NovelToon NovelToon

Tentara Tampanku (Nial & Maudy)

Yakin Kamu?

"Makanya kalau gak ada biaya itu jangan maksain kuliah, sekarang nganggur kan," ucap salah satu tetangga.

"Tau nih, kuliah mahal-mahal. Tapi, ujung-ujungnya jualan burger keliling," ucap tetangga lainnya.

Perempuan yang tengah berjualan burger tersebut hanya tersenyum dan melihat ke sekelilingnya dimana banyak yang berlalu lalang, tapi tidak ada yang membeli burgernya.

"Orang-orang ya lebih milih beli burger yang ada di kota lah daripada burger keliling yang gak terjamin kualitasnya," ucapnya lagi.

"Tapi, burger saya enak kok Bu dan insyaallah berkualitas. Saya juga belinya milih bahan yang bagus," ucap perempuan tersebut.

"Eh, Maudy. Kamu sama keluarga kamu itu dari keluarga miskin dan gak akan bisa beli bahan yang bagus, kamu tau kan Bapak kamu itu masih suka ngutang beras di warung," ucapnya.

Ya, perempuan tersebut adalah Maudy, perempuan yang baru saja lulus kuliah.

"Iya, Bu. Setelah jualan nanti saya akan bayar, biasanya kan juga seperti itu," ucap Maudy.

"Halah, tapi tetep aja ujung-ujungnya ngutang lagi, ngutang lagi. Mulai sekarang kamu gak usah ngutang di warung saya deh kecuali kamu beli ya," ucapnya.

"Tapi, Bu. Saya tidak pernah telat bayar hutang itu Bu, bahkan setelah saya jualan langsung uangnya saya kasih ke Ibu," ucap Maudy.

"Terserah, pokoknya saya gak peduli ya. Mulai sekarang kamu gak boleh ngutang lagi di warung saya," ucapnya lalu meninggalkan Maudy.

"Astaga, kenapa ujian hidup ini gak berhenti-henti ya," gumam Maudy.

"Maudy," panggil Raffa, yang merupakan salah satu tentara yang bertugas di daerah tersebut.

"Eh, Raffa. Kamu gak pulang?" tanya Maudy.

"Ini mau pulang, oh iya sebenarnya ada yang mau aku sampaikan ke kamu," ucap Raffa.

"Apa?" tanya Maudy.

"Hem, sebenarnya aku mau di pindah tugaskan," ucap Raffa.

"Dipindah tugaskan, kemana?" tanya Maudy.

"Ke daerah M, tempat tinggalku sendiri," ucap Raffa.

"Oh iya, kapan emangnya kamu bakal di pindah tugaskan?" tanya Maudy.

"Besok, jadi kali ini aku bukan hanya pulang, tapi juga di pindah tugaskan dan ga bakal bertugas di daerah sini lagi," ucap Raffa.

"Kok dadakan?" tanya Maudy.

"Ya, kamu tau sendiri gimana akrabnya komandan sama istriku," ucap Raffa.

"Tapi, aku justru seneng sih karena kamu di pindahkan," ucap Maudy.

"Kenapa gitu?" tanya Raffa.

"Kan, akhirnya kamu bisa deket sama istri kamu. Apalagi istri kamu sekarang lagi hamil 8 bulan dan sebentar lagi juga lahiran, jadi kamu bisa nemenin istri kamu," ucap Maudy.

"Tapi, nanti aku gak bisa lihat kamu lagi," ucap Raffa.

"Raf," peringat Maudy.

"Hehehe, iya iya. Aku cuma bercanda," ucap Raffa.

"Lain kali jangan kayak gitu, kamu gak inget gimana dulu istri kamu yang cemburuan sama aku sampai dia ngelabrak aku tau," ucap Maudy.

"Iya, aku minta maaf. Tadi cuma bercanda," ucap Raffa.

"Iya, gapapa," ucap Maudy.

"Oh iya, kamu katanya mau ke kota A ya?" tanya Raffa.

"Iya, tapi masih rencana," ucap Maudy.

"Kenapa kamu ke kota A? Bukannya kuliah kamu udah selesai?" tanya Raffa.

"Aku mau cari pekerjaan di kota A, kamu tau sendiri kan kalau kerja di sini susah apalagi aku gak punya kerabat jadi ya mau gak mau cari yang di kita A. Lagian kan di kota A emang terkenal tempat terbaik buat kerja," ucap Maudy.

"Iya sih, di sana bener-bener di manjakan buat para pekerja. Jadi saranku juga lebih baik kamu cari kerja di kota A aja," ucap Raffa.

"Oh iya, aku jualan dulu ya," ucap Maudy.

"Eh tunggu Maudy," ucap Raffa.

"Kenapa lagi?" tanya Maudy.

"Karena hari ini adalah hari terakhir aku tugas di sini, jadi aku mau beli semua burger kamu," ucap Raffa.

"Jangan di beli semuanya ya, kalau emang kamu mau beli. Beli beberapa aja," ucap Maudy.

"Gak mau, aku mau beli semuanya," ucap Raffa.

"Ta-tapi...," ucapan mau terhenti lantaran Raffa yang menyelanya.

"Ini uangnya dan aku mau beli semuanya," ucap Raffa.

"Terima kasih ya," ucap Maudy.

"Santai aja kali, aku ngelakuin ini bukan karena aku pernah suka sama kamu, tapi karena emang hari ini hari terakhir aku bertugas makanya aku mau beli semuanya loh ya. Bukan hanya jualan kamu, tapi jualan Pak Silo, Pak Fendy, juga aku beli semuanya. Kalau kamu gak percaya kamu bisa tanya ke mereka," ucap Raffa.

"Iya, aku percaya. Aku cuma berterima kasih karena kebaikan kamu hari ini akhirnya jualanku habis dan aku gak perlu keliling sampai malam," ucap Maudy dan diangguki Raffa.

'Bohong kalau aku udah gak suka sama kamu, aku masih suka sama kamu. Tapi, gak gak bisa bilang karena kalau aku bilang, kamu akan marah dan kita gak bisa ketemu lagi,' ucap Raffa dalam hati.

Beberapa saat kemudian, Maudy pun pulang karena dagangannya hari ini benar-benar habis.

"Bapak," panggil Maudy.

"Eh, kamu udah pulang. Gimana burgernya, habis?" tanya Bapak Maudy yang bernama Ruslan.

"Iya, Pak. Burgernya habis tadi di borong sama Raffa," ucap Maudy.

"Kamu masih deket sama Raffa?" tanya Bapak.

"Gak Pak, tadi itu Raffa mau di pindah tugaskan makanya dia borong burger Maudy buat di bagiin di asrama katanya, lagipula bukan hanya dagangannya Maudy kok gak di borong. Tapi, dagangan yang lainnya juga," ucap Maudy.

"Yakin kamu?" tanya Bapak.

"Iya, Pak," jawab Maudy.

"Inget Maudy, kita ini orang gak punya, jangan sampai kamu ada urusan apapun sama mereka yang dari keluarga kaya. Kamu gak inget gimana kamu mempermalukan Bapak dulu saat tunangannya Raffa datang dan maki-maki kamu," ucap Bapak.

"Iya, Pak. Maudy ingat, tapi semua itu bukan salah Maudy. Maudy gak ada hubungan apapun sama Raffa, semua itu hanya salah paham," ucap Maudy.

"Udahlah, Bapak capek. Lebih baik kamu bersihin rumah dulu," ucap Bapak.

"Caca belum pulang, Pak?" tanya Maudy.

"Udah," ucap Bapak.

"Hari ini biar Caca dulu ya Pak yang bersihin rumah, Maudy bener-bener capek seharian ini keliling," ucap Maudy.

"Enak aja, Kak Maudy lah yang bersihin rumah. Jadi orang kok malas gitu," ucap Caca yang keluar dari kamar dengan pakaian rapi.

"Kamu mau kemana?" tanya Maudy.

"Bukan urusan Kak Maudy," ucap Caca lalu menghampiri Bapak.

"Kenapa?" tanya Bapak.

"Minta uang," ucap Caca dengan mengulurkan tangannya.

"Minta Kakakmu, dagangannya habis hari ini," ucap Bapak.

Lalu tanpa lama Caca pun menghampiri Maudy, "Mana uang," ucap Caca dengan mengulurkan tangannya.

"Udah malam Dek, jangan keluar ya lebih baik kamu belajar di rumah. Kan sebentar lagi kamu juga ujian," ucap Maudy.

"Udah kasih aja gak usah kok menggurui gitu kamu, kayak udah bener aja hidupnya," ucap Bapak.

"Iya, Pak," ucap Maudy dan memberikan uang pada Caca.

Caca pun tersenyum mengejek setelah mendapatkan uang tersebut dan ia langsung pergi.

.

.

.

Tbc.

Tunggu!

Pagi-pagi sekali Maudy sudah bersiap-siap karena hari ini ia akan pergi ke kota untuk melakukan wawancara di salah satu sekolah yang ada di kota A.

"Pak, Maudy berangkat dulu ya," pamit Maudy.

"Iya," jawab Bapak.

"Jangan lupa bawain oleh-oleh, Kak," ucap Caca.

"Kakak di kota A bukan untuk liburan, tapi untuk wawancara," ucap Maudy.

"Tapi, tetep aja Kak Maudy itu ke kota A bukan. Pokoknya Caca mau oleh-oleh, entah itu makanan atau pakaian," ucap Caca.

"Dek...," ucapan Maudy terhenti lantaran Bapak menyelanya.

"Tinggal kamu beliin aja apa susahnya sih Maudy, lagian kan Adek kamu itu cuma minta oleh-oleh," ucap Bapak.

"Iya, Pak," ucap Maudy dan setelah itu ia pun pergi.

Maudy pun sampai di terminal, Maudy memang menggunakan Bus untuk ke kota A karena hanya itu transportasi yang dapat ia gunakan.

Tak lama kemudian, Maudy pun masuk ke dalam Bus yang akan mengantarkan dia menuju kota A.

"Mau ke kota A ya nak?" tanya seorang nenek.

"Iya, Nek. Nenek juga mau ke kota A?" tanya Maudy.

"Iya, Nenek kangen sama cucu Nenek. Makanya Nenek ke kota A," ucap Nenek tersebut.

"Nenek udah kabarin kerabat yang ada di kota A?" tanya Maudy.

"Udah, mereka udah tau kalau Nenek mau ke sana. Nanti Nenek di suruh nunggu di ruang tunggu katanya," ucap Nenek tersebut dan diangguki Maudy.

"Kalau kamu sendiri asli dari kota A ya?" tanya Nenek tersebut.

"Bukan Nek, saya asli kota X," ucap Maudy.

"Terus merantau di kota A?" tanya Nenek tersebut.

"Ya, bisa di bilang begitu. Sebenarnya saya mau wawancara di kota A," ucap Maudy.

"Oh begitu, semoga kamu diterima ya," ucap Nenek tersebut.

"Amin," jawab Maudy.

Kurang lebih 6 jam perjalanan dari rumah Maudy menuju kota A dan akhirnya Maudy pun sampai di kota A.

"Panas banget, tapi gapapa," gumam Maudy.

Maudy pun mencari ojek untuk menuju tempat wawancara. Setelah mendapatkan ojek, Maudy pun langsung menuju tempat wawancara.

"Terima kasih Pak," ucap Maudy dan memberikan uang pada ojek tersebut.

"Akhirnya sampai juga," gumam Maudy.

"Maaf Pak, saya mau tanya. Apa wawancara untuk guru baru masih bisa?" tanya Maudy pada satpam.

"Oh iya Mbak, silahkan masuk. Di sana sudah ada beberapa yang wawancara juga," ucap satpam.

"Terima kasih Pak," ucap Maudy.

Skip wawancara...

"Baiklah, untuk informasi selanjutnya akan diberitahukan melalui email," ucap Bu Nindy.

"Iya, Bu. Terima kasih," ucap Maudy dan diangguki Bu Nindy.

"Sayang banget ya, kalau ke kota A gak jalan-jalan dulu. Apalagi ini masih jam 1, tapi mau kemana ya, aku kan gak tau kota A," gumam Maudy.

"Udahlah, jalan-jalan aja dulu. Lagipula aku kan bilangnya pulang nanti malam, jadi masih ada waktu terus sekalian beliin buat Caca juga," lanjut Maudy.

Maudy sengaja menaiki Bus untuk menuju pasar yang ada di kota A, Maudy lebih memilih membeli barang di pasar karena harganya yang lebih murah di bandingkan membeli di pusat perbelanjaan yang ada di kota A.

Tak lama setelah itu, Maudy pun sampai di pasar dan ia langsung memilih oleh-oleh yang akan ia bawa untuk Caca.

Setelah membeli beberapa barang, Maudy kembali menaiki Bus menuju terminal tentunya.

Saat tengah di dalam Bus, Maudy merasa risih saya seorang pria asing yang terus mendekat kearahnya.

Sebenarnya Maudy ingin menegur, tapi Maudy takut karena ia hanya orang baru di kota A.

'Aduh, ini gimana ya, masa aku harus diam aja sih,' ucap Maudy dalam hati.

Akhirnya, Maudy pun memberanikan diri untuk bersuara. Namun, sebelum Maudy bersuara tiba-tiba seorang pria bersuara terlebih dahulu.

"Silahkan duduk di tempat saya," ucap pria tersebut.

"Terima kasih, tapi itu kursi Mas nya," ucap Maudy yang merasa tidak enak karena harus duduk di tempat duduk pria asing tersebut.

"Jadi anda lebih memilih pria yang ada di belakang anda terus melecehkan anda?" tanya pria tersebut yang bernama Nial.

(Gak usah dijelasin lagi lah ya siapa itu Nial, kalau ada yang gak tau langsung baca Tentara Tampanku yg S2. Di sequel kali ini author lebih banyakin latar belakang gimana hubungan Nial sama Maudy atau sudut pandang dari Maudy ya)

"Tidak, terima kasih karena sudah memperbolehkan saya duduk," ucap Maudy dan duduk di kursi yang duduki Nial tadi.

Nial berdiri di depan pria yang tadi melecehkan perempuan tersebut, Nial membalikkan badannya.

"Nanti akan ada tim keamanan yang datang untuk menindaklanjuti tindakan yang baru saja anda lakukan, jadi jangan berusaha kabur karena sekarang anda sudah memiliki gelang yang bisa melacak keberadaan anda," ucap Nial, dengan mengangkat tangan pria tersebut.

Entah sejak kapan gelang tersebut terpasang di tangan pria tersebut, "Apa maksudmu?" tanya pria tersebut.

"Semua tindakan kejahatan akan mendapatkan balasan yang setimpal bukan, dan pelecehan termasuk hal yang sangat meresahkan dan harus ditindaklanjuti," ucap Nial.

"Tapi, saya hanya masyarakat kecil yang tidak memiliki apa-apa, saya tidak ingin di hukum," ucap pria tersebut, dengan wajah memelasnya.

"Biarkan majelis hakim dan para juri yang menilai. Apa tindakanmu pantas di ampuni atau tidak di mata hukum," ucap Nial.

Sedangkan, semua orang yang ada di sana hanya menatap jengkel pada pria tersebut yang berani-beraninya melakukan pelecehan di dalam Bus dan menatap kagum pada Nial karena berhasil menangkap salah satu orang yang meresahkan bagi para perempuan tentunya.

Tak lama setelah itu, Bus pun berhenti dan pria tersebut langsung pergi entah kemana, nial tidak mempermasalahkannya karena yang jelas Nial sudah memasangkan gelang keamanan tersebut.

Memang Nial juga bekerjasama dengan polisi sehingga jika terdapat kejahatan maka ia bisa dengan langsung memberikan gelang tersebut agar dapat dilacak oleh pihak kepolisian.

Beberapa saat kemudian, Bus yang ia tumpangi pun berhenti ditempat pemberhentiannya, Nial pun keluar dari Bus dan berjalan kaki menuju rumahnya.

Saat melihat sang malaikat penolong keluar dari Bus, Maudy pun langsung mengikuti Nial yang berjalan cukup cepat.

"Tunggu!" teriak Maudy.

"Iya, ada apa?" tanya Nial.

"Anda tidak ingat saya?" tanya Maudy.

"Anda siapa?" tanya Nial.

"Saya perempuan yang tadi anda tolong saat di dalam bus," ucap Maudy yang cukup terkejut lantaran Nial tidak mengenalinya.

"Oh iya, ada apa?" tanya Nial.

"Ini, sebagai ucapan terima kasih saya karena anda telah membantu saya, saya tidak tau harus bagaimana jika tidak ada anda tadi di sana," ucap Maudy dengan memberikan beberapa makanan yang tadi sempat ia beli di pasar.

"Tidak masalah dan ini saya kembalikan karena saya tidak suka makanan manis," ucap Nial yang mengembalikan makanan tersebut.

.

.

.

Tbc.

Siapa?

"Eh, gimana kalau saya traktir anda makan?" tanya Maudy yang tidak enak saat Nial menolak pemberiannya.

"Tidak perlu, saya masih punya uang untuk makan dan saya lebih memilih masakan Ibu saya daripada harus makan diluar, kalau begitu saya permisi," ucap Nial.

"Gimana kalau saya makan di rumah anda?" tanya Maudy spontan.

'Bodoh, ngapain aku tanya kayak gitu. Maksudku gak gitu tadi, aduh gimana kalau dia salah paham dan mikir aku aneh-aneh lagi,' ucap Maudy dalam hati.

"Saya tidak mengundang anda untuk makan di rumah saya, jadi anda tidak perlu makan di rumah saya," ucap Nial.

Baru saja Maudy akan bersuara, tiba-tiba seorang perempuan datang dan mengobrol dengan Nial.

"Nial!" teriak Kyra.

"Kyra," gumam Nial.

'Jadi, namanya Nial,' ucap Maudy dalam hati.

"Dia siapa?" tanya Kyra dengan mantap lekat Maudy.

"Dia tadi cewek yang gue tolongin, tapi gue gak kenal kok. Yaudah kita ke rumah aja pasti semua orang udah ada di sana," ucap Nial dan diangguki Kyra.

Sedangkan, Maudy yang ditinggal pun hanya bisa tersenyum kecut melihatnya. "Siapa juga aku, perempuan tadi pasti pacarnya deh. Cocok ya, yang satu ganteng dan yang stau cantik," gumam Maudy dan meninggalkan tempat tersebut.

Selama perjalanan menuju terminal, Maudy tetap memikirkan apa yang baru saja ia ucapkan tadi.

"Ish, kenapa aku tadi bilang makan di rumah dia aja ya, kok bisa sih. Tau ah, aku gak mau mikirin itu lagi, bikin malu aja kalau diinget," ucap Maudy.

Beberapa saat kemudian, Maudy pun sampai di terminal dan ia segera menuju Bus.

Namun, saat tengah sibuk dengan pemandangan sekitar tiba-tiba seseorang menyapa Maudy dan otomatis Maudy pun membalas sapaan perempuan tersebut.

"Boleh saya duduk disini?" tanya perempuan tersebut.

"Silahkan," ucap Maudy.

Mereka berdua pun cukup canggung hingga akhirnya Maudy memecahkan keheningan antara dirinya dan perempuan yang baru saja duduk itu.

"Mbak mau ke kota X ya?" tanya Maudy.

"Oh enggak, saya cuma mau ke taman dekat aja. Ya karena jauh makanya saya pakai Bus biar gak capek," ucap perempuan tersebut dan diangguki Maudy.

"Eh,m oh iya Mbak. Mbak lagi ada masalah ya?" tanya perempuan tersebut.

"Enggak, kenapa memangnya?" tanya Maudy.

"Sebenarnya saya ini masih kuliah jurusan psikologi dan saya kayak ngelihat Mbak nya kayak banyak pikiran gitu makanya saya tanya, maaf kalau pertanyaan saya kurang sopan," ucap perempuan tersebut.

"Oh gapapa Mbak, ya sebenarnya saya memang ada masalah. Tapi, semuanya sudah teratasi," ucap Maudy dengan tersebut.

"Nama saya Lira, ini nomor saya. Mungkin kapan-kapan kita bisa bertemu lagi dan mengobrol," ucap Lira dan diangguki Maudy.

.

Disisi lain, Nial baru saja sampai di rumahnya yang tentunya ramai dengan beberapa kerabat dari keluarganya.

"Kenapa?" tanya Daisy yang merupakan kembaran Nial.

"Gapapa," ucap Nial.

"Tapi, kok mukanya kayak mikirin sesuatu gitu?" tanya Daisy.

"Sok tau," ucap Nial.

"Jangan-jangan, lo mikirin cewek tadi," ucap Kyra.

"Siapa?" tanya Daisy sebelum Nial bersuara.

"Gak tau, tapi tadi katanya itu cewek yang dia tolong," ucap Kyra.

"Pasti ada sesuatu ini, biasanya Nial itu orangnya gak peduli. Tapi, kali ini dia justru nolongin orang, cewek lagi," ucap Daisy d egan tatapan mengejek.

"Apa sih gak jelas," ucap Nial lalu menuju Kak Noah yang berada di halaman.

"Kakak denger kamu bakal di pindah tugaskan ke daerah pelabuhan," ucap Kak Noah.

"Iya kak, 4 hari lagi Nial bakal berangkat," ucap Nial.

"Katanya kamu ingin melamar seseorang," ucap Kak Noah.

"Telat kak," ucap Nial.

"Telat maksudnya?" tanya Kak Noah.

"Dia udah dilamar duluan sama orang," ucap Nial.

"Kok bisa? padahal baru beberapa hari yang lalu kamu bilang kalau kamu suka sama perempuan eh sekarang malah kayak gini, terus rencana kamu gimana?" tanya Kak Noah.

"Nial juga gak tau, sekarang Nial cukup jalanin tugas yang diberikan ke Nial aja dan gak mau ngurus masalah itu dulu," ucap Nial.

"Jangan bilang kalau kamu mengajukan diri ke daerah pelabuhan karena ingin melupakan perempuan yang kamu sukai itu?" tanya Kak Noah.

"Tanpa Nial kasih tau, Kak Noah juga pasti udah tau dan bisa menilai sendiri kenapa bukan," ucap Nial.

"Dasar kamu ya," ucap Kak Noah.

"Tapi, gak ada yang tau masalah ini dan nial harap Kak Noah jangan bilang ke siapa-siapa," ucap Nial.

"Iya, Kakak tau. Tapi, Kakak cuma takut aja kamu gak bisa move on sama perempuan yang mau kamu lamar," ucap Kak Noah.

"Kak Noah gak usah khawatir masalah itu, karena Nial bukan tipe orang yang berlarut-larut dalam sebuah masalah. Lagipula Nial sendiri belum berjuang atau berkorban untuk perempuan yang mau jual lamar, jadi tidak masalah jika perempuan itu sudah mendapatkan yang lebih baik daripada Nial," ucap Nial.

"Ini yang Kakak suka dari kamu, kamu orangnya berpikir menggunakan logika. Kamu bukan tipe orang yang perasa, tapi Kakak yakin jika suatu saat nanti kamu bertemu dengan perempuan yang memang di takdirkan sama kamu, kamu pasti bakal jadi tipe yang perasa," ucap Kak Noah.

"Gak tau, kita lihat nanti aja Kak," ucap Nial dan diangguki Kak Noah.

"Beneran?" tanya Kak Lea yang baru saja datang.

"Beneran apa sayang?" tanya Kak Noah.

"Aku tanya ke Nial, beneran?" tanya Kak Lea lagi.

"Beneran apa Kak?" tanya Nial.

"Kamu suka sama cewek?" tanya Kak Lea.

Nial dan Kak Noah pun langsung melihat satu sama lain dan Kak Noah menggelengkan kepalanya.

"Kak Lea kata siapa?" tanya Nial.

"Kata Daisy sama Kyra, katanya kamu lagi mikirin cewek," ucap Kak Lea.

"Kak Lea jangan percaya sama mereka berdua," ucap Nial.

"Gimana gak percaya orang yang bilang calon aduk ipar Kakak sendiri," ucap Kak Lea.

"Calon adik ipar?" tanya Kak Noah.

"Iya, Kyra," ucap Kak Lea.

"Kak Lea udah mulai ngaco, nial ke kamar dulu mau beres-beres," pamit Nial lalu pergi meninggalkan Kak Lea dan Kak Noah.

"Kenapa?" tanya Kak Lea pada Kak Noah.

"Gak ada apa-apa, udah kita masuk aja ya," ucap Kak Noah lalu mengajak sang istri masuk ke dalam rumah.

Sedangkan, di dalam kamar Nial langsung memilih barang-barang yang akan ia bawa saya di pindah tugaskan.

"Kenapa aku jadi kepikiran perempuan tadi ya, ish jangan mikir yang gak penting deh. Lebih baik istirahat karena di daerah baru pasti banyak yang harus di kerjakan apalagi denger di daerah pelabuhan tingkat keamanannya rendah dan petugas keamanan juga susah terkendala aksesnya," gumam Nial.

.

.

.

Tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!