Tiiinn... Tiiiinn...
Valery Arnold menekan klakson mobilnya. Ia akan terlambat ke perusahaannya. Walaupun itu perusahaan miliknya sendiri, namun Vale sangatlah disiplin. Ia selalu memberi contoh pada karyawannya agar disiplin di perusahaannya.
PT. Berlian Indah adalah perusahaan terbesar kedua di Indonesia setelah PT. Sean Permata. Perusahaan itu ia bangun selama hampir 10 tahun setelah ia menjadi sebatang kara di umurnya yang saat itu masih 20 tahun. Valery memang sangat menyukai berlian dan permata sejak ia duduk di bangku sekolah SD persis seperti ibunya yang sudah tiada.
Tiiinn... Tiiiinn... Tiiinnn...
Kembali Vale menekan klaksonnya. "Hei, jangan parkir sembarangan." teriak Valery setelah melewati mobil yang membuat jalanan macet. Ia sangat marah pada pengemudi mobil tersebut, namun pengemudinya tidak bergeming di dalam sana.
Valery tak memperdulikannya lagi, ia segera menekan pedal gasnya agar segera sampai di perusahaannya. Perjalanannya cukup panjang, hingga akhirnya ia sampai dan disambut oleh security perusahaannya. Valery masuk disambut oleh karyawan karyawan disana.
"Pagi bu Vale." sapa Tara sekertaris Valery.
"Pagi juga." jawab Valery.
"Kopi atau teh hari ini?" tanya Tara.
"Teh hijau. Aku ingin menenangkan pikiranku selama perjalanan yang menjengkelkan hari ini." jawab Valery.
Tara tersenyum dan langsung menuju pantry kantor. Beberapa menit kemudian Tara kembali dan menyodorkan teh hijaunya.
"Silahkan dinikmati bu Vale." ujar Tara.
"Terima kasih Tara." jawab Valery. "Oh ya, bagaimana proyek tender berlian hijau kemarin?" tanya Valery.
Tara menunduk menyesal.
"Tak perlu kau jawab, aku sudah tahu jika kita akan kalah dari PT. Sean Permata." ujar Valery sebelum Tara menjelaskan. "Baiklah silahkan lanjutkan pekerjaanmu, kita akan mendapatkan tender yang lain." perintah Valery.
"Baik bu..." jawab Tara seraya pamit keluar dari ruangan Valery.
Valery menyenderkan tubuhnya, ia memejamkan matanya sejenak setelah menyesap teh hijaunya. Perasaannya mulai kembali tenang. Lalu ia membuka laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya.
*****
"Sialan kau Paul Sean. Aku sudah mengatakan padamu jika memakai mobilku, segera isi bahan bakarnya." bentak Jeffry Sean pada adiknya.
Jeffry sangat kesal mobilnya mogok disaat jalanan sangat ramai. Apalagi ada satu mobil yang tak henti hentinya menekan klaksonnya. Sialan. batin Jefrry. Dan yang lebih parah lagi ia dimaki dan diteriaki oleh pengemudi mobil tersebut.
"Maaf bang, Paul lupa." jawab Paul Sean.
"Cepatlah kemari bawa bahan bakar, aku akan menghukummu setelah ini. Aku berada di jalan Pangeran Antasari." bentak Jeffry lagi.
"Iya iya, aku kesana sekarang bang." jawab Paul seraya mematikan ponselnya.
Jeffry Sean menunggu adiknya sangat lama, ia hampir kehilangan kesabaran kalau saja ia tak melihat motor besar di depan matanya. Jeffry berkacak pinggang, lalu memukul kepala adiknya yang masih menggunakan helm dengan tangannya.
"Selalu saja bodoh, kau pikir aku pria pengangguran." bentak Jeffry.
"Maaf bang." jawab Paul lalu segera memasukan bahan bakar yang ia beli menggunakan derigen. "Aku lama karena memohon di pom bensin. Agak sulit membeli bahan bakar dengan derigen bang." ujar Paul.
"Masa bodoh, itu deritamu. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab. Itu yang selalu aku ajarkan padamu Paul." jawab Jeffry.
Paul mengangguk anggukkan kepalnya. "Belikan aku mobil bang, biar aku tidak meminjam mobilmu lagi." pinta Paul.
"Kau menggunakan motor ini saja masih bandel, apalagi memiliki mobil sendiri. Nanti setelah lulus kuliah." jawab Jeffry lalu ia masuk ke mobilnya dan meninggalkan adiknya dijalan.
Paul hanya bisa menggaruk kepalanya. Mereka bukan tak bisa membeli mobil namun karena kesalahan Paul saat SMA dulu, ia diberi hukuman oleh Jeffry dengan menjual mobilnya dan menggantinya dengan motor besar yang ia kendarai sekarang. Paul hanya melihat abangnya pergi sampai mobil tersebut menghilang.
*****
"Pagi pak Jeff." sapa karyawan karyawan PT. Sean Permata.
Jeffry hanya mengangguk menyapa mereka.
"Pak Jeff, anda terlambat?" tanya Ramon asisten sekaligus sahabat Jeffry.
"Paul sialan, lagi lagi membuat ulah." jawab Jeffry lalu masuk pintu lift diikuti Ramon.
"Sabar, ia itu adik satu satunya dirimu Jeff." ujar Ramon.
"Aku tahu, tapi dari dulu ia adalah tanggung jawabku. Ia selalu membuat ulah, membuat kepalaku pusing saja." jawab Jeffry.
Ramon hanya terkekeh. "Apa ia membuat bahan bakar mobilmu habis lagi?" tanya Ramon.
"Apalagi yang ia lakukan." jawab Jeffry.
Ramon tertawa lepas, suaranya memenuhi ruang lift. Jeffry menendang kakinya agar diam.
"Itu salahmu sendiri Jeff, belikanlah ia mobil lagi. Menggunakan motor itu panas dan terkena angin. Pacarnya mana mungkin mau jalan dengannya." ujar Ramon.
"Itu deritanya dan siapa suruh memiliki pacar sebelum ia memiliki penghasilan sendiri." kata Jeffry kesal.
Ramon mengernyitkan dahinya. "Dan pria yang memiliki usaha dan kekayaan yang melimpah masih single sampai sekarang." ejek Ramon.
"Sialan kau." bentak Jeffry.
Pintu lift terbuka. "Pagi pak Jeff." sapa Ana sekertarisnya.
"Pagi Ana, kopi seperti biasa. Lalu berikan berkas tender yang kita menangkan kemarin." perintah Jeffry.
"Baik pak, pak Ramon mau kopi juga?" tanya Ana.
Ramon menggeleng. "Aku sudah ada kopi di ruanganku." jawabnya.
Ana pamit menuju pantry kantor untuk membuatkan kopi atasannya. Beberapa menit kemudian, ia kembali dan memberikan kopi serta berkas yang Jeffry minta.
"Aku sangat kesal hari ini, kendaraan di belakangku tak ada yang sabaran. Mereka tak bertanya alasanku membuat jalanan macet tapi malah memakiku." ujar Jeffry kesal saat ia duduk di kursinya.
"Aku juga akan melakukan hal yang sama Jeff, jika aku tak ingin terlambat maka aku akan memaki orang yang menghalangi jalanku, tak mungkin aku bertanya dulu dan membuatku semakin terlambat bekerja." jawab Ramon sambil terkekeh.
"Brengsek...kau tak pernah membelaku Ramon. Sebenarnya kau itu sahabatku atau musuhku?" kata Jeffry.
Ramon terkekeh lagi. "Carilah pasangan agar kau tak terus terusan marah dan emosi. Pacar itu bisa meredakan nafsu. Nafsu marahmu dan nafsu malammu." goda Ramon.
Jeffry memukul kepalanya dengan map. "Kapan kau bisa berhenti menggodaku, aku sama sekali tak kepikiran untuk memiliki pacar apalagi menikah. Itu akan merepotkanku saja." jawabnya.
"Kau akan berbicara sebaliknya Jeff, jika kau sudah menemukan cintamu. Aku akan memastikan itu." ujar Ramon.
Jeffry hanya mengangkat bahunya. Ia membuka berkas tender Berlian hijau yang dimenangkannya dari perusahaan sekelas PT. Berlian Indah.
"Aku dengar pemilik perusahaan itu sangat cantik." ujar Ramon saat melihat Jeffry serius dengan berkasnya.
"Perusahaan yang mana?" tanya Jeffry.
"Yang kau kalahkan." jawab Ramon.
"Maksudmu pemilik perusahaan PT. Berlian Indah seorang wanita?" tanya Jeffry lagi.
"Kau bodoh sekali Jeff, memang seorang pria itu cantik? Tentu saja ia seorang wanita." ujar Ramon.
"Wanita cantik pemilik perusahaan, lalu apa hubungannya denganku?" tanya Jeffry lagi.
"Masa bodoh, aku malas bicara denganmu. Aku kembali saja ke ruanganku." ujar Ramon seraya berdiri dan meninggalkan ruangan Jeffry. Jeffry tertawa lepas, ia tahu Ramon sangat kesal padanya sekarang.
Jeffry kembali mempelajari Berlian hijau itu, tapi kata kata Ramon sedikit mengganggu benaknya. Jika PT. Berlian Indah milik seorang wanita, maka kemungkinan ia bekerjasama dengan suaminya. Sungguh keluarga yang harmonis. pikir Jeffry.
Tapi ia kembali tak memperdulikannya. Ia hanya fokus pada isi kontrak pertambangan Berlian hijau tersebut.
*****
Hay para readerku tersayang...😘😘😘
Kali ini aku buat cerita yang tak kalah seru loh...
Buat kalian yang selalu setia dengan novel novel karyaku. Dukung terus dan jangan lupa like dan komen ya guys...
Terima kasih...🙏🙏🙏
Siang itu, Valery Arnold maupun Jeffry Sean akan menghadiri pameran berlian di sebuah mall terbesar di kota Jakarta. Lagi lagi Valery sangat kesal dengan jalanan yang sangat macet. Ia bersama Tara menuju kesana.
"Mengapa bu Vale tidak mencari supir saja?" tanya Tara.
Valery menghela nafasnya. "Akan aku pikirkan, selama ini aku memang mulai lelah mengendarai mobilku sendiri. Apalagi jalanan kota Jakarta selalu saja macet membuat kakiku sering kram." jawabnya.
Tara kasihan pada atasannya yang cantik itu. Ia sangat sibuk dengan pekerjaannya tanpa memikirkan kehidupan pribadinya.
"Bu Vale, boleh aku bertanya. Tapi jangan marah ya?" ujar Tara ragu.
"Katakan saja Tara, kau bersamaku sudah hampir 5 tahun, kau sekertaris terlama yang aku punya." jawab Valery.
"Mengapa bu Vale tak mencari pasangan hidup? Bukankah umur ibu sudah mencapai 30 tahun." tanya Tara.
Valery terkekeh. "Aku sama sekali tak pernah memikirkannya Tara, bahkan untuk bertemu klien pun rata rata sudah berkeluarga kan? Bagaimana aku bisa bertemu pria lajang di sela kesibukanku?"
Tara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa bu Vale ingin melakukan kencan buta? Aku bisa melakukannya." tanya Tara lagi.
Valery menggeleng dengan cepat. "Aku tak ada waktu buat itu. Nah kita sudah sampai. Kita belum terlambat di acara itu kan?" ujar Valery mengalihkan pembicaraannya.
Tara mengangguk. "Sepertinya belum terlambat."
Keduanya turun dari mobil dan masuk ke mall menuju acara pameran tersebut.
*****
Jeffry Sean bersama Ramon masuk ke mall untuk menghadiri pameran berlian tersebut. Saat baru sampai di pintu masuk, Ramon menarik Jeffry.
"Apaan sih Mon?" tanya Jeffry terkejut saat tangannya ditarik.
"Kau lihat wanita disana." ujar Ramon sambil menunjuk dengan mulutnya.
Jeffry mengikuti arah petunjuk Ramon, ia mencari cari wanita yang Ramon maksud. "Disana banyak sekali wanita, yang mana maksudmu dan kenapa?" tanya Jeffry.
"Aku tanya padamu, diantara wanita yang kau lihat disana adakah wanita yang berbeda dengan kecantikan dan penampilannya?" tanya Ramon balik.
Jeffry mulai memperhatikan satu per satu, dan disanalah ia menemukan satu wanita yang seperti berlian diantara pasir. Wanita elegan dengan rambut yang digelung rapi, menggunakan setelan kerja biru yang sangat cantik. Hati Jeffry tiba tiba berdesir hebat melihatnya. Ia menutupi perasaannya yang tiba tiba dengan berbohong.
"Aku tak melihatnya." jawab Jeffry.
"Pria lajang sialan." ujar Ramon. "Kau perhatikan wanita berbaju biru itu. Ia adalah wanita yang aku maksud tadi pagi saat di kantor kita bicara."
Jeffry menyipitkan matanya. Ia belum paham apa yang dimaksud Ramon.
"Jeff bodoh, wanita itu pemilik PT. Berlian Indah." ujar Ramon.
Jeffry membelalakkan matanya, ia sangat terkejut. Pemilik perusahaan itu memang sangat cantik, dan menurut Jeffry ia masih berumur dibawahnya. Jeffry menelan ludahnya, ia membasahi tenggorokannya yang terasa mengering.
"Ayolah kita masuk nanti terlambat, kau sangat jeli jika melihat wanita cantik." ujar Jeffry.
"Kau tidak pernah tahu rasanya jatuh cinta Jeff, secantik apapun wanita diluaran, aku tetap mencintai istriku. Tak ada yang bisa menggantikan posisinya dihatiku." jawab Ramon.
"Kau terdengar sangat menjijikan Ramon." ujar Jeffry dan meninggalkan Ramon.
*****
Acara tersebut berlangsung sangat lama, sampai pada akhirnya pelelangan di mulai. Jeffry semakin tidak fokus pada pameran saat berada di dekat wanita tersebut. Jantungnya terus saja berdebar dengan keras, saat wanita itu tersenyum dan tertawa dengan wanita di sebelahnya. Ia terus memandangi wajahnya. Wanita itu seperti porselen antik dan sangat cantik.
"Woy...kau melamun terus Jeff. Dari tadi aku bertanya, kau minat berlian yang mana?" ujar Ramon.
"Hah...kenapa?" tanya Jeffry.
"Kau kenapa sih?" tanya Ramon.
"Aku menginginkannya." jawab Jeffry tanpa sadar.
Ramon mengikuti pandangan Jeffry, lalu terkekeh. "Sudah aku duga kau akan menyukainya. Dan kabar baiknya wanita itu masih lajang Jeff." ujar Ramon.
"Kau mulai bergosip. Tapi jujur, baru kali ini aku merasakan terpaku pada seorang wanita. Dan wanita yang membuatku terbuai malah saingan berat perusahaan kita." kata Jeffry terkekeh.
"Kejarlah, sebelum orang lain mendapatkannya. Kapan lagi kau akan mendapatkan pasangan Jeff. Aku sudah muak dengan emosimu yang tak terkendali pada adikmu dan perusahaan. Untuk apa memiliki banyak uang jika tak memiliki pasangan." kata Ramon.
"Terkadang kau sangat berlebihan menanggapi sikapku Mon, aku sama sekali tak tertarik dengan berlian hari ini. Lebih baik kita pulang saja sekarang." ujar Jeffry.
"Kau tak tertarik berlian, karena berliannya sudah kau temukan." goda Ramon.
Jeffry menendang kaki Ramon. Lalu beranjak dari pameran tersebut menuju mobilnya.
*****
Jeffry tak bisa berkonsentrasi saat bekerja, ia terus saja terbayang bayang wajah wanita cantik itu. Namanya adalah Valery Arnold, setelah Jeffry mencari tahu tentang perusahaan itu. Ia tak menyangka jika wanita itu masih lajang dan membangun perusahaannya sendiri. Jeffry sempat membaca artikel tentang perusahaan tersebut. Disana memang sudah ada info tentang wanita hebat dibalik kesuksesan perusahaan PT. Berlian Indah.
Jeffry bahkan mencari cari tahu tentang pria yang pernah dekat dengan wanita tersebut, tapi selama 10 tahun belakangan ini, memang Valery sama sekali tak pernah terlihat dengan satu pria pun.
Siapakah dirimu Valery Arnold? tanya Jeffry dalam hatinya.
Ia kembali menatap laptopnya dan lagi lagi ia sama sekali tak bisa berkonsentrasi. Jeffry menutup laptopnya dengan kasar. Ia menghubungi Ramon.
"Bisakah kau menemaniku malam ini minum?" tanya Jeffry.
"Kau kan tahu, aku berhenti minum setelah memiliki istri Jeff." jawab Ramon.
"Aku tak menyuruhmu ikut minum Mon, aku hanya minta ditemani. Tapi jika kau tidak bisa aku akan pergi sendiri." ujar Jeffry lalu menutup ponselnya.
Jeffry mengambil jaket dan kunci mobilnya. Ternyata diparkiran Ramon sudah menunggunya. "Aku pikir kau sudah pulang." ujar Jeffry.
"Aku asistenmu Jeff, masa atasanku belum pulang, aku pulang duluan." jawab Ramon.
"Jadi?" tanya Jeffry.
"Aku akan menemanimu tapi aku tak bisa lama, istriku sedang hamil muda Jeff. Kau kan tahu itu." ujar Ramon.
Jeffry menghela nafasnya. "Kau benar, aku tak memikirkanmu. Lebih baik kau pulang saja, aku bisa sendiri."
Tapi Ramon malah ikut masuk kedalam mobilnya. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Ramon.
"Entahlah, aku hanya ingin minum sekarang." jawab Jeffry.
"Ayo jalan." ajak Ramon.
Jeffry terkekeh, Ramon memang sahabat terbaiknya saat ini. Mereka menuju kelab malam terkenal. Sudah biasa pelayan mengantar mereka ke ruang VIP kelab. Jeffry mulai menegak minumannya. Ia sama sekali tak bisa menghilangkan bayangan wajah Valery apalagi saat ia tertawa.
"Kau berlebihan Jeff, ini tidak baik." ujar Ramon sambil mengambil botol minuman dari tangannya.
"Biarkan aku minum lagi Mon. Aku ingin mengenyahkan wajah itu dari pikiranku." ujar Jeffry.
Ramon menyipitkan matanya, lalu ia tertawa terbahak bahak. "Ya Tuhan, ternyata masalahmu karena pemilik perusahaan PT. Berlian Indah itu. Kau jatuh cinta pada pandangan pertama Jeff."
"Omong kosong, tak ada cinta dalam hidupku. Kau diamlah, jika masih ingin hidup." ancam Jeffry.
"Aku tidak takut ancamanmu Jeff. Akuilah kau memang sedang jatuh cinta. Kau tampan dan juga kaya, sangat mudah bagimu mendekati wanita itu." jawab Ramon.
Jeffry menegak minumannya lagi. "Aku tak mengerti ada apa denganku Mon, yang jelas sejak dari mall tadi, aku tak bisa berpikir. Wajah wanita itu selalu muncul dibenakku."
Ramon menepuk punggungnya. Ia tahu, ini perasaan pertama kali bagi Jeffry. Jadi pria itu belum mengetahui apa yang ia rasakan saat ini.
"Berhentilah minum Jeff, besok kau ada meeting dengan direktur perusahaan pertambangan berlian hijau itu. Bagaimana jika kau mabuk dan tak bisa bertemu dengannya? Aku akan membantumu mendapatkan wanita cantik itu." ujar Ramon.
Jeffry hanya tertawa mendengar perkataan Ramon. Malam pun semakin larut, akhirnya Ramon mengantarkan Jeffry pulang kerumahnya.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
Keesokan harinya, Valery Arnold memasang iklan pencarian supir pribadinya. Ia tak ingin sembarangan menerima supir untuknya. Ia sangat pemilih. Valery ingin supirnya bersih dan mengetahui setiap jalan yang ada di daerah Jakarta maupun luar kota. Karena ia akan sering mengajaknya keluar tanpa harus memberitahunya arah jalan pada supirnya. Untuk itu ia memasang iklan dengan bayaran yang sangat tinggi.
DICARI : SUPIR PRIBADI UNTUK PEMILIK PERUSAHAAN. PRIA SINGLE BERPENGALAMAN, BERSIH DAN MENGETAHUI ARAH JALAN. GAJI Rp. 10 JUTA PER BULAN. YANG BERMINAT SEGERA DATANG KE PT. BERLIAN INDAH. IKLAN BERLAKU HANYA SEHARI.
Tulisan itu terpampang lumayan besar pada iklan koran harian. Valery sangat puas dengan hasil kerja Tara membuat iklan tersebut.
"Bu Vale, sudah ada beberapa orang yang melamarnya, mereka sekarang sudah berada di lobi." ujar Tara.
"Secepat itu? Bukankah iklannya baru terbit hari ini?" tanya Valery.
Tara mengangguk. "Gaji sebesar itu akan mengundang peminat begitu banyak bu."
Valery tersenyum. "Kau benar, tapi takkan mudah menjadi supirku. Mereka harus 24 jam standbye jika aku membutuhkannya. Bawa mereka ke ruang silver." perintah Valery.
Tara mengangguk dan melaksanakan tugasnya. Beberapa jam kemudian, Valery sudah berada dihadapan para pelamar. Tanpa basa basi Valery langsung mewawancarai mereka satu per satu. Dari seluruh pelamar, mereka semua sudah mundur saat Valery mengatakan cara kerjanya yang harus siap siaga 24 jam. Valery menghempaskan tubuhnya. Ia mulai frustasi, gaji sebesar itupun sangat sulit mendapatkan supirnya.
*****
"Bang...bangun...Ini sudah hampir siang. Dari tadi kak Ramon menghubungi abang. Bang..." teriak Paul sambil menggedor pintu kamar Jeffry.
"Diamlah Paul, katakan pada Ramon untuk menghandle pekerjaannya hari ini. Kepalaku mau pecah." teriak Jeffry.
Paul menghela nafasnya. "Tentu saja kepalamu mau pecah bang, kau habis mabuk." ujar Paul kesal.
Suara lemparan barang pada pintu kamar terdengar. "Suaramu semakin membuat kepalaku sakit, sialan." teriak Jeffry lagi.
Paul berdecak kesal, ia meninggalkan kamar Jeffry. Lalu ia menghubungi Ramon.
"Kak, abang tak mau bangun." ujar Paul.
"Dasar pria bodoh, katakan padanya ini tentang Valery Arnold." ujar Ramon.
"Siapa itu?" tanya Paul.
"Sudah jangan banyak tanya, katakan saja pada Jeffry seperti itu, ini kesempatannya. Dalam hitungan menit ia akan bangun dan berangkat kerja." jawab Ramon.
Paul kembali menghela nafasnya, ia mengikuti perintah Ramon dan kembali menggedor pintu kamar Jeffry.
"Bang...bangun..." teriak Paul lagi.
"Ya Tuhan Paul, aku akan menghukummu jika terus menggangguku." teriak Jeffry.
"Tadi kak Ramon bilang ini tentang Val... Val... siapa ya tadi. Bentar aku ingat ingat bang." ujar Paul menjengkelkan. "Oh iya Valery Arnold, kata kak Ramon ini kesempatan." sambungnya.
Tak ada suara yang terdengar dari balik kamar itu, lalu tiba tiba Jeffry membuka pintu dan memukul kepala Paul dengan bantal.
"Katakan lagi apa kata Ramon?" ujar Jeffry.
"Ini kesempatan dan Valery Arnold. Aku tak paham apa maksudnya." jawab Paul.
"Sialan..." bentak Jeffry, lalu ia segera masuk kamar mandinya.
Paul mengernyitkan dahinya, ia sangat bingung siapa itu Valery Arnold sampai membuat Jeffry bangun dan segera mandi. Tapi Paul tak perduli, ia langsung siap siap berangkat kuliah juga.
*****
Jeffry mengendarai mobilnya dengan cepat menuju perusahaan. Ia masih bingung apa maksud dari perkataan Ramon. Tanpa memperdulikan sapaan karyawannya ia segera naik lift menuju kantor Ramon. Ia membuka pintu kantor itu dengan keras.
"Apa maksudmu?" tanya Jeffry.
"Akhirnya kau muncul juga, aku kan sudah bilang jangan mabuk pria bodoh." jawab Ramon. Ia sama sekali tak pernah menganggap Jeffry atasannya, jika sedang berduaan.
"Sudah jangan banyak basa basi Mon, aku tanya apa maksudmu tentang Valery Arnold, kepalaku masih sangat sakit sekarang." ujar Jeffry.
Ramon melemparkan koran harian pada Jeffry, bacalah iklan di halaman itu. Jeffry mengambil dan melihatnya.
DICARI : SUPIR PRIBADI UNTUK PEMILIK PERUSAHAAN. PRIA SINGLE BERPENGALAMAN, BERSIH DAN MENGETAHUI ARAH JALAN. GAJI Rp. 10 JUTA PER BULAN. YANG BERMINAT SEGERA DATANG KE PT. BERLIAN INDAH. IKLAN BERLAKU HANYA SEHARI.
Jeffry membelakakkan matanya. "Apa maksudmu?"
"Kau ini cerdas tapi soal wanita sangat bodoh." jawab Ramon.
"Aku tak paham Mon." ujar Jeffry.
"Ini kesempatanmu mendekati wanita itu Jeff, jadilah supir pribadinya. Dan ambil hatinya." ujar Ramon.
Jeffry terkejut. "Apa??? Kau ingin aku menjadi seorang supir, sedangkan aku seorang pemilik perusahaan nomor satu. Kau pikir wanita itu tidak mengenaliku."
"Kapan kau membongkar identitasmu di publik Jeff, bukankah tak ada yang tahu siapa pemilik perusahaan ini kecuali karyawanmu. Dan semuanya tutup mulut karena ancamanmu. Jadi bagaimana bisa Valery tahu siapa dirimu. Dan kau bisa memakai identitas palsu yang sudah aku buat tadi pagi." ujar Ramon.
"Kau melakukannya padahal aku belum setuju." jawab Jeffry.
"Terserahlah." kata Ramon sambil memberikan kartu identitas itu.
Jecko??? Jeffry tersenyum, ia akan menjadi Jecko agar bisa bersama Valery. Ini sangat menggelikan. Ia menghela nafasnya, sambil meninggalkan ruangan Ramon tanpa mengatakan apapun. Tapi ia kembali, karena melupakan meetingnya.
"Bagaimana meetingnya?" tanya Jeffry.
"Aku sudah membawa kontraknya, ada di mejamu." jawab Ramon.
"Terima kasih Ramon, kerja bagus." ujar Jeffry lalu ia menuju ruangannya.
Jeffry mempelajari isi kontrak tersebut lalu ia menandatanganinya. Ia kembali melihat kartu identitas itu. "Baiklah, aku akan mengikuti saran Ramon." gumamnya, seraya ia mengambil jaket dan kunci mobilnya menuju PT. Berlian Indah.
*****
"Aku sungguh bodoh mengapa aku kemari membawa mobil." ujar Jeffry pada diri sendiri. Ia menghubungi Ana.
"Ana kau hubungi karyawan yang membawa kendaraan roda dua, yang bisa mengendarai mobil. Suruh ia ke PT. Berlian Indah, dan menukar mobilku dengan motornya." perintah Jeffry.
Tanpa banyak tanya Ana mengikuti perintah atasannya.
Satu jam Jeffry menunggu diparkiran, akhirnya karyawannya muncul juga. "Aku pinjam motormu, kau bawa mobilku ke kantor. Nanti aku akan kembali ke kantor dengan motormu." ujarnya.
Karyawannya sedikit bingung namun akhirnya ia mengangguk. Kini penampilannya hanya mengenakan kemejanya saja, walaupun ia masih terlihat tampan dan rapi. Tapi ia harus percaya diri menjadi Jecko.
Jeffry memasuki perusahaan besar itu. Perusahaan yang sangat besar menurut Jeffry, ia tak menyangka hanya wanita lajang yang membangun perusahaan ini.
"Anda mau cari siapa?" tanya security.
"Aku melihat iklan, katanya pemilik perusahaan membutuhkan supir pribadi." jawab Jeffry.
Security menilai penampilan Jeffry dari atas sampai bawah. "Anda yakin ingin menjadi seorang supir?" tanya security tidak percaya.
"Aku hanya lulusan SMA pak, kerja apalagi selain supir." ujar Jeffry meyakinkan.
"Kau pantas menjadi seorang aktor, baiklah ayo ikut." ujar security sambil mengajak Jeffry menuju ruangan wawancara. "Tunggu saja, nanti atasan turun langsung kesini." sambungnya.
"Terima kasih pak." jawab Jeffry. Ia kembali menilai perusahaan tersebut, benar benar sangat megah dan tertata rapi. Pikir Jeffry.
Tak lama kemudian beberapa orang pelamar ikut masuk, sampai ada sekitar 20 orang yang ada di ruangan itu. Sungguh iklan yang sangat menarik. Pikir Jeffry lagi.
Suara ketukan sepatu membuat semuanya terdiam. Tiba tiba hati Jeffry semakin berpacu dengan cepat. Wanginya saja, ia tahu bahwa yang memasuki ruangan adalah Valery Arnold. Benar saja ia masuk melewati mereka, wanita itu sangat cantik dan anggun mengenakan setelan baju kerja putihnya dipadukan rok hitam diatas lututnya.
"Selamat siang semuanya." ujar Valery lembut.
"Selamat siang juga bu." jawab semuanya serempak.
"Maaf atas keterlambatanku sehingga kalian menunggu. Baik sekarang aku mulai." kata Valery lagi.
Satu persatu dipanggil dan diwawancarai di ruang terpisah. Dan saatnya tiba giliran Jeffry Sean.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!