-PENGANTAR-
Rasanya saya ingin sekali kembali ke kehidupan yang normal.
Dimana semua berjalan baik baik saja dan saya bisa hidup tanpa kekhawatiran akan kemungkinan buruk yang terjadi di masa depan.
Banyak orang yang bilang, jangan hidup di masa lalu apa lagi terlalu khawatir akan masa depan.
Hidup lah di masa kini. Nikmati hidupmu dan Hidup lah sebaik baiknya.
namun jika kalian tahu dunia akan berada di ambang kehancuran beberapa tahun dari sekarang, apa yang akan kalian lakukan?
Portal akan terbuka dan kalian bertanggung jawab untuk memutuskan sesuatu yang besar.
Kalian juga tahu di masa depan tidak akan ada lagi jaringan listrik, internet, udara yang sehat bahkan air akan menjadi sumber daya yang di perebutkan oleh manusia dengan nyawa mereka sendiri.
Mungkin kah saat mengetahui itu kalian akan tetap santai dan menjalani hidup normal seperti sekarang?
Rasanya bisa saja seandainya mimpi tentang dunia yang hampir hancur tersebut tidak mengganggu setiap tidur saya.
Lalu Apakah benar lewat mimpi saya bisa melintasi dan menjelajahi waktu ke masa depan?
Atau justru sebaliknya sebenarnya saya dari masa depan yang memiliki kesempatan kembali ke masa lalu karena harus memperbaiki sesuatu.
Dan Inilah kisah saya..
Hari ini adalah hari pertama di semester baru, minggu Praktikum yang akan menjadi minggu yang panjang untuk para Mahasiswa yang duduk di semester tiga.
Eleanor beserta ke tiga sahabatnya berjalan sambil setengah berlari menuju salah satu ruang praktik yang sudah di penuhi oleh mahasiswa semester satu dan lima.
El, thalita, rose dan mili yakin mereka akan jadi santapan hangat senior mereka dan entah bagaimana mereka akan bersikap kepada para juniornya setelah itu.
Karena mereka tetap harus profesional saat mengarahkan dan membimbing junior mereka seharian, setelah mereka habis di omeli oleh senior karena telat pagi ini.
Thalita : “duuuhh El gue bilang juga apa, besok besok kalau mau party jangan Minggu malem senin deh, sabtu malem minggu aja atau jumat malem gitu biar kaya orang-orang normal”
Rose :” udah ta, bahasnya nanti aja ayo cepet lari, rambut kamu juga acak acakan banget itu”
El :” sumpah gue udah pasang alarm jam 5 pagi, tapi ga bunyi!! Lagian gue udah bilang gausah tambah tequilla kita minum beer aja”
Mili :” besok-besok kita mending party bajigur ajalah di alun alun, kalau gini caranya udah deh kita jadi supervisor yang ga ada wibawa”
Eleanor, Thalita, Rose dan Mili adalah mahasiswa jurusan perhotelan di salah satu kampus Pariwisata dan Perhotelan terbaik yang berada di Kota Bandung.
Setiap kuliah praktik mereka akan praktik di sebuah restaurant yang di namakan “Rembulan Restaurant”
Tempat praktik yang sangat lengkap dan berkonsep bak Restaurant di hotel bintang lima sungguhan.
Ada kitchen, pastry, cashier, pantry, linen, fine dining bahkan office untuk para manager.
Semester satu di setiap jurusan adalah tingkat satu di setiap department, seperti cook helper untuk kitchen, cashier/room attendant untuk rooms division, dan waiters untuk food and beverage management.
Selanjutnya untuk yang duduk di semsester dua mereka sudah merangkap captain.
Dan inilah tingkatan untuk El, thalita, rose dan mili yaitu sebagai Supervisor karena mereka sudah berhasil melewati masa masa yang cukup sulit di semester awal.
Dan tingkat paling tinggi di duduki oleh para manager yang berada di semester lima yang berhasil kembali ke kampus mereka tercinta setelah melalui proses “on the job training”
Proses ini adalah proses yang amat sangat sulit, karena mereka di tempatkan acak oleh pihak kampus dan tersebar di seluruh indonesia bahkan luar negeri.
Dan mereka harus menjalani dan terima keputusan kampus untuk training di tempat tersebut selama enam bulan.
Enam bulan memang mungkin waktu yang singkat, namun enam bulan cukup menyiksa bagi anak-anak hospitality (sebutan untuk mahasiwa yang kuliah di jurusan perhotelan atau pariwisata) karena dunia kerja mereka yang kadang menuntut mereka bekerja lebih dari dua belas jam sehari.
Tidak boleh telat, harus selalu rapi, wangi, dan full make up untuk wanita, bahkan mereka di tuntut untuk bisa tersenyum dalam keadaan apapun.
Akhirnya mereka sampai di Rembulan Restaurant tersebut.
Dan langsung di bimbing untuk ke office manager oleh salah satu manager yang sedang incharge disana.
Dito :” Kalian telat hampir satu jam, di hari pertama kalian incharge sebagai supervisor.”
Mereka ber empat hanya diam berdiri dan serempak menjawab “maaf ka”
Dito :” saya tidak butuh maaf, tapi saya butuh supervisor yang bisa tepat waktu. Jadi saya tidak butuh kalian”
Rose :” kak gini.. kita berempat kebetulan nganter si el ini, eleanor maksud saya semalem ke IGD, bener kan?”
“Iya bener ka”
Ke dua teman El yang lain spontan menyauti dan membuat El merasa bingung.
Milli : “Eleanor tiba-tiba diare sampai keringat dingin dan gemeter, iya kan El?”
Eleanor :” ah iya bener ka, perut aku semalem melilit banget, dan jadi ngerepotin sahabat sahabat ku ini !!”
walau aga kikuk berbohong tapi El mencoba meyakinkan alasan yang di buat buat oleh teman temannya
Lalu tidak lama dari arah belakang pintu office terbuka dan masuklah salah satu wajah yang tidak begitu asing masuk ke dalam ruangan tersebut, sebari membetulkan kerah dan jas hitamnya.
“Selamat pagi ka Khai”
Mereka semua serempak menyapa Khairi, salah satu manager atau mahasiswa semester lima yang kebetulan hari itu juga incharge di Rembulan Restaurant.
Khai nampak tidak begitu menggubris mereka yang sedang di hukum oleh Dito, ia jalan santai dengan tatapan dingin, hanya menganggukkan kepala dan membuka loker lalu mempolish sepatunya.
Seketika suasana office yang sebelumnya mencekam menjadi berubah, wajah tampan Khai dengan rambut yang di tata rapi menggunakan gel rambut, serta badan tinggi putih berotot membuat perhatian Eleanor, Thalita, Rose dan Mili berpindah padanya.
Si kakak kelas paling cool yang sepertinya tidak begitu peduli dengan dunia perkuliahan, Khai di kenal sangat dingin dan sangat kaya raya.
Orang tuanya bahkan membelikan rumah khusus untuknya saat ia memilih untuk kuliah di luar Kota.
Di kampus banyak sekali wanita yang mendekati Khai bahkan bukan wanita wanita dari kampus ini saja. Banyak wanita dari kampus lain yang mencoba untuk menjadi kekasih hati khairi.
Namun sepertinya Khai masih setia bersama seorang wanita yang bernama Tiara Sashi yang merupakan mahasiswa semester 8, program studi yang sama dengan mereka.
Dito :” hei..hei.. kalian ini malah sibuk liatin orang lain, liatin saya!!! Saya belum selesai ini sama kalian.. sebagai personal manager incharge hari ini, kalian benar benar mengecewakan dan saya rasa..
Omongan Dito di potong oleh khai
Khai : “dit.. di depan ada dosen incharge nyari lo”
Wajah dito langsung panik, mereka ber empat mengehela nafas terselamatkan oleh keadaan. Karena sebenarnya tidak boleh ada kasus senioritas lagi di kampus mereka, dan Dito bisa balik di sanksi oleh Dosen karena sudah mengurung dan memarahi juniornya habis habisan di office setidaknya 45 menit.
Dito :” yaudah kalian langsung lihat pembagian tugas dan kembali ke station masing masing”
Eleanor, Thalita, Rose dan Milli pun langsung bergegas mengambil barang barang mereka yang di simpan di lantai yang bahkan belum sempat mereka simpan di locker lalu berterima kasih dan bergegas kembali praktik.
Dito dan Khai pun menghadap ruang dosen untuk briefing pagi para manager.
Rose :” duuuh ka Khai, bener bener penyelamat jiwa Rose”
Eleanor :” dih orang aneh kaya gitu dia sama aja freak nya sama temen temen kelasnya”
Milli :” ih El engga.. khai itu beda, dari wanginya aja udah beda loh”
Eleanor :” beda dari mana? Sama aja…“
Tiba tiba suara seseorang mengagetkan mereka.
“Eleanor, ikut saya ke klinik..”
Dan itu ternyata adalah suara Khai.
Mereka sangat terkejut, terlebih lagi El, untuk apa ia harus ikut Khai ke klinik?
Atau alasan ke IGD yang di karang teman-temannya ketahuan?
Sesampainya di Klinik Kampus Khai berbicara kepada salah satu perawat yang sedang bertugas disana.
Khai :” tolong di cek, dia katanya sakit, saya harus make sure dia udah sembuh dan bisa ikut operasional”
Dengan perasaan canggung Eleanor pun memasuki pintu klinik dan langsung berbaring mengikuti arahan perawat tersebut
Beruntung hari itu adalah hari pertama Eleanor Haid atau datang bulan, perawat pun mengiyakan kemungkinan rasa tidak nyaman di perut eleanor adalah karena hormon menstruasi.
Akhirnya setelah memastikan bahwa El sudah tidak apa apa dan bisa mengikuti kegiatan operasional praktik, mereka pun akhirnya kembali ke tempat praktik.
Milli :” el… gimana?? Ceritain ceritain kenapa?”
Milli dan yang lainnya sangat penasaran apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.
Eleanor :” duh nanti gue ceritain ya… pas kita break aja..”
Sesaat kemudian di Kos kosan El saat mereka break sebelum lanjut praktik lagi hingga malam.
Rose :” Eleanor cepeeet udah ceritain dari awal sampai akhir kamu ngapain aja sama Khai di Klinik?”
Eleanor :” dih ngapain aja kaya ngapa ngapain kesannya, orang gue di bawa kesana buat make sure kalau karangan cerita ke IGD nganter gue itu bukan bohongan!”
Thalita :” ah masa sih khai sampe segitunya double check segala?”
Eleanor : “ya terus ngapain lagi dong?“
Thalita :” Menurut gue khai itu care sama lo el !”
Eleanor :” dih ngarang, care dari mana? Kalau aja tadi gue ga pas banget lagi menstruasi dan ga bisa bikin perawat percaya, ga tau deh nasib gue”
Milli :” duh… gue sih kalau liat dari cara tadi Khai manggil, gue juga sependapat sama thalita, abis kayanya khai bukan tipe yang julittt banget sampe harus double check segala”
Wajah Eleanor memerah..
“Cie.. wajah lo merah tuh el!! Jangan jangan diem diem lo suka ya sama Khai?”
Goda mereka kepada El
Eleanor :” ya engga lah ga mungkin gue suka sama pacar orang, khai itu emang cowok idaman kan? Jadi wajar kalau di goda gitu gue malu”
Milli :” ahh.. paling karena lo belum move on kan dari Bagas??, coba deh ceritain.. kenapa sih lo bisa suka sama bagas?
Eleanor :” hahahah cerita gue panjang nih, kalian mau dengerin?
Semua teman-temannya mengangguk.
Eleanor :” oke.. dengerin baik baik ya..
Cerita gue sama bagas ini panjang dan membosankan.
Intinya karena dulu kita sekelas, di awal perkuliahan semester satu, gue yang tertarik duluan sama Bagas, karena menurut gue dia beda sama anak-anak cowok lain di kelas kita.
Dia manis, pendiam, dan ga begitu banyak gaya.
Tapi Bagas emang baik banget, dan gue mikir dia baik sama semua cewek.
Bagas sering anter jemput gue, karena kebetulan kosan gue sama rumah dia searah.
Bagas yang ternyata anak orang kaya ga sama sekali menunjukan materi yang dia punya, itu yang bikin gue dulu tertarik sama dia.
Dan Saat itu juga posisi gue lagi single.
Akhirnya kita beteman dengan baik..
Dan pada suatu hari..
Saat kita nongkrong bareng di salah satu Diskotik, dan gue agak sedikit ga kontrol karena pengaruh alkohol yang gue minum.
Gue cium bibir Bagas duluan di dance floor !!
I swear ini pertama kali gue ngelakuin hal segila itu.
Untuk clubbing dan minum minuman beralkohol sih ya emang sering, tapi gue selalu bisa kontrol.
Dan biasanya juga gue minum bareng sama kalian kan.
Tapi malem itu, entah apa yang ngebuat gue bisa melakukan hal yang sangat amat extreem.
Kebetulan memang posisi gue sama Bagas saat itu udah jadi temen deket.
Perlahan gue bisa memahami kalau Bagas bukan pendiem, tapi sometimes dia aga bingung untuk memulai pembicaraan.
Jadi kalau udah ngobrol panjang sama dia justru nyambung dan asik banget.
Bagas juga typical orang yang berawawasan jadi mau bahas apa aja sama dia enak banget bisa nyambung.
Yang tadi gue cerita bahwa rumah Bagas dan kosan gue searah, jadi gue sering nebeng Bagas setiap hari.
Ngebuat kita sering bertukar cerita dan ternyata Bagas juga suka main ke Bar.
Ga nyangka kan? Cowok manis, kalem di kelas kalian ternyata suka minum alkohol juga.
Tapi ya itulah Bagas.
Malam itu gue cuma datang sama Irene(temen kelas sebelah eleanor) dan bareng Bagas juga tentunya.
Rencananya kan si Rose bakal nyusul tapi dia cancel dadakan.
Irene juga ternyata janjian sama pdkt an nya disana.
Makanya akhirnya gue cuma duduk di barstool bareng Bagas.
Gue kaget pas Bagas pesen satu botol whiskey karena gue niatnya cuma minum satu atau dua gelas cocktail aja malem itu karena besok ada kelas kuliah pagi.
Bagas keluarin kartu debit dan bayarin semua bill termasuk minuman yang Irene pesan.
Satu lagi yang bikin gue tertarik sama Bagas.
Dia bener-bener royal dan ga itungan.
Padahal kan gue sama Irene cuma temen, kita juga berniat untuk bayar masing-masing.
Waktu itu gue nanya sama dia “Bagas, loe yakin mau pesen whiskey itu? Gamau beli pershoot aja?”
Bagas :” gapapa el, kita minum santai aja, kalau ga abis nanti botolnya bisa gue bawa balik, atau kalau kamu mau juga gapapa buat kamu aja”
Gue :” ah ya engga lah gas, buat kita next time lagi aja”
(Bagas emang ga pernah manggil pake gue lo, dia selalu pakai aku kamu)
Hari itu gue minum santai sambil menikmati alunan musik DJ di salah satu bar dan diskotik favorit di kota Bandung.
Setelah meminum beberapa shoot whiskey dan cocktail yang gue pesan, pipi gue mulai merah dan tubuh gue mulai ringan.
Ga sadar ternyata gue udah ketawa-ketawa sendiri dan udah ga jalan lurus saat hendak ke toilet.
Akhirnya Bagas anterin gue ke toilet.
Selepas dari toilet, gue gatau kenapa gue bisa kaya gitu.
Bukan nya balik ke barstool,
Gue malah ngajak Bagas ke tengah dance floor.
Gue tarik-tarik tangan Bagas padahal keliatan banget Bagas ga begitu suka nari di dance floor.
Mungkin Bagas tipe yang suka minum santai, sambil dengerin alunan musik jazz, ga kaya gue yang emang suka hingar bingar musik disko.
Dan tepat saat orang mulai makin riuh,
Gue liat Bagas di depan mata gue,
Gue liat dia sebagai cowok yang baik yang sepertinya lebih dari seorang teman.
Dan tiba-tiba aja gue ngerangkul leher Bagas dan nyium bibirnya di depan banyak orang.
Pertama kali bibir gue beradu dengan bibir Bagas, hanya beberapa detik namun ternyata Bagas membalas ciuman gue.
Sontak gue langsung ngedorong badan Bagas dan ngelepasin ciuman itu.
Gue langsung keluar dari diskotik tersebut ninggalin Bagas.
Beruntung ada taxi yang stand by, gue langsung minta taxi itu nganter pulang ke kos-kosan gue.
Ya!! Gue ninggalin Bagas sendirian di Bar dan ga ngasih kabar lagi setelah gue duluan yang cium dia di kerumunan banyak orang.
Rose :” wah jadi butir butir cinta tumbuh karna gue juga dong yang cancel dateng malem itu?”
Eleanor :” hahaha ya gitu kurang lebih.”
Milli :” terus jadi lo ninggalin bagas gitu aja? Setelah lo cium dia?”
Eleanor :” ya gitu karna gue bingung harus ngapain, oh iya gue jadi inget mimpi gue hari itu”
Thalita :” ini tentang mimpi lo yang gue bilang jangan jangan lo anak indigo ya? Kenapa lagi el?”
Eleanor :” ga inidigo ta, gue kayanya cuma lagi kecapean aja”
Thalita :” yaudah coba sekalian ceritain sama yang lain juga”
Eleanor : “duhh yaudah deh gue sebenernya males nih ceritain ini, tapi karena kalian maksa baiklah.
Milli :” iya El.. please ceritain, lo jarang banget si cerita mimpi lo padahal seru banget tau mimpi mimpi lo itu..”
Eleanor :” Pokonya Saat itu dalam keadaan setengah sadar, dan masih dalam pengaruh alkohol, gue turun dari taksi dan bersyukur karena kos-kosannya ga di gembok oleh penjaga kos.
Gue menoleh kebelakang, coba liat apakah Bagas ngikutin gue, dan ternyata tidak.
Gue ga tau apa yang harus gue lakuin besok hari ketika bertemu bagas di kelas.
Haruskah gue berlagak santai seperti tidak terjadi apa-apa?
“Ah no.. justru gue akan terlihat murahan oleh Bagas”
Atau haruskah gue meminta maaf?
Atau seharusnya gue tidak meninggalkan Bagas disana sendirian tadi.
Fikiran gue sangat campur aduk namun rasa kantuk dan lelah gue ngebuat gue langsung terbaring di kasur kamar kos berukuran 160 kali 200 yang sangat terasa nyaman saat itu.
Gue ngebanting diri kekasur tersebut, tidak lama gue pun segera terlelap.
Gue masuk dalam sekali ke alam bawah sadar.
bahkan gue lupa menyetel alarm untuk kelas paginya.
Seharusnya gue ga meminum whiskey yang di beli bagas, cukup dua gelas cocktail yang di pesan saja. Jadi gue ga akan seperti ini.
Nah gue kaget banget saat ternyata bangun dan hari sudah sangat terang.
“Pukul berapa ini?”
Gue mencoba melihat jam di handphone dan kaget banget karena sekarang sudah pukul 11 siang.
Gue bahkan ga sadar sangat berkeringat dan lengket, mungkin efek ga membersihkan diri dulu sebelum tidur tadi malam.
Gue melihat kekaca dan muka gue ink sangat kumal, eyelinernya menghitam ke dahi, pipi dan sekitaran mata.
Lipstik merah yang gw pake semalam menempel di sprei putih.
“Ahhhh… gue ga boleh nih kaya gini lagi, udah telat ke kampus, lupa bersihin wajah dan mandi, OMG elll cewek macem apa sih loe jorok banget”
Fikir gue saat itu.
Hari saat itu sangat terasa terik, tidak seperti biasanya.
Karena kita kan tinggal di daerah dataran tinggi yang biasa sejuk dan dingin bahkan saat matahari persis berada di atas kepala kita.
Namun hari itu keringat mengucur di sekujur tubuh gue.
Overheat! Ini panas banget ada apa sih.
Gue pun membuka pintu kamar dan bener bener kaget.
Tanpa menggunakan alas kaki gue keluar melihat sekitaran rumah kos yang sangat berbeda.
Gue shock dan saking shocknya gue ga sadar bahwa akibat berjalan tanpa alas kaki, kaki gw pun baru saja perlahan melepuh karena kepanasan.
Gue melihat sekitaran rumah tersebut yang dulunya adalah komplek perumahan dengan banyak pepohonan dan tumbuhan hijau, berubah menjadi gersang.
Tidak ada lagi rumah-rumah dan pepohonan
tersebut.
Tanah retak berwarna merah seperti sudah beratus-ratus tahun tidak tersirami air.
Beberapa pohon yang masih tersisa sudah layu dan mati tanpa ada sehelai daun pun.
Gue menengok kebelakang berharap masuk ke dalam kamar lagi, namun ternyata kamar pun sudah runtuh menyatu dengan tanah.
Gue kaget! Tapi gue ga mikir panjang.. dalam benak gue gak ada pilihan lain, dengan kaki gue yang terasa sangat perih karena melepuh kepanasan, gue mencoba mencari kehidupan
Dan berjalan ke arah kampus
Dan beruntung gedung tersebut masih ada.
Walaupun, sudah hancur sekitar 80 persennya.
Rumah rumah di sekitar pun nampak rata dengan tanah.
Gue ga menemui seorang pun manusia bahkan makhluk hidup lainnya seperti semut atau serangga.
Gue nangis karena bingung harus pergi kemana, merasa haus dan sangat kepanasan.
Bahkan gue akhirnya sadar saat menangis, mata ini ga ngeluarin air mata, entah mungkin panas dan keringnya membuat gue dehidrasi parah dengan keadaan saat itu.
Setelah Sekitar 1 kilometer lagi sampai ke gedung satu-satunya yang setidaknya masih memiliki atap yang tidak lain adalah gedung kampus.
Gue terus menyeret kaki yang seperti sudah tidak sanggup lagi berjalan di tanah kering yang pecah dan panas tersebut.
Namun gue terus berusaha untuk bertahan.
Suasana sangat berbeda, semua bangunan yang sangat familiar rusak dan runtuh, membuat hati ini bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana nasib teman-teman,
kemana mereka? Bagaimana nasib ke dua orang tua gue?
Kemana semua orang pergi? Atau .. atau mereka semua sudah tidak ada dan hanya gue yang tersisa di dunia ini?
Hanya 200 meter lagi saat gue hampir sampai, gue terjatuh, badan rasanya begitu lemas.
Gue merasa ga sanggup lagi,
Tenggorokan dan badan saat itu terasa sangat berat dan kering.
Gue sangat membutuhkan air.
Gue merasa tercekik karena teriknya panas siang itu.
Bukan gue jika mudah menyerah dengan keadaan.
Ketika Kaki ga sanggup lagi gue seret, kini badan gue yang gue paksa gerak menuju ke gedung tersebut sambil posisi merangkak.
Gue harus mendapat tempat berteduh!
Dan gedung tersebut satu-satunya yang masih memiliki atap untuk gue berteduh.
Dalam posisi tengkurap dan merangkak, gue terus berusaha untuk tiba di gedung kampus kita.
Gue merasa seluruh dada dan perut ini terbakar oleh tanah yang seperti sehabis di panaskan oleh api yang mendidih, bahkan gue ga sanggup menegakan kepala melihat langit, karena terik dan panasnya matahari hari itu.
Bahkan saat berjalan seperti matahari tepat di atas kepala.
Tidak ada angin sama sekali seperti biasanya di daerah yang dulu bahkan sering berembun ini.
Dunia yang begitu kering, sepi dan menyeramkan.
Namun akhirnya gue sampai juga di Gedung kampus, bersyukur banget setidaknya kini berbaring bukan di atas tanah lagi melainkan keramik yang masih menempel disana, setidaknya tidak sepanas berpijak ditanah langsung.
Gue pun menemukan keran air persis di depan pintu masuk yang biasa digunakan untuk cuci tangan sebelum mereka memasuki gedung untuk kegiatan perkuliahan. Gue langsung berlari menghampiri wastafel tersebut.
“Aiiiirr!!!! Akhirnya ada harapan untuk bertahan hidup”
Namun tertulis dengan cetak besar dan di tempel di wastafel tersebut
“JANGAN MINUM AIR INI, AIR TERCEMAR DAN BERACUN”
Saat keran wastafel di buka, Air memang mengalir dari keran tersebut. Namun ternyata air tersebut berbau busuk, aromanya sampai menusuk kehidung dan berwarna kehitaman yang jelas tidak sama sekali layak untuk diminum.
Gue akhirnya pasrah.
Bahkan di gedung ini pun gue yakin ga akan mampu bertahan.
Lalu gue pun tidur terlentang menghadap langit-langit gedung tersebut.
Gue nangis,
apa yang sebenarnya telah terjadi,
bertanya- tanya bagaimana di kota lain?
Apakah ada yang survive?
Semoga Bunda dan Daddy selamat.
Saat kesadaran gue perlahan mulai hilang, gue tersenyum, inget kalian, kenangan pertama bertemu Rose di kampus ini, kenangan saat merayakan ulang tahun Thalita, dan kenangan manis bersama Milli saat ospek masa perkuliahan waktu dulu.
dan tentunya, kenangan bersama Bagas.
Nah habis itu gue baru inget bagas, di mimpi gue langsung mikir dan sadar. Kaya kejadian ini baru beberapa menit yang lalu, kejadian gue ninggalin Bagas di Bar after gue cium dia tiba-tiba
Bagas.. seharusnya gue ga ninggalin Bagas di Bar malam itu.
Seharusnya gue pulang dengannya dan meminta maaf atas ciuman tersebut.
Abis itu gue rasain kepala kaya berat dan sakit seperti tertusuk tusuk, pandangan gue jadi menghitam dan kabur. habis itu udah deh kebangun..
Rose :” Ohhh.. Syukurlah.. dunia kering panas itu hanya Mimpi!!!! Gue denger ceritanya juga ngeri Banget El”
Milli :” jangan potong dulu, lanjut El..”
Eleanor : “Gue dengan perasaan kaget dan sesak, melihat jam di handphone yang ternyata masih pukul 3 dini hari.
Gue mengambil air putih karena tenggorokan memang terasa sangat kering.
Gue pun melamun dengan mimpi yang baru saja dialami.
Namun karena ga mau ambil pusing gue langsung mengganti baju dan membersihkan makeup.
Ponsel gue akhirnya berdering dan ternyata panggilan telepon dari Bagas.
Dengan pemikiran singkat gue pun langsung menjawab telepon tersebut.
El :” Gas… bagas.. gue mau minta maaf soal kejadian tadi”
Bagas :” el, akhirnya kamu angkat telp, aku ga ngerti kenapa kamu tiba-tiba pulang sendiri, aku minta maaf dengan apa yang terjadi barusan”
El :” gas.. harusnya gue yang minta maaf..gue udah lancang nyium loe dan ninggalin loe disana sendiri”
Bagas :” justru aku el yang takut kamu kenapa-kenapa dijalan, aku mau coba kejar kamu, ternyata kunci mobil aku di titip di tas kamu”
El :” OMG bagas gue lupa kunci mobil loe di tas gue, jadi loe masih disana?”
Bagas :” engga el, aku udah balik tadi minta jemput indra.”
El :” sorry banget gas.. maaf banget..besok gue kembaliin ya kuncinya, gue cape dan ngerasa ga enak badan banget jadinya gue ga mungkin keluar kosan lagi sekarang”
Bagas :” santai aja el, aku malah takut kamu kenapa-kenapa di jalan, aku telp kamu ga angkat. Yaudah tidur.. istirahat ..take care ya!”
Bagas pun mengakhiri pembicaraan.
Saat gue hendak make sure bahwa kunci mobil Bagas aman di tas, tiba tiba gue terjatuh karena telapak kaki yang sangat amat terasa pedih dan sakit.
Gue terduduk di kursi meja rias.
Dan sangat kaget ternyata kedua kaki ini merah melepuh seperti kepanasan.
Thalita :” sumpah gue merindingg…Ini pas lo akhirnya izin sakit bukan sih el?”
Eleanor :” iya gue izin sakit dan coba ke dokter karena emang sakit banget. Dan ternyata..”
Rose :” ternyata kaki lo bener sakit karena melepuh kepanasan?”
Eleanor hanya mengangguk mengiyakan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!