NovelToon NovelToon

The Sweetest Couple

01. MIMPI BASAH

"Katakan aja apapun yang kamu inginkan, pasti akan aku berikan. Aku sangat mencintaimu karena itu akan aku berikan segalanya untukmu,"

Terdengar sebuah suara yang berasal dari sosok pria yang berdiri di hadapan Reli saat ini. Akan tetapi kilauan cahaya yang memancar di wajah pria itu membuat gadis itu tidak bisa melihat wajah pria tersebut.

Teesss teeesss...

Reli langsung membuka matanya dengan rasa terkejut. Baru saja gadis itu menarik nyawanya untuk menyatu kembali dengan tubuhnya yang tertidur saat merasakan tetesan-tetesan air membasahi wajahnya.

"Astaga," gumam Reli ketika sekali lagi air yang berasal dari atap rumahnya membasahi tepat di keningnya.

Segera gadis itu beranjak bangun dari tempat tidur sambil mengusap wajahnya yang menjadi basah.

"Ya ampun, kenapa bisa bocor lagi?" Ditatapnya atap rumah yang tampak meneteskan air demi air ke atas tempat tidur kecilnya.

Secepatnya gadis itu mencari sesuatu untuk menadahkan air tersebut agar tidak lebih membasahi tempat tidurnya.

Diambilnya sebuah gelas yang berada di meja samping tempat tidur, namun sebelumnya gadis itu meminum habis isi gelas tersebut sebelum dijadikannya wadah menampung air hujan yang menerobos masuk ke kamarnya.

"Argh! Kenapa harus bocor lagi? Padahal baru aja mimpi indah," gumam Reli dengan kesal sambil duduk di kursi kayu yang berada di samping pintu kamarnya. "Siapa dia?"

Gadis berusia 21 tahun itu mencoba mengingat kembali mimpinya. Mimpi yang menurutnya adalah mimpi indah.

"Aahh, pria itu keliatan kaya. Dia siapa ya? Kenapa bisa aku mimpiin dia?" Reli terus berusaha mengingat kembali mimpinya untuk mencari tahu siapa pria yang baru saja berada di dalam mimpinya. "Andaikan mimpi itu nyata. Semoga ada cowok kaya yang beneran bilang gitu padaku."

Gadis bernama lengkap Aurelia Aurita Soejono tersebut tersenyum sendiri dan mulai berkhayal memiliki kekasih tampan dan kaya seperti yang sering dirinya tonton di drama Korea kesukaannya.

Suara alarm di ponselnya mengejutkan gadis yang sedang mengkhayal mengenai pria tampan nan kaya di dalam mimpinya.

"Ganggu aja," Reli menggerutu sambil menyambar ponsel di atas meja.

Setelah mematikan alarm yang sudah menunjukkan pukul lima pagi tersebut, diintipnya sebuah chat WhatsApp dari salah seorang teman SMA-nya. Chat yang sejak semalam sengaja tidak dirinya buka meski sudah dibacanya melalui notifikasi yang muncul di layar ponsel.

Besok malam kamu udah pasti datang kan?

Gadis itu tidak membalas pesan tersebut dan menutup kembali ponselnya dengan hembusan napas kasar dari mulutnya.

Hari ini adalah reuni alias pertemuan kecil-kecilan dirinya dengan teman-temannya dulu di sekolah menengah atas. Dia menjadi tidak semangat untuk datang ke pertemuan tersebut karena satu hal.

"Reli bangun!! Kamarnya bocor lagi nggak?" Terdengar suara dari luar yang merupakan ayah Reli.

Dengan malas gadis berambut cokelat sebahu itu beranjak berdiri dan membuka pintu kamarnya.

"Kenapa masih bocor ya?" Tanya Pak Rusli Soejono memperhatikan atap kamar anak gadisnya.

Reli tak menjawab, gadis itu mengambil handuk yang tergantung di balik pintu kamar dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan tidak semangat.

"Si Iteung kayaknya sakit, dari malam muntah terus," ujar Angga—adik laki-laki Reli yang berusia 19 tahun sambil memperhatikan kucing domestik peliharaan keluarga tersebut.

"Makanya jangan kasih makanan aneh. Kasih ikan asin aja cukup, pake dikasih Whiskas segala. Mana doyan!!" sahut Reli yang baru saja keluar dari kamar setelah siap untuk berangkat bekerja. "Ayah masih sakit kepala?" Tatap Reli pada sang ayah yang baru keluar dari kamar mandi.

"Masih, makanya Ayah nggak jualan dulu," jawab Rusli masuk ke dalam kamarnya.

"Istirahat Ayah, dan minum obat," seru Reli sedikit berteriak karena ayahnya sudah menutup pintu kamar.

Pukul setengah sepuluh pagi, dengan sedikit tergesa-gesa Reli menaiki motor sekuternya. Hujan terus saja turun hingga mau tak mau gadis itu menunggu reda untuk berangkat bekerja.

Gadis itu bekerja di sebuah salon yang berada di salah satu mall megah di Jakarta. Jam masuk bekerja adalah pukul sembilan pagi sehingga saat ini gadis itu sudah sangat terlambat.

Reli melajukan motor sekuter miliknya setelah hujan tampak berkurang intensitasnya. Gadis itu tidak memakai jas hujan karena berpikir kalau semakin lama hujan akan reda dan akhirnya juga akan berhenti.

Dia hanya memakai jaket biasa dan menutupi kepalanya dengan helm. Di telinganya terselip earphone yang menyetel lagu favoritnya. Sambil bernyanyi gadis itu menikmati perjalanannya meski sedang dikejar-kejar waktu.

Tanpa diduga, ketika melewati suatu genangan, sebuah mobil mewah berjalan dengan sangat cepat hingga gedangan air tersebut menyiprat pada Reli.

"Sialan!! Woy!! Pelan-pelan kalo jalan!!" Seru Reli berteriak dengan sangat keras.

Namun tampaknya teriakannya sia-sia, si pengemudi mobil BMW berwarna putih itu masih melesat dengan sangat cepat melewati gadis tersebut.

Reli hanya bisa menahan rasa kesalnya sambil mencoba mengibaskan pakaiannya yang saat ini menjadi basah kuyup.

"Sialan! Mentang-mentang orang kaya!!" Kesal Reli diiringi dengan geraman penuh amarah. "Argh!! Aku harus nuntut balas perbuatan dia!!"

Dengan cepat Reli kembali melajukan motornya untuk mengejar mobil yang sudah membuatnya menjadi marah. Namun sayangnya, gadis itu kehilangan jejak si pengendara.

Tentu saja, laju mobil mewah tidak akan mungkin bisa dikejar dengan motor dengan cc rendah milik gadis itu. Padahal dirinya sudah berusaha secepat mungkin untuk mengejarnya hingga tidak langsung menuju mall tempatnya bekerja.

"Sialan!!" Sekali lagi Reli menggeram dibalik helm yang digunakannya. "Ya ampun, ini udah siang banget." liriknya ke jam tangan yang sudah menunjukkan jam sepuluh.

Reli melaju masuk ke dalam kawasan mall untuk menuju tempat kerjanya. Ketika dia hendak berjalan masuk ke tempat parkir, tanpa sengaja dirinya melihat mobil yang tadi sudah mencari gara-gara padanya.

Mobil berwarna putih tersebut berhenti tepat di depan lobby mall. Melihatnya, Reli menghentikan motornya.

"Bu—bukannya itu mobil sialan tadi?" Reli bertanya pada dirinya sendiri. "Sialan, ternyata dia ke sini."

Ketika Reli hendak menjalankan motornya untuk mendekati mobil tersebut. Muncul dari dalam pintu mall seorang pria dengan tampilan yang menarik perhatian.

Pria dengan tubuh tinggi dan berambut pirang, serta telinga kirinya terdapat sebuah anting. Pria itu juga memakai kacamata hitam dengan setelan pakaian celana denim dan jaket kulit berwarna cokelat. Siapapun akan langsung melihat padanya karena penampilannya itu sangat eye-catching.

"Apa dia si sialan yang buat aku basah kuyup?" Ujar Reli. "Ya ampun, warna rambut apa itu." Reli mendengus melihat orang yang berhasil membuat moodnya hari ini memburuk.

Pria itu berjalan masuk ke dalam mobilnya dan melaju, melihatnya membuat Reli yang menjadi memperhatikan penampilan pria itu terkejut.

"Sialan, dia mau kabur lagi!!" Seru Reli langsung turun dari motornya untuk mengejar mobil tersebut.

Akan tetapi pria itu sudah melaju dengan sangat cepat pergi meninggalkan tempat itu.

"Argh! Sialan!!" Kesal Reli pada dirinya sendiri.

Karena terlalu kesal, gadis itu berteriak sambil menghentakkan kakinya hingga semua mata yang berada di tempat itu menatapnya dengan aneh.

Tiiiiiinn tiiiiinn

Reli tersentak kaget dalam kesalnya saat suara klakson mobil terdengar. Gadis itu langsung sadar kalau dirinya berdiri berada di tengah jalan di depan lobby.

"Kamu baik-baik aja?"

Saat Reli berbalik, seorang pria yang berada di kursi belakang mobil yang baru saja membunyikan klakson terlihat mengeluarkan kepalanya untuk berbicara dengan gadis itu.

Bukannya menjawab, Reli malah terpesona dengan wajah tampan yang baru saja menanyakan keadaannya.

Mendengar pertanyaan pria itu membuatnya teringat kembali dengan mimpinya, dan saat ini gadis itu pun merasakan perasaan yang sama ketika dirinya berada di dalam mimpi.

Ternyata kamu yang ada di dalam mimpiku.

...@cacing_al.aska...

Kisah ini adalah kisah yang menceritakan anak pertama dari Zeno Royce Jayantaka (Obsesi Cinta CEO Gay—Paijo) dan merupakan kakak dari Tyaga Zeza Jayantaka (Panglima Perang VS Ambitious Girl—Noveltoon).

Walau nggak ada kaitannya, silakan intip juga gaes, kali aja pinisirun.

...🫰🫰🫰...

02. PRIA DI DALAM MIMPI

Katanya kita tidak bisa memimpikan seseorang yang tidak pernah kita temui. Entah itu suatu teori yang benar atau tidak, namun untuk gadis yang berharap memiliki pasangan tampan dan kaya raya seperti Reli, tampaknya tidak memedulikan teori seperti itu.

Wajah tampan yang dilihatnya saat ini langsung menyihir dirinya hingga dunianya terasa berhenti seketika.

Pria di dalam mobil hitam yang dengan sengaja mengeluarkan kepalanya untuk menegur gadis itu, langsung mengingatkan Reli pada pria yang ada di dalam mimpinya. Reli pun sangat yakin kalau dialah pria yang dimimpikannya.

"Bisa tolong minggir sebentar?"

Pertanyaan pria yang duduk di kursi belakang mobil tidak benar-benar Reli dengar, gadis itu masih saja berada di dimensi lain dengan bayangan indah yang ada di benaknya mengenai pria tersebut.

Drrtttt drrrttt drrrttt

Suara dering ponsel diiringi getaran miliknya akhirnya menyadarkan Reli pada rasa terpesonanya tersebut.

Dengan rasa sedikit malu, dia melihat ke sekeliling di mana beberapa orang tampak memperhatikannya, bahkan seorang security terlihat hendak berjalan mendekatinya.

Gadis itu berusaha menahan rasa malu sambil bergegas ke pinggir untuk menjawab telepon dari atasannya di tempat kerja.

"Reli, yeiy di mana? Udah jam berapa ini? Ck! Cepat ke sini, abis makan siang ada pelanggan yang nyari yeiy!!"

Suara berisik atasan Reli yang merupakan seorang pria kemayu terdengar di ujung telepon, akan tetapi fokus gadis itu lagi-lagi teralihkan pada pria tadi.

Mobil di mana pria tadi berada berhenti di depan pintu lobby mall. Seorang pria yang berpakaian tampak rapi dengan setelan formal langsung keluar dari mobil itu saat security membukakan pintu untuknya.

Pria tersebut langsung bergegas masuk dengan di sambut beberapa staff mall yang terlihat sangat menghormatinya.

"Woy ubur-ubur, yeiy dengar nggak?"

Teriakan atasannya di tempat kerja yang bernama Jack alias Jaka, mengejutkan Reli.

"Iya ini lagi markirin motor dulu," jawab Reli dengan kesal karena atasannya itu memanggil dirinya dengan sebutan yang paling membuatnya kesal.

Aurelia Aurita adalah nama lain dari ubur-ubur bulan, sehingga panggilan ubur-ubur sering digunakan beberapa orang pada Reli, dan itu selalu membuat gadis itu kesal karena tidak menyukainya.

Setelah memarkirkan motor miliknya, Reli segera bergegas ke salon tempat dirinya bekerja. Sudah dua tahun gadis itu bekerja di tempat itu. Karena keahliannya sebagai hair stylist, membuatnya memiliki banyak pelanggan, terutama pelanggan yang ingin mengubah warna rambutnya.

"Sorry Jack, tadi ada insiden makanya aku terlambat," ujar Reli ketika melangkah masuk ke dalam Salon.

"Omaigad, baju yeiy basah kuyup, sana cepat ganti. Jangan sampai pelanggan liat!!" Seru Jack yang langsung mendorong Reli dengan ujung-ujung jarinya untuk masuk ke dalam ruang karyawan.

Reli langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam salon.

"Siapa yang nyariin aku?" Tanya Reli yang masih berada di dalam kamar mandi.

"Aduh, siapa ya tadi namanya?" Suara Jack terdengar seperti sedang berpikir menjawab pertanyaan Reli. "Pelanggan baru, tapi dia dapat rekomendasi dari Dena."

"Dena?" Tanya Reli saat membuka pintu kamar mandi dan melihat atasannya berdiri menunggunya. "Maksudnya Denada Patricia?"

"Ya, siapa lagi. Dia itu pelanggan setia yeiy, tapi sejak vakum nyanyi dan ngelanjutin sekolah di New Zealand, dia jadi nggak ke sini lagi," jawab Jack sambil berjalan mengikuti Reli yang hendak keluar dari ruang karyawan.

"Apa dia artis juga?" Tanya Reli sambil berjalan dan tatapannya terfokus pada layar ponselnya.

Teman SMA-nya yang bernama Kirana sekali lagi mengirimkan chat WhatsApp pada Reli. Isinya lagi lagi menanyakan gadis itu apa akan datang ke acara reuni nanti.

"Sepertinya bukan, aku belum pernah liat orang itu," sahut Reina—karyawan lainnya yang sedang memijat kepala pelanggan. "Dia ngotot mau kamu yang warnain rambutnya, dia udah ke sini tapi karena kamu belum ada jadinya nanti balik lagi."

"Jadi begitu," gumam Reli.

Suara televisi mengalihkan perhatian semua orang di tempat itu, termasuk Reli yang masih sibuk berpikir apakah akan pergi ke acara reuni atau tidak.

Acara di mana sedang menayangkan acara gosip. Gosip yang mengabarkan mengenai aktris wanita terkenal bernama Regina Anasyah yang dikabarkan dekat dengan seorang pria.

Sebuah foto yang tidak terlalu jelas ditampilkan di layar televisi, di mana aktris yang sedang naik daun tersebut terlihat sedang akan makan malam bersama dengan seorang pria. Akan tetapi foto pria tersebut terlihat blur sehingga identitasnya tersembunyi karena wajahnya tidak terlihat.

Namun saat melihat pria di dalam foto yang ditampilkan, mengingatkan Reli pada pengendara arogan yang sudah membuat pakaiannya basah kuyup. Semua itu karena rambut pria di dalam foto yang terlihat berwarna pirang.

"Siapa pria yang beruntung jadi pacar wanita sempurna seperti Regina Anasyah?" Komentar Reina pada tayangan televisi tersebut.

"Tapi sepertinya nggak asing. Maksudnya pria itu kayaknya—"

"Selamat datang,"

Suara karyawan lainnya yang menyambut pelanggan datang menyambar perkataan Jack. Reli pun segera menghampiri pelanggan tersebut untuk melayaninya.

Sehabis melayani satu pelanggan dan menghabiskan waktu lebih dari satu jam, Reli pergi bersama dengan Reina untuk makan siang.

Gadis itu harus cepat-cepat menyelesaikan makan siangnya karena setelah jam makan siang atau sekitar pukul satu, pelanggan yang sudah membuat jadwal padanya akan datang.

"Jadi kamu akan datang atau nggak ke reuni itu?" Tanya Reina saat mereka berdua berjalan kembali dari kantin pekerja di mall tersebut menuju Salon. "Mereka pasti datang, saranku sebaiknya nggak usah."

"Aku juga masih bingung," jawab Reli dengan tidak semangat.

"Bilang aja, kamu harus lembur. Oh iya abis ini kan kamu ada pelanggan yang mengecat rambutnya, itu akan makan waktu lama. Jadikan itu alasan aja,"

Reli mempertimbangkan perkataan gadis yang sudah menjadi sahabatnya itu.

Tiba-tiba pandangan gadis itu mengarah ke sebuah departemen store, matanya pun membola saat melihat pria tampan yang tadi pagi dilihatnya di depan lobby mall.

"Ada apa?" Tanya Reina tampak aneh saat Reli terlihat melongok ke dalam departemen store.

"Rei, pria itu ganteng banget kan?" Tanya Reli tampak senang saat melihat pria yang membuatnya terpesona.

"Kamu nggak tau siapa dia?" Reina tampak heran melihat sikap Reli.

"Siapa?"

"Dia adalah CEO perusahaan yang memiliki mall ini. Dan anehnya, dia itu anak dari pemilik Fourth Harrison Hotel. Nggak tau kenapa dia lebih memilih jadi CEO di perusahaan lain, padahal orangtuanya memiliki banyak hotel. Apalagi perushaan pemilik mall ini juga mengelola hotel yang merupakan kompetitor hotel milik keluarganya. Namanya Frederick Harrison," jawab Reina.

"Pa—pantas aja tadi semua orang terlihat nyambut kedatangannya," ucap Reli yang terkejut. "Dia keren banget, jodohku—"

Perkataan Reli terpotong karena Reina langsung menarik lengannya untuk menyeretnya meninggalkan tempat itu.

"Jangan kebanyakan berkhayal! Sadar diri ubur-ubur, kita nggak mungkin dilirik kalangan atas seperti mereka!!" Seru Reina mencoba menyadarkan sahabatnya itu dari halusinasi yang terus dirasakannya.

"Biarin aja!!" Seru Reli menarik lengannya ketika mereka berdua sudah berada di depan Salon di mana mereka bekerja. "Kamu tau, semalam aku bermimpi lihat dia. Siapa namanya tadi? Predik siapa?"

Reina hanya mendengus merespon perkataan Reli dengan tidak habis pikir.

"Argh! Masa bodoh dengan namanya. Oh mpretku... Aku yakin kita berjodoh," oceh Reli dengan tingkat kehaluan yang sudah akut.

"Kalian kenapa lambretta lamborghini? Cepat Reli, pelanggannya udah nunggu dari sepuluh menit lalu!!" Jack yang melihat kedua gadis itu berdiri di depan pintu langsung menghampiri mereka.

Reli berjalan masuk ke dalam pintu Salon, matanya langsung mendelik saat melihat pria yang sedang duduk di kursi tunggu. Rasa kesalnya muncul kembali saat pria berambut pirang itu juga melihat ke arahnya.

"Ternyata yang akika duga benar. Sepertinya dia pria yang ada di foto bersama Regina," bisik Jack pada Reli.

...@cacing_al.aska...

03. BALAS DENDAM

Orang bilang jodoh itu Tuhan yang mengatur. Berharap dan seberusaha apapun kita menginginkan seseorang untuk menjadi jodohnya, semuanya tidak berguna ketika Tuhan sudah berkehendak.

Seperti halnya Reli yang menginginkan kalau pria tampan yang kaya raya seperti Frederick Harrison sebagai jodohnya, tidak akan diketahui sebelum takdir berkata apapun.

Dan sekarang, saat ini rasa senang yang dirasakan gadis itu ketika melihat pria yang dia harapkan akan menjadi jodohnya, berubah karena melihat pria yang pagi ini membuat rasa kesal luar biasa dirinya rasakan.

"Tuan, silakan," Jack mempersilakan pria yang sudah menunggu dengan rasa bosan hingga siapapun dapat melihat dari raut wajah masamnya.

"Apa dia Aurelia Aurita?" Pria itu beranjak berdiri dengan tatapan tajam pada Reli.

"Benar tuan. Silakan," ujar Jack mempersilakan pria tersebut menuju salah satu kursi yang berada di depan cermin.

Pria itu membuka jaket kulitnya dan hanya mengenakan jersey basket sehingga lengan kirinya yang dipenuhi tato terlihat.

Dengan menahan rasa kesal, Reli berjalan masuk ke dalam ruangan karyawan bersama dengan Reina. Ingin rasanya gadis itu membahas perbuatan pria itu tadi pagi, akan tetapi sepertinya pria tersebut tidak menyadari perbuatannya yang membuat Reli kesal.

"Ada apa Rel?" Tatap Reina pada Reli yang memasang wajah kesal. "Pria itu nggak kalah ganteng dari Frederick Harrison, malah aku rasa dia lebih keren. Pantas aja Regina mau dengannya."

"Dia pengendara mobil arogan yang buat bajuku basah kuyup tadi. Aku harus balas perbuatannya!!" Geram Reli dengan tanduk yang seperti terlihat keluar dari kepalanya karena rasa marah yang dirasakannya.

"Apa?" Reina tampak terkejut.

"Reli, cepat keluar, jangan buat dia semakin lama nunggu!!" Ujar Jack membuka pintu dan berjalan masuk.

Suaranya sedikit berbisik saat berkata seperti itu. Terlihat rasa khawatir yang terpancar dari wajahnya.

"Kenapa bos kayak takut gitu?" Tanya Reli dengan santainya.

"Gimana nggak takut. Ternyata dia itu anak dari pemilik perusahaan Jayantaka Enterprise. Perusahaan yang punya mall ini. Namanya Jarvis Zeza Jayantaka," jawab Jack dengan gaya kemayu. "Apa jadinya kalo dia sampai ngamuk? Jadi mending buruan layanin deh,"

Reli dan Reina tampak terkejut mendengar jawaban Jack. Terutama Reli. Gadis yang ingin menuntut balas atas perbuatan pria itu menjadi bingung harus bagaimana.

"Sialan!! Pantesan dia keliatan nggak peduli dengan sekitarnya. Ternyata dia beneran anak konglomerat," gumam Reli yang masih berada di dalam ruang karyawan seorang diri.

Meski tahu siapa pria yang dihadapinya, tidak membuat rasa kesal Reli memudar, bahkan gadis itu semakin geram dan ingin memberi pelajaran pada pria arogan tersebut.

Terpikirkan sebuah ide untuk melampiaskan rasa kesalnya pada pria itu. Tentunya, dirinya sudah mengira apa konsekuensi yang akan dia terima nanti.

Dengan langkah perlahan Reli keluar ruang karyawan dan mendekati pria bernama Jarvis itu.

Pria tersebut sedang menerima telepon, namun segera menutupnya setelah Reli berdiri di belakang kursi yang didudukinya.

"Bisa dimulai sekarang?" Pria bernama Jarvis tersebut menatap Reli dari pantulan cermin besar yang ada di hadapannya.

"Sebelumnya aku minta maaf karena hari ini datang siang dan buat tuan menunggu," ucap Reli menatap pantulan diri Jarvis di cermin dengan dingin. "Tuan ingin merubah warna rambut?"

"Of course, setelah di Indo aku berpikir untuk mengembalikan warna aslinya. Ubah jadi hitam dan tolong rapikan sedikit, because it's too long," jawab Jarvis dengan cara bicara seperti orang asing.

Mendengarnya, Reli mendengus merasa tidak menyukai cara bicara pria yang duduk memunggunginya. Ditambah alasan yang diberikan pria tersebut pastinya bukanlah alasan yang sesungguhnya.

Gadis itu bisa menebak kalau alasan yang sebenarnya pria itu merubah warna rambutnya, semua ada kaitannya dengan foto yang beredar, foto di mana Regina Anasyah—aktris papan atas ketahuan makan malam dengan seorang pria. Ya, tentu saja, pria itu adalah pria yang saat ini bersama dengan Reli.

Dalam foto tersebut, tampak jelas kalau rambut pria itu berwarna pirang, karena itu, agar tidak ketahuan media pria bernama Jarvis memutuskan untuk merubah warna rambutnya.

"Any problem?" Tatap Jarvis saat melihat reaksi Reli di cermin.

"Sorry, nggak—nggak ada masalah," jawab Reli sambil mengambil kain putih untuk digunakannya. "Aku pikir sebaiknya jangan warna hitam, bagaimana kalau warna lainnya?"

Jarvis berpikir, pria itu terus menatap Reli yang berada di belakangnya melalui cermin. Temannya yang merekomendasikan seorang hairstylist tersebut, dan tentunya dia yakini kalau kemampuannya pastilah tidak diragukan lagi.

"Yeah, ok. Aku akan menyerahkan padamu aja. Aku yakin, kamu sudah berpengalaman dalam hal warna rambut yang cocok dengan karakter wajah seseorang. Right?" Ujar Jarvis.

"Tepat banget! Aku sudah berpengalaman dalam hal ini. Anda pasti tidak akan kecewa," jawab Reli dengan memulas sebuah senyum palsu.

Dimulailah untuk gadis itu melakukan tugasnya. Sebelum mewarnai rambut pria yang tampak tidak mencurigai apapun tersebut, Reli merapikan rambutnya dengan memangkas beberapa bagian.

"Namamu benar Aurelia Aurita?"

Pertanyaan Jarvis membuat Reli menatap tajam di depan cermin. Tatapannya mengarah pada pria yang sedang melihat ke layar ponselnya. Gadis itu sangat tidak menyukai ketika seseorang membahas nama lengkapnya. Karena untuknya nama yang diberikan oleh orang tuanya tersebut sangatlah aneh, akan tetapi dia tidak membencinya hanya tidak menyukai ketika seseorang mengatakan sesuatu mengenai nama itu. Semua itu karena hal tersebut seperti mengolok-olok dirinya.

"Itu nama yang sangat unik," ujar Jarvis melihat Reli di cermin.

Pria itu melihat ekspresi Reli yang terlihat tidak menyenangkan. Dia menjadi tahu kalau gadis yang sedang berdiri di belakangnya tidak menyukai apa yang baru saja dirinya katakan.

"I mean, I just found someone with that name. Itu sangat unique," lanjut Jarvis menyunggingkan senyumnya pada Reli mencoba bersikap ramah dan tidak ingin menyinggung gadis tersebut.

Reli tidak merespon, gadis itu membungkam mulutnya. Dia merasa kalau dirinya tidak perlu menanggapi pria yang sudah dirinya cap menyebalkan tersebut.

Segera Reli memotong rambut pria itu, sedangkan Jarvis menjadi diam karena sebelumnya perkataan dirinya tidak ditanggapi oleh gadis yang terlihat tidak ramah pada dirinya.

"Ini bagus," ujar Jarvis setelah Reli memangkas rambutnya yang sebelumnya sudah memanjang menjadi terlihat rapi.

"Ya, itu sudah pasti. Sebelumnya potongannya sangat berantakan," jawab Reli yang merasa heran karena potongan rambut pria yang merupakan anak seorang konglomerat tersebut tidak rapi.

Jarvis tidak menanggapi, pria itu hanya mengedipkan matanya beberapa kali seperti ada hal yang disembunyikannya, dan setelahnya kembali menatap layar ponselnya.

Reli melanjutkan pekerjaannya untuk mewarnai rambut Jarvis. Setelah mengambil pewarna rambut yang hendak dia gunakan, Reli kembali mendekati pria yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Bagi gadis itu, itu adalah hal yang bagus karena dengan begitu misi balas dendam dirinya bisa segera terlaksana.

Selama Reli mewarnai rambut Jarvis, pria itu hampir tidak memperhatikan karena saat ini dia lebih sibuk dengan ponselnya.

Selama hampir dua jam berlalu, sehabis mencuci rambut Jarvis, Reli hendak mengeringkan rambut yang sudah berubah warna tersebut. Dibukanya handuk yang menutupi kepala pria yang masih belum menyadari sesuatu.

Melihat hasil perbuatannya, Reli menahan tawanya, dan di saat yang bersamaan semua orang yang berada di tempat itu, termasuk Jack dan Reina melongok menatap pada rambut Jarvis.

"Sudah selesai, tuan," ujar Reli melihat Jarvis yang masih mengarahkan tatapannya pada ponsel miliknya ketika rambutnya baru saja dikeringkan dengan hairdryer.

"Ok, thank—" perkataannya terhenti saat Jarvis menarik pandangannya dari layar ponsel dan mengarah ke pantulan dirinya di cermin.

Pria itu sontak bangkit berdiri dengan wajah terkejut dengan raut kemarahan melihat rambutnya yang terlihat aneh.

"Apa-apaan ini?" geram Jarvis menoleh pada Reli. "What did you do to my hair?"

"Aku rasa warna itu cocok denganmu," jawab Reli tersenyum dengan rasa puas saat melihat hasil karyanya demi membalas dendamnya.

...@cacing_al.aska...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!