"Maaf, tapi sepertinya hubungan kita berakhir sampai di sini saja."
Seorang wanita kantoran yang mengenakan jas, mengatakan itu dengan nada dingin kepada seorang pria yang duduk di depannya.
"Mengapa?! Apa yang salah?! Mengapa kau ingin mengakhiri hubungan kita?!"
Pria itu berkata dengan nada tinggi kepada sang wanita, namun si wanita tersebut dengan tenang menyeruput kopinya, tidak menggubris amarah sang pria.
"Tidakkah kamu sadar? Tidak ada masa depan dalam hubungan kita. Aku memiliki karir yang harus kukejar, sedangkan kamu? Kamu hanya menjadi pelayan di restoran milik orang tuamu."
Wanita itu berkata tanpa sedikit pun menatap mata sang pria.
Merasa bahwa apa yang dikatakan oleh sang wanita itu benar, sang pria tidak bisa apa-apa selain menunduk mengakui kekurangannya.
"Tapi... Aku sudah berusaha, kan? Aku sudah melakukan apa pun yang kubisa untuk memenuhi kebutuhanmu. Apakah itu masih kurang?"
Pria itu berkata dengan nada lirih, tidak mampu mengangkat suaranya apalagi menatap mata sang wanita.
"Aku akui bahwa usahamu itu memang cukup menyentuh, tapi kita harus realistis. Kita berada di dunia yang berbeda. Kita harus mencari pasangan yang setara, dan sayangnya, pasanganku itu bukan kamu."
Sehabis mengatakan itu, dengan sikap anggun, sang wanita memanggil pelayan dan membayar tagihannya.
"Tunggu, apa maksudmu? Pasanganmu itu bukan aku? Hei, kita sudah bertunangan! Mengapa kau mengeluarkan pernyataan seperti itu?!"
Pria itu sekali lagi meledak dalam emosinya, tidak terima atas perkataan si wanita.
"Bukan sudah, tapi pernah," jawab si wanita.
Secara acuh tak acuh, wanita itu kemudian melepas cincin di jari manisnya dan memberikannya kepada sang pria.
"Aku sudah memutuskan untuk membatalkan pertunangan kita. Orang tuaku juga sudah menyetujuinya. Jika kamu ingin aku untuk mengembalikan semua yang pernah kau berikan kepadaku, tuliskan saja nominalnya, aku akan segera mentransferkan uangnya ke akunmu."
Dengan itu, sang wanita bangkit dari tempat duduknya.
Sebelum ia pergi, ia menatap sebentar ke wajah sang pria.
"Dengan ini hubungan kita sudah berakhir. Kuharap kamu dapat menemukan penggantiku secepatnya. Selamat tinggal."
Mengatakan itu tanpa ekspresi, sang wanita pergi meninggalkan si pria yang terdiam membisu di sana.
Pria itu bernama Raul, seorang pemuda berusia 23 tahun yang tidak bekerja dan hanya menghabiskan waktunya untuk membantu bisnis restoran keluarganya sebagai pelayan.
Restoran keluarganya bukanlah restoran besar, melainkan restoran sederhana yang jarang didatangi pelanggan, itu sebabnya ekonomi keluarganya tidak begitu baik yang membuat tunangannya memilih untuk meninggalkannya.
Mereka sudah berhubungan sejak SMA, dan memutuskan untuk tunangan setelah lulus kuliah. Namun sayang, hubungan mereka tidak mampu bertahan lebih lama lagi karena adanya kesenjangan yang cukup lebar di antara mereka.
Setelah melamun cukup lama, Raul secara perlahan bangkit dan pergi meninggalkan kafe tempat mereka bertemu.
Raul berjalan tanpa tujuan dan berakhir di jembatan dengan sungai yang mengalir deras di bawahnya.
Raul berhenti di tengah jembatan, menatap aliran air yang mengalir tepat di bawahnya.
Kemudian, Raul mengeluarkan dua pasang cincin dan menatapnya cukup lama.
Raul tidak menyangka bahwa hubungan mereka akan berakhir seperti ini di mana wanita yang sangat dicintainya, yang dulu mencintainya tanpa syarat, sekarang telah pergi meninggalkannya.
Di benaknya, Raul sadar bahwa itu adalah salahnya karena tidak berusaha lebih keras dalam mencari pekerjaan yang layak dan malah menyerah lalu bersembunyi di balik ketiak orang tuanya.
Ia sadar akan hal itu namun ia masih tidak terima.
Raul tidak rela tunangannya pergi meninggalkannya, tapi di sisi lain ia juga tidak bisa melakukan apa-apa atas hal itu.
Raul merasa tidak berguna dan gagal sebagai seorang pria.
Dengan perasaan sakit dan penuh penyesalan, Raul menjatuhkan dua cincin itu ke sungai.
"Selamat tinggal," ucap Raul kepada kedua cincin yang pernah menjadi saksi atas kisah cintanya dengan tunangannya.
Ditelan oleh aliran sungai, kedua cincin itu menghilang dari pandangan Raul.
Menundukkan kepalanya ke bawah, Raul menangis, dan di saat ia sedang tenggelam dalam kesedihan, sebuah suara terdengar.
[Ding!! Sistem diaktifkan!]
"Huh?"
Terkejut oleh suara yang datang entah dari mana, Raul mendongak.
Di hadapannya, melayang sebuah layar transparan berwarna biru dengan beberapa tulisan di atasnya.
\=\=\=
Squandering System
Status: Aktif
Sinkronisasi sedang berlangsung.....
\=\=\=
Kaget atas apa yang dilihatnya, Raul terjengkang ke belakang dan terduduk di tanah.
"Apa-apaan ini? Apa aku berhalusinasi?"
Raul mengucek matanya berkali-kali, tapi layar yang ia lihat tetap melayang di depannya.
Merasakan kebingungan dari tuannya, sistem itu mulai menjelaskan.
[Ding!! Mendeteksi ketidaktahuan Tuan Rumah!!]
[Saya adalah Squandering System yang ditugaskan untuk membantu Tuan Rumah.]
[Tugas utama sistem adalah memberikan hadiah yang sesuai atas setiap pemborosan yang dilakukan oleh Tuan Rumah.]
Sesaat setelah sistem menjelaskan, sebuah perubahan terlihat di layar.
\=\=\=
Squandering System
Tuan Rumah: Raul McAllister.
Kemampuan: Tidak ada.
\=\=\=
[Ding!! Mendeteksi perilaku boros Tuan Rumah.]
\=\=\=
- Membuang dua cincin emas dalam keadaan sadar.
Hadiah : [Ganteng]
\=\=\=
[Ding!! Melakukan update.]
\=\=\=
Squandering System
Tuan Rumah: Raul McAllister.
Kemampuan: [Ganteng]
\=\=\=
[Ding!! Selamat atas pemborosan dan hadiah pertama Anda!!]
[Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan tanyakan saja.]
Raul yang menyaksikan semua itu, hanya bisa tertegun, tak mampu memproses apa yang baru saja dilihatnya.
Diberikan kesempatan untuk bertanya, tentu saja Raul tidak menyia-nyiakannya.
"Um, apa itu Squandering System?" tanya Raul, sedikit berhati-hati.
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Sesuai namanya, Squandering system adalah sistem pemborosan yang akan melakukan pertukaran yang setara atas setiap pemborosan yang dilakukan oleh Tuan Rumah.]
[Setiap harta yang dihambur-hamburkan oleh Tuan Rumah, akan mendapatkan ganti yang sesuai dari kami dalam bentuk [Kemampuan].]
Mendengar penjelasan dari sistem, Raul samar-samar mulai memahami apa fungsi dari sistem yang tiba-tiba muncul tersebut.
"Um, lalu, apa fungi [Kemampuan] ini?"
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Kemampuan berfungsi untuk membantu Tuan Rumah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuat hidup Anda berkali-kali lipat menjadi lebih mudah.]
[Sebagai contohnya [Ganteng], Kemampuan ini membuat wajah Tuan Rumah menjadi tampan tiada taranya.]
[Sistem memberikan kemampuan ini karena mendeteksi bahwa Tuan Rumah baru saja mengalami kegagalan dalam kehidupan romansanya, dan berharap bahwa Kemampuan ini dapat mempermudah Tuan Rumah dalam menemukan cintanya yang baru.]
"Huh?"
Raul mencoba mencerna informasi yang beru saja dia dengar.
Raul mendapat kesimpulan bahwa jika ia menghambur-hamburkan sesuatu, maka ia akan diberi Kemampuan oleh sistemnya, dan Kemampuannya ini akan disesuaikan dengan hal yang paling ia butuhkan pada saat itu.
Mencoba mengkonfirmasi kebenarannya, Raul merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya dari sana.
Ia kemudian menyalakan ponselnya dan membuka kamera depan.
Saat Raul melihat wajahnya, ia takjub.
Itu adalah wajahnya yang masih sama seperti yang ia lihat setiap kali ia bercermin, tapi dengan bentukan yang lebih bagus dan proporsional. Wajahnya juga terlihat lebih bercahaya seolah ia rutin melakukan perawatan mahal.
Merasa bangga akan wajahnya sendiri, Raul memotret dirinya berkali-kali hingga puas.
Setelah kepuasannya terpenuhi, Raul bertanya lagi kepada sistem.
"Apakah orang lain bisa melihat layar ini dan juga mendengar suaramu?"
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Tidak. Hanya Tuan Rumah yang bisa melihat dan mendengar suara sistem.]
"Kalau begitu, jika aku bicara denganmu dalam hati, apa kau bisa menyahutiku?"
[Ya.]
"Hmm."
Mendengar jawaban dari sistem membuat Raul merasa tenang, karena itu artinya orang lain tidak tahu soal keberadaan sistem dan dia juga bisa berinteraksi dengan sistem di muka umum tanpa takut ketahuan.
"Apakah ada orang lain yang mempunyai sistem sepertiku?" tanya Raul penasaran.
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Tidak ada. Tuan Rumah adalah satu-satunya pemilik sistem di dunia ini.]
"Pertanyaan terakhir. Siapa penciptamu?"
[Maaf, sistem tidak bisa menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
Raul sudah tahu bahwa pertanyaan itu memang tidak akan terjawab dengan mudah, tapi ia tetap menanyakannya untuk memastikannya.
Meskipun Raul merasa sistem ini mencurigakan, tapi ia akan memanfaatkan sistem ini dengan sebaik-baiknya.
'Lagi pula, tidak ada ruginya, kan?' gumam Raul dalam hati saat ia berjalan meninggalkan jembatan.
Dalam perjalanannya menuju ke rumah, Raul terus berkomunikasi dengan sistemnya.
"Sistem, tindakan seperti apa yang akan dinilai sebagai pemborosan?"
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Tindakan apa pun yang membuat harta Tuan Rumah terbuang sia-sia akan dinilai sebagai pemborosan.]
"Oh, jika aku menjatuhkan uangku sekarang, apa itu bisa dianggap sebagai pemborosan?"
[Bisa, namun itu tidak akan cukup untuk membuat Tuan Rumah mendapatkan Kemampuan sebagai hadiahnya.]
"Lalu, apa yang akan kudapatkan sebagai gantinya?"
[Tidak ada.]
"Bukankah itu artinya pemborosanku akan berakhir sia-sia?"
[Itu sebabnya sistem menyarankan Tuan Rumah untuk lebih bijak dalam melakukan pemborosan.]
Setelah mengetahui bagaimana cara kerja sistem, Raul mulai memikirkan rencananya dalam melakukan pemborosan.
Sayangnya, dengan situasi ekonominya saat ini, sangat sulit bagi Raul untuk melakukan pemborosan, karena apa yang bisa dia hamburkan nyaris tidak ada.
Dia miskin dan tidak ada harta berharga di rumahnya, jadi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Saat Raul sedang sibuk mencari cara, ponselnya berdering.
Ada telepon masuk yang berasal dari temannya.
|| "Ah, halo? Raul, bagaimana kabarmu?"
Yang meneleponnya di sana adalah Aaron, teman SMA Raul dulu.
"Halo, aku baik-baik saja. Ada apa memangnya? Jarang sekali bagimu meneleponku seperti ini."
|| "Ahaha, aku malu mengatakannya. Tapi, bisakah kau membantuku? Aku sangat membutuhkan pertolonganmu saat ini."
"Langsung katakan saja apa yang kau butuhkan. Jika aku bisa, aku pasti akan menolongmu."
Apa yang Raul katakan bukanlah omong kosong. Jika ia bisa, ia pasti akan menolongnya.
Alasannya karena Aaron adalah salah satu dari sedikitnya sahabat dekat yang ia punya.
Ketika Raul susah dan membutuhkan pertolongan, Aaron selalu membantunya. Jadi ketika situasinya terbalik di mana Aaron yang butuh bantuannya, tentu saja Raul akan dengan senang hati membantunya.
|| "Uh, jadi begini, aku diterima kerja di sebuah perusahaan penyedia jasa antar barang sebagai kurir. Tapi syaratnya, aku harus membawa kendaraanku sendiri, sedangkan aku tidak memilikinya."
"Jika syaratnya seperti itu, mengapa kau tidak mencari pekerjaan lain saja?"
|| "Kau pikir aku tidak kepikiran ke situ? Aku sudah melakukannya tapi hanya merekalah yang mau menerimaku."
"Oke, lalu?"
|| "Maka dari itu, aku sedang mencari pinjaman guna membeli motor bekas untuk kupakai bekerja."
"Oh, jadi itu sebabnya kau meneleponku sekarang?"
|| "Iya. Aku sempat meminta tolong pada Eric, tapi dia bilang dia tidak bisa membantuku karena ada masalah di kantornya. Jadi saat ini, hanya kaulah harapan terakhir yang kupunya."
"Hmm."
Raul sedang memikirkan bagaimana cara dia agar bisa membantunya.
Ia tidak memiliki cukup uang untuk diberikan kepadanya. Uang yang Raul miliki saat ini, bahkan jumlahnya tidak cukup untuk dipakai membeli semangkuk mie.
'Tunggu, motor bekas?'
Raul ingat jika di rumahnya, ia memiliki sepeda motor yang terparkir di garasi.
Itu adalah motor satu-satunya yang ia punya, dan ia sering menggunakannya untuk bepergian. Jadi, itu termasuk barang yang berharga baginya.
'Sistem! Jika aku menghibahkan motorku kepada Aaron, apakah itu bisa disebut pemborosan?'
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Bisa.]
'Bagus!'
'Menolong teman sekaligus melakukan pemborosan! Ini seperti membunuh dua burung dengan satu batu!'
Raul tidak bisa menyembunyikan semangatnya karena sebuah kesempatan tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Aaron! Aku akan datang ke rumahmu nanti! Aku akan memberikan motorku untukmu!"
|| "Huh?! Apa kau serius?! Bukankah itu motor kesayanganmu?!"
"Tidak perlu banyak tanya, cukup terima saja sebelum aku berubah pikiran."
|| "O-Oke, aku akan menunggumu di sini."
Dengan itu, Aaron menutup teleponnya.
Raul bergegas kembali ke rumahnya untuk mengambil motor dan pergi ke rumah Aaron.
Sejam kemudian, Raul sampai di rumah Aaron.
Mereka berbincang cukup lama.
Raul berusaha keras meyakinkan Aaron bahwa motor itu ia berikan kepadanya secara cuma-cuma, namun Aaron bersikeras untuk membayarnya nanti ketika ia sudah menerima gaji.
Setelah beradu argumen cukup lama, akhirnya Aaron mau menerimanya.
"Terima kasih, Raul. Kau memang teman terbaikku. Jika kau membutuhkan bantuanku di masa depan, panggil saja aku, aku pasti akan membantumu sekuat yang kubisa."
Aaron mengatakan itu sambil sesenggukan menahan haru.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pulang dulu."
"Tunggu, biar kuantar kau ke rumahmu."
Aaron mencoba menghentikan Raul yang hendak pergi dari rumahnya dan menawarkan untuk mengantarnya pulang, tapi Raul menolaknya.
"Tidak perlu. Ada hal lain yang harus kulakukan."
Mengatakan itu, Raul pergi sembari melambaikan tangannya yang dibalas senyum penuh penghormatan dari Aaron.
'Kebaikanmu ini tidak akan pernah kulupakan, Raul.'
Aaron yang ditinggalkan sendiri di sana berjanji dengan penuh tekad untuk tidak melupakan apa yang telah Raul lakukan untuknya hari ini.
Di lain tempat, Raul dengan senyum berbunga, melangkahkan kakinya dengan perasaan bahagia.
"Kuhahaha! Mantap! Kemampuan apa yang akan kudapatkan kali ini, yah?"
Raul bertanya-tanya dan mengharapkan sesuatu yang bagus keluar dari sistemnya.
[Ding!! Mendeteksi perilaku boros Tuan Rumah!]
\=\=\=
- Menghibahkan motor kesayangan kepada seorang teman.
Hadiah: [Kharisma]
\=\=\=
"Huh? Kharisma? Apa itu?"
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Itu adalah kemampuan untuk menambahkan kewibawaan Tuan Rumah di mata orang lain.]
"Bukankah itu kemampuan yang tidak berguna? Untuk apa gunanya memiliki wibawa ketika aku masih miskin seperti ini?"
Raul bertanya namun tidak mendapat tanggapan apa pun dari sistem miliknya.
Sebenarnya, Raul mengharapkan sesuatu yang bisa segera dia gunakan untuk merubah nasibnya.
Seperti misalnya kemampuan super untuk melihat masa depan, atau kemampuan super untuk melihat bakat orang lain, atau paling tidak kemampuan super untuk mendeteksi nilai sebenarnya dari suatu barang.
Tapi apa yang dia dapat adalah kemampuan tak berguna yang bernama [Kharisma].
Raul tidak tahu apa kegunaan dari kemampuan ini dalam kehidupannya sehari-hari, dan tidak peduli bagaimana dia memikirkannya, dia tetap tidak bisa menemukan jawabannya.
"Haruskah aku menggunakan kemampuan ini untuk menjadi sales?"
"Tidak, aku tidak memiliki kemampuan komunikasi yang bagus, jadi meskipun aku memiliki kharisma, aku tetap tidak akan bisa menjual satu barang pun kepada konsumen."
Merasa kecewa, Raul pulang dengan tanpa gairah.
Berpikir bahwa pemborosan yang ia lakukan berakhir sia-sia, Raul yang lelah setelah berjalan cukup jauh dari rumah Aaron menuju rumahnya, mampir sebentar ke sebuah warung di pinggir jalan.
Ia membeli sekaleng soda dan uang kembaliannya ia habiskan untuk membeli tiket lotre.
Duduk di depan konter, ia membuka kaleng sodanya dan menyeruputnya hingga habis dalam sekali tegukan.
"Bluaarggh."
Sendawanya yang begitu menggelegar nyaris membuat si pemilik warung ingin mengusirnya.
Setelah melepas dahaga, Raul membuka satu per satu tiket lotre yang dibelinya
Dua tiket pertama memberinya ucapan terima kasih atas partisipasinya, dan hanya tersisa satu tiket terakhir yang belum ia buka.
Saat Raul hendak membukanya, datang seorang lansia penjual pisang yang berhenti di depan warung.
Lansia itu membawa barang dagangannya menggunakan sepeda.
Dari tempat dia duduk, Raul dapat melihat bahwa pisang dagangan lansia itu masih banyak.
Lansia itu memiliki penat di wajahnya, yang menandakan bahwa ia lelah setelah berkeliling seharian.
Melihat pemandangan itu, Raul tidak bisa apa-apa selain merasa simpati.
Raul membuka tiket lotre terakhirnya dan memenangkan uang sebesar $20.
Raul bisa saja langsung menukarkan tiket itu dan menerima uangnya, tapi ia memutuskan untuk bertanya kepada sistemnya terlebih dahulu.
'Sistem, jika aku memberikan tiket lotre ini kepada lansia itu, apa ini bisa dianggap pemborosan?'
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Bisa.]
'Apa ini bisa memberiku hadiah?'
[Bisa.]
'Bagus!'
Raul bangun dari tempat duduknya dan menghampiri lansia yang sedang mengipasi dirinya sendiri itu di bawah pohon.
"Pak!"
Merasa dipanggil, lansia itu bangkit dari dari duduknya.
"Ya? Mau beli pisang?"
Lansia itu tersenyum dan menawarkan pisang dagangannya saat ia menyadari bahwa Raul-lah yang memanggilnya.
"Tidak, tidak. Ini, saya baru saja menang lotre. Kalau bapak mau, bapak bisa tukarkan tiket ini ke warung itu. Bilang saja tiket ini dikasih sama pemuda yang mampir tadi."
Belum bisa memahami apa yang sedang terjadi, lansia itu hanya menerima tiket lotre yang diberikan Raul di tangannya dan berdiri diam di sana.
Raul sendiri, yang memberikan tiket itu, sudah menjauh pergi meninggalkan lansia penjual pisang yang masih tertegun di bawah pohon.
Setelah akhirnya menyadari apa yang baru saja terjadi, lansia itu melihat tiket lotre tersebut dan bersujud syukur saat melihat nominal yang tertulis di atasnya.
"Terima kasih, Ya Tuhan. Terima kasih anak muda."
Lansia itu berulang kali mengucapkan syukur dan rasa terima kasihnya sebelum ia akhirnya mendatangi warung untuk menukarkan hadiah yang dimenangkan Raul.
Raul, yang wujudnya sudah tidak terlihat di tempat kejadian, merasa senang saat ia menunggu hadiah yang akan ia dapatkan.
Ia tidak menyangka bahwa membantu orang lain ternyata bisa dianggap sebagai pemborosan juga.
[Ding!! Mendeteksi perilaku boros Tuan Rumah.]
\=\=\=
- Memberikan hadiah lotre yang dimenangkan secara cuma-cuma kepada orang asing.
Hadiah: [Beruntung]
\=\=\=
[Dikarenakan Tuan Rumah mendapatkan kemampuan [Beruntung], maka dengan ini stat Luck akan ditambahkan ke profil Tuan Rumah.]
\=\=\=
Squandering System
Tuan Rumah: Raul McAllister
Luck: 0
Kemampuan: [Ganteng] [Kharisma] [Beruntung]
\=\=\=
Melihat notifikasi yang muncul berulang kali, Raul merasa gemetar.
Ia tidak sabar melihat perubahan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Sistem, bisa kau jelaskan apa fungsi kemampuan [Beruntung] ini?"
[Ding!! Menjawab pertanyaan Tuan Rumah.]
[Kemampuan itu berfungsi untuk meningkatkan keberuntungan Tuan Rumah.]
[Semakin tinggi stat Luck yang Anda miliki, semakin besar keberuntungan yang menyertai Anda.]
"Bagaimana caraku menambah stat Luck?"
[Sistem akan memberikan poin kepada Tuan Rumah atas setiap pemborosan kecil yang tidak mendapatkan hadiah Kemampuan. Poin tersebut bisa Tuan Rumah gunakan untuk menaikkan nilai stat Luck.]
Mendengar penjelasan dari sistem, Raul merasa tenang.
Raul berpikir bahwa kemampuan yang baru saja ia dapatkan ini adalah yang paling berguna dari semua kemampuan yang sudah ia peroleh.
Jika kita memikirkannya, itu memang cukup masuk akal, karena tanpa adanya keberuntungan, kita akan sulit dalam menjalani hidup.
Sebaliknya, jika kita memiliki keberuntungan, maka apa pun yang kita lakukan akan terasa lebih mudah. Belum lagi jika kita mendapatkan keberuntungan-keberuntungan yang tidak disengaja yang sedikit banyaknya bisa mengubah takdir kita.
Itulah yang dipikirkan oleh Raul di benaknya.
Merasa bahwa panen hari ini sudah cukup, Raul mempercepat langkahnya untuk pulang ke rumah untuk beristirahat dan melihat apa yang bisa dilakukan oleh ketiga kemampuan barunya ini dalam kehidupannya sehari-hari yang dimulai besok.
Namun, ketika ia tinggal beberapa blok lagi sampai di rumahnya, ia berpapasan dengan sebuah kejadian yang tidak bisa dia abaikan.
Secara impulsif, ia ikut campur dalam hal yang akan mengubah masa depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!