"Shakira, temani saya ke kamar vvip, ya,” tukas dokter Charles ketika memasuki ruang istirahat perawat.
“Siap, dok.” Shakira segera bangkit dari duduknya dan menyiapkan peralatan medis yang akan dibawanya, saat nanti mengikuti dokter senior di rumah sakit swasta tempatnya bekerja.
Teman teman sesama perawat yang sedang mengobrol bersamanya saling menatap canggung. Sebenarnya ngga ada yang salah juga saat mereka sedikit mengistirahatkan pikiran dan tenaga sebelum ada panggilan dari pasien atau dokter yang meminta bantuan mereka.
Sebagai perawat, mereka memang harus siap sedia saja diajak dokternya untuk mengecek keadaan pasien.
“Kamu ngga ingin melanjutkan ke jenjang sarjana?” tanya dokter Charles sambil jalan beriringan dengannya.
“Enggak, dok.”
Sudah sering banget dokter Charles menanyakan hal in padanya. Jujur, rasanya sudah malas dan bosan dirinya untuk kuliah lagi.
Shakira sempat kuliah jurusan yang dia ngga suka selama setahun, kemudian pindah kampus lagi setahun kemudian karena mengejar laki laki yang dia taksir waktu SMA.
Seperti di kampus pertama, hanya bertahan dua semester, begitu juga kampus kedua. Pindah lagi ke akademi perawatan sampai selesai dan bekerja di rumah sakit di kotanya.
Shakira gadis yang pintar. Untuk kampus pertama yang dia ngga suka jurusannya, Indeks Prestasi Kumulatifnya mencapai tiga koma lima puluh enam
Di kampus kedua, jurusannya lumayan dia suka dan juga karena ada cowo yang dia taksir, dia mendapat indeks prestasi kumulatif tiga koma delapan puluh lima.
Tapi karena mendengar kabar kalo laki laki itu dijodohkan, juga sakit hati akibat per kataan laki laki itu, Shakira memutuskan pindah kuliah lagi. Kali ini dia memilih jurusan perawat yang diinginkan mamanya sejak awal dia lulus SMA. Hanya diploma tiga aja, dan Shakira pun mengakhiri karir pindah pindah kampusnya di sini.
Dasar otaknya memang sangat encer, Shakira berhasil jadi salah satu asisten perawat dokter Charles. Dokter spesialis penyakit dalam berusia empat puluh lima tahun yang sudah terkenal mumpuni dan sudah memiliki keluarga harmonis dengan dua anaknya yang sudah SMP dan SMA.
Hanya Shakira yang background pendidikan diploma yang diangkat jadi asistennya-dua bulan setelah dia betugas di rumah sakit.
Selain itu hanya yang sarjana dan sudah berpengalaman minimal tiga tahun. Dokter Charles sudah memiliki empat asisten perawat termasuk Shakira yang dipercayainya.
Sudah dua tahun Shakira bekerja di rumah sakit ini dan dokter Charles ngga henti hentinya bertanya apa dia mau melanjutkan kuliah lagi. Bahkan dokter Charles menawarkan beasiswa. Tapi selalu ditolak Shakira.
Dia sudah bosan kuliah, dia lebih suka mencari uang saja.
“Pasien ini anak teman saya. Dia sangat istimewa. Karena semuda ini sudah jadi executive vise president. Sepertinya dia sebaya dengan kamu,” celoteh dokter Charles sepanjang jalan menuju kamar pasien.
“Oooh.” Dari tipe kamarnya saja Shakira sudah bisa menduga kalo pasien ini memang istimewa. Tumben aja dia yang dibawa. Bukan kak Alisha, Kak Puti atau Kak Garnis yang lebih senior.
Padahal ketiganya ada di sana saat dokter Charles menawarkan bantuan. Tapi malah dia yang dipilih Shakira hanya berharap ketiga seniornya ngga marah dengannya.
"Dia juga single. Siapa tau kalian berdua saling tertarik," tawa dokter Charles berderai.
Shakira menatap datar dokter seniornya yang sepertinya sangat senang hatinya setelah meluncurkan kata katanya barusan. Dia tau sekarang tujuan dokter Charles, kenapa dia yang diajak. Bukan ketiga asistennya yang lain, karena mereka sudah menikah.
Sama seperti niatnya yang ngga pernah henti menyuruh Shakira untuk melanjutkan kuliah lagi, begitu juga dengan kesukaannya menjodoh jodohkan Shakira dengan tenaga medis, pasien bahkan keluarga pasien yang berada di rumah sakit ini.
Tawanya terus saja berderai sampai mereka sampai di kamar pasien. Suara tawanya membuat orang orang yang berada di dalam menoleh pada mereka.
"Hai," sapa dokter Charles ramah dengan menyisakan tawa di wajahnya.
"Masuk Charli," sapa seorag laki laki yang seusia dokter ittu dengan suara berat.
Wajah datar Shakira langsung membeku.
Dia tau siapa mereka. Dan saat matanya bertatapan dengan pasien yang tangan kirinya terdapat selang infus, Shakira cepat berpaling. Tak sudi dia melihat laki laki yang sudah membuat hatinya berdarah darah.
"Kelihatannya executive vise president kita terlalu banyak bekerja," kekeh dokter Charles mendekat. Shakira terpaksa melangkahkan kakinya di bawah tatapan laki laki itu.
"Oiya, Kir, ditensi pasiennya," titah dokter Charles sambil menatapnya.
Dengan patuh Shakira melakukannya.
Dan ada sedikit kelegaan dalam hatinya karena orang tua laki laki itu sudah ngga mengenalnya. Maklum saja sudah sangat lama. Dan dia juga bukan kekasih yang pernah dikenalkan secara khusus pada orang tua laki laki ini.
Dengan tanpa ekspresi, Shakira memasangkan alat tensi di lengan laki laki itu. Ngga ada lagi debar yang dulu selalu menggetarkan hati dan dadanya. Yang ada hanyalah rasa sakit yang kembali muncul tanpa bisa dia cegah.
Laki laki itu-Sam Arkana Husein, sempat menjadi pacarnya selama tiga bulan. Setelah itu Shakira memutuskan menghilang dari peredaran. Ngga nyangka setelah lima tahun mereka bertemu lagi.
Shakira ngga memperhatikan apapun reaksi laki laki itu. Dia hanya berkonsentrasi pada alat tensinya saja.
Shakira yakin, saat ini wajahnya jauh dari kesan ramah yang harusnya dia tampilkan, apalagi ini adalah pasien vvip yang sudah merogoh kocek sangat dalam untuk opname di sini.
"Tensinya normal?" tanya dokter Charles membuatnya langsung menyebutkan angka yang tertera di sana.
"Hem..... Masih cukup tinggi."
"Mama bilang apa. Jangan terlalu bekerja keras. Kamu harus sesekali refreshing," omel wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu dengan suara lembut.
"Setelah Om Charli bolehin kamu pulang, kamu harus ambil cuti," putus papanya kemudian menghela nafas panjang. Dia tau omelan istrinya tadi tertuju padanya juga.
Anaknya sampai nabrak beton pembatas jalan saat akan pulang ketika hari sudah larut malam. Untung keningnya hanya mengalami luka kecil saja.
Shakira menatap ke luar. Dia ingin segera pergi dari ruangan yang semakin terasa pengap ini. Tapi dokter Charli masih saja mengobrol asyik dengan orang tua Sam.
Umtuk menghilangkan rasa ketidaksabarannya, Shakira melihat lihat berita viral di yutub. Tentu saja dengan volume yang ngga dia aktifkan.
Sesekali dia tersenyum melihat tingkah orang orang yang begitu absurd baginya.
Tanpa dia sadari, Sam terus menatapnya walau tau ngga dipedulikan oleh mantan kekasihnya itu.
"Oke, nanti malam akan aku cek lagi. Ingat, Sam, jangan lupa istirahat," pungkas dokter Charles mengingatkan.
Lega rasanya Shakira akhirnya bisa pergi juga meninggalkan ruangan ini. Dia mengangguk kecil pada orang tua Sam sebelum pergi mengekori dokter Charles, meninggalkan ruangan hampa oksigen bagi paru parunya
"Kira, melamun aja."
Shakira hanya tersenyum tipis mendapat sapaan ramah dari Kak Puti, salah satu asisten dokter Charles, sama sepertinya.
"Kopi, kak?"
"Air putih aja."
Dia ngga marah? batinnya sambil mengangkat cangkir kopinya untuk kemudian disesapnya. Kopinya sudah hangat, ngga panas lagi. Memang dia tadi cukup lama menenangkan perasaannya yang bagai dihempas ombak pantai selatan setelah bertemu Sam.
Beruntung tadi dia bisa tetap tenang di hadapan laki laki itu. Menganggap kalo mereka ngga pernah kenal. Meniadakan keberadaannya. Tapi apa seterusnya dia akan bisa begitu setiap kali mereka bertemu?
Tanpa sadar Shakira menghela nafas panjang.
"Tuh, kan, melamun lagi," senyum Kak Puti sambil mengambil gelas dan menuangkan air putih dingin dari dispenser.
Shakira tersenyum lagi. Harinya sangat berantakan karena sudah bertemu Sam.
Tidak cukupkah waktu lima tahun untuk melupakannya beserta kenangan buruk yang menyertainya?
"Gara gara pasien dokter Charles, ya? Biasa itu, mereka memang suka seenaknya. Mentang mentang punya banyak uang, jadi suka seenak hati memperlakukan kita."
Bukan begitu, eh, apa artinya mereka bertiga lega karena sang dokter sudah memilihnya?
Ups, berarti mereka bertiga menumbalkannya? Asem, maki Shakira dalam hati dengan kesal. Padahal tadi dia sudah resah karena takut dianggap mengambil kesempatan emas mereka.
Jadi dia sudah salah paham...
Tapi melihat wajah Kak Puti tampak peihatin menatapnya, membuat Shakira menahan kedongkolannya.
"Ngga... kok, kak. Aku cuma kepikiran pesan mama yang minta aku ijin dua hari,' bohong Shakira. Menurutnya laki laki itu pasti sudah pergi dari rumah sakit ini setelah hari ketiga.
"Mama kamu sakit?" tanya Kak Puti jadi cemas.
"Kurang enak badan gitu, kok."
Tuhan, jangan dengarkan kata kataku barusan, batinnya ketar ketir juga.
Dia terpaksa. Biasanya alasan seperti ini yang paling gampang dikabulkan jika minta ijin.
Karena rumah sakit swasta ini cukup jauh dari rumahnya, Shakira memilih nge kos.
Setiap sabtu sore dia pulang. Dan minggu sore balik kerja lagi. Memang melelahkan, tapi dia senang bisa bertemu keluarganya. Apalagi kalo dia sudah gajian.
"Ya, ngga pa pa kalo gitu."
Yess! Batin Shakira senang. Sore ini dia akan pulang saat pergantian shift. Leganya ngga akan ketemu lagi dengan Sam.
Sebisanya akan dia hindari. Bertemu lagi dengan Sam ngga baik untuk kesehatan hati dan perasaannya.
Shakira pun sudah menghilang dari radar.teman teman seangkatannya.
Semua.itu karena Sam.
Banyak yang menjulidnya karena pernah jadi pacar Sam. Bahkan teman kelompoknya sendiri, bukan menghiburnya ketika dia patah hati. Malah mensyukurinya.
Flashback on
"Serius kamu pernah jadi pacar Sam?" decak Dinta sinis.
Mantan teman SMAnya yang cukup dekat dulu.mendatanginya saat liburan semester.
"Kepo."
"Aku kaget dengarnya. Aku khawatir sama kamu karema harus bergabung dengan kelompok jetset itu," jelas Dinta dengan raut ngga terbaca.
Ya, dia sempat ada di sana, bersama teman teman satu circle Sam yang WAH.
"Mereka ngga nge hina kanu? Jangan tersinggung, kita beda jauh dengan mereka."
"Nggak. Mereka baik semua," bela Shakira rada kesal. Bukannya dia ngga tau kalo Dinta pun senang jika bisa diajak kaum jetset itu kemana mana.
Dulu Dinta pernah beberapa minggu ngga gabung dengan kelompok mereka--dia sendiri, Ningrum, Lena dan Tika. Walau akhirnya dia mencak mencak karena ngga diikutkan lagi pada kegiatan kelompok barunya.
'Syukurlah kalo begitu. Aku juga senang kamu ngga pacaran lagi sana Sam. Sam memang tampan dan kaya banget. Tapi dia sombong. Buktinya kamu dicampakkan gitu aja," cerocos Dinta tanpa tau kalo kata katanya membuat hati Shakira tersinggung.
Dari dulu sampai sekarang kalo ngomong ngga pernah difilter dan suka nyari ribut. Untung Shakira lebih sabar dari teman temannya yang lain, yang bakal membalas kata kata Dinta dengan lebih pedas lagi. Hingga akan terjadi keributan kecil.
Walau setelahnya mereka akan tetap barengan lagi.
"Apa karena naksir Sam kamu sampai pindah tempat kuliah. Sayang loh, Kir. Sekarang kamu malah milih diploma," cecar Dinta lagi.
"Nggak. Aku lebih suka jadi perawat," bantahnya. Ngga sepenuhnya benar. Tapi dia ngga mungkin mengaku terus terang. Bisa tambah diinjak injak dia nanti dengan Dinta.
"Oooh.... Ya, ya. Kalo aku sakit nanti rawat aku ya, suster," senyum Dinta nampak tulus.
Shakira tertawa lepas.. Setelah mereka lulus kuliah, mereka ngga pernah ketemu lagi. Juga teman kelompoknya yang lain. Dia pun sudah langsung diterima kerja karena rekomendasi kampusnya.
Yang dia dengar teman temannya sedang berjuang mencari pekerjaan. Dan setelahnya hanya sekali dua kali mereka bertemu sambil menunjukkan keberhasilan mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan yang cukup mentereng.
End.
Teman teman jetset Sam baik baik semua dengannya. Kecuali satu, si Dean.
Shakira ngga nyangka sedekat itu hubungan pertemanan Sam dan Dean.
Dulu Dean pernah menyatakan suka padanya, saat awal awal mereka masuk SMA di kelas yang sama. Tapi sudah Shakira tolak.
Setelahnya Dean menjadi sosok yang menyebalkan. Tas sekolahnya selalu dalam keadaan terbuka kalo ditinggal ke kantin. Buku buku tulisnya yang masih kosong selalu dicoret coret.
Beberapa kali Shakira terpaksa ngga jajan demi membeli buku baru. Walaupun anak tunggal, orang tuanya hanya bekerja sebagai buruh pabrik saja yang ngga bisa memanjakannya dengan banyak uang.
Dia pun bisa masuk SMA ini karena keenceran otaknya. Ngga dapat beasiswa, tapi mendapat keringanan biaya dari pihak sekolah.
Karenanya dia suka sedih melihat buku bukunya yang sudah tersampul rapi jadi rusak. Dan Dean dengan bangganya selalu mengejek tas yang dipakenya, walau baru, tapi merek pasar.
Laki laki itu selalu menganggunya.
Untung cuma kelas satu saja mereka sekelas. Kelas dua dan tiga sudah ngga pernah lagi
Tapi tingkahnya kalo bertemu Shakira selalu meremehkan dan menjatuhkan mentalnya. Kadang sengaja mengetawainya saat dia lewat bersama teman temannya. Memberinya julukan si miskin ngga tau diri, julukan yang sesuai kenyataan, tapi sangat menyakitkan, bahkan ngga bisa dilupakan sampai sekarang.
Apa salahnya menolak jadi pacarnya. Biarpun ganteng dan kaya tapi Shakira ngga minat. Selalu bolos dan membuat onar di sekolah, gimana nanti masa depannya. Shakira ngga bisa membayangkannya. Apalagi bagi dirinya yang dituntut untuk memperbaiki kehidupannya kelak menjadi lebih baik.
Walaupun Dean ngga akan terlalu menggubris hidupnya akan jadi apa di masa mendatang. Dengan kekayaan orang tuanya, sekolah hanya formalitas saja baginya. Dia bisa jadi apa saja, hidup mewah dan selalu tetap bisa menindas orang semaunya.
Rasanya lega setelah sampai di rumah. Dia menaiki vario 160 ccnya. Agak ngebut. Sudah ngga sabar untuk pulang.
Kak Puti sudah oke saja kalo Shakira langsung pulang sore ini, ngga ikut visit pasien lagi. Bahkan Kak Puti menawarkan bantuannya untuk menyampaikan keinginannya mendapatkan ijin selama dua hari.
Walaupun tadi saat melewati lorong rumah sakit Shakira sempat deg degan karena takut bertemu dokter Charles dan akan menahannya pergi.
Ge-er sekali anda, batinnya mengejek kepedeannya. Padahal belum tentu juga. Siapa tau malah mengajak asistennya yang lain untuk visit pasien istimewanya. Kenapa setelah bertemu Sam, pikirannya jadi gundah gulana. Sebentar pede, sebentar rendah diri.
Shakira.menghela nafas berat. Laki laki itu masih saja bisa mengusik ketahanan dirinya yang sudah lama dibangun.
Lima tahun bukan waktu sebentar, menghindari seseorang yang dulunya sangat berkesan di hati. Tapi kini buyar gara gara pertemuan beberapa menit saja.
Ngga disangka dokter Charles memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga Sam.
Kenapa dia bisa ngga tau?
"Shakira? Kok, pulang? Kamu sakit?" tanya mamanya beruntun ketika melihatnya menutup pintu pagar rumahnya.
"Mama ini loh, anaknya pulang, bukannya dipeluk tapi malah ditanya macam macam," tawa Shakira membuat senyum mamanya tambah lebar.
Dengan manja Shakira pun memeluk mamanya yang jyga dibalas mamanya.
"Papa udah pulang, Ma?" tanyanya setelah mengurai pelukannya.
'Papa lembur. Ayo masuk. Kok, tumben kamu pulang. Biasanya, kan, weekend." Mamanya masih penasaran.
"Aku ijin dua hari, ma. Bosan kerja terus," kekehnya membuat mamanya tertawa gemas. Tangannya menjawil ujung hidung putrinya. Shakira haha hihi saja mendapat cubitan pelan mamanya.
"Memang boleh?" Kini keduanya sudah berada di dapur.
"Kayaknya, sih, mam," tawa Shakira berderai.
Dalam hati mamanya menduga ada sesuatu yang mengganggu pikiran putrinya.
"Apa ada masalah?" selidik mamanya
"Ngga ada, mam. Ohya, Mama masak apa?"
"Mama ngga masak,ngga tau kalo kamu mau pulang," sesal mamanya.
"Ya udah.kita malan di luar aja, mam. Kita makan bakso," usul Shakira.
"Oke, mama setuju."
"Assyiiik, ayo, mam." Shakira pun merangkul bahu mamanya dengan manja.
Mamanya hanya tertawa melihat kemanjaan Shakira .
*
*
*
Malam ini Shakira ngga bisa tidur.
Siapa ya yang nemenin dokter Charles, ya, batin Shakira penasaran.
Rasain, aku ngga bakalan mau ketemu kamu lagi, umpatnya dalam hati dengan perasaan senang campur resah.
Dia aneh, kan? Perasaannya masih saja ngga nyaman padahal sudah melakukan segala cara untuk menghindari Sam.
Flashback on
Tujuh tahun yang lalu.
Kelasnya kedatangan siswa baru. Tampan banget, sampai seisi kelas heboh banget. Namanya Sam Arkana Husein.
Shakira pun sempat terpana melihatnya. Mata mereka sempat beradu pandang. Tapi Shakira mengalihkan tatapannya dari Sam.
Laki laki itu pun duduk ngga jauh darinya. Shakira ngga mau melihatnya lagi. Karena laki laki ini bisa merusak hatinya.
Beberapa hari ini berjalan biasa saja. Tapi seminggu kemudian Shakira merasa aneh, karena laki laki itu mulai sering memperhatikannya.
Shakira mengacuhkannya walaupun hatinya selalu ingin balas menatapnya. Shakira memang melakukannya, melirik Sam diam diam. Tapi hanya sebentar saja, sebelum laki laki itu sadar.
"Kir, ke kantin, yuk?" ajak Gita yabg sudah berada di dekat mejanya.
"Aku di sini aja."
"Kamu takut ketemu sama Dean?" tanya Gita maklum.
"Aku heran aja lihat dia. Ngga bisa move on. Sudah ditolak masih saja suka gangguin kamu," omel Gita kesal.
Wajar Shakira malas mau ke kantin. Dia trauma. Kemarin aja mereka ketemu Dean. Dan Dean dengan jahatnya mengejek Shakira dengan suara kerasnya. Hingga dia jadi tujuan tontonan. Bahkan Sam juga melihatnya.
"Wooii.... Orang miskin ngapain jajan. Puasa sono!."
Shakira hanya bisa menundukkan kepalanya saking malunya. Mana kantin juga lagi rame ramenya. Shakira ingin menangis karenanya.
Dia pun pergi bersama Gita menjauhi kantin
"Ya udah kamu mau nitip apa?" tanya Gita prihatin
"Ngga nitip apa apa. Udah kenyang, " tolak Shakira ysng dibalas tawa.Gita.
"Oke." Gita pun berjalan pergi bersama teman teman mereka yang lain yang sudah menunggu di depan pintu kelas.
Shakira memilih memakan roti bekalnya setelah Gita dan rombongannya sudah ngga terlihat lagi.
Setelah insiden memalukan kemarin, Shakira memilih membawa bekal.
Merasa ada yang melihatnya, Shakira pun reflek ikut menatap ke arah yang memandangnya.
Sam.
Shakira segera melengos. Padahal dia ada di sana kemarin., tapi ngga ada niat sedikit pun unthk membantunya. Malah ikut membiarkannya menjadi tontonan.
Cowo apa an?
Tapi bukan salahnya. Ngga ada yang mau berurusan dengan Dean. Sayangnya Shakira sudah berharap banyak saat melihatnya pertama kali.
Ternyata sama aja. Cowo ngga bernyali.
Shakira kini mengacuhkan kehadirannya dan cepat cepat menghabiskan rotinya.
"Makan roti, seret kalo ngga minum."
Shakira ngga menyahut saat laki laki itu meletakkan sebotol kecil air mineral di mejanya.
Aku bawa minum wooii, batinnya berteriak sebal.
Shakira sengaja mengeluarkan botol minumannya agar Sam melihatnya. Biar dia tau kalo Shakjra ngga butuh apa pun darinya. Ngga mempan..
Setelahnya Shakira mengambil bukunya dari dalam tas, dia pun mulai membaca tanpa peduli apa pu n. Termasuk sebotol kecil air mineral yang diletakkan Sam tadi di atas mejanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!