NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Padamu

Pertemuan Pertama

Aku bertemu dengannya pertama kali di pematang sawah, namun aku jatuh cinta pertama kali padanya di sekolah. Tulis Nayla di buku hariannya.

Inilah kisah cinta Nayla dan Kai.........

Seorang gadis cantik yang masih berumur lima belas tahun tiba-tiba berteriak ke supir pribadinya, "Berhenti!"

suara berdecit ban mobil sedan mewah keluaran terbaru yang direm mendadak, sontak memekakkan telinga dan supir pribadi gadis tersebut menoleh ke belakang dengan wajah kaget dan bertanya, "Kenapa, Non? Non Nayla sakit?"

"Nggak, Pak. Aku cuma pengen jalan-jalan sebentar di pematang sawah ini. Aku sangat menyukai sawah, Pak. Aku suka warna hijau" Sahut gadis yang bernama Nayla itu.

"Oh, begitu. Baiklah. Bapak tunggu di dalam mobil kalau Non Nayla mau berjalan-jalan sebentar"

"Terima kasih Pak Tono" Sahut Nayla sambil membuka pintu.

Lima menit kemudian Nayla mengentikan langkahnya di depan pematang sawah dan dengan santainya dia berteriak, "Selamat pagi Indonesia!"

Nayla kemudian mengulas senyum lebar karena impiannya bisa terwujud di hari ini. Apa itu impian Nayla? Nayla sejak lama ingin berteriak bebas sambil menatap hamparan sawah nan hijau indah.

Nayla kemudian berteriak kembali, "Sejuk banget! Aku sangat suka!"

Lalu, Nayla kembali mengulas senyum lebar sambil berkacak pinggang.

"Woooiiii gadis gila!!!!! Bisa diam tidak?!!!!!!"

Nayla menoleh kaget ke asal suara dan dia seketika terpana melihat ada wajah sapi di dekatnya.

"Hah?! Sapi di jaman milenia bisa ngomong, ya?" Gumam Nayla dengan wajah menatap kedua bola mata sapi yang berada tidak jauh di depannya. Nayla lalu melangkah mundur sebanyak dua langkah dengan mulut ternganga lebar.

"Hei! Aku yang ngomong bukan sapinya yang ngomong! Dasar cewek bodoh! Lihat ke atas!"

Nayla sontak mendongakkan wajahnya dan semakin ternganga saat ia melihat ada cowok sangat tampan duduk di atas leher sapi.

Wah, aku berada di jaman apa, ya? Aku tidak terlempar ke jaman kerajaan, kan? Kenapa di depanku ada cowok sangat tampan naik sapi? Dia pangeran di jaman kerajaan atau seorang malaikat yang turun ke bumi dengan menunggang sapi? Batin Nayla masih dengan wajah mendongak ke atas dan mulut ternganga lebar.

"Hei! Kamu ikan atau manusia, hah? Dari tadi mulut kamu ternganga dan terus mengeluarkan kata, "Wah, wah, wah?! Dasar aneh!"

Nayla refleks mengatupkan rapat mulutnya lalu dengan cepat ia menyemburkan protes, "Aku bukan gadis gila! Aku bukan gadis bodoh! Aku bukan gadis aneh! Kamu itu yang gila, bodoh, dan aneh, menunggang sapi di tengah jalan begini!" Nayla berkacak pinggang dengan mulut mengerucut ke depan dan napas terengah-engah.

"Hei! Lihatlah sekelilingmu! Kita ada di tengah sawah jadi wajar, kan, kalau aku menunggang sapi begini! Minggir! Kau menghalangi langkah sapiku! Dan jangan teriak-teriak lagi! Suara cempreng kamu membuat semua hewan ternak di sini ketakutan dan stres!"

"Aku tidak mau minggir! Kamu minta maaf dulu karena kamu sudah ngata-ngatain aku nggak jelas tadi! Turun dan minta maaf dulu!" Pekik Nayla dengan masih berkacak pinggang dan memasang wajah garang.

Namun, alih-alih menuruti permintaan gadis cantik itu, cowok yang menunggang sapi menggeser mundur pantatnya lalu cowok itu menyentak perut sapi.

Sapi tersebut lalu berjalan lurus ke depan sambil menggemakan suara, "Moooooooo!!!!!!"

Nayla yang masih berdiri dengan berkacak pinggang di depan sapi itu sontak menurunkan tangannya lalu melompat ke samping sambil berteriak kencang, "Kau gila, ya?! Kau mau menabrak aku dengan sapi itu?!"

Cowok tersebut diam seribu bahasa dan saat sapi yang ditunggangi oleh cowok itu berjalan lurus ke depan, Nayla memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan sapi tersebut dan untuk menyelamatkan dirinya dari tubrukan sapi tersebut.

"Moooooooo!" Sapi berjalan pelan melintasi Nayla.

Nayla sontak berteriak, "Dasar cowok aneh! Nggak punya hati! Aaaaaaa!!!!!!" Nayla berteriak kencang saat dirinya jatuh terduduk di atas tanah becek.

Nayla melihat cowok yang naik sapi sama sekali tidak menoleh ke belakang apalagi menolong dirinya.

"Dasar cowok aneh! Nggak punya hati!" Nayla berteriak kencang sambil bangkit berdiri.

Sementara itu, Kai yang terus menyentak perut sapi milik pamannya, bergumam di dalam hatinya, cewek tadi cantik banget. Tapi sayangnya dia aneh dan galak banget, cih! Semoga aku dan cewek itu tidak bertemu lagi. Ih! Amit-amit!"

Nayla duduk di jok belakang mobil sedan mewah milik papanya dengan mendengus kesal, "Jalan, Pak!"

"Non Nayla tidak apa-apa? Kenapa celana, Non penuh lumpur?"

"Nggak papa, Pak. Jalan aja, Pak"

"Baik, Non"

Nayla kemudian bergumam di dalam hatinya, "Semoga aku dengan cowok tadi nggak ketemu lagi. Ih! Amit-amit!"

Keesokan harinya...........

Kai duduk di meja makan bersama paman, bibi, dan adik sepupunya yang bernama Ana. Kai diasuh oleh paman adik dari ayahnya setelah ayah dan ibunya meninggal di kebakaran pabrik milik pengusaha terkenal yang bernama Raka Bagaskara.

"Kak, nanti di kelasku ada murid baru pindahan dari ibukota. Kata teman-temanku dia cantik dan sangat pintar" Ucap Ana sambil mengunyah nasi goreng bikinan ibunya.

"Hmm" Sahut Kai acuh tak acuh.

"Jangan ganggu Kakak kamu kalau lagi makan. Nanti dia tersedak" Ibunya Nayla menepuk pelan lengan putri tunggalnya.

"Iya, baiklah" Sahut Ana dengan mulut manyun.

Pamannya Kai menoleh ke keponakan tampannya dan berkata, "Perusahaan tempat almarhum Ayah dan Ibumu bekerja mengirimkan asuransi kecelakaan kerja yang jumlahnya sangat besar lalu......."

"Paman simpan saja. Kai tidak tertarik. Ayo, Ana kita berangkat sekolah" Kai berucap lalu menenggak habis susu hangat cokelat bikinan bibinya.

"Kalau begitu, Paman akan simpan untuk biaya kuliah kamu dan uang hasil penjualan rumah mewah milik Ayah kamu dan aset berharga milik ayahmu yang lain bagaimana?" Tanya pamannya Kai sebelum Kai pamit dan mencium punggung tangannya.

"Paman simpan juga. Bisa untuk biaya pendidikan aku dan Ana nanti" Sahut Kai lalu Kai mencium punggung tangan paman dan bibinya secara bergantian. Setelah Ana melakukan ha yang sama, gadis cantik berwajah oriental itu berlari kecil menyusul kakak sepupunya.

Satu tahun maut merenggut paksa kedua orangtuanya di kecelakaan tragis masih menyisakan kesedihan yang sangat mendalam di hati Kai, pemuda tampan yang masih menginjak umur delapan belas tahun itu.

Kai kemudian dibawa oleh pamannya tinggal di kota kecil Kota kecil yang sejuk dan ramah itu ternyata tidak mampu membuat hati Kai terasa sejuk dan tidak bisa mengubah Kai menjadi ramah kepada semua orang.

Kai memutuskan untuk menjual semua aset mewah milik ayahnya yakni, rumah besar berlantai dua, dua mobil sedan mewah, dan dua tanah dengan luas fantastis. Kai tumbuh di keluarga yang bisa dibilang cukup kaya. Ayah Kai adalah seorang manajer dan ibunya Kai adalah seorang komandan kepolisian. Di malam nahas itu, Ibunya Kai menjemput ayah Kai ke pabrik dan Ibunya Kai ikut menjadi korban kebakaran di pabrik tersebut.

Mau berusaha sekuat apapun, Kai tetap membutuhkan bahu untuk bersandar, telinga untuk mendengar, dan empati untuk bisa merasa lebih tenang dan nyaman. Namun, ibunya sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya dan dia sudah kehilangan bahu untuk bersandar, telinga untuk mendengar dan empati. Untuk itulah pribadi Kai yang sejak lahir pendiam semakin menjadi pendiam dan karakter Kai yang sulit mengeluarkan ekspresi semakin menjadi-jadi.

Sementara Kai dan adik sepupunya sudah mulai mengayuh sepeda menuju ke tempat mereka menuntut ilmu, Nayla tengah mengeluarkan sepeda mahalnya dari gerbang mewah istana milik papanya.

"Non! Bapak antar saja, ya" Teriak pak Tono supir pribadinya Nayla.

"Nggak usah, Pak. Sekolahannya dekat dari perumahan ini, Nayla naik sepeda aja biar sehat, hehehehe" Sahut Nayla. "Dada, Pak Tono" Nayla melambaikan tangan sambil mengayuh sepedanya.

Pak Tono hanya bisa menghela napas panjang dan membiarkan nona mudanya pergi ke sekolah naik sepeda.

Dua puluh lima menit kemudian, Nayla mengerem dadakan sepeda mahalnya saat dia dihadang oleh lima orang cowok berseragam sama dengan dirinya. Cowok-cowok tersebut berteriak secara bersamaan, "Bayar pajak dulu baru boleh lewat!"

Nayla yang les taekwondo dan tidak pernah menyukai pemalakan, langsung turun dari sepeda dan setelah menstandarkan sepedanya, gadis cantik itu melangkah ke depan dengan dada membusung ke depan dan wajah penuh percaya diri.

"Wah, nantang nih cewek!" Sahut salah satu cowok dari gerombolan cowok berseragam itu dan cowok itu adalah pimpinan gerombolan cowok berandalan itu.

"Tapi, dia cantik banget, Bos!" Sahut cowok yang lainnya.

"Sial! Iya, kamu benar" Teriak dari cowok pimpinan gerombolan tersebut.

"Maju kalian dan rasakan jurusku! Aku sudah lama tidak mempraktekan taekwondoku. Maju!" Pekik Nayla setelah dia memasang kuda-kuda.

"Namaku Leo. Aku ketua geng black scorpio di kampung ini. Jangan melawanku kau pasti kalah! Begini saja, kalau kamu mau jadi pacarku, aku ijinkan kamu melewati jalan ini terus setiap hari tanpa harus membayar pajak" Sahut cowok yang mengaku bernama Leo.

"Cih! Mimpi kau! Ayo maju dan buktikan omongan kamu itu!"

Leo menyeringai lalu ia maju untuk menyambut tantangan cewek super cantik di depannya.

Duel sengit pun terjadi antara Nayla dan cowok yang bernama Leo.

Namun, Leo ternyata bukan tandingannya Nayla. Nayla hampir jatuh di atas tanah dan gadis cantik itu terkejut saat ia merasakan pinggangnya dirangkul lengan kekar. Nayla menoleh ke belakang dan sontak mendelik kaget sambil meluncurkan, "Kau!!!!!! Kenapa kau!!!!!!"

Kai menegakkan tubuh Nayla sambil menggeram, "Aku juga tidak berharap bertemu dengan cewek gila di jalan ini"

Nayla melotot dan berkacak pinggang.

Canggung

"Pergilah! Aku yang akan menghadang mereka" Ucap Kai sambil melangkah pelan ke depan dan menyingsingkan lengan jaketnya sampai ke siku.

Nayla melihat celana abu-abu pemuda yang kemarin dia jumpai naik sapi.

Dia anak SMA juga ternyata. Apa dia seumuran denganku? Batin Nayla.

Nayla melihat punggung pemuda itu dan Nayla tidak bisa mengetahui pemuda tampan itu bersekolah di mana karena seragamnya tertutup jaket kain berwarna biru gelap yang dipadukan dengan warna merah darah di lengan jaket itu.

Jaket kain yang keren. Seleranya oke juga meskipun dia aneh karakternya. Batin Nayla.

"Minggir kau! Cewek itu sudah kalah dariku, jadi secara otomatis dia milikku!" Teriak pemuda yang bernama Leo.

"Benar!" Sahut semua anak buahnya Leo secara bersamaan.

Kai refleks menoleh ke belakang saat ia melihat Leo menunjuk ke arah belakangnya. "Kenapa belum pergi, hah! Cepat pergi! Kau mau terlambat dan kena sanksi?!"

Nayla langsung berbalik badan lalu berlari kecil ke sepedanya. Kemudian dengan cepat ia mengayuh sepedanya menuju ke sekolahan.

Setelah melihat cewek berwajah cantik itu pergi, Kai menghadapkan wajahnya ke depan dan menggeram, "Berani benar kalian menghadang cewek tadi, hah?!"

"Memangnya cewek tadi siapanya kamu, haha?!" Teriak Leo tanya takut.

"Cewek tadi cinta pertamaku dan tidak akan aku biarkan siapa pun merebutnya dariku!" Teriak Kai lantang.

"Aku yang duluan bertemu dengannya kalau ingin mendapatkannya, maka kau harus mengalahkan aku dulu" Teriak Leo.

"Oke! Maju kalian semua!" Teriak Kai.

Leo berteriak ke anak buahnya, "Biarkan aku duel dengan cowok tengik ini kalian jangan ikut campur!"

"Baik Bos" Sahut semua anak buahnya Leo secara bersamaan.

Dia berbadan tinggi dan kelihatan kurus. Tapi kenapa lengannya kekar? Apa dia bisa melawan sendiri kelima anak cowok tadi? Apa aku balik saja? Batin Nayla sambil melambatkan kayuhannya.

Tiba-tiba datang seorang anak perempuan yang memakai seragam yang sama dengannya dan mengayuh sepeda mini berwarna hitam. Anak perempuan itu mensejajari laju sepedanya Nayla sambil menoleh ke Nayla dan berkata, "Dua puluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Kita harus buruan masuk sekolah"

Nayla menganggukkan kepala dan memilih mempercepat laju sepedanya alih-alih berbalik arah untuk menolong pemuda berjaket biru gelap tadi.

Nayla menstandarkan sepedanya dan langsung berlari kecil menyusul anak perempuan sebayanya.

Anak perempuan itu menoleh ke Nayla dan berkata, "Namaku Ana. Nama kamu?"

"Nayla" Nayla tersenyum ramah.

"Kamu anak baru, ya? Berarti kita bakalan sekelas"

"Wah, benarkah. Senang bisa berkenalan dan sekelas dengan kamu, Ana" Pekik Nayla senang.

"Aku juga sama" Ana tersenyum lebar dibanding depan Nayla.

Setelah masuk ke kelas tanpa terlambat, Ana mengajak Nayla duduk satu bangku dengan dirinya.

Ibu guru wali kelas masuk dan langsung menyuruh Nayla memperkenalkan diri di depan kelas.

"Nama saya Nayla Bagaskara. Saya dipindahkan oleh Ayah saya ke kota kecil nan indah, sejuk, dan nyaman ini karena saya sering keluar malam di ibukota, hehehehehe"

Semua siswa tertawa geli mendengar guyonannya Nayla. Ibu guru wali kelas menghela napas panjang lalu berkata, "Tapi, kamu harus pindah kelas, Nayla"

"Kenapa?" Nayla menoleh kaget ke ibu guru wali kelasnya.

"Karena kamu ikut program akselerasi dan kamu harus pindah kelas ke kelas dua belas. Ke kelas IPA 2. Ayo ibu antarkan ke sana"

Ana menghela napas kecewa saat Nayla mengambil tasnya dan berkata, "Maaf kita tidak jadi sekelas dan sebangku. Tapi, aku akan sering main ke sini"

Ana mengangguk dan tersenyum lebar ke Nayla.

Nayla lalu berjalan pelan di samping ibu wali kelas sambil memeluk tas ranselnya.

Nayla terkejut saat ia melihat cowok yang kemarin naik sapi berdiri dengan posisi menunduk di luar kelas IPA 1.

Kenapa aku ketemu dengan cowok gila itu lagi? Dia ternyata sekolah di sekolahan yang sama denganku. Lalu, kenapa dia berdiri di luar kelas? Apa dia kena sanksi karena terlambat? Batin Nayla.

Kai terkejut melihat Ibu wali kelas adik sepupunya berjalan melintasinya bersama dengan cewek gila yang tadi dia tolong. Cewek yang sudah membuatnya sulit tidur semalam. Cewek yang sudah membuat hatinya berdesir aneh.

Nayla melirik Kai lalu berbisik ke ibu wali kelas untuk bertanya, "Kenapa dia berdiri di depan kelas, Bu?"

Ibu wali kelas langsung berkata ke Nayla, "Dia bernama Kai. Anaknya pintar sebenarnya tapi dia suka bikin ulah dan sering kena sanksi"

"Oh" Sahut Nayla sambil menoleh pelan ke Kai dan saat bola matanya bertubrukan dengan kedua bola mata Kai, Nayla langsung memalingkan muka dan membatin, kenapa aku tersipu?

Dia masuk kelas akselerasi. Dia ternyata gadis yang pintar. Wah, kenapa jantungku malah berdegup kencang, nih. Batin Kai.

Waktu jam pelajaran olahraga, Nayla keluar ke lapangan bersama teman-teman sekelasnya dan dia melirik kelas Kai. Kai sudah tidak berdiri lagi di depan kelas dan Nayla menghela napas lega.

Kalau nanti aku bertemu dengannya aku akan meminta maaf karena gara-gara menolongku dia kena sanksi berdiri di depan kelas. Emm, aku juga akan membelikannya roti dan teh botol dingin untuk berterima kasih padanya karena dia sudah menolongku menghadang preman kampung tadi dan aku tidak telat masuk sekolah. Batin Nayla.

Nayla berlari bersama dengan teman-teman sekelasnya dan dia tidak menyadari kalau dirinya tengah mendapatkan tamu bulanan untuk yang pertama kalinya. Nayla merasa lemas dan pening secara tiba-tiba. Lalu, pandangannya menjadi buram dan bruk! Semuanya gelap.

Kai yang tengah melintasi lapangan setelah keluar dari ruang guru mengambil kertas ulangan harian, langsung berlari ke tengah lapangan dan menyerahkan tumpukan kertas ulangan yang sedari tadi dia dekap ke teman yang berada di dekatnya, lalu Kai berjongkok dan membopong Nayla ke ruang UKS.

Kai menunduk untuk melihat bet nama di atas saku kemeja seragam Nayla. Kai lalu bergumam, "Namanya Nayla. Nama yang bagus"

Nayla membuka mata dengan perlahan dan menoleh ke kanan. Dia mendapati Kai tengah membelakangi dirinya dan cowok itu tengah berbicara dengan dokter jaga UKS, "Cewek, emm, maksud saya, teman saya sakit apa, Dok? Kenapa dia bisa pingsan?"

"Dia datang bulan. Ini pertama kalinya bagi teman kamu. Jadi, wajar kalau dia mendadak lemas lalu pingsan. Kalau teman kamu sudah sadar, kamu suruh dia minum vitamin ini. Aku tinggal dulu!" Dokter jaga UKS bangkit berdiri sambil tersenyum ke Kai.

"Baik, Dok" Sahut Kai.

Sebelum Kai berbalik badan, Nayla menutup kembali kelopak matanya dan membatin, aduh! Aku harus gimana, nih? Kenapa jadi canggung begini? Kenapa aku harus datang bulan dan kenapa harus dia yang menolongku? Sial bener nasibku ini, hiks,hiks, hiks! Apa aku tutup mata terus, ya?

Salah Paham

Melihat Nayla masih memejamkan mata, Kai berbalik badan lalu buru-buru berlari kencang dari ruang UKS. Ruang kelasnya dan ruang UKS bersebelahan, jadi sebelum Nayla sempat membuka mata, Kai sudah kembali ke ruang UKS dan berdiri tegak di samping ranjang. Nayla bisa mendengar napas menderunya Kai dan tanpa Nayla sadari dia menggerakkan kelopak matanya sambil bergumam di dalam hati, sial! Kenapa dia balik lagi secepat ini? Aku, kan, tidak bisa bangun dan melarikan diri, hiks, hiks, hiks!

"Kamu sudah bangun. Buka mata kamu dan jangan pura-pura tidur! Kamu harus segera minum vitamin ini!" Suara tegasnya Kai membuat Nayla tersentak kaget dan refleks menyahut sambil merapatkan kelopak matanya, "Aku belum bangun!"

Kai refleks mengulum bibir menahan senyum geli lalu dengan cepat pemuda tampan itu memasang wajah datar kembali dan berkata, "Kalau belum bangun kenapa bisa menyahut? Dasar aneh!"

Nayla sontak bangun lalu duduk bersila di tengah ranjang dan sambil bersedekap gadis cantik itu mendelik, "Berhenti mengataiku aneh! Kamu, tuh, yang aneh. Kalau lihat ada cewek datang bulan, tuh, menyingkir jauh-jauh, eh, kamu, kok malah mendekat. Aneh!"

Kai memilih diam dan setelah menghela napas panjang, pemuda tampan itu menyerahkan satu bungkus obat bertuliskan multivitamin. "Buruan minum! Nih, aku bawakan botol air minum punyaku. Jangan khawatir aku belum meminumnya"

Nayla menerima obat dan botol air minum yang disodorkan oleh Kai lalu dia buru-buru meminum satu kapsul multivitamin. Lalu, dia masukkan sisa vitamin ke dalam saku kemeja seragamnya lalu dia kembalikan botol air minumnya Kai. "Terima kasih" Ucap Nayla dengan wajah datar.

"Aku kira kamu tidak tahu kata terima kasih" Sahut Kai sambil mengempit botol air minumnya.

"Kau........"

"Buruan berdiri! Ibu guru mengijinkan kamu pulang awal dan aku diijinkan mengantar kamu pulang"

"Tidak mau! Tinggalkan aku sendiri!"

"Tapi, itu, emmm........"

"Apa?!" Nayla melotot ke Kai.

"Ini jaketku. Pakailah untuk menutupi rok kamu. Pasti ada noda di rok bagian belakang kamu" Ucap Kai dengan santainya sambil meletakkan jaketnya di atas pangkuan Nayla. "Itu tas kamu. Aku juga sudah ambilkan tas kamu" Kai menunjuk ke bangku yang ada di depan meja dokter UKS.

"Kau........" Wajah Nayla sontak memerah malu seperti udang rebus.

Kenapa dia bisa bilang begitu dengan wajah santai dan datar. Dasar cowok nggak punya hati! Nayla mendengus kesal.

Kai menatap Nayla tanpa ekspresi lalu berkata, "Buruan pakai jaketku untuk menutupi rok kamu dan aku akan antarkan kamu pulang"

"Nggak perlu. Pergi kau! Pergi jauh-jauh!" Nayla berteriak kencang dan melotot.

Kai terpaksa berbalik badan lalu melangkah pelan meninggalkan Nayla sambil berkata, "Jangan lupa pakai jaketku"

"Iya!!!!!!" Pekik Nayla kesal.

Setelah Kai menghilang dari pandangannya, Nayla merosot turun lalu dia memakai jaket Kai untuk menutupi roknya yang beneran ada noda darahnya dan Nayla sontak melepas sprei di atas kasur ruang UKS yang juga terkena noda darah. Nayla memasukkan sprei itu ke dalam tas ranselnya lalu ia berjalan keluar dari dalam ruang UKS sambil menelepon Pak Tono.

Sementara itu, Kai duduk di bangkunya sambil mendengus kesal, "Dasar apes. Nolong orang malah dibentak-bentak. Dasar cewek galak, aneh, gila!"

"Siapa yang galak, aneh, dan gila, Kai?" Suara cewek membuyarkan emosi Kai. Kai menoleh ke asal suara dan cowok tampan itu kembali mendengus kesal melihat Mitha berdiri di samping mejanya.

Mitha adalah teman sekelas Kai yang langsung menembak Kai di perjumpaan pertama mereka dan tentu saja Kai langsung menolaknya. Namun, Mitha tidak pernah patah semangat. Dia terus mengejar Kai.

"Aku lihat botol air minum kamu tinggal sedikit isinya. Aku kebetulan beli dua minuman kotak es lemon tea. Nih, satu untuk kamu"

"Tidak usah. Terima kasih" Kai menolak pemberian Mitha tanpa menoleh ke Mitha.

"Aku letakkan di meja kamu siapa tahu kamu butuh nanti" Mitha nekat meletakkan minuman kotak dingin berukuran cukup besar di meja Kami dan Kai hanya bisa menghela napas panjang.

Setelah sekolah usai, Kai tiduran di atas rumput dengan kedua telapak tangan dia jadikan bantal kepalanya. Halaman belakang sekolah memang selalu menjadi area favoritnya Kai untuk melepaskan penat dan lelah sebelum dia pulang. Kai menatap langit dari bawah pohon rindang kesayangannya. Pohon mangga nan rindang itu selalu setia mendengarkan keluh kesahnya Kai. "Aku menganggap diriku belum membutuhkan ‘cinta’ dan memang saat ini aku masih menjadi orang yang ambisius mengejar prestasi demi prestasi. Aku ingin cepat lulus, lalu kuliah kepolisian dan lanjut ke hukum karena aku ingin menyelidiki lebih lanjut kasus kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah dan Ibuku. Tapi, dalam perjalanan mencapai prestasi itu aku tidak menyangka akan bertemu dengan dia cinta pertamaku. Gadis gila yang aneh, galak, tapi dia juga sangat cantik dan menarik"

Kai menghela napas panjang dan menatap daun hijau pohon mangga itu dan pemuda tampan itu kembali berkata, "Sampai saat ini aku belum bisa melupakan perasaan campur aduk ketika kali pertama aku melihatnya. Aku bahkan tidak bisa tidur semalaman setelah bertemu dengannya untuk yang pertama kalinya. Dia gadis paling cantik yang pernah aku lihat. Perasaan yang penuh ketika aku melihatnya itu sangat aneh karena aku selalu ingin melihatnya"

Kai menjulurkan tangannya ke atas lalu menepuk batang pohon mangga dan kembali berkata, "Apa ini jatuh cinta pada pandangan pertama? Bahkan aku sempat mengatakan ini pada diriku sendiri, bisa-bisanya aku menyukai seseorang di saat aku sendiri tidak mengenali diriku sendiri. Aku masih sangat kacau saat ini”

Makin gaduh lah peperangan antara ego dan perasaan di dalam diri Kai.

Keesokan harinya, Nayla berangkat lebih pagi karena dia malas bertemu kembali dengan gerombolan preman kampung dan malas kalau-kalau dia berpapasan dengan Kai di tengah jalan.

Nayla masuk ke kelas dan langsung meraba pundaknya dengan wajah kaget, "Sial! Kenapa aku lupa mengambil tas ranselku dari keranjang sepeda" Nayla kemudian berlari kencang menuju ke parkiran sepeda.

Nayla menghentikan langkahnya saat dia melihat seorang pemuda berjongkok di depan sepeda miliknya.

"Hei! Kau apakan sepedaku, hah?!" Nayla memukul cukup keras kepala bagian belakang pemuda itu dengan telapak tangannya.

Kai sontak berteriak, "Aduh!" Cukup keras sambil bangkit berdiri lalu berbalik badan dengan perlahan.

"Kau lagi? Kau apakan sepedaku, hah?! Oh, modus, ya, kamu kempesin sepedaku agar kamu bisa memalak aku? Apa jangan-jangan kamu satu geng dengan preman kampung yang bernama Leo kemarin?" Nayla bersedekap dan mendelik ke Kai.

Kai memperlihatkan dua telapak tangannya ke Nayla dan berkata, "Aku membetulkan rantai sepeda kamu. Kau lihat sendiri, nih! Tanganku kotor kena rantai sepeda kamu. Kali aku kempesin ban sepeda kamu apa tanganku akan kotor seperti ini, hah?!"

Nayla membeku di depan Kai karena seketika itu juga Nayla merasakan ada desir hangat di hatinya, ada gelitikan aneh di perutnya, dan ada degup abnormal di jantungnya.

Dia bukan hanya tampan tapi baik banget. Dia rela tangannya kotor seperti itu untuk membetulkan rantai sepedaku. Ah, sepertinya aku menyukainya. Aku sangat menyukainya. Nayla lalu mengambil tas ranselnya dan berbalik badan dengan cepat untuk berlari meninggalkan Kai.

Kai menatap punggung Nayla yang menjauh sambil bergumam, "Yeeahhh, dia lari meninggalkan aku pasti karena dia benci sama aku. Baguslah kalau dia benci sama aku, jadi aku bisa dengan mudah melepaskan rasa sukaku padanya"

Sementara itu, Nayla duduk di bangkunya dan mengelus dadanya sambil bergumam, "Aku benar-benar menyukai Kai"

Sejak peristiwa kesalahpahaman di parkiran sepeda, Kai berusaha menghindari Nayla karena dia merasa kalau Nayla membenci dirinya. Padahal di setiap pagi Nayla selalu menunggu Kai lewat di depan kelas dan biasanya gadis cantik itu pura pura mencuci tangan di depan kelas atau menyiram taman di depan kelasnya.

Nayla bisa merasakan kalau Kai menghindari berinteraksi dengannya. Itulah kenapa Nayla selalu menunggu Kai di depan kelas dan mencuri pandang ke Kai sambil bergumam di dalam hatinya, kenapa aku dan Kai jarang bertemu dan pas-pasan akhir-akhir ini?

Nayla pernah ketahuan melihat Kai saat dia piket kelas dan Kai juga melihat Nayla waktu cowok tampan berwajah dingin itu lewat di depan kelas Nayla sambil berjalan. Lalu, Nayla menundukkan kepala karena tersipu malu dan saat Nayla mendongak kembali, Kai telah menghilang begitu saja.

Tampan sekali. Sayangnya dia dingin dan cuek banget orangnya. Pikir Nayla dengan helaan napas berat.

Tanpa terasa satu Minggu berlalu dan di suatu pagi yang cerah, Nayla berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Kelas-kelas masih banyak yang sepi hanya ada satu dua orang saja yang terlihat tengah menjalankan jadwal piket harian mereka.

Tiba-tiba Nayla merasa seperti ada orang yang berjalan di belakangnya. Awalnya gadis cantik itu mengabaikannya. Namun, langkah orang yang membuntutinya masih terdengar dan itu mulai menganggu padahal di pinggir Nayla masih ada jalan.

Aku sudah kasih jalan ke orang itu untuk mendahului aku. Tapi, kenapa orang itu masih berjalan di belakangku, ya? Pikir Nayla.

Bayang-bayang orang yang membuntutinya pun terlihat. Nayla mulai bingung dan menautkan kedua alisnya, siapa yang membuntuti aku? Apa dia membuntuti aku sejak dari parkiran sepeda? Pikir Nayla.

Akhirnya Nayla mencoba memperlambat langkahnya agar orang itu mendahului langkahnya, tetapi orang itu masih saja berjalan di belakang Nayla dan Nayla bisa merasakan kalau orang itu ikut memperlambat langkahnya.

Aneh sekali. Pikir Nayla.

Akhirnya Nayla tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya. Gadis cantik itu pun membalikkan badan untuk menghadapi orang yang sedari tadi membuntutinya dan Nayla sontak mundur selangkah dengan wajah kaget. "Kai!"

Kenapa dia terus membuntuti aku. Batin Nayla.

Kai dan Nayla saling bertatap muka. Wajah Kai tidak ada ekspresi.

Ya, ampun! Dia memakai jaket yang lebih keren dari kemarin dan baunya harum banget khas cowok banget. Dia ini mau sekolah apa mau fashion show, sih? Rapi banget. Tampan banget. Batin Nayla.

Setelah beberapa detik tertegun dengan penampilan Kai dan terhipnotis wangi maskulinnya Kai, Nayla langsung balik badan untuk berlari kencang masuk ke kelasnya. Jantung Nayla seperti habis lari maraton.

Sial! Pagi-pagi udah di kasih pemandangan yang tidak bagus untuk kesehatan jantung. Kenapa aku malah lari tadi? Harusnya aku menyapanya. Ah, sial! Batin Nayla sambil duduk di bangkunya dan mengacak-acak pucuk kepalanya dengan helaan napas kesal.

Sementara Kai mengerutkan dahi menatap tingkah aneh Nayla dan cowok tampan idaman semua gadis itu bergumam lirih, "Kenapa dia berlari kencang setelah melihat diriku? Apa aku ini lebih mengerikan daripada hantu? Dengan berbagai interaksi yang berusaha aku hindari dengannya, aku justru bisa merasakan kalau dia juga menunjukkan ketertarikannya denganku. Tapi, kenapa dia malah berlari kencang menjauhiku barusan? Dasar gadis aneh!" Kai lalu belok ke kanan dan masuk ke kelasnya masih dengan kerutan di kening.

Kai menatap mejanya dan menoleh ke Delon teman satu bangkunya, "Kenapa ada banyak amplop berwarna merah muda di atas mejaku?"

"Itu amplop dari para gadis yang mengagumi dirimu. Di laci meja kamu ada cokelat" Sahut Delon.

"Cokelat?" Kai melongok laci mejanya dan menatap Delon kembali dengan wajah penuh tanda tanya.

"Ini hari Valentine, Bro! Kamu lupa? Wajar, kan, kalau cowok setampan kita ini dapat banyak surat dan cokelat. Tapi, tunggu dulu! Aku hitung surat dan cokelat yang aku terima cuma ada lima belas. Sedangkan punya kamu, ada, satu, dua, tiga,.........."

Kai duduk bersedekap dan membiarkan Delon Menghitung amplop berwarna pink yang ada di atas mejanya.

"Gila!" Delon melotot ke Kai. "Kau menerima dua puluh lima surat cinta?! Wow! Keren, Bro! Elo sangat keren! Dan cokelatnya........"

"Ambil semua dan bawa pulang!" Kai mengambil semua cokelat di dalam laci mejanya dan memasukan semuanya ke dalam tas ranselnya Delon. Delon sontak semringah dan berkata, "Thank you, Bro!"

"Lalu, siapa yang akan kau ajak kencan nanti malam?"

Kai menatap Delon dengan wajah penuh tanda tanya.

"Salah satu dari amplop pink itu harus kamu pilih untuk kamu jawab, kamu temui orangnya, lalu kamu ajak kencan orangnya"

Kai memungut semua amplop pink lalu memasukkan semuanya ke keranjang sampah dan kembali duduk di samping Delon sambil berkata, "Aku tidak punya waktu untuk cinta-cintaan dan berkencan"

Delon hanya menghela napas panjang.

Namun, di dalam hati Kai bergumam, aku, kok, tiba-tiba pengen banget beli cokelat untuk Nayla?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!