NovelToon NovelToon

Mengobati Hati Yang Terluka

Senja & Akash

Memiliki perasaan kepada ipar sendiri memang sudah sangat salah. Namun Senja yang selama ini menyimpan rasa kepada iparnya hanya mencintai dalam diam. Ia juga sama sekali tidak pernah berniat untuk menghancurkan pernikahan kakak dan Abang iparnya itu.

Hingga suatu ketika, sang kakak meninggal dunia saat melahirkan anaknya. Saat itulah pernikahannya dan Abang iparnya terjadi. Ya, Akash Cahari Bagaskara, putra semata wayang dari Bagaskara harus terpaksa menikahi adik iparnya setelah enam bulan sang istri meninggal dunia atas permintaan kedua orang tuanya yang tak ingin cucunya di asuh oleh orang lain.

Hidupnya seakan runtuh kala ia di paksa kedua orang tuanya untuk menikahi Senja yang notabene nya adalah adik iparnya sendiri. Awalnya ia juga dekat dan sangat baik dengan Senja, namun saat Senja menjadi istrinya, saat itulah Akash berubah seratus delapan puluh derajat.

Bahkan Senja yang dulu selalu mendapatkan perhatian dari Abang iparnya, karena Akash tidak memiliki adik, ia begitu menyayangi Senja seperti adiknya sendiri. Sama halnya almarhum sang kakak yang begitu menyayangi adiknya. Namun kini semuanya berubah begitu saja.

......................

"Mas, bangun mas, nanti mas telat ke kantor. Air hangat sudah Senja siapkan. Sarapan juga sudah jadi."

Mata lelaki itu mulai terbuka sempurna, sinar matahari yang masuk dari jendela menyilaukan penglihatannya. Seketika wajah wanita yang ada di hadapannya membuat ia terpaku. Namun seketika Lelaki itu menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Kenapa kamu tersenyum begitu, mas tidak butuh senyuman itu. Lagian sudah berapa kali mas katakan, kamu tidak perlu melakukan tugasmu. Karena mas tidak akan pernah menerima dengan kebaikan mu itu. Cukup kamu mengurus anakku."

Degh!

Sakit, tentu saja sakit. Lelaki yang selama ini berlaku baik padanya berubah seratus delapan puluh derajat setelah status mereka yang awalnya sebagai ipar, kini menjadi suami istri.

Senja pikir setelah menikah dengan Akash, ia akan dicintai seperti almarhumah sang kakak. Karena Senja sendiri tahu bagaimana suaminya dulu begitu mencintai alamarhumah kakaknya. Namun apa yang ia dapat, setiap hari sikap Akash semakin dingin kepadanya.

"Mas, kenapa mas berkata begitu, dulu mas begitu baik kepada Senja, mas juga menyayangi Senja seperti adik mas. Tapi kenapa setelah kita menikah, sikap mas berubah. Tidak bisakah mas juga menerima Senja seperti Senja menerima mas sebagai suami Senja."

"Simpan jauh-jauh angan kamu itu Senja. Sejak istriku meninggal, sejak saat itu cintaku telah habis bersamanya. Dulu aku memang menyayangimu seperti adikku, tapi saat kamu menerima pernikahan kita, sejak saat itu aku mulai membenci mu. Andaikan kau menolak pernikahan ini, kita tidak akan pernah menikah. Karena kuncinya ada pada dirimu."

Tes...

Airmata yang sedari tadi Senja tahan akhirnya luruh juga. Sakit.. Sangat sakit kala kata kebencian itu di lontarkan oleh lelaki yang sejak dulu ia cintai.

Ya, sebenarnya Senja sudah menyukai Akash sejak duduk di bangku SMA. Waktu itu Akash duduk di bangku kelas tiga, bersamaan dengan almarhumah sang kakak yang juga kelas tiga SMA, sedangkan Senja duduk di bangku kelas satu SMA. Ya, mereka hanya beda dua tahun saja.

Namun siapa sangka lelaki yang ia sukai malah berpacaran dengan kakak kandungnya sendiri. Kecewa tentu saja, namun ia berusaha menerima hubungan sang kakak dengan Abang iparnya, dan berusaha untuk melupakan Akash.

Namun setelah pernikahan sang kakak dengan lelaki yang ia sukai itu, rasa cinta Senja kepada Akash sama sekali tidak pernah berubah. Bahkan cinta itu setiap hari semakin tumbuh. Tapi bisa di jamin Senja sama sekali tidak pernah mendoakan bahwa kakak dan Abang iparnya berpisah.

Ia selalu mendoakan pernikahan kakak dan Abang iparnya baik-baik saja. Bahkan ia memohon kepada Yang Maha Kuasa agar cintanya kepada Akash segera hilang. Tapi siapa sangka kini lelaki itu menjadi suaminya. Tentu saja Senja bahagia. Namun kebahagiaan itu hanya sebatas angan-angan nya semata.

Sebenarnya saat Akash melontarkan kata-kata menyakitkan kepada istrinya yang kini, hatinya juga ikut sakit. Karena ia sadar bagaimana dulu ia menyayangi Senja seperti adiknya. Tapi hanya sebatas adik, tidak lebih.

Ia merasa telah mengkhianati almarhumah istrinya sendiri jika ia memperlakukan Senja seperti ia memperlakukan alamarhumah istrinya. Karena ia pernah mengatakan dulu bahwa ia tidak akan pernah menikah selain dengan Mentari. Ya, istri Akash bernama Mentari.

Tapi ia menelan ludahnya sendiri. Ia bahkan menikahi adik iparnya, adik kandung dari Mentari. Walaupun sekarang Mentari sudah tiada. Namun ia tetap merasa bersalah sudah melanggar ucapannya sendiri.

Akash pun berjalan melewati Senja begitu saja menuju kamar mandi. Seolah-olah Senja tidak ada di hadapannya. Senja hanya bisa diam mematung kala sang suami sama sekali tidak melirik kearahnya.

"Mas, padahal sudah tiga tahun kakak tiada, dan sudah dua tahun setengah pernikahan kita. Tapi kenapa kamu masih belum bisa menerima pernikahan kita. Apakah kamu tidak bisa mencintai aku mas. Andaikan kamu tahu, aku sudah mencintai kamu sejak kita masih remaja, jauh sebelum kamu dan kakak aku memiliki hubungan." bathinnya menangis sembari menatap punggung sang suami hingga menghilang dibalik pintu kamar mandi.

"Mama.."

Bocah kecil yang memanggilnya dengan sebutan mama masuk kekamarnya dan Akash. Bocah kecil itu sudah rapi dan wangi setelah dimandikan oleh baby sitter nya.

"MasyaaAllah anak mama sudah wangi, Adek sudah mamam sama sus?"

Bocah kecil itu menggelengkan kepalanya, walaupun ia belum bisa berbicara sempurna, namun ia mengerti apa yang di sampaikan oleh orang dewasa kepadanya.

"Ayo mamamnya sama mama ya, kita kebawah sembari menunggu papa."

Bocah kecil itu terkekeh kecil menampakkan giginya yang belum sempurna. Ia berjalan sembari memegang tangan sang mama. Walaupun Senja hanya ibu sambung, namun ia begitu menyanyi putri dari suami dan almarhumah sang kakak.

Sekitar lima belas menit menunggu di meja makan. Akhirnya Akash turun kebawah. Walaupun ia bersikap buruk kepada Senja, namun jika di hadapan anaknya serta dihadapan orang lain, Akash akan bersikap baik kepada Senja. Dan Senja sudah memahami itu.

"Halo anak papa yang cantik. Sudah lama menunggu papa? Mau makan sekarang?"

"Iya papa, adek lapal,"

Melihat interaksi antara anak dan ayah itu membuat hati Senja menghangat. Dengan telaten Senja melayani suaminya, setelah itu anaknya. Setelah suami dan anaknya dilayani dengan baik, barulah Senja mengambil nasi dan lauk untuk dirinya.

"Mas, hari ini Senja izin keluar ya. Bawa baby juga kok ketemu teman."

Akash hanya diam tanpa ingin menjawab pertanyaan Senja. Entah kenapa jika Senja izin keluar bertemu teman-temannya ia begitu tidak menyukainya. Padahal jarang-jarang juga Senja meminta izin. Karena sejak menikah Senja menjadi ibu rumah tangga mengurus dirinya dan anaknya.

"Ya sudah kalau tidak boleh." jawabnya sendu. Akash dapat melihat raut kesedihan di wajah sang istri.

"Yasudah kamu boleh pergi, ingat jangan sampai lengah menjaga anak kita."

Degh!

"Terimakasih mas." jawab Senja sumringah.

"Ayo baby, nanti ikut mama ya, ketemu aunty Cia.

......................

...To Be Continued...

Assalamu'alaikum Sahabat Musim_Salju

Bagaimana kabar sahabat semua. Musim_Salju muncul lagi dengan karya terbaru. Kali ini akan banyak menguras emosi para pembaca. Yuk siapkan hati untuk membaca karya author kali ini.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, agar Author semangat setiap kali update pada setiap karya yang akan dirilis dengan cara (like, komen, subscribe, vote, dll) terimakasih semuanya.

Welcome untuk yang baru bergabung, happy reading 🤍

Izin Ke Mall

Setelah suaminya Akash berangkat kekantor, kini giliran Senja dan putrinya yang tampan untuk bersiap. Karena Senja sudah janjian dengan sang sahabat bertemu di cafe yang ada di mall terbesar di kota tempat tinggalnya.

"Tita ketemu onty Cia ma?"

"Benar sayang, kita ketemu aunty Cia, baby senang tidak? kangen tidak sama aunty Cia?"

Baby girl menganggukkan kepalanya, ia sangat senang setiap kali bertemu dengan sahabat mamanya itu. Ya, baby girl sangat dekat dengan Cia, lebih tepatnya Camelia. Gadis yang juga sama cantiknya dengan Senja. Namun Camelia lebih suka di panggil Cia oleh orang-orang terdekatnya.

Camelia pun seseorang yang selama ini selalu memberikan semangat untuk Senja. Dia mengetahui semua kehidupan Senja, bagaimana perasaan Senja kepada Akash, bahkan saat Akash dan kakaknya Mentari menjalin sebuah hubungan.

Tentu saja Camelia kasihan kepada sahabatnya. Karena sedari dulu apapun yang ia suka, pasti menjadi milik sang kakak, atau tidak dia hanya mendapat bekas punya kakaknya saja. Sama halnya dengan kehidupan Senja yang sekarang, bahkan suami pun bekas suami alamarhumah sang kakak.

Kurang lebih dua puluh menit Senja dan baby girl bersiap, akhirnya mereka berangkat ke mall diantarkan oleh supir. Sepanjang perjalanan baby girl tidak henti-hentinya memandang jalanan sembari melompat kegirangan di jok mobil.

"Kak, lihat sekarang putri kakak satu-satunya sudah mulai tumbuh. Ia menjadi anak yang sangat cantik. Andaikan kakak masih hidup." bathinnya berbicara sembari memandang langit dari dalam mobil.

Kurang lebih tiga puluh lima menit Senja dan baby girl tiba di sebuah mall. Ternyata Cia sudah lebih dulu tiba. Ia sengaja menunggu di depan mall tersebut, agar masuknya bersamaan.

"Assalamualaikum Cia,"

"Wa'alaikumsalam, kamu apa kabar? Aku kangen tahu, sejak menjadi nyonya Bagaskara kamu susah untuk ditemui." goda Cia menyenggol bahu sahabatnya itu pelan.

Dua wanita cantik itu saling cipika-cipiki, menyalurkan kerinduan setelah satu setengah bulan tidak berjumpa, hanya sesekali bertukar kabar lewat panggilan telfon atau WhatsApp saja. Lalu atensi Cia menatap ujung baju sang mama dengan tatapan mata bobanya.

"Anak cantik aunty, aunty Cia kangen sama baby, baby kangen aunty tidak?"

"Tanen onty." kangen jawab baby menganggukkan kepalanya terkikik ala bayi seusianya.

Baby girl mendapatkan kecupan di seluruh wajahnya saking gemasnya Cia kepada anak sambung sahabatnya itu. Namun justru baby girl semakin terkekeh kala ia merasa kegelian.

"Jangan berlebihan dong Cia, ntar gatal-gatal wajah anak aku." ucap Senja bercanda sembari terkekeh.

"Bodoh Amat, ayo sayangnya aunty, kita keliling mall dulu ya, nanti aunty belikan mainan. Baru kita beli ice cream, mau?"

Baby girl menganggukkan kepalanya tanda senang mendengar perkataan Cia. Mereka berjalan-jalan memutari mall tersebut, hingga tiba di toko mainan. Mereka berhenti di sana dan melihat-lihat berbagai macam jenis mainan.

Cia membelikan semua mainan yang disukai oleh baby girl. Anak perempuan cantik tersebut sangat menyukai boneka barbie. Ia dibelikan dua buah boneka barbie kesukaannya edisi terbatas.

Melihat anak sambungnya tertawa bahagia mendapatkan hadiah dari Aunty Cia, seketika membuat Senja juga bahagia. Andaikan sekarang ia bersama Akash yang sedang jalan-jalan bertiga bersama putri mereka. Tapi sepertinya itu hanya sebuah angan-angan nya saja. Entah kapan Akash akan membuka hatinya kepada sosok wanita yang telah dinikahinya.

"Sayang, bilang apa sama aunty Cia?"

"Timakacih onty."

"Sama-sama sayang." ucap Cia mengelus sayang kepala baby girl.

Setelah puas berbelanja, mereka akhirnya menuju sebuah restoran yang cukup lengkap. Tidak hanya makanan berat saja yang tersedia disana, melainkan juga ada dessert dan sebagainya.

Mereka memilih berbagai macam menu kesukaan mereka. Lalu tak lupa Senja memesankan cemilan untuk sang anak. Sembari menunggu pesanan datang, mereka banyak mengobrol sedangkan baby girl sibuk dengan mainan barunya.

"Beb, bagaimana sikap mas Akash? apa dia masih sama seperti sebelumnya? Maaf ni ya, aku sedikit kepo, hehe." tanya Cia yang memang mengetahui problem rumah tangga sang sahabat.

"Ya, seperti yang kamu tahu Ci, entah sampai kapan mas Akash menutup diri dan tidak menerima pernikahan kami. Andaikan aku tidak menerima pernikahan itu, mungkin mas Akash tidak akan sebenci ini sama aku. Aku sejujurnya mau nyerah Ci. Sudah dua tahun setengah aku bertahan dalam pernikahan ini, tapi aku kembali teringat dengan baby, baby masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tua lengkap, walaupun aku hanya ibu sambung."

Mendengar penuturan sang sahabat, hati Cia terasa tercubit. Kasihan sekali sahabatnya itu. Begitu pikir Cia. Namun dia sebagai sahabat hanya bisa mendoakan Senja, tanpa bisa berbuat apapun.

"Yang sabar ya, mungkin kamu harus lebih berusaha dan bersabar lagi. Aku yakin suatu saat mas Akash bakalan menerima pernikahan kalian. Tapi Nja, kamu tidak mau jujur saja sama suami kamu, andaikan dia tahu mengenai kejadian sewaktu SMA itu, pasti dia akan menerima kamu dan merasa bersalah sama kamu."

Senja memang sempat ingin mengatakan kepada suaminya. Namun ia takut, jika suaminya tahu mengenai kejadian sewaktu mereka SMA, ia takut justru suaminya menyalahkan dirinya sendiri dan membenci almarhumah sang kakak. Biarlah ia menanggung semaunya sendirian. Karena Senja ingin suaminya benar-benar tulus mencintainya, bukan karena ada sebabnya.

Setelah pesanan datang. Mereka melahap makanan itu hingga tandas. Begitu juga dengan baby girl. Ia yang sudah diajarkan oleh Senja makan sendirian terlihat sangat rapi dan bersih. Sama sekali tidak ada makanan yang berserakan, sungguh rapi seperti ibu sambungnya.

Setelah puas bermain seharian, bercerita dan kini perut mereka juga sudah kenyang. Mereka langsung meninggalkan restoran itu menuju parkiran mall. Karena sang supir sudah menjemput mereka. Sekalian Cia diantarkan oleh Senja.

Namun saat berjalan menuju parkiran, tidak sengaja seseorang menabrak Cia yang tengah memegang tas belanjaan, hingga barang-barang yang ia pegang berserakan. Senja pun menurunkan baby girl dari gendongannya untuk membantu Cia.

Namun siapa sangka, saat Senja membantu sang sahabat, putrinya malah terdorong oleh orang lewat dan membuat bocah berusia dua setengah tahun tersebut terjatuh, hingga membuat jidatnya sedikit benjol. Baby girl pun menangis histeris karena ia juga kaget.

"Astaghfirullah, baby." Senja syok dan panik saat melihat kening putranya membiru.

"Mbak jalan lihat-lihat dong. Enggak lihat ini ada anak kecil."

Marah Cia saat melihat anak sahabatnya tersebut tidak berhenti menangis. Senja langsung menggendong sang putri dalam dekapannya.

"Mbaknya ini yang salah, sudah tahu ini tempat umum dan sedang ramai, kenapa malah di lepas anaknya."

"Eh cewek gila, sudah salah bukannya minta maaf malah menyalahkan orang lain."

Hampir saja Cia terbawa emosi jika Senja tidak menghentikan perdebatan diantara dua wanita yang ada di hadapannya. Mendengar Senja bersuara, seketika Cia diam dan beralih menatap baby girl.

"Sudah Cia, mbak maaf ya. Saya yang salah karena tidak mengawasi anak saya."

Wanita itu pergi begitu saja setelah Senja meminta maaf. Padahal seharusnya memang wanita itu yang meminta maaf, namun karena Senja tidak ingin jadi tontonan orang lain, lebih baik dia yang mengalah. Sedang Cia masih tidak terima kala Senja membiarkan wanita itu pergi begitu saja.

......................

...To Be Continued...

Kemarahan Akash

"Mama tatit mama, hiks.. hiks.."

"Astaghfirullah nak, bengkak kening Aya nak. Cup.. cup.. Kita duduk disana dulu ya, mama obati."

Senja tampak khawatir melihat kening sang putri sudah membiru. Pantas saja putrinya langsung menangis saat terjatuh tadi. Dengan telaten Senja mengompres kening sang putri menggunakan handuk kecil dan meniupnya.

Perlahan Cahaya diam juga dari tangisnya. Namun siapa sangka saat itu Akash yang sedang kunjungan ke mall miliknya tersebut melihat Senja dan putrinya. Ia langsung menghampiri istri dan anaknya itu.

"Senja, ada apa dengan Cahaya?"

Degh!

Senja takut jika sang suami murka kepadanya karena tidak bisa menjaga putri mereka dengan baik. Tapi yang namanya musibah tidak tahu kapan datangnya. Memang Senja disini juga salah, tidak seharusnya ia menurunkan sang putri saat ingin membantu Cia sahabatnya.

"Papa, Aya tidak apa-apa, mama cudah obati yang cakit ini." ucap bocah itu sembari menunjuk keningnya yang membiru dengan mulutnya yang maju.

"Senja, ayo ikut mas pulang. Ayo sayang gendong sama papa, dan kamu Amel, langsung kembali ke kantor menggunakan taksi, saya harus pulang sekarang juga."

Tampak Akash menahan amarahnya di hadapan sahabat istrinya serta dihadapan sang sekretaris pribadinya. Walaupun ia marah, ia tidak ingin orang lain mengetahui bagaimana kondisi rumah tangganya sendiri.

"Tapi pak,"

"Saya tidak suka dibantah!"

Setelah mengatakan hal demikian, Akash langsung memasuki mobil pribadinya, sambil memangku sang putri. Namun Senja masih tampak terbengong di tempat semula. Hingga suara bariton Akash menyadari dari lamunannya.

"Senja!"

"Nja, itu suami kamu suruh naik. Sudah kamu pulang sana, sebelum suami kamu ngamuk disini. Aku naik taksi saja. Kamu hati-hati ya, kabari kalau ada apa-apa." bisik Camelia di telinga sang sahabat.

Camelia yang juga mengetahui bagaimana sifat Akash sudah berfikir saat nanti mereka tiba dirumah Senja akan dimarahi habis-habisan. Ia hanya bisa berdoa agar sahabatnya baik-baik saja dari lelaki tersebut.

Senja pun memasuki mobil dan duduk di samping sang suami. Setelah pintu mobil di tutup, Akash langsung menatap tajam istrinya itu. Senja hanya bisa menunduk dan menahan tangis saat ini. Jangan sampai suaminya murka kepada dirinya. Tapi sepertinya itu hanya angannya saja.

"Sialan, padahal gue mau ajak pak bos makan siang dulu. Malah pulang sama istrinya. Oke tidak apa-apa Mel, masih banyak kesempatan." gumam sang sekretaris saat melihat mobil yang membawa Akash sudah mulai berjalan.

Ya, Amelia adalah sekretaris pribadi Akash. Sejak Akash menikah dengan istri pertamanya, alias alamarhumah kakak Senja, Amelia memang sudah menaruh rasa kepada atasannya tersebut. Namun Akash sama sekali tidak pernah melirik Amel ataupun tergoda dengan wanita yang usianya tiga tahun di atas Akash.

Padahal Amelia sudah berusaha berpenampilan semenarik mungkin dihadapan Akash. Namun Akash memang bukan tipe laki-laki yang mudah tergoda dengan wanita lain. Apalagi cintanya hanya untuk istri pertamanya.

Saat tiba dihalaman mension mewah tersebut. Akash langsung turun dan berjalan memasuki mension miliknya itu dan di ikuti oleh Senja dari belakang. Senja sudah siap jika ia akan dimarahi oleh suaminya itu. Hal itu sudah seperti makanan sehari-hari untuk Senja.

Sebelum Akash masuk ke kamarnya, ia lebih dulu membaringkan Cahaya di kamarnya karena sang putri sudah tertidur lelap. Setelah memastikan putrinya aman, barulah ia menyusul Istrinya ke kamar.

Ceklek!

"Mas.."

Lidah Senja terasa kelu kala melihat tatapan tajam sang suami. Saat ini Akash berjalan ke arah dirinya dengan raut wajah siap menerkam. Entah apa yang akan di lakukan oleh suaminya itu. Yang pasti Senja sudah siap menerima kemarahan sang suami.

"Apa yang bisa kamu lakukan untuk putriku hem! Menjaganya saja kau tidak bisa. Apa aku katakan tadi sebelum kau aku izinkan, jaga putriku. Tapi sekarang lihat, keningnya sampai membiru. Dasar istri tidak berguna."

Degh!

Dadanya serasa di Hujam ribuan belati kala ucapan itu dilontarkan dari mulut sang suami. Mata Senja sudah mulai berkaca-kaca. Ia tidak tahu harus menjawab apa saat ini. Yang pasti hatinya begitu sakit.

Bagaimana mungkin lelaki yang dulu menyayangi dirinya layaknya adik kandungnya sendiri, sekarang berubah menatapnya seperti menatap seorang musuh. Namun Senja sama sekali tidak berani menatap mata suaminya, ia hanya menunduk sembari meremas jari jemarinya. Bahkan air mata yang sedari tadi ia tahan akan meluruh jika sekali saja ia berkedip.

"Tatap aku disaat aku mengajak kau berbicara Senja. Apa kau fikir aku sedang berbicara dengan tembok. Apa kau tidak mendengar ucapan ku!"

Akash mencengkram kuat dagu milik Senja agar mendongak ke arah dirinya, hingga tatapan mereka bertemu. Senja meringis karena cengkraman Akash begitu kuat, namun lelaki itu tidak mempedulikannya. Kan tetapi Akash dapat melihat manik sang istri sudah berkaca-kaca, entah kenapa ia tidak tega melanjutkan ucapannya.

"Sudahlah, percuma aku berbicara padamu."

Brak!

Akash langsung keluar kamar dan menutup pintu tersebut dengan kasar. Membuat Senja terkejut dan ia langsung memegang dadanya yang berdebar tak karuan. Airmatanya meluruh begitu saja kala sang suami sudah hilang dibalik pintu kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya di kamar yang begitu luas tersebut.

"Ya Allah, rasanya hamba tidak kuat lagi jika harus bertahan lebih lama. Harus berapa lama lagi hamba bertahan dan menerima semua perlakuan buruk suami hamba Ya Allah. Hamba fikir mas Akash akan bisa menerima hamba sebagai istrinya dan mencintai hamba. Tapi nyatanya tidak sama sekali."

Derrtt... derrtt...

Disaat Senja menangis dan mengadukan segala keluh kesahnya kepada Yang Maha Kuasa. Handphone miliknya berbunyi. Ternyata ada panggilan dari ibunya yang ada di kampung. Senja pun langsung mengelap air matanya dan mengatur pernafasannya.

"Hallo, Assalamu'alaikum Bu?"

"Wa'alaikumsalam nak, kamu apa kabar, anak dan suamimu juga apa kabar?"

Mendengar sang ibu menanyakan kabarnya, ingin sekali rasanya Senja mengadukan semua keluh kesahnya. Namun ia tidak mungkin mengatakan bagaimana buruknya rumah tangganya dengan sang suami. Bagaimanapun ia tidak ingin aib rumah tangganya diketahui oleh siapapun, termasuk ibunya.

Cukup Cia sahabatnya yang mengetahui perlakuan buruk Akash, karena Cia pernah melihat secara langsung bagaimana kasarnya Akash kepada dirinya. Mau tidak mau Senja akhirnya menceritakan hubungannya dengan sang suami kepada sahabatnya setelah berkali-kali di desak oleh Cia.

"Hallo.. Nak, kamu masih disana kan?"

"Eh maaf buk, ia Senja masih disini. Alhamdulillah keadaan Senja disini baik Bu, ibu jangan khawatir, begitu juga dengan mas Akash dan Cahaya. Kalau ibuk sama bapak di kampung apa kabar?"

Sungguh sesak sekali menahan semuanya dikala ada ibunya yang menelfon saat ini. Air mata Senja kembali meluruh kala mendengar suara sang bapak yang ternyata juga ada di samping sang ibunda tercinta.

"Alhamdulillah nak, ibuk sama bapak disini juga baik. Tapi kenapa ya belakangan ini ibuk selalu punya firasat tidak baik sama kamu. Kamu jangan menyimpan sesuatu ya dari ibuk"

Degh!

Begitu kuat ternyata ikatan batin antara anak dan orang tua. Namun Senja masih berusaha menahan semuanya dan mengatakan semuanya baik-baik saja.

"Perasaan ibu saja itu, Senja baik-baik saja kok Buk. Oh iya buk, Sepertinya Cahaya bangun, Senja mau cek ke kamarnya dulu ya buk, ibuk sama bapak jaga kesehatan di kampung. Nanti Senja hubungi lagi ya Bu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Tut.. Tut..

Setelah panggilan telepon itu berkahir, Senja kembali menangis sejadi-jadinya. Entah jam berapa ia berhenti menangis, yang pasti setelah lelah menangis ia langsung tertidur begitu saja.

......................

...To Be Continued ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!