Alia Shakeela Zanitha adalah nama calon istri dari El. Itu artinya musuh bebuyutan ada di depan mata. Tidak sedikit pun dia memimpikan pernikahan dengan Alia. Cintanya yang kandas dengan Saidah meskipun belum di mulai sama sekali bukan berarti menjadi alasan dirinya harus meluncurkan pernikahan dengan keluarga Saidah lainnya itu bukan dirinya.
" Aku mohon El demi kebahagiaan Mamaku! Apapun akan aku lakukan meskipun itu harus menikah denganmu," pinta Alia seperti tidak tahu malu sama sekali. Sedangkan El merasa malas menanggapi ucapan Alia.
" Meskipun kamu bilang? Enteng ya lidah kamu mengatakan hal sakral menjadi mainanmu! Lidahmu itu benar - benar terlatih semenjak kecil," ujar El begitu menyudutkan Alia. Alia nampak gusar saat El menolak perjodohan ini.
Alia tahu bahwa papa dan mamanya mengharapkan El menjadi menantunya dengan harapan kelak keturunan mereka akan berbobot. Sedangkan Alia tahu Bahwa sampai kapan pun hubungannya dengan El tak akan bisa di satukan.
" El ... Kali ini bantulah aku. Pernikahan ini penting bagiku!" ujarnya sambil terduduk. El yang melihat Alia bukannya terharu, terenyuh atau ingin membantu malah merasa murka.
" Alia! Aku ini seseorang yang menyampaikan kebaikan pada ummat! Jika kelakuanku saja tidak benar bagaimana aku menyampaikan kebaikan lagi. Pahamlah dengan ini! Menikah itu tidak main - main," peringatan El sangat menohok. Tapi itu realitanya. El kini selain pengusaha dia kerap kali mengisi kajian di luar kota dan di dalam kota.
Adam El Kautsar adalah putra semata wayang Zein Abdul Malik dengan Zoya Malik. Yang kemudian di asuh oleh ibu barunya yang bernama Hannah. Itu artinya secara tidak langsung Adam dan yang lainnya saling berhubungan satu sama lain. Adam adalah seorang pebisnis Muda di bidang pangan dan seorang pendakwah di berbagai kalangan. Tak heran jika dia seperti layaknya artis ibu pertiwi. Ketampanan dan kewibawaannya sungguh di acungi jempol oleh masyarakat. Bahkan tak sedikit dari mereka yang ingin menjadikan ustadz muda ini menantu.
" El ... Please!" lirihnya.
" Maafkan aku Alia ... Aku tidak bisa menipu siapapun. Jika kita menikah maka aku harus menjagamu seumur hidupku," jawaban El membuat alia lemas seketika. Alia langsung menitikkan air mata. Dia meracau tak karuan dan El mendengarkan itu semua.
" Aku tak pernah memikirkan sebuah pernikahan sebelumnya El. Aku menikmati kehidupanku yang sendiri. Aku juga tak pernah mencintai siapapun sebelumnya. Aku tidak tahu bagaimana itu cinta. Tapi saat orang tuaku bahagia karena aku itu terpancar karena sebuah cinta. Salahkah aku El ingin membahagiakan mereka?" ujarnya kemana -mana. Sedangkan El merasa di paksa oleh Alia untuk menerima perjodohan ini. Dia bukan tak ingin menikah. Tapi dengan Alia itu bahkan tak ada dalam daftar planning-nya.
" Aku tidak bisa Al. Kau tahu bagaimana kita sebelumnya? Bukan hal baik jika kita memaksakan sesuatu yang tidak kita inginkan," jawab El tegas. Namun sekali lagi Alia mengatakan hal yang tak di jawab oleh El karena percuma.
" Aku mohon El! Apapun akan aku lakukan jika kamu mau menerima pernikahan ini," lirihnya sekali lagi. Namun El pergi begitu saja tanpa mempedulikan Alia.
Aku tidak bisa seperti ini ! Alia ... Ya aku tidak bisa menikah dengannya. Ini sangat riskan bagiku dan Alia ke depan. Semua orang tahu bahwa aku dan Alia saling membenci satu sama lain tapi kenapa malah menjodohkan kami. Sejahat apapun aku padanya aku tak bisa menyakitinya dalam ikatan pernikahan yang akan terjadi ini.
Hiks. Hiks. Hiks.
Alia menangisi kepergian El dari ruangan ini. Orang tuanya pasti akan sedih saat El mengatakan bahwa dia akan menolak pernikahan ini. Pernikahan ini adalah mimpi kedua orang tuanya yang ingin melihat Alia menikah.
" Maafkan Alia Ma ... ," lirihnya.
Harapan Alia pupus saat El menolaknya. Dia berfikir El sudah berubah karena sudah menjadi seorang pendakwah kondang di seantero ibukota. Namun kenyataannya berbeda. Dia masih sama namun sedikit santun cara berbicaranya.
" Harusnya dia berfikir! Dia itu cucu dari seorang Kyai dia punya banyak pilihan tak perlu merendahkan dirinya di hadapanku. Alia ... Alia jangan membuat harha dirimu jatuh karena suatu hal," cerocos El dengan lirih sekali. Dia meninggalkan tempat itu dengan segera.
■ Eh ... Ada serial baru nih! Yuk ah, kepoin dulu ya! Jangan lupa kasih likeeee, komen yang seru dan bintangnya..... Gift serial El dan Al di awal tahun.
El sudah tidak bisa menerima perjodohan ini. Dua bulan berlalu perjodohannya dengan Alia masih belum menguar ke publik. Hari ini kembali ada pertemuan keluarga. Meskipun takdir sering mempertemukan El dan Alia karena perihal yang urgent. Alia menghindar itulah yang El tangkap tapi itu bagus bagi El daripada mereka harus menikah lebih baik seperti ini.
Kediaman keluarga besar Ghazalah. Sore ini Zein dan keluarganya kembali menginjakkan kakinya di sana. Zein memegang pundak putranya.
" Papa percaya padamu El! Kau adalah seorang ustadz dan pemuda dewasa. Pilihanmu tentulah bijak. Kau menyampaikan hal kebenaran pada Ummat maka memutuskan hal ini tentu sangatlah mudah bagimu," ucap sang papa. El hanya menganggukkan kepalanya. Dia tak di paksa oleh papanya. Tapi batinnya sungguh bergejolak.
" Silahkan masuk Zein , Hannah!" Suara Hafla nampak sangat tak asing di telinga El. Paman Hafla adalah kebanggaannya. Dia adalah panutan El. " El ... Masuklah! Paman sudah menunggu putra kebanggaan paman ini," ujar paman Hafla lagi. El menyalami paman dengan takdim.
" Assalamualaikum ... " sapa El pada paman kebanggaannya. Hafla yang tak muda lagi itu mengulas senyum pada El.
" Waalaikumsalam El!" seru paman dengan teduhnya sambil mengulas senyum.
" Haf ... Umma dimana?" tanya Zein pada Hafla.
" Di kamar Zein! Masuklah ... ," ucap Hafla pada papa El.
El menatap papanya dengan penuh tanda tanya. Kenapa menanyakan Umma. Apakah terjadi sesuatu pada Umma makanya dia sekeluarga datang. Namun dia kembali mengulas senyum pada paman Hafla. Dia tak menemukan Alia di mana pun itu bagus. El kemudian pamit ke belakang sebentar. Sementara yang lain bercengkeramah satu sama lain.
El kemudian berjalan menuju kamar mandi dapur. Namun pendengarannya terusik karena Umma menangis dan kondisinya sedang sakit. El yang mendengar sedikit tidak enak hati.
" Alia menolak menikah dengan El Zein! Impian Umma melihatnya menikah seakan kandas Zein," tangis Umma yang terbaring.
" Umma ... " lirih Zein sambil mencium punggung tangan mertuanya itu. Dia dan ibu Hannah begitu dekat sekali.
" Zein ... Apakah El juga menolak perjodohan ini? Dia pemuda baik apakah dia tidak mau menikah dengan Alia. Alia ... gadis itu selalu menolak untuk menikah. Kami pusing di buatnya," curhat Umma pada Zein. Papa El itu tersenyum sangat ramah sekali. Zein memeluk ibu mertuanya penuh kasih sayang.
" Umma ... Zein yakin El tidak akan menolak perjodohan ini. Selama ini dia tak pernah menunjukkan penolakan. Semoga saja El bisa membujuk Alia untuk menikah. Zein dan El bahagia sampai saat ini karena Umma dan Hannah. Pasti El juga ingin membahagiakan Umma jadi jangan khawatirkan apapun. Umma harus sembuh," jawab Zein dengan menyemangati Wanita lanjut usia itu yang masih nampak ayu.
Nak, papa harap kamu tak menolak perjodohan ini. Papa belum sempat menanyakan padamu tapi papa yakin Alia akan membahagiakanmu kelak. Didikan keluarga Ghazalah tak pernah salah. Batin Zein sambil tersenyum pada Umma.
El yang mendengarkan pembicaraan itu terkejut dan mundur ke belakang. Dia bingung bagaimana menyikapi ini semua. Umma sakit karena terlalu memikirkan Alia yang tak mau menikah. El paham bahwa Alia mengatakan itu karena dirinya yang menolak Alia.
" Eh ... El kok di sini? Sudah ke kamar mandinya," tanya Hagla yang baru saja datang dinas. Dia masih saja dapat tugas di hari kedatangan tamu pemuda yang akan melamar putrinya. Ya, Hagla yang tadi baru datang menanyakan keberadaan El. Semua orang mengatakan ke kamar mandi.
" Sudah paman ... " jawabnya bohong. Dia sungguh tak nyaman saat ini. Semuanya sudah serba salah. " Oh ya paman ... Di mana Alia aku tak melihatnya semenjak tadi?" tanyanya dengan serius.
" Dia ... Tadi paman lihat ada di klinik pontren El. Coba lihatlah dan ajaklah dia kemari. Paman mau bersih - bersih dulu," ucap Hagla. El mengangguk iya dan pergi ke arah pontren.
Sesampainya di sana dia melihat Alia sedang mengobati salah satu santri yang terluka. Dia menatap Alia dari luar melewati kaca jendela. Alia nampak mengatakan sesuatu yang membuat pasiennya itu terhibur atau lebih tepatnya teralihkan. 10 menit El menunggu sehingga pasiennya itu keluar dan mengangguk sebagai rasa hormat pada El. Tanpa menunggu lagi El masuk dan menemui Alia.
" Aku ingin bicara Al!" serunya agak dingin.
" Aku tahu kamu akan menolaknya. Kita sudah membahasnya sekitar 2 bulan lalu. Jadi, jangan di ulangi lagi. Umma juga tahu hal itu," jawab Alia enteng sambil mencuci kedua tangannya. El rasanya tidak tahu mau memulainya darimana. Ini dia merasa seperti buah simalakama.
" Menikahlah denganku!" serunya dengan tiba - tiba. Alia yang mendengar jadi menatap El dengan tajam.
" Kamu lupa dengan kata-katamu pernikahan bukanlah hal yang main - main dan aku sedang tidak ingin bermain. Biarkan saja semuanya kecewa padaku setidaknya aku tidak mempermainkan hidup seseorang yang sangat perfect di hadapan umum," ujarnya panjang lebar untuk menanggapi ucapan El.
" Apapun yang kamu katakan itulah jawabanku hari ini. Setelah menikah aku tidak akan menyentuhmu kecuali jika kita saling cinta dan menginginkannya. Satu lagi gunakanlah Cadar setelah menikah denganku jangan biarkan aku menikmati wajah itu saat aku tidak mencintaimu," cerocos Ustadz El Kautsar membuat hati Alia terbakar dan kesal bahkan saat ini meradang.
" Apa??!!!! Kamu pikir aku patung selamat datang??? kamu pikir aku mainanmu hmmm??? Egois kamu El!!!" serunya untuk pertama kali dia memanggil nama El. Pemuda itu menyorot calon istrinya itu.
" Lalu? Maumu bagaimana? Apakah setelah kita halal, aku menjamahmu tanpa cinta?! Apakah begitu? Katakan! Aku akan memenuhinya jika itu keinginanmu," jawaban yang mengejutkan dari El. Entah bisa di sebut apakah itu? mengejek ataukah sebuah Hinaan bagi Alia. Rasanya sakit bagi Alia.
" Kita tidak perlu menikah!" jawab Alia seketika tanpa berfikir panjang. El tersenyum sinis.
" Harusnya kamu melihat bagaimana Umma sangat Sakit atas ucapanmu itu!" serunya membuat Alia menatap tak suka ke arah El.
" Dan itu karena El! Kamu yang menolakku," protesnya dengan sebal sekali.
" Maka dari itu! Menikahlah denganku sebelum aku berubah pikiran lagi. Aku tunggu di ruang pertemuan keluarga kita hari ini!" serunya dengan nada mengesalkan sekali. Alia tak suka gayanya yang sok iya itu.
Pria gila! Kemarin menolak sekarang mengajak menikah. Omelnya.
Maaf Alia aku terpaksa menikahimu. Aku tidak bisa membuat Umma sedih. Umma adalah alasan kebahagiaan papaku dan diriku dulu hingga sekarang.
El dan Alia pun berjalan menuju ndalem. Mereka berdua di sorot para santri. Dia begitu kacau kala mendapati keputusan El. Pemuda itu sudah membuat hidupnya dalam ombang - ombing. Harusnya tak begini bukan? Kemarin Alia di tolak kini dia merasa di permainkan dengan keputusan sepihak dari El.
Di dalam ruang keluarga semua orang sudah berkumpul. Tak berselang lama acara khitbah itu di mulai setelah Alia masuk ke dalam ruangan. El bahkan tak menunjukkan tatapannya. Dia hanya menundukkan pandangan saja.
" Assalamualaikum Wr. Wb. kedatangan kami kemari untuk mengkhitbah ananda Alia Shakeela Zanitha untuk putra kami Adam El Kautsar. Monggo kiranya di terima dengan baik dan kami membawa calon pihak laki -laki untuk di pertimbangkan apabila si El kurang tampan atau kurang gagah atau kurang mumpuni imannya? Jelek ya Al mas El?" sontak saja semua keluarga tertawa mendengarnya. Umma nampak tersenyum dengan guyonan Zein. El hanya tersenyum kecil. Sedangkan Alia hatinya berkecamuk. Dia melirik Umma yang menatap sendu ke arahnya. Berharap cucunya itu menerima dengan lapang El sebagai suaminya.
" Waalaikumsalam keluarga besan! Wah, jika sudah ada sebutan besan berarti di terima ini ya!! Sebentar saya tanya calon mempelai perempuannya ini. Alia jawablah pinangan dari keluarga El!?" pinta sang Papa padanya. Alia menatap papa-nya. Dia pun memegangnya dengan pelan.
" Bismillahirrohmanirrohim .... Saya hanya perempuan biasa yang terkadang tutur kata ini sangatlah kasar. Terkadang masih egois dalam menanggapi beberapa hal. Seandainya saya suatu hari tidak seperti yang di harapkan apakah Mas El masih menerima saya dalam kekurangan???" pertanyaan itu di ajukan pada El. Zein tersenyum dan memberikan microphone- nya pada El. Pemuda itu menerimanya dengan tatapan datar namun bersahaja.
" Bismillah ... Saya jawab pertanyaannya. Kita menikah untuk melengkapi sebuah hubungan bukan untuk mencari seseorang yang sempurna. Jadi, mana kala suatu hari istri saya tidak sesuai yang saya harapkan maka kita sebagai pasangan harus saling instropeksi diri dan membicarakan kembali permasalaahannya untuk sebuah penyelesaian. Mungkin mudah dalam berkata namun sulit dalam realita tapi bukan tidak mungkin. Percayalah jika saya mengkhitbah maka saya siap menjadi imam dengan konsekuensinya," jawab El dengan sangat matang sekali. Sedangkan Alia yang melihat dan mendengarnya itu sangat ingin melempar El dengan Mic yang dia pegang.
Mulutnya itu manis sekali!!! Oh ya aku paham dia memang seorang ustadz pantas dan wajar jika omongannya sangat luwes sekali. Ck. Bodoh amat.
" Bagaimana Teteh Alia? Maukah menikah dengan orang awam ini?" tanya El dengan menatap Alia sambil sedikit mengulas senyum.
Teteh katanya?
Alia lama menjawab sampai paman menyenggol pundah Alia. Dia pun tersenyum bingung. Namun pada detik berikutnya.
" Ya ... Alia mau menikah dengannya," jawabnya dengan membuat orang semua tolah toleh. Kok menikah dengannya? Bukannya yang bertanya El langsung.
" Al ... kamu mau menikah dengan siapa kenapa jawabannya menikah dengannya," bisik Mama. Seketika Alia membola.
" Eh ... Iya Alia mau menikah dengan Mas El," jawabnya membuat mereka semua menghela nafas lega.
El pun hanya sedikit mengulas senyum. Dia mendapati Alia nampak enggan tapi dia biarkan itu. Saat ini kesehatan Umma adalah terpenting baginya. Meskipun umma adalah nenek sambung baginya tapi Umma tetaplah yang terbaik dalam kehidupannya.
Semua keluarga sedang menikmati hidangan. Sedangkan El mendapatkan telpon sehingga harus segera mengangkatnya.
" Ada apa salman?" tanyanya nampak serius.
" Pak ... Perusahaan sedang butuh anda! Anda sudah sering berada di luar perusahaan karena banyak agenda ceramah," ujar tangan kanannya itu. Adam adalah panggilannya di kantor. Pemuda itu nampak menghela nafas. Iya dia hampir sebulan ini jadwal ceramahnya agak padat di kalangan masyarakat.
" Aku akan ke kantor besok! Saat ini tanganilah aku sedang ada acara keluarga," jawabnya dengan mode datar.
"Baik pak!" serunya dengan sigap.
Seusai berbicara dengan Salman El nampak menutupnya. Dia yang akan kembali ke ruangan mendapati Alia pergi ke sebelah rumah entah apa yang dia lakukan di sana.
Saat El Melihat ke sana dia mendapati hal yang membuatnya ingin tertawa untuk pertama kalinya.
" Apa mulutku ini tidak bisa di kendalikan! Bukankah aku dia sudah menolakku dan aku pun menolak perjodohan ini. Lalu, apa yang aku katakan tadi!!!! Kenapa aku malah menerimanya??? Apa mulutku ini bodoh untuk memahami sesuatu. Ah, sial ... Saat ini bahkan tidak ada waktu bagiku untuk mengatakan tidak. Mereka sudah menentukan tanggalnya. Aaaaa,"
" Sudah puas??? Mengomelnya, masuklah mereka menunggu kita untuk mengatakan sesuatu!" serunya dengan datar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!