Look At Me
feeling lost?
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
Kematian, satu kata yang akan kita semua alami, tapi bagaimana jika kematianmu tidak membuatmu tenang, bahkan masih banyak penyesalan penyesalan yang kamu tinggalkan sewaktu di Dunia?
Jayyanaka, seorang pria yang baru saja kehilangan seorang kekasihnya, Morana. gadis yang dikenal sangat baik hati, ramah dan terkenal sabar.
Awalnya ia biasa saja kehilangan gadis itu, malahan jayyan senang, karena tidak akan ada lagi yang akan mengganggunya.
Sewaktu Morana masih hidup, gadis itu selalu disia siakan, dan tidak dianggap keberadaannya. Bahkan orang tuanya sendiri pun menyembunyikan kelahirannya, dan setiap kali orang orang bertanya, mereka akan menjawab bahwa Morana adalah anak dari pembantu nya.
Padahal, orang orang mengenal gadis itu sebagai gadis yang ceria, baik hati, dan ramah kepada siapapun.
Tidak pernah marah, bahkan kesal sedikitpun ketika seseorang bertindak semena mena kepadanya.
Dzakaria
Jay, turut berdukacita ya. gue nggak nyangka Morana pergi secepat ini.
Dzakaria
But, kenapa muka lo gak ada sedih-sedihnya nya, Bro? kenapa ekspresi lo seakan akan nggak merasa kehilangan sesuatu?
Jayyan
Karena gue gak ngerasa kehilangan apapun. jujur Dzak, gue gak terlalu larut dalam kesedihan waktu Morana dinyatakan meninggal, malahan gue cuman kaget dikit.
Jayyan
Mungkin sekarang akan tenang hidup gue, gara gara gak ada yang gangguin gue dan Moza.
Juan
Bang, lo sadar gak sih ucapan lo kayak orang yang gak punya hati?
Juan
Baru sehari lo ditinggalin sama Mora, lo udah kayak gini?
Jayyan
Ya terus? gue harus ngapain?
Juan
Seenggaknya lo merenung, Bang.
Juan
Kasian Mora, lo inget inget dulu lo punya salah ga sama dia
Juan
Minta maaf sana bang!
Tiba tiba ingatan Jay tentang Mora melintas dibenaknya bagaimana dulu ia pernah membuang bekal yang Mora buat, ia pernah membanting makanan yang dibuat Mora, dan ia pernah menampar Mora hanya karena kesalahan yang tidak seberapa.
Jayyan
*Mengusap wajahnya*
Jayyan
Sial, ngapain gue harus nginget-nginget orang yang udah mati.
Juan
Bang! keterlaluan lo!
Ricky
Udah lah, Bang. Emosi bang Jayyan kayaknya lagi gak stabil.
Dzakaria
Gue gak expect dia ngomong gitu, sebenci itu dia sama pacar nya sendiri.
Dzakaria
Omong-omong soal kesalahan, gue jadi ngerasa bersalah gara gara dulu gue pernah ikut ngata ngatain Mora pake kata kata yang nyakitin
Sehan
Diinget-Inget sebenarnya Mora tuh salah apa ya? gue gak ngerti dia dibenci si Jayyan.
Morana
*Terdiam*
“Jay, kamu seneng ya aku pergi? seneng ya karena pengganggu ini udah gaada?”
Sebenarnya Morana dari awal sudah berada disamping Jay, Morana belum sepenuhnya pergi, entah apa yang terjadi, Ia pun tidak mengerti.
Apa karena Ia punya sebuah penyesalan?
Tapi penyesalan apa? Mora tidak tahu apapun, ia hanya ingin meninggal dengn tenang.
Morana
“Jayyan.. aku senang karena masih bisa liat kamu, meskipun aku udah meninggal.”
Morana
*Wajahnya sendu, ia menahan air matanya agar tidak keluar. Kemudian ia pun pergi dengan perasaan yang amat luar biasa sakit.*
Seusai gadis itu pergi, Pemuda itu menghela nafasnya menatap jiwa gadis yang baru saja meninggal kemarin itu dengan tatapan yang datar.
unknown
(Bahkan lo udah mati pun masih sesayang itu sama Jayyan, Mor.)
2 Minggu Kemudian setelah kematian Morana. membuat beberapa orang merasa kehilangan.
Jujur, sebagian orang rindu dengan perhatian perhatian kecil dari Morana, Morana yang selalu bersikap baik. bahkan setiap harinya Mora tidak pernah absen membagikan pernah kepada teman sekelasnya/orang yang ia temui.
Saat ini Jay baru saja pulang sekolah dan merebahkan dirinya, ia merasa sedikit penat dengan kegiatan sekolah yang semakin hari semakin membuat dirinya malas.
Morana
“Jay, kamu pasti sekarang seneng ya karena Mora yang gak berguna itu udah gaada? selamat ya Jay.. aku ikut seneng, biarin aku disini sendirian, asal bisa melihat kamu sehat, aku bahagia.”
Morana
“Bahagialah dengan pilihan kamu, Jay. aku yakin Moza yang terbaik.”
Morana
“Dan Moza.. pasti sekarang Moza udah enggak sakit sakitan lagi ya?”
Morana
“aku ikut bahagia. meskipun aku harus berkorban, Za.”
*Suaranya bergetar hebat, dan air matanya pun luruh*
Morana
*Tidak tahan melihat wajah Jay, akhirnya Mora pergi dari sana. Ia berniat pergi ke tempat keluarganya*
Jayyan yang saat itu tengah membuka RoomChat Handphone nya, seketika terdiam ketika melihat beberapa poto dan pesan dari Morana yang tidak sempat ia hapus. dengan tangan yang sedikit Ragu, ia membuka RoomChat itu.
Itu Pesan chat dari tanggal 04 November, sewaktu mereka pergi ke mall.
Jay meringis melihat Nama kontak Morana yang ia tulis dengan nama 'Pengganggu' alasan karena terlalu kesal karena Mora selalu memberi pesan yang tidak berguna.
Jayyan
Lo emang pengganggu, Ra.
Saat itu, karena terlalu kesal kepada Mora, ia sampai mengatakan hal yang menyakitkan kepada Mora, tapi gadis itu tidak pernah marah.
Jayyan
Haha.. Lo emang pantes Ra, Lo selalu ganggu gue.
Saat itu Mora sedang berlibur akhir semester ke laut, pergi kerumah neneknya, berakhir tidak bertemu Selama 1 Minggu.
Jayyan
Lo tau gue jahat mor, kenapa Lo masih bertahan?
Pesan pada tanggal 17 November, sewaktu Jayyan ada pertandingan Basket melawan sekolah lain. Mora mengirim Lunch box, meskipun pada akhirnya makanan itu pun hancur dan berakhir ditempat sampah.
Jayyan tertawa kecil melihat Poto itu, tapi seketika ia menelan Salivanya ketika membaca pesan percakapannya.
Jayyan
Saat nya itu sekarang ya, Mor?
Pesan pada tanggal 23 November, saat itu Jayyan salah mengirim Bunga, niatnya itu diberikan kepada Moza, namun Mora yang menerima Paket itu, ia kira bunga itu dari Jay untuknya.
Namun sampai saat ini Mora tidak pernah tahu bahwa bunga itu dari Jay untuk Moza.
Jayyan
Hahaha.. Itu buat Moza, Ra. Bukan buat anak pembantu..
*Tertawa pedih*
Tidak disangka air matanya turun begitu saja membaca pesan chat dari gadis itu.
Pesan pada tanggal 28 November
Jayyan tidak Ingat jika Mora pernah mengirim Poto dirinya, ia rela membayar uang hanya untuk meminta Potonya?
Sial, Jayyan menangis lagi membaca pesan pesan dari Mora.
Jayyan
Lo tau Ra, sejahat apa gue? iya gue jahat banget Ra, asal Lo tau gue waktu itu senyum karena gue liat Moza lagi latihan Cheerleader.
30 November. Saat itu Mora sedang bersama temannya, temannya memotret Mora, kemudian Mora mengirim Poto itu kepada Jayyan.
Mora sangat berharap mendapat Feedback yang membuat dirinya senang. Tapi lagi lagi membuat dirinya sedikit kecewa
Jayyan
Lo jelek Ra, Lo jelek banget Bareface atau pun Make up.
Jayyan
*Air matanya semakin deras*
Tanggal 04 Desember, saat itu hari ulang tahun Mora dan Moza. Niat hati Jay ingin mengajak Moza pergi dan merayakan hari jadi nya, namun Moza saat itu pergi bersama keluarganya merayakannya tanpa Mora. And berakhir lah Mora yang ia ajak. Jujur ia sangat terpaksa.
Jayyan menangis lagi, ia terisak ketika membaca pesan itu, rasanya sakit hati membaca pesan yang ia tulis sendiri.
Bagaimana dengan Mora, apa ia lebih terluka?
Dan lalu selanjutnya adalah pesan terakhir Mora, Pada tanggal 08 Desember. Tepat saat itu Moza dan kondisinya yang parah, dan Mora pun mendonorkan jantung dan ginjalnya.
Kata Morgan, Ayah Mora dan Moza. Mora adalah anak pembawa sial, semua kesialan keluarganya itu semua disebabkan oleh kelahiran Morana.
Maka dari itu terciptalah nama "Mora" yang berarti Kutukan/Kesialan. Sementara "Moza" adalah Keberuntungan/kebahagiaan.
Jay tertawa pedih membaca pesan terakhir dari Mora. Sepertinya memang sudah Firasat bahwa dirinya akan pergi, jadilah ia mengatakan selamat tinggal kepada Jayyan.
Jayyan
Haha.. Gue tolol banget kan, Ra? Gue Brengsek? Gue cowo gak punya hati?
Jayyan
Gue sebajingan itu Ra.
Jayyan
*Menangis tersedu sedu*
Jayyan
Maafin gue.. jujur Ra, gue kangen bekal dari Lo, gue kangen nasi goreng Lo, gue kangen Lo yang selalu nyamperin gue saat main basket, Ra.
Jayyan
Gue kangen pap dan pesan dari Lo.
Jayyan
Maafin gue yang brengsek ini, Morana.
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
lonely soul
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
- 5 Minggu kemudian. 21:00 -
Morana
“Ayah.. Bunda.., Mora kangen..”
Dapat Morana lihat ketika masuk kedalam rumah, tidak ada satupun poto dirinya yang terpajang dan diabadikan, sejak dulu Morana tidak pernah ikut berpoto, jadi tidak heran jika semua orang tidak tahu bahwa Morana adalah anak keluarga Gaharuna.
Lagi lagi jantungnya berdenyut nyeri ketika mengingat bagaimana perlakuan keluarganya terhadapnya, sangat berbanding balik dengan perlakuan kepada Moza.
Morana
“Mora bukan anak yang ayah dan bunda inginkan.. harus sadar..”
*Menatap sendu figura besar yang diduga adalah poto keluarga diantaranya adalah Moza, Morgan, dan Dania*
Morana
“Sebenci itu Ayah sama bunda, sampai setiap ada tamu, ayah sama bunda Klaim aku anak pembantu.”
Mora berjalan kearah kamar orang tuanya, ia ingin melihat wajah wajah yang ia rindukan itu.
Morana
“Ayah kenapa kok sekarang kurus?”
Morana
“Bunda juga.., Mora kangen sama Bunda.”
Morana
“Kenapa Bunda, Ayah, kenapa kalian benci Mora? Mora salah apa? Mora anak nakal ya?”
Morana
“Mora nakal banget ya? sampai Ayah sama Bunda benci Mora?”
Dengan suara yang bergetar, ia menangis. menangis sejadi jadinya, menangis yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Ia sekarang dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi Arwah penasaran.
Menjadi sosok jiwa yang penuh penyesalan.
Morana
“Ayah juga seneng kan? Ayah gak akan lihat anak yang paling ayah benci ini? anak yang pembawa sial ini?”
Morana
“Bunda.. Bunda juga.. Bunda seneng kan gaada anak yang bising-bising lagi? Bunda seneng kan sekarang Moza sehat?”
Morana
“Ayah, Bunda. aku gak baik baik aja. semuanya cuman sayang sama Moza, Mora gak pernah, Bun, Yah. Mora gak pernah dapet kasih sayang dari siapapun.”
Morana
“Mora selalu sendirian, Ayah, Bunda.”
Morana
“Bahkan kematian pun nggak bikin Mora tenang. tolong, tolong biarin Mora tenang.. Mora gak mau punya penyesalan apapun, Ayah.”
Mora menangis lagi, matanya memerah sembab akibat terlalu lama menangis.
Siapa yang akan mendengar keluhannya? siapa yang akan mendengar jeritan dan tangisannya?
Kepada siapa ia harus bercerita?
Morana
“Ayah, mulai sekarang ayah jangan marah marah ya. sekarang kan Mora udah gaada, gaada lagi sumber yang bikin ayah marah.”
*Tertawa*
Morana
“Bunda, sehat sehat terus ya. meskipun aku agak kecewa sama bunda karena bunda gak pernah mau masakin aku makanan kesukaanku. sementara Moza, selalu dapat apapun yang dia inginkan.”
*Lagi lagi tertawa*
Morana
“Maaf bunda, Ayah.. kalo Mora banyak ngeluhnya.”
Mora pun keluar, kini ia pergi ke tempat Moza, kamar Moza adalah kamar yang sangat Mora inginkan, Mora ingin kamar luas dan terang seperti milik Moza.
Namun yang Mora dapatkan hanyalah kamar sempit, lembab dan Gelap layaknya sebuah gudang.
Disana juga tempat Mora selalu dipukul dan ditampar, tempat yang selalu menjadi titik pelampiasan Ayahnya.
Mora memegang pintu kamar Moza, lalu tersenyum sendu.
Morana
“Hai kak Moza, kakak lahir lebih dulu daripada aku, aku anak terakhir yang bikin bunda gak bisa lagi hamil gara gara lahirnya aku kedunia.”
Morana
“Moza, gimana rasanya hidup bagaikan Princess?”
Morana
“Moza.. Aku pengen ngerasain juga, aku mau ngerasain rasanya jadi kamu..“
*Ucapannya perlahan melirih*
Morana
“Di Treat seperti Ratu.. bahkan satu satunya semangat hidupku, Jayyan, lebih suka kamu dibanding aku.”
Morana
“Aku gak punya teman, gak punya siapapun yang bisa dengerin keluhan aku selain buku diary-ku.”
Morana
“Bahkan kamu punya nama panjang Za, sementara aku? Aku gak pernah dapet nama panjang. kenapa nama aku gak ada Gaharuna-nya? aku juga kan keluarga ini.. iyakan?”
Morana
“Apa yang salah dari aku sebenarnya, Za. kenapa aku terlahir seperti ini?”
Morana
“Za, kamu pasti gak pernah ngerasain cambuk nya Ayah ya? kamu gak pernah ngerasain rasanya dipukul pakai Tongkat balok kesayangan ayah?”
Morana
“Za, jangan buat kesalahan ya.. tapi kamu berbuat salah pun pasti Ayah gaakan marah, kamu anak kesayangan ayah.”
Morana
“Moza, Jaga jantung dan Ginjal ku baik baik ya. aku titip hal yang berharga itu. semoga kamu sehat sehat terus, Mozallea Gaharuna.”
*Keluar dari kamar*
Dan sekarang tempat yang ia tuju adalah kamar miliknya, kamar yang menjadi saksi ia hidup selama 17 tahun, tempat yang menjadi perlindungan bagi dirinya sendiri.
Morana
“Meskipun tempatnya gak seluas milik Moza, tapi aku nyaman sama tempat ini. walaupun kalo hujan pasti atapnya bocor..”
*senyum*
Morana
*Menelusuri Meja belajar*
Morana
“Aku lupa kalo aku pernah buat surat.. Pasti sampai kapanpun surat surat itu gak akan tersampaikan.. aku harus minta tolong ke siapa?”
*Menaruh kembali*
Morana
“Aku bakalan kangen sama tempat ini.”
*seusai mengatakan itu, Mora pun pergi*
Morana
“Jayyan.. Aku kembali..”
*senyum, dan lalu duduk dipinggir ranjangnya*
Morana
“Jayyan, mata kamu sembab.. kenapa?”
*Membelai*
Morana
“Jayyan, boleh aku masuk kedalam mimpi kamu?”
Morana
“Maafkan aku kalo lancang, Jay.."
Morana pun kemudian mulai masuk kedalam alam bawah sadar Jayyan, sesaat memasukinya, cahaya terang begitu menusuk indra penglihatan nya, dan disana pula ia dapat melihat seseorang yang amat sangat ia rindukan.
Morana
Jayyan.. aku kangen kamu, aku jadi hantu sekarang. aku kesepian banget.
Morana
Jayyan, kamu baik baik aja kan selama ini? hubungan kamu sama Moza, baik baik aja?
*Senyum kecil*
Morana
*Senyum sendu kemudian mengangguk*
Morana
Maaf.. harusnya aku jangan muncul, ya.
Jayyan
Lo buat hidup gue berantakan, Mor.
Jayyan
Lo buat hidup gue kacau, Lo buat gue gak kuat menjalani hari hari gue.
*Matanya memerah*
Morana
Maafin aku, karena dulu buat kamu risih dengan keberadaanku, ya?
Jayyan
Rasa bersalah ini terus menggerogoti gue Mor, gue harus gimana??
Jayyan
Rasa bersalah ini bikin hidup gue kacau selama 3 Minggu belakangan ini
Jayyan
*Menatap netra Mora perlahan*
Jayyan
Gue kangen Lo, Mor.
Jayyan
Gue kangen mor! Gue kangen Lo!
Pekikan morana membuat Jayyan seakan akan tersadar dari alam bawah sadarnya.
Membuat Jayyan mengusap wajah nya dengan frustasi.
Jayyan
Wajah itu, wajah yang selalu gue tangisin.. Karena mengingatkan kebodohan gue..
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
CECE
Kalian punya penyesalan?
CECE
Penyesalan apa yang buat hidup kamu gak tenang? Share ya di kolom komentar :D
invisible shadow
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
Basecamp, tempat grup bernama 'Enhypen' berkumpul. Disana terdiri atas 7 orang diantara Jayyan, Dzakaria, Sehan, Ricky, Juan, Seno dan Hagantara.
Namun sekarang ini di Basecamp hanya ada 4 orang, yaitu Ricky, Jayyan, Dzakaria dan Sehan. Hagantara, Seno dan Juan sedang ada urusan pribadi.
Dzakaria
Kenapa Lo, Jay? Gak biasanya diem gini.
Jayyan
Gue kenapa? Gapapa.
Ricky
Muka Lo juga pucet gitu, Lo makan belum, bang?
Jayyan
Gue gapapa. Cuman agak lagi kurang enak badan aja.
Sehan
Hah, seorang Jayyan gak enak badan !?!?
*Terkaget-kaget*
Jayyan
Gue juga manusia, jangan lupa.
Jayyan
akhir akhir ini gue ga nafsu makan sama insomnia terus.
Dzakaria
Waduh, apa atuh yang bikin aa' Jayyan teh gak bisa tidur?
Sehan
Alah, biasanya juga diajak push rank gak mau Lo, alesannya ngantuk.
Ricky
Dari kapan Lo begitu
Jayyan
Sekitar 4 Minggu kebelakang
Dzakaria
Lo kepikiran Morana?
Entah kenapa ketika mendengar nama Morana, jantungnya seakan berdetak nyeri.
Ricky
Kayaknya omongan Lo tepat, bang.
Sehan
Lo sekarang merasa kehilangan?
Jayyan
itu diluar kendali gue.
Jayyan
Sekarang kehidupan gue kayak hampa, Dzak.
Dzakaria menatap Jayyan datar.
Dzakaria
Bro, Lo harus inget Moza.
Dzakaria
Selama ini yang lo mau Moza, kan?
Dzakaria
Sekarang tujuan Lo udah tercapai, dan harusnya Lo menikmati.
Dzakaria
Sekarang udah 7 Minggu kepergian Morana, dia pasti udah tenang disana, but IDK.
Sehan
Bang, gue kayaknya paham. Sosok hangatnya Mora gak bisa tergantikan sama Moza ya?
Jayyan
Moza dan Mora itu orang yang beda.
Sehan
Nah lo tau mereka beda, but why do you like to compare them?
Ingatan Jay tiba tiba teringat pada satu moment, dimana Jay mengatakan pada Morana bahwa Morana sangat jelek dan wajahnya selalu pucat, dan bahkan Jay selalu mengatainya seperti Mayat hidup.
POV = (Pesan Chat As ) In Real Life.
Jayyan merasa memanas matanya mengingat hal itu. Ia menunduk, guna menutup matanya yang memerah.
Saat itu mata Morana memerah setelah mendengar kata kata Jay yang amat sangat menusuk itu, bibirnya yang pucat itu tampak bergetar ketika membalas kata kata sang kekasih.
Dzakaria
Jay, gausah diinget inget.
Ricky
welcome to a life full of regrets, bro.
Mozallea
*Berteriak dari luar basecamp, dan langsung menghampirinya dan memeluknya*
Sehan
et dah, datang datang gak ada salam atau sapa.
Sehan
Nyelonong aja kayak jelangkung.
Mozallea
Mulut Lo sekolahin!
Sehan
Sebelum mulut gue yang disekolahin, tatakrama Lo tuh yang disekolahin!
Mozallea
Rese temen kamu, Jay!
Ricky
Ngapain nenek lampir kesini.
Mozallea
Sembarangan lagi ini bocah ngomongnya!
Mozallea
Eh? Mata kamu kenapa merah, Jay!?!? Muka kamu juga kok pucet?
Mozallea
(Kenapa sih, kok kayak enggak biasanya)
Mozallea
Jay, aku undang kamu buat makan malam dirumah aku, Ayah sama bunda yang ajak. Menu nya Salmon kecap asin sama Onigiri lho heheh, aku juga nanti mau bantu Bunda buatnya.
*Senyum senang*
Dzakaria
(Jay kan alergi ikan, begoo)
Ricky
Lah, Mak lampir Lo lupa kalo bang Jay Alergi?
Mozallea
Hah!?!? Emang iya?
Mozallea
maaf aku gak tau.
Jayyan
Gapapa Za, aku makan. Aku terima undangan makan malamnya. dengan senang hati.
*angguk*
Sehan
Nyari mati sih Lo, Jay.
Mozallea
Ih jangan, nanti aku minta Bunda buat buang ikannya aja. Kita masak menu lain.
Jayyan
Jangan buang buang makanan.
Mozallea
Kenapa? kan biasanya kamu kalo gak suka, biasanya di buang?
Mozallea
Bekal dari Mora aja waktu itu kamu buang..
Jayyan
Lo pergi dari sini.
Mozallea
Ishh, Jay kenapa sih..
Jayyan
Lain kali jangan nyebut nama orang yang udah mati.
Mozallea
*Jantungnya berdegup*
Mozallea
(Kenapa, kok sakit waktu dengernya?)
Mozallea
(Kayaknya ini Reaksi alami dari Jantung Mora..)
Mozallea
(Lo sakit hati ya dengernya, Mor?)
Mozallea
(Tenang disana adik gue.. Thanks udah kasih gue kesempatan buat hidup..)
Jayyan
Aku tanya daritadi.
Jayyan
Mau pulang sekarang?
Dzakaria
Oh anw kalo gitu..
Dzakaria
Jay, gue sama Ricky dan Sehan pulang duluan ya. lo anterin Moza pulangs sana, sekalian lo ambil aja undangan makan Lo.
Ricky
Duluan, Bang. Moga lancar jaya ya. Kita pamit duluan.
Mozallea
Jay, ayo masuk.
*senyum dan menarik tangan Jayyan*
Mereka pun masuk kedalam.
ketika menapakkan kakinya didalam, Pandangan Jay berada pada sebuah Figura, yang membuat Jay tidak asing dengan wajah Moza saat kecil.
Jayyan merasa pernah lihat.
Mozallea
Jay? Kenapa bengong?
Dania (Bunda)
Eh, kalian sudah datang?
Jayyan
Halo Tante.. terimakasih ya udah undang Jayyan untuk makan malam..
Dania (Bunda)
Jangan sungkan ya, Nak. Anggap aja rumah sendiri.
Dania (Bunda)
Makasih ya selama ini kamu sudah jagain anak bunda, Moza satu satunya anak bunda yang paling bunda sayangin hehe
Mozallea
Ih bunda, jadi malu deh..
Dania (Bunda)
Yuk kita ke meja makan aja, tante udah siapin makan malamnya lho
Mozallea
Bun, Jayyan alergi ikan.. Gimana kalo kita masak menu lain?
Dania (Bunda)
Eh ? Jayyan alergi ikan? Maafkan Tante ya, Tante gak tau.
Jayyan
Gapapa Tan.. Lagian Jayyan juga nggak bilang ke Moza, jadinya Moza juga keliru.
Dania (Bunda)
Kalo begitu mari kita tunggu di ruang makan dulu.
Semuanya mengangguk, dan pergi ke meja makan.
Suasana Keluarga Moza sangat harmonis, berbeda dengan keluarganya yang sudah berpencar bak Tim SAR.
Jayyan pun lama kelamaan sudah terbiasa dengan keadaan keluarganya.
Kadang Jay iri, melihat cara Dania memperlakukan Moza bagaimana, ia pun ingin diperlakukan seperti itu oleh ibunya.
Lupakan hal itu semua, tanpa mereka semua sadari, canda tawa mereka membuat seorang gadis menangis diam diam melihat bagaimana manisnya keluarganya, tanpa menganggap dirinya ada.
Morana, dia sedari tadi, sebelum Moza pulang ia menemani Dania masak, ia seakan akan menunggu makanan tersaji dengan duduk di meja makan.
Ia tersenyum bahagia ketika melihat Dania tersenyum sembari memasak itu, hingga Senyumannya luntur ketika Jayyan dan Moza datang.
Dengan berbincang" betapa bahagiannya Dania memiliki anak perempuan satu satunya seperti Moza. 'Satu satunya'
Kata kata itu membuat Mora merasakan rasanya sesak yang luar biasa.
Morana
“Mora anak Bunda juga.. Lihat aku, bunda.”
*Menangis*
⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰
CECE
Sesakit itu ya Jadi Morana..
CECE
Ada yang pernah ngalamin menjadi sosok Morana? Yang gak dianggap keluarga sendiri?
CECE
Boleh dong share cerita kalian dikolom komentar.. :)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!