4 mata. Jangan sampai ada yang tahu selain kalian jika pernikahan ini hanya Misi." Jelas Profesor Kim.

Tik Profesor Kim merasa bertanggung jawab dan berusaha mencari cara untuk menghentikan penyebaran aplikasi tersebut. Dan mereka butuh pahlawan untuk masuk ke alat tersebut. Maka Gaffi dan Salsa setelah di teliti terpilih menjadi tim yang bisa berangkat.

Gaffi membuang hasil riset itu dengan kasar.

"Kirmkan aku soft copy nya. Aku ingin mendinginkan otak ku.!" Teriak Gaffi meninggalkan laboratorium tersebut.

"Mereka berdua yang terbaik dari 100 programmer lainnya." Gumam Profesor Kim menatap kepergian Gaffi.

(Halo Mak. Mengkhayal ke dunia virtual dulu ya Ma Bang Gaffi. Ini alasan kenapa Bang Gaffi kemarin ninggalin Gendhis. Nah Ada yang ingat dengan Maharani? Hayo tebak Salsa Maharani anaknya siapa?)

Bab 2 Dunia yang Sama

Seorang gadis tampak sedang menikmati tidur siangnya di sebuah apartemen yang terletak di pusat kota. Sebuah usapan lembut pada pipinya membuat mata bundar dan bulu yang lentik itu berkedip. Dengan berat hati, gadis itu membuka kedua matanya.

“Mommy...” suara serak gadis itu keluar dari bibirnya yang merah muda seperti kelopak mawar yang baru mekar.

“Oh my God, Salsa. Come on, wake up. Quickly explain what you mean when you say you want to get married? Who is these man?” Dengan postur yang tegap, Mr. Abhi menatap penuh pada anaknya yang masih bersembunyi di bawah selimut, meskipun sudah hampir tengah hari.

(Ayo bangun. Cepat jelaskan apa yang kamu maksud jika kamu ingin menikah? Siapa Lelaki itu?)

Salsa Maharani, Anak pertama dari pasangan Abhi Athaillah dan Tania Maharani membuka selimutnya. Ia bangun dari tidur dan mencium pipi Tania, ibunya, dengan lembut sebelum bergegas untuk membersihkan tubuhnya.

“Morning Mom... Morning Dad....” Sapa Salsa sebelum menghilang dari pintu kamar mandi dan menguncir rambut panjangnya.

“What? Morning? You see the sun already high above and you call it morning? Salsa, why are you so different from Mommy.” Keluh Mrs Tania pada putrinya.

(Apa? Pagi? Kamu Lihat Matahari sudah berada diatas kepala kamu bilang pagi? Salsa, kenapa kamu berbeda sekali dengan Mama.)

Salsa keluar dari toilet seraya mengelap wajah handuk berwarna putih, ia bahkan memijat hidung mancungnya menggunakan handuk tersebut. Dia adalah seorang Aussie asli yang tumbuh besar di Sydney. Namun karena sesuatu hal ia lebih memilih tinggal di Indonesia bersama nenek dan kakeknya, yang tak lain Ibu dari Mr. Abhi.

“Ayolah Mom... Ini pertemuan kita yang pertama dari 6 bulan yang lalu. Tidak bisakah pertemuan kita ini dimulai dengan menanyakan kabar putri mu ini? Bukan terus mengintimidasi aku untuk sama seperti Mommy?” Ucap Salsa merasa kesal.

Sebuah pemberitahuan dari Tim HVR bahwa aplikasi mereka telah terserang virus. Dan salah satu solusi untuk mencari anti virus itu, ia harus menikah dengan salah seorang lelaki yang baginya bukan kriteria untuk dijadikan suami. Namun kabar sudah ada korban dari Virus itu membuat ia menerima MISI SAGA, sebuah misi dalam pencarian anti virus menggunakan sebuah alat yang telah di persiapkan Professor Kim.

“Tania... Kita sudah sepakat bahwa kita akan mendengarkan dulu apa yang menjadi alasan Salsa untuk menikah mendadak.” Bela Mr. Abhi pada putrinya.

Dengan wajah angkuh Mrs. Tania memicingkan matanya ke arah sang suami.

“Ayolah Abhi... Kamu selalu membela putri mu. Lihatlah dia? Dia jauh berbeda dengan Aryan.” Mrs Tania membandingkan anaknya yang satu dengan yang lain. Salsa sudah tak heran, salah satu alasan ia tak betah berada di Australia karena sikap Mrs Tania yang selalu merasa bangga pada Aryan Athaillah. Saudara laki-lakinya yang hanya terpaut usia 3 tahun dari dirinya.

“Dan Mommy tidak pernah melihat sisi lebih ku. Selalu kekurangan ku. Ayolah Mom, setiap manusia diciptakan tidak sama. Sekarang aku berani adu Aryan dengan kepiawaian ku dalam Program. Bahkan detik ini juga aku bisa memberikan serangan pada Atha Company, tidakkah Mommy ingat bahwa Maharani bisa menciptakan processor terbaru itu adalah karya ku?!” Salsa membalas intimidasi dari perempuan yang telah melahirkannya.

“Oh My God... ok, sekarang katakan siapa lelaki itu dan apakah ia pantas menjadi menantu kami? Ingat Salsa, Mommy tidak menerima kamu bergaul dengan kalangan bawah apalagi menikah? Paham?” Suara tegas Mrs Tania terdengar cukup dingin di telinga Salsa. Gadis itu sibuk menghubungi seseorang melalui pesan.

{Grand Zuri, pukul 17.00. Bawa orang tua mu. Katakan apa yang sudah aku kirim pada mu.}

Tring.

“Ok Mommy, aku jamin kalian tidak akan menolak calon menantu kalian. Aku harap kali ini Mommy bisa memberikan aku sebuah pengakuan bahwa selera kita sama. Bersiaplah nanti sore keluarga mereka mengundang kita makan di Grand Zuri. Jika calon besan kalian dan calon menantu kalian tak selevel. Aku bersedia untuk berubah seperti yang Mommy mau.” Ucap Salsa yang seraya dengan santainya mengenakan jins dan mengenakan kaos pendek berwarna putih di tutupi cardigan berwarna gelap.

Baru Mrs Tania ingin memprotes penampilan sang putri yang masih tak berubah, Mr. Abhi sudah memberikan kode satu jari telunjuk yang menutup kedua bibirnya. Keluarga Maharani terkenal sebagai Captain of Industry di Australia dan Indonesia, sedangkan Salsa selalu tampil dengan pakaian Urban street Style. Yang paling membuat Mrs Tania gerah adalah celana Jins dan kaos oblong putrinya. Gadis itu tak pernah menunjukkan keanggunan dengan pakaian seperti perempuan kalangan atas.

Disaat Mrs dan Mr Abhi dibuat penasaran siapa calon suami sang anak. Keluarga Ammar dan Ummi Arumi justru sedang terlibat obrolan cukup dingin. Ummi Arumi bahkan beristighfar di dalam hatinya berkali-kali ketika melihat foto yang di berikan putra mereka.

“Yang penting seiman dan berhijab nak...” Suara lembut m terdengar kala sang anak mengutarakan bahwa ia ingin menikahi seorang perempuan, wajah teduh Perempuan yang merupakan seorang mantan intelejen itu terlihat khawatir. Sore nanti ia ingin kedua orang tuanya menemui orang tua gadis itu.

“Namanya Salsabila Maharani. Tapi biasa dikenal dengan Salsa Maharani. Dia Putri pertama dari Mr Abhi. Pemilik dari Atha Company di Aussie. Ibunya bahkan pemilik Maharani Group di Indonesia.” Ucap Gaffi seraya menyodorkan sebuah foto perempuan yang tampak menggunakan kacamata dengan celana jins dan sebuah jaket levis di tubuhnya.

‘Astagfirullah....’

“Gaffi! Papa tidak pernah ikut campur untuk urusan kamu dalam memutuskan jalan hidup. Tapi kamu perlu tahu menikah itu bukan sebentar tapi bisa seumur hidup. Apa yang kamu lihat dari perempuan ini?” Tanya Tuan Ammar pada putranya.

“Gaffi... Kamu tahu nak untuk memiliki keturunan yang Sholeh dan sholehah dimulai dari memilih calon istri yang juga Sholehah?” Ingat Ummi Arumi pada putranya. Ia tak habis pikir bagaimana putranya yang ia didik dari kecil namun ketika dewasa justru ingin menikahi gadis yang tak berhijab, pakaiannya pun sangat tidak mencerminkan Perempuan sholehah. Sedang ia sebagai ibunya berpakaian begitu tertutup.

Gaffi berdiri dan menatap sebuah foto keluarga berukuran besar. Terdapat sosok dua orang yang paling dihormati oleh keluarga Mr. Ammar. Dua orang itu adalah Tuan Bramantyo Pradipta dan istrinya yang bernama Ayra Khairunnisa.

“Ya, tapi bukankah Mbah Putri pernah dawuh bahwa kemuliaan seseorang itu bukan pada nasabnya tapi pada Keilmuannya. Dan aku ingin menikahinya karena ia berilmu. Jika dulu papa menikahi Ummi karena kecantikannya. Apakah aku tidak boleh menikahi perempuan karena ilmunya?” Satu usapan ia berikan pada gambar di bingkai itu. Ia usap wajah di potret itu, wajah sang Nenek yang selalu memberikan petuah. Kini sosok itu sudah tiada. Satu tahun yang lalu sosok itu telah meninggal dunia. Dan sejak itu pula Gaffi jarang pulang. Ia lebih terbenam pada misi aplikasi bersama Tim HVR. Ummi Arumi kini menjadi satu-satunya orang yang di dengar ucapan nya oleh Gaffi.

“Baik, jika memang kamu anggap perempuan itu berilmu. Ridho Ummi akan menyertai niat baik mu Nak. Ummi akan memberikan ridho nanti sore, setelah bertemu Salsa.” Jawab Ummi Arumi. Kedua netra Tuan Ammar terbuka sempurna. Ia tak habis pikir bagaimana istrinya bisa berbicara begitu.

Selepas kepergian Gaffi dari ruangan kerja Mr. Ammar. Ummi Arumi menjawab pertanyaan dalam hati suaminya.

“Ada yang disembunyikan oleh putra mu. Jangan lupakan masalalu ku sayang, aku memang sudah tak lagi muda tapi kemampuan intelegensi ku masih sangat tajam.” Ucap Ummi Arumi memandangi Foto Salsa.

“Semoga Gaffi tak ikut jejak mu sayang, dunia itu terlalu kejam dan berat... Aku tak ingin ada salah satu diantara anak kita yang masuk ke dunia semacam itu lagi.” Tuan Ammar memegang kedua pundak istrinya.

‘Apa yang kamu sembunyikan dari Kami Nak?’ cicit Ummi arumi dalam hatinya yang merasa khawatir.

Bab 3 Perjalanan Virtual-MISI SAGA

Kediaman Tuan Ammar terlihat ramai, karangan bunga sebagai ucapan selamat dari kolega Triplet Company dan juga Pradipta Group serta Ayra Shop berjejer hingga puluhan meter di kediamannya. Ucapan yang berisikan selamat kepada 'Ahmad Gaffi Abrar & Salsabila Maharani'.

Hampir semua media tanah air mengirimkan delegasi untuk meliput acara pernikahan yang berlangsung tertutup. Semua pengusaha yang dari dulu ingin bisa menjalin hubungan kekeluargaan dengan Keluarga Maharani juga Pradipta Group kini harus kecewa karena dua perusahaan besar menjalin hubungan kekeluargaan. Bahkan majalah di tanah air membuat judul cukup membuat pengusaha tanah air berdecak kagum.

 "Anak pengusaha Ammar, yang merupakan seorang Tycoon di industri teknologi, menikah dengan anak Mr. Abhi, yang juga merupakan seorang Tycoon dalam bisnis real estate di Aussie."

Jika pengantin lain pada umumnya tentu akan menghabiskan malam pertama mereka di dalam kamar. Tetapi Sepasang suami istri yang sama-sama menyembunyikan karakter asli mereka justru harus memenuhi panggilan mereka.

"Siapkan kendaraan ku. Dan dua helm." Titah Gaffi pada seorang asisten rumah tangga yang selalu membantunya untuk keluar lewat jalur belakang.

Berbeda dengan Gaffi, Salsa justru sibuk memainkan tabletnya.

"Hei, cepat ganti baju mu. Professor Kim meminta kita kesana malam ini. Dan bawa buku nikah mu." Suara dingin dengan nada yang datar dan diiringi lirikan sinis pada sang istri.

Sayang, jari-jemari lentik Salsa terlalu sibuk pada tabletnya. Kedua netra nya tak bergeming. Telinganya mendengar tapi ia tak beranjak dari tempatnya.

"Apa kau tuli?!" Ucap Gaffi gusar. Ia sebenarnya lelaki yang baik dan lembut. Tetapi separuh hatinya harus merasa perih. Ia duduk di sofa dengan frustasi. Seraya fokus mengirimkan pesan kepada seseorang. Dan pesan yang masuk membuat ia merasa geram dan cepat menelpon orang yang mengirimkan pesan padanya.

{Kenapa? Bukankah sudah ku bilang, kamu adalah yang terbaik untuk dirinya?}

'Hah.... Tak usah kamu ucapkan aku tahu jika aku yang bisa membahagiakan dia.... Tapi aku terlanjur menancapkan duri pada hatinya.'

Gaffi beranjak ke balkon kamarnya dan menghubungi seseorang.

"Lakukanlah atau aku akan menikahi dua perempuan sekaligus! Aku tidak pernah bercanda untuk semua yang berurusan dengan hati. Kamu tahu itu..." Napas Gaffi terdengar berat. Ada rasa sesak di dadanya saat ia putus sambungan telepon itu. Gaffi kembali ke kamar dan masih melihat Salsa duduk di posisinya.

"Apa kamu tidak tahu bahwa kita harus bergerak cepat? Setiap nyawa terancam karena aplikasi yang kita ciptakan! Inikah programmer terbaik yang Profesor Kim katakan?" ucap Gaffi dengan suara tinggi, mengeluarkan kekesalannya dengan keras.

Suaranya yang tinggi mencerminkan kemarahan yang tak tertahankan. Kekesalannya meledak dengan kuat, mencerminkan ketidakpuasannya terhadap Salsa yang dari tadi tak merespon ucapannya.

Salsa menatap Gaffi dengan tatapan tak bersahabat, padahal ia adalah seorang istri.

"Inikah cucu dari Ayra Khairunnisa? Inikah Cicit dari Ahmad Rohim? Dan inikah anak dari Ummi Arumi yang dikenal dengan kelembutannya?!"ucapnya dengan suara serak, mencoba menahan kekesalannya yang hampir meledak.

Suami istri itu saling tatap. Ketegangan terjadi diantara mereka. Gaffi merasa tak percaya jika Salsa sampai mencari informasi detail tentang dirinya.

'Sampai ke Mbah Buyut... oh... Jadi kamu sudah mencari tahu latarbelakang keluarga ku. Ternyata kamu adalah programmer yang cukup punya persiapan untuk sebuah misi. Mempelajari siapa rekan mu.' Sebuah tatapan Gaffi berikan pada Salsa, bukan tatapan penuh damba sepasang pengantin baru tapi tatapan rival. Satu sama lain merasa paling benar sendiri. Beruntung sebuah pesan masuk ke jam yang melingkar di pergelangan tangan Gaffi.

{Kendaraannya sudah siap Tuan}

"Cepatlah, ikuti aku. Kita hanya punya waktu 5 jam. Sebelum Orang tua ku bangun!" Gaffi menyambar jaket kulitnya dan membuka lemari. Salsa menyambar tas pinggangnya. Ia mengikuti kemana langkah kaki Gaffi bergerak. Hingga berhenti dibalik lemari, ada sebuah besi yang cukup kecil. Besi teresebut berada di tengah lubang yang hanya bisa di lewati satu orang berukuran badan kecil.

"Use Your belt." Teriak Gaffi dari arah bawah, suami Salsa itu sudah turun melalui besi kecil tersebut. Salsa menggelengkan kepalanya. Ia turun tanpa bantuan ikat pinggangnya. Ia menggunakan kedua tangan untuk merosot kebawah. Tiba di bawah, sebuah motor sport sudah tersedia lengkap dengan helmnya. Satu laki-laki sudah menanti di ujung ruangan. Ia membuka pintu kecil itu dengan cara di dorong. Gaffi sudah menyalakan sepeda motornya saat Salsa baru duduk diatas kuda besi itu.

Gaffi dan Salsa meluncur dengan kecepatan tinggi menggunakan motor sport milik Gaffi.

Gaffi mengendalikan kuda besi berwarna hitam itu dengan lincah melintasi jalanan raya di ibu kota, melewati gedung-gedung tinggi yang menjulang. Dengan helm yang terpasang rapat dan pakaian yang aerodinamis, mereka terlihat seperti dua pahlawan yang siap menghadapi petualangan. Siapa sangka jika mereka adalah sepasang suami istri yang melangsungkan pernikahan megah nan mewah di sebuah hotel.

Tak lama kemudian, mereka meninggalkan keramaian kota dan memasuki jalanan yang lebih sepi. Sepeda motor mereka meluncur dengan gesit melalui tikungan-tikungan tajam dan jalan berliku yang membawa mereka ke luar dari peradaban. Tiba di depan Laboratorium yang terdapat diruang bawah tanah, mereka disambut beberapa penjaga dan baru boleh masuk.

"Kalian tidaj melupakan buku nikah kalian bukan?" Tanya Profesor Kim.

"Apakah anda tidak ingin mengucapkan selamat kepada kami dokter?" Gaffi mengeluarkan buku nikahnya dan ia serahkan kepada Professor Kim. Salsa mengeluarkan buku nikah miliknya melalui tas pinggangnya. Gaffi menatap tak suka pada Salsa. Ia masih terbawa rasa kesal karena tadi Salsa tidak menjawab pertanyaan dan permintaannya.

"Profesor, apakah misi ini bisa berhasil?" Tanya Salsa saat duduk dan menatap layar yang tertera di bawahnya.

"Kami menaruh kepercayaan dan harapan besar pada kalian berdua..." Profesor Kim meletakkan dua buku nikah itu pada alat pemindai. Seketika semua monitor yang berada di dalam laboratorium itu mengeluarkan suara-suara aneh.

Di tengah ruangan, beberapa Profesor lainnya dan beberapa ilmuwan yang sedang sibuk mengoperasikan salah satu komputer. Ken juga dengan teliti memeriksa data yang ditampilkan di layar dan mencatat beberapa kode yang ia dapatkan. Di meja sebelahnya, sekelompok teknisi sedang berdiskusi dengan Mia dalam menyelesaikan tugas mereka.

"Masukan kedalam aplikasi kita. Kita akan lihat apa instruksi selanjutnya." Titah Profesor Kim.

Jari-jemari Mia tampak lincah memasukkan kode-kode yang ia dapatkan.

"Selesai, kita bisa mencobanya malam ini Professor." Ucap Mia penuh semangat.

Gafii dan Salsa menatap layar-layar yang mengeluarkan cahaya kilataan biru dan merah.

"Kalau melihat kode-kode ini, sepertinya ia ingin kita melalui Perjalanan Virtual. Aku pernah melihat kode-kode yang sama seperti ini..." Gumam Salsa.

"Tunggu!" Teriakan Gaffi membuat seluruh anak mata menatap Programmer yang terpilih karena ketelitiannya.

"Ada apa Gaf?" Professor Kim menangkap sesuatu yang cukup mengkhawatirkan dari intonasi Gaffi.

"Rollback! Rollback!" Ucap Gaffi yang berlari ke arah Ken. Ia sudah berdiri dan merangkul pundak Ken. Jari telunjuk nya menunjukkan kode di layar yang ada dihadapan Ken.

"Ini... Rollback. Kita tidak bisa meneruskan. Ini semacam simalakama." Gaffi menatap tajam layar tersebut.

"Malicious programmer... Benar Prof, kita harus rollback." Ucap Salsa ketika ia mengamati seksama kode-kode yang baru saja akan di 'Enter' Oleh Ken dan Mia.

Malicious Programmer adalah sebuah elemen yang sengaja dimasukkan oleh hacker atau penyebar virus yang merugikan pemain dalam sebuah game. Sistem itu menyusun situasi di mana pemain harus membuat pilihan yang salah atau menghadapi konsekuensi yang merugikan, tanpa ada kemungkinan untuk berhasil atau menghindarinya.

Ketika di Rollback, Salsa dan Gaffi saling pandang dan menghela napas tanda mereka harus berjuang keras untuk memulihkan aplikasi yang kini dipakai puluhan ribu orang.

"Hacker ini menginginkan kami melakukan perjalanan Virtual dengan dimensi yang berbeda-beda. Dia ingin kami mengkombinasikan dunia nyata dan virtual." Bibir mungil Salsa mengeluarkan sebuah statement setelah program tadi di Rollback oleh Ken.

"Apakah kalian tidak ingin menunda Misi ini? Aku tidak ingin kalian melakukan perjalanan melelahkan ini sebelum kalian menikmati kelelahan yang lain." Profesor Kim mengangkat dagunya dan kacamata tebalnya ia benarkan posisinya. Ia bisa melihat algoritma yang terpampang. Gaffi dan Salsa harus melakukan perjalanan Virtual itu selama satu malam di dunia nyata sama dengan 7 malam di dunia Virtual. Itu artinya Gaffi dan Salsa harus menikmati malam pengantin mereka di dunia virtual bukan di dunia nyata. Dimana. Perjalanan pertama mereka, hacker yang telah menyiapkan tempatnya.

"Semoga saja sama seperti yang kita set di aplikasi." Gumam Gaffi.

"Aku tidak yakin, coba lihat di antara kode-kode ini." Jari telunjuk Salsa menyentuh layar yang terdapat tulisan 'Generate Random'.

"Semoga bukan zaman manusia purba." Ucap Gaffi ketika sudah siap ke ruangan untuk menuju dunia Virtual. Tetapi saat Salsa mengikuti langkahnya, Ia berhenti dan mencegah ken untuk masuk.

"Tunggu! Aku ingin Mia yang menteleporting kami." Ucap Gaffi. Saat ia paham bahwa mereka harus masuk kedalam kapsul dimana sebelum masuk kedalam kapsul tersebut. Beberapa bagian tubuhnya harus dipasang alat.

"Lalu kamu?" Salsa sudah mau protes.

"Aku bisa memasang alat ku sendiri, apakah kamu lupa jika aku yang menciptakan alat itu. Kamu hanya jago di software tapi tidak untuk fisik." Ucap Gaffi yang dengan cepat masuk ke ruang ganti dan cepat masuk kedalam kapsul. Salsa pun berjalan dan hendak menutup kapsul setelah ia ikut masuk kedalam benda tersebut. Namun sebuah bisikan Gaffi berikan pada Salsa.

"Kita lihat apakah kamu bisa meminta tolong pada orang tua mu di dunia Virtual ini." Gaffi memejamkan mata diikuti senyum smirk.

Mia menutup kapsul yang sudah ada Salsa dan Gaffi.

"System Ready... Please input your code..." Suara monitor yang berada pada kapsul tersebut. Mia menyambungkan selang oksigen tersebut kedalam kapsul dan memasukkan kode.

"Insert Hologram..." Kembali mesin kapsul itu meminta sarat sebelum perjalanan digital untuk Misi SAGA itu di mulai. Ketika dua buku nikah di tempelkan di layar kapsul. Seketika alarm di seluruh ruangan itu berdering kencang. Semua ilmuwan fokus pada layar mereka masing-masing dan Profesor Kim sibuk dengan buku dan pena ditangannya seraya menatap layar yang menunjukkan hasil yang di transfer dari jejak Virtual Salsa dan Gaffi.

Disaat semua orang di laboratorium itu fokus dan serius, semua terasa hening. Gaffi dan Salsa justru sudah masuk ke dunia virtual.

"A......" Teriak Salsa saat ia berputar-putar dan mencoba meraih tangan Gaffi.

"Pegang tangan ku. Jangan sampai terpisah jika tidak ingin perjalanan kita semakin lama disini." Gaffi mengulurkan tangannya seraya berputar-putar mengikuti algoritma gelombang Virtual itu membawa mereka. Saat Gaffi menggenggam tangan Salsa. Tiba-tiba mereka terhempas disuatu tempat. Sebuah portal cepat tertutup ketika tubuh suami istri itu berada di sebuah hutan.

"Bruuugh."

"Posisi yang disukai para lelaki." Gaffi menaik turunkan alisnya ketika kedua mata mereka terbuka. Salsa justru sudah siap memukul dada Gaffi. Ia malu karena bagaimana bisa ia duduk diatas perut Gaffi.

Sayang pukulannya cepat di tangkap Gaffi.

"Eit... Sabar istriku... Lihatlah dibelakang mu..." Ingat Gaffi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!