NovelToon NovelToon

Diary Maryam

Chapter 1

Bismillahirrahmanirrahim ...

Assalamu'alaikum guys, hari ini aku mempublikasikan karya baru aku yang berjudul "Diary Maryam."

Cerita ini lebih sering menggunakan POV Maryam yang guys, jadi nanti ada dua POV, diantaranya POV Maryam, sama POV author.

Semoga kalian suka dengan cerita baru aku ini🤗

Selamat membaca😘

...°°°...

Namaku Maryam putri Atmaja, aku berusia 24thn. Aku lulusan di salah satu universitas Kairo, Mesir.

Pada saat hari kelulusan ku, dan pada saat aku pulang ke tanah air, Abi mengatakan padaku bahwasanya aku akan dijodohkan dengan anak dari teman Abi ku, semasa kuliah.

Aku tak punya pilihan untuk menolak, karena aku sangat menyayangi Abi ku, aku tidak ingin mengecewakan dia atau membuatnya sedih.

Meski begitu, Abi tetap memberikan keputusannya padaku, dia memberikan keputusan semua padaku. Bahkan jika aku menolak, Abi ku tidak masalah akan hal itu.

Namun lagi dan lagi, aku tidak ingin membuatnya kecewa dan bersedih, maka aku pun menerima perjodohan itu.

Dan aku pun menikah dengan anak dari teman Abi ku semasa kuliahnya dulu, kami menikah setelah pertemuan keluarga. Baik keluargaku ataupun keluarga suamiku, sebulan yang lalu.

Pada saat itu, aku pun berdo'a pada Allah SWT. Agar pernikahan ku ini menjadi pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, dan aku berdo'a agar rasa cinta ini segera hadir di hati kami masing-masing.

Pada saat awal pernikahan ku dan suamiku yang bernama Leonard Baskoro. Suamiku mas Leo masih bersikap dingin padaku, dan aku pun memakluminya, lantaran kami menikah dikarenakan dijodohkan.

Meski mas Leo bersikap dingin padaku, mas Leo tetap memberikan aku nafkah, baik nafkah lahir maupun batin.

Meski setiap kali mas Leo melakukan hak nya sebagai suami, ia sering mengeluarkannya di luar, setiap kami berhubungan, dengan alasan ia masih belum siap memiliki seorang anak.

Lagi dan lagi, aku pun memakluminya, meski aku ingin sekali diberikan momongan, dan karena itulah aku tidak pernah meminum pil KB.

Dan jika begini, aku hanya bisa berdo'a pada Tuhan ku, agar hati mas Leo dibuka.

Nasib baik sepertinya berpihak padaku, dan do'a ku dikabulkan oleh Allah SWT. Lantaran tepat pada empat bulan aku menikah, akhirnya Allah menitipkan seorang bayi di dalam rahim ku.

Ya, akhirnya mas Leo mengeluarkan benihnya di dalam, sehingga benihnya bisa menyirami rahim ku. Meski pada saat itu, mas Leo melakukannya karena pengaruh minuman beralkohol yang ia minum.

Sungguh, sudah aku peringatkan pada suamiku itu, agar suamiku itu tidak lagi minum minuman yang mengandung alkohol.

Tapi suamiku tidak pernah mendengarkan perkataan ku, aku pun hanya bisa pasrah, dan hanya bisa berdo'a.

Kejadian itu tepat pada sebulan lalu. Tepatnya, pada saat mas Leo baru pulang dari acara berkumpul dengan teman-temannya.

Kala itu mas Leo, pulang dalam keadaan kacau, dan bau alkohol begitu menyengat dari mulutnya.

Dan pada malam itu pula, mas Leo mendatangi ku, sampai akhirnya aku pun dinyatakan hamil.

Saat mendengar kehamilan ku, aku pun bahagia, kedua orang tua kami pun bahagia mendengar aku hamil. Namun tidak dengan suamiku, dia hanya bersikap biasa saja, saat aku memberitahu bahwa aku mengandung anaknya.

Semasa kehamilan ku, mas Leo tidak perduli padaku, bahkan ia hanya mengantarkan aku untuk memeriksa kandungan hanya satu kali saja, selebihnya aku sendiri yang memeriksa kandungan ku, tanpa ditemani oleh siapapun.

Hingga usia kandunganku menginjak usia sembilan bulan, sikap mas Leo padaku sama sekali tidak berubah.

Sikapnya sama saja seperti awal kami menikah, dingin. Dan pada saat aku akan melahirkan, suamiku itu mau menemani diriku. Meski aku tau, suamiku melakukan hal itu, lantaran ada kedua orang tua kami.

Meski begitu, aku tetap merasa senang, setidaknya suamiku itu menemani aku dikala aku tengah berjuang untuk melahirkan anak kami.

Aku pun melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Brian Leonard Baskoro. Nama itu diambil dari nama mas Leo sendiri dan juga nama dari keluarganya yaitu Baskoro, dan untuk Brian sendiri, mas Leo lah yang memberikannya.

Brian sendiri wajahnya begitu mirip dengan mas Leo, bak pinang dibelah dua.

Saat Brian dilahirkan, suamiku itu tidak pernah mau menggendong putra kami, jika ia menggendongnya itu pun pada saat kedua orang tuanya, maupun kedua orang tua ku datang untuk menemui Brian, putra ku dan juga mas Leo, selebihnya mas Leo tidak pernah.

Bahkan pada saat Brian berusia tiga tahun, sikap mas Leo tidak sama sekali berubah, ia masih saja bersikap dingin padaku dan juga Brian.

Bukan hanya dingin saja, mas Leo pun bersikap acuh pada putranya sendiri, seperti saat mas Leo tengah libur kerja, dan saat itu Brian tengah bermain dengan mainannya.

Saat itu suamiku tengah duduk santai di sofa, Brian pun menghampirinya dengan membawa mainan bola berbahan karet.

Kala itu Brian meminta mas Leo selaku ayah kandungnya untuk bermain bola bersama dengannya.

"Yah, yah. Ayo main ola, yah," ucapnya dengan suara cadel.

Sementara mas Leo ia hanya menatap Brian dengan sekilas, mas Leo pun kembali melihat ponselnya.

Kala itu aku melihat Brian yang terus merengek, dan terus menggoyangkan kaki ayahnya agar mau bermain bersama dengannya.

Namun apa yang aku lihat, aku pikir suamiku itu mau bermain dengan putranya, namun aku salah, mas Leo berdiri bukan untuk bermain dengan Brian, melainkan ia berdiri untuk menghindari putranya sendiri.

Sungguh aku sedih melihatnya, ditambah aku melihat wajah murung putraku, aku pun langsung menghampirinya.

"Bu, ayah ndak mau main ola ama Ayen," adunya saat aku menghampiri putraku itu.

Aku pun langsung memeluk tubuh putraku, ku kecup pucuk kepalanya berkali-kali, dan ku kecup pipi gembul nya.

Setelah itu aku pun melonggarkan pelukan ku, ku tatap mata putraku, mata serta wajah yang sangat mirip mas Leo waktu kecil.

Ku pegang kedua bahu putraku itu.

Dan ku katakan padanya. "Brian sayang, dengerin ibu. Ayah bukannya tidak ingin bermain sama kamu, tapi saat ini ayah sedang ada pekerjaan yang harus ayah kerjakan. Pekerjaan itu sangat penting, itu sebabnya, ayah tidak bisa main sama kamu."

"Mainnya sama ibu aja ya? Brian mau kan main sama ibu?" tanya ku, dan Brian pun mengangguk.

Aku pun membawa Brian ke taman yang ada dihalaman depan, aku dan Brian pun mulai bermain bersama.

Saat aku bermain dengan Brian, aku melihat mas Leo yang sudah rapi dengan pakaian santainya, entah kemana mas Leo akan pergi, aku tidak tau.

Aku sempat berpikir untuk mengakhiri pernikahan ku dengan mas Leo, lantaran sikap mas Leo yang tidak pernah berubah sama sekali.

Okelah jika dia bersikap dingin dan acuh padaku, aku tidak masalah sama sekali. Tapi ini, mas Leo bersikap dingin dan acuh pada putranya sendiri, dan hal itu berhasil membuatku sedih, marah, kecewa.

Namun setelah berpikir ulang, aku mengurungkan niatku untuk meminta cerai pada mas Leo, lantaran banyak sekali yang harus aku pertimbangkan.

...°°°...

How long do i have to wait for love from you? - Maryam.

Jangan lupa like, komen, vote, beri hadiah berupa bunga mawar (🌹) dan juga kopi (☕) hehehe.

Beri ulasan bintang lima, jika kalian suka dengan cerita diary Maryam ini.

Terima kasih 🫶

Chapter 2

Tapi rasanya aku pun tidak sanggup, jika harus melihat putraku terus saja mengharapkan kasih sayang dari ayahnya, yang bisa saat ini aku lakukan ialah terus berdo'a pada sang pencipta.

Agar suamiku itu dilembutkan hatinya, untuk menyayangiku dan juga Brian, putra kami.

Namun sepertinya Allah SWT ingin aku terus berdo'a padanya, hingga Brian sudah bisa bicara dengan lancar, bahkan usia Brian sudah menginjak usia enam tahun.

Dan sudah masuk ke sekolah dasar, sikap suamiku itu masih saja seperti dulu, tidak sama sekali berubah.

Sampai-sampai putraku itu meminta aku untuk menyekolahkan dia di sebuah pesantren, yang mana di pesantren itu terdapat sekolah dasar, dan di sana memang terdapat asrama khusus anak seusia Brian, jika ingin sekolah dan mondok.

Entah apa alasan Brian sehingga ingin sekolah sekaligus mondok, tapi yang jelas Brian pernah mengatakan bahwa dia ingin membuat diriku dan juga mas Leo bangga padanya.

Meski berat, aku pun mengijinkan putra ku itu sekolah sekaligus mondok di salah satu pesantren yang ada di Jawa Barat.

Kedua orang tua ku dan juga kedua orang tua mas Leo pun tidak keberatan, justru mereka malah senang, diusia Brian yang masih kecil sudah ingin mandiri sekaligus ingin mempelajari ilmu agama dengan baik.

Sementara mas Leo, sepertinya dia tidak perduli mau Brian sekolah dimana pun ia tidak perduli, dan bersikap bodo amat.

Terbukti sampai usia Brian menginjak usia sembilan tahun pun mas Leo tidak perduli sama sekali pun dengan Brian.

Meskipun saat Brian pulang ke rumah lantaran libur sekolah, mas Leo masih asik dengan dunianya sendiri.

Bahkan aku pernah menegur dan meminta mas Leo agar mau menyayangi Brian putranya, namun mas Leo tidak pernah sama sekali mendengarkan permintaan ku.

Hingga lambat laun, aku pun tau apa yang membuat mas Leo masih bersikap dingin padaku dan tidak pernah menganggap keberadaan ku dan juga Brian.

...°°°...

Author POV.

Suatu hari, seorang wanita berhijab kini tengah mengendarai mobilnya menuju ke kediamannya.

Wanita itu baru saja mengunjungi putra nya yang tengah menimba ilmu di sebuah pondok pesantren.

Tak lama, mobil yang ia kendarai pun sampai di rumahnya, ia pun turun dari mobilnya dengan wajah berseri.

Namun seketika wajahnya yang berseri pun digantikan dengan wajah marah, kecewa, dan sedih.

Bagaimana tidak, saat ia membuka pintu rumahnya, ia melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.

Yang mana ia melihat suaminya itu tengah berciuman dengan wanita lain.

"Assalamu'alaikum ... Astagfirullah! Mas, apa yang kamu lakukan!" pekik wanita itu saat ia membuka pintu rumahnya, dan masuk kedalam rumahnya.

Mendengar pekikan dari wanita itu, kedua orang yang tengah berciuman pun menghentikan ciuman mereka.

"Maryam," gumam seorang pria, yang tak lain ialah suami dari wanita hijab itu.

Ya, wanita hijab itu bernama Maryam, lebih tepatnya adalah Maryam putri Atmaja. Maryam yang selama ini mengira bahwa suaminya itu masih bersikap dingin padanya, lantaran ia mengira bahwa suaminya itu masih belum terbiasa, dengan keberadaannya.

Apalagi mereka menikah dikarenakan atas dasar perjodohan. Itu sebabnya selama ini Maryam memakluminya dan tidak pernah marah atas sikap yang ditujukan oleh suaminya.

Namun hari ini, ia mengetahui alasan sebenarnya, alasan mengapa suaminya itu masih belum bisa menerima pernikahan mereka, meski kini usia pernikahan mereka sudah hampir sepuluh tahun, dan meski mereka sudah dikaruniai seorang anak.

Ternyata selama ini suaminya itu memiliki wanita lain.

Maryam pun melangkah ke arah dua orang itu, dan ...

Plak.

Maryam pun menampar pipi wanita selingkuhan suaminya itu, hingga membuat wajah wanita itu menoleh ke samping, saking kuatnya tamparan yang dilayangkan oleh Maryam.

Maryam pun tidak tau apa yang telah ia lakukan, ia menatap tangannya yang sudah menampar pipi wanita yang diduga selingkuhan suaminya.

Sejujurnya Maryam bukan seperti dirinya, walaupun marah sekalipun dirinya tidak pernah mengotori tangannya.

Tapi sekarang, seakan-akan ia bukan seperti dirinya sendiri, hingga Maryam pun sadar dari lamunannya setelah mendengar bentakan dari suaminya.

"Maryam, apa yang kamu lakukan!!" bentak Leo yang menggema, ia pun membawa selingkuhannya kedalam pelukannya.

Melihat hal itu membuat Maryam sedih, lantaran suaminya itu lebih membela wanita itu dibandingkan dirinya, yang notabenenya adalah istrinya.

"Mas, kamu bela dia?" tanyanya, dengan tidak menyangka, bahkan kini matanya sudah berkaca-kaca.

"Ya, aku membela dirinya, kenapa? Apa aku salah membela kekasih ku?" jawabnya sekaligus bertanya.

Jedarrr.

Mendengar pengakuan dari suaminya yang jujur, membaut Maryam seperti tersambar petir di siang bolong.

"Mas kamu bohong kan, dan tentu saja kamu salah, kamu membela dia yang bukan siapa-siapa, dibanding aku istrimu," ucap Maryam dengan air mata yang sudah mengalir di kedua pipinya.

"Tidak, aku tidak bohong. Dan dengar kan aku baik-baik, dia adalah kekasihku, jauh sebelum aku dijodohkan dengan kamu!" ujar Leo dengan penuh tekanan.

"Tapi tetap saja, tidak seharusnya kamu membela pelakor ini!" ucapnya seraya menghapus air matanya, dan menunjuk kearah wanita yang masih berada di dekapan suaminya itu.

"Apa! Pelakor? Lu nyebut gua pelakor? Heh, asal lu atau ya, gua dan mas Leo itu sudah menjalin hubungan sejak lama. Tapi gara-gara kedua orang tuanya menjodohkannya dengan lu! Hubungan kita sedikit merenggang, dan kita berdua tidak bisa leluasa untuk bertemu. Jadi pelakor yang sebenarnya itu lu! Andai saja lu gak terima perjodohan ini, gua dan mas Leo gak harus sembunyi-sembunyi," ucap wanita itu, seraya mendorong Maryam dengan jari telunjuknya.

Maryam pun hanya diam seraya menatap ke arah dua orang itu dengan tatapan dingin.

Ya, kali ini Maryam tidak lagi mengeluarkan air matanya, ia baru sadar, bahwa air matanya itu berharga, dibanding menangisi pria seperti suaminya itu.

"Tapi tetap saja kamu itu seorang pelakor! Kamu hanya berstatus kekasihnya, sedangkan aku ... Aku adalah istrinya, kamu tau bukan kedudukan seorang istri itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan seorang pacar!" ujar Maryam dingin, dengan penuh tekanan di kata istri.

"Apa lu bilang!" Wanita itu pun hendak menampar Maryam, namun Maryam lebih dulu menangkap pergelangan tangan wanita itu, sehingga wanita itu tidak bisa menamparnya.

"Jangan pernah tanganmu yang kotor itu menyentuh pipiku," ucap Maryam masih dengan nada dingin, setelah itu Maryam pun menghempaskan lengan wanita itu dengan sedikit kasar.

"Oh ya, kamu bilang apa tadi? Gara-gara aku kalian harus bersembunyi jika ingin bertemu, dan gara-gara aku kalian tidak bisa menikah, lantaran aku menerima perjodohan ini?! Lalu bagaimana dengan dia?" Tunjuk Maryam pada suaminya itu. "Kenapa dia tidak menolak perjodohan nya? Dan kenapa dia tidak bilang pada kedua orang tuanya, bahwa dia sudah memiliki seorang kekasih?" lanjutnya.

...°°°...

LIKE! LIKE! LIKE!

VOTE! VOTE! VOTE!

KOMEN! KOMEN! KOMEN!

Jangan lupa beri hadiah jika ada, serta SUBSCRIBE untuk mendapatkan notifikasi update 🙏🤗

Follow ig : pri_vasyjigeum

Chapter 3

"Itu karena kedua orang tua mas Leo, tidak merestui hubungan kami. Dan alasan kenapa mas Leo menerima perjodohan yang konyol itu, serta tidak menolaknya, itu karena papahnya mas Leo mengancam, bahwa semua harta warisan yang dimiliki oleh papahnya tidak akan diberikan pada mas Leo! Itu sebabnya mas Leo menerima perjodohan sialan ini!" ucap wanita itu, yang secara tidak langsung membongkar alasan mengapa selama ini Leo mau menikah dengan Maryam, sementara Leo sendiri tidak pernah menganggap keberadaan Maryam menjadi istrinya.

"Kamu bilang hubungan kalian tidak direstui oleh orang tuanya mas Leo? Tapi kenapa kalian masih menjalin hubungan?" tanya Maryam tidak mengerti.

"Itu karena kami saling mencintai," jawabnya dengan bangga, bahkan ia memeluk lengan Leo dengan mesra, yang sedari tadi hanya diam.

"Cih, cinta." Maryam pun berdecih dengan pelan, sehingga kedua orang yang ada dihadapannya tidak bisa mendengar.

"Sudah bermesraan nya?" tanya Maryam dengan dingin.

"Jika sudah, maka kamu bisa pergi dari rumahku," lanjutnya.

"Apa rumah lu? Asal lu tau, ini adalah rumah mas Leo. Yang mana nantinya, rumah ini akan ditempati dengan istrinya dan ... "

"Dan aku adalah istrinya. Jadi rumah ini adalah rumahku juga," sela Maryam, yang menyela ucapan dari wanita itu.

"Jadi pergi dari rumahku sekarang juga!" Maryam pun mengusir wanita itu dengan tegas.

"Atau kamu ingin aku paksa untuk pergi dari sini?" lanjutnya.

Lantaran wanita itu diam saja, Maryam pun melangkah untuk mendekat ke arahnya.

Maryam pun langsung menarik lengan wanita itu, dengan sedikit kasar, kemudian Maryam pun membawa wanita itu untuk keluar dari rumahnya.

"Akhhhh sakit! Lepaskan tanganku sialan!" pekik wanita yang bernama Monic.

"Maryam apa yang kamu lakukan?!" ucap Leo yang sedari tadi hanya diam saja.

Namun Maryam tidak perduli, ia pun terus menarik Monic hingga wanita itu keluar dari rumahnya.

Saat sudah di depan pintu, Maryam pun langsung menghempaskan tangan Monic dengan kasar, hingga Monic hampir saja terjatuh ke atas lantai.

Setelah itu Maryam pun menutup dan mengunci pintu rumahnya, ia pun beristighfar.

Maryam pun berbalik, dan pada saat ia membalikan badannya, ia melihat suaminya itu tengah menatapnya dengan tatapan yang tajam.

Maryam pun menghela napasnya untuk meredakan emosinya.

Ia pun melangkahkan kakinya tanpa perduli dengan suaminya yang menatap dirinya dengan tatapan tajam.

Namun baru saja ia melangkah, tiba-tiba lengannya dicekal oleh suaminya.

"Mau kemana kamu?" tanya Leo dengan dingin. "Jawab aku, kenapa kamu melakukan itu padanya, hah!" lanjutnya dengan membentak Maryam.

Maryam pun hanya bisa memejamkan matanya, sungguh sakit rasanya mendengar bentakan dari suaminya itu.

Maryam pun membuka matanya. "Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu melakukan itu? Kenapa kamu berciuman dengan wanita lain, di rumah yang aku tempati?" tanya Maryam dengan dingin, seraya menatap mata suaminya.

"Kamu ingin tau jawabannya? Baiklah, akan aku beri tau." Leo pun menjeda ucapnya. "Asal kamu tau, terserah aku mau melakukan apapun bersama dengan kekasih ku di rumah ini! Karena rumah ini adalah rumah ku, jadi aku berhak melakukan apapun yang aku mau," lanjutnya dengan nada dingin pula, bahkan Leo pun meremas lengan istrinya itu dengan kencang, sehingga membuat Maryam kesakitan.

"Dan aku tidak akan tinggal diam, melihat kalian melakukan hal yang menjijikan di rumah yang aku tinggali dan tempati bersama putraku! Itu sebabnya, aku mengusir wanita itu!" Maryam pun membalas ucapan suaminya, dengan menatap mata suaminya dengan tajam, mereka pun saling tatap-tatapan.

Deg.

Entah siapa yang berdetak jantungnya, tapi yang jelas Leo langsung mengalihkan pandangannya.

Leo pun melepaskan cengkraman nya.

"Jika begitu, keluarlah dari rumah ini dan jangan pernah kembali lagi," ucap Leo tanpa melihat ke arah istrinya itu.

"Baik. Tapi jangan salahkan aku, jika papah tau akan hal ini," ujar Maryam. "Dan aku yakin, lambat laun papah akan tau hal ini, tanpa aku memberitahukan nya sekalipun," lanjutnya.

Setelah itu, Maryam pun pergi ke kamarnya yang ada dilantai dua, meninggalkan suaminya yang kini hanya diam.

...°°°...

Maryam POV.

Setelah mengatakan itu, aku pun pergi ke kamarku dengan suamiku. Ya, aku dan mas Leo memang tidur satu kamar, dan mas Leo pun masih memberikan nafkah lahir maupun batin, meski sikapnya masih dingin padaku, dan tidak pernah menganggap keberadaan diriku.

Jika kalian bertanya, mengapa suamiku itu masih memberikan aku nafkah, baik nafkah lahir maupun batin, maka jawabnya hanya mas Leo lah yang tau.

Aku pun masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamarku, aku tidak perduli jika nantinya mas Leo akan tidur dimana.

Yang jelas aku ingin menangis sejadi-jadinya, meski aku tau air mataku terlalu berharga untuk menangisi pria seperti suamiku itu.

Tapi yang jelas, aku tidak bisa menahan air mataku, air mataku sendirilah yang tiba-tiba mengalir di kedua pipiku.

Dan aku tidak tau apa yang dilakukan oleh suamiku, apakah suamiku pergi ke rumah wanita yang bernama Monic itu atau menghubunginya, aku tidak perduli.

Setelah puas menangis, aku pun pergi ke kamar mandi guna membersihkan badanku ini.

Setelah mandi dan berganti pakaian dengan pakaian tidur, aku pun merebahkan tubuhku di atas ranjang, dan tak lama aku pun mulai memejamkan mataku.

Aku berharap ini semua hanyalah mimpi, dan aku berharap besok kembali seperti sebelumnya.

Yang dimana, aku masih belum mengetahui pengkhianatan suamiku padaku, sejujurnya lebih baik suamiku bersikap dingin padaku dengan alasan perjodohan.

Dibanding dengan mengetahui bahwa ia bersikap dingin padaku lantaran dia mempunyai wanita lain. Dan sejujurnya, aku pun merasakan sakit hati, dan cemburu ketika mengetahui suamiku berselingkuh.

Meski aku tau sejak awal bahwa suamiku tidak pernah mencintai ku.

Namun tetap aja, aku sebagai seorang istri merasa cemburu akan hal itu.

Tak lama, aku pun mulai memasuki dunia mimpi.

...°°°...

Author POV.

Sementara itu disisi lain, Leo yang tengah menghubungi kekasihnya itu untuk menanyakan kabar kekasihnya itu.

"Yasudah, aku tutup teleponnya, selamat malam, mimpi indah."

"Selamat malam juga honey, jangan lupa mimpi-in aku ya."

"Iya, jika bisa, hahaha."

"Isss kamu."

"Hahaha bercanda sayang, maaf ya."

"Hm, love you."

"Love you too, muachhh."

Leo pun mematikan sambungan telepon itu, dan ia pun naik ke lantai dua, yang dimana kamarnya berada.

Namun pada saat ia sampai di depan kamarnya, pintunya dikunci dari dalam, Leo yakin ini pasti ulah Maryam, istrinya.

Leo pun mengetuk pintu itu, namun tetap saja pintu itu tidak di buka.

"Sialan, sedang apa dia sebenarnya? Apa dia sudah tidur?" monolognya.

"Ck, menyebalkan." Leo pun pergi dari sana, ia memutuskan untuk tidur di kamar putranya, yang letaknya masih berada di lantai dua.

...°°°...

Happy New year 2024 🥳

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!