Malam Ini suasana yang sangat kaku tampak tidak banyak bicara satu sama lain dan juga terlihat ketegangan serta emosional bagi kedua keluarga.
Disebuah Ruang tamu rumah Pejabat Penghulu desa, Tengah terjadi sebuah pernikahan yang di adakan secara tertutup hanya dihadiri oleh keluarga inti, kedua mempelai dan saksi saja.
Mempelai wanita yang hanya menggunakan baju gamis jalan biasa dan sang mempelai pria menggunakan baju koko sederhana.
"Saya nikahkan kamu dengan Putri saya yang bernama Hairani Yuliana Wibisono binti Heru Wibisono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar Tunai".
"Saya terima nikahnya Hairani Yuliana Wibisono binti Heru Wibisono dengan mas kawin tersebut Tunai".
Bagaimana saksi tanya penghulu "Sah" mereka serentak menjawab
"Barakaallah" sahut pak Penghulu.
Setelah mereka menandatangani semua dokumen yang diberikan oleh Pak Penghulu, mereka melakukan foto bersama untuk dokumentasi.
Tidak tampak di wajah kedua mempelai kebahagiaan sama sekali. Saat ini yang tampak di keduanya adalah rasa sedih dan kecewa dengan keadaan dengan satu sama lainnya.
Hairani menjalani Pernikahannya selama satu jam, dimana hari ini dia mengikat akad dan sesaat itu juga dia mendapatkan talak tiga langsung dari Suaminya.
Acara yang hanya diisi dengan cakap-cakap sebentar lalu proses akad nikah tausiah sejenak oleh pak Penghulu dilanjut dengan penandatanganan berkas pernikahan dan foto bersama untuk bukti pernikahan mereka.
Lalu kemudian kata Pamungkas yang mematahkan hati dan semangatnya terdengar bagai sambaran petir baginya.
"Ceraikan Anakku sekarang juga, karena kalian tidak pantas bersatu" kata Ayahnya.
"pernikahan ini cuma untuk status saja atas janin yang terlanjur dikandung oleh anakku!"
"Kalian tidak pantas bersama, Pria seperti mu tidak layak Untuknya!!" perintah ayahnya
"Lalu tanda tangani perjanjian ini!" tambahnya.
"Pak apa tidak bisa dirubah lagi keputusan bapak" bujuk keluarga suaminya.
"Tidak, kita sudah sepakat dan sudah bolak balik membicarakan pernikahan ini hanya status dan mereka tidak pantas bersama. Anakku akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari anakmu!" Kata Pak Heru emosi
Dion melihat ke arah keluarganya. Dan mereka semua menganggukkan kepala tanda setuju.
"Hufff...!!"
"Hairani Yuliana Wibisono binti Heru Wibisono mulai hari ini Aku talak kamu dengan talak tiga, haram bagiku untuk menyentuhmu!".
Hairani hanya bisa menahan tangisnya karena keputusan dari kedua keluarga terutama ayahnya.
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya kedua belah keluarga sudah sepakat bahwa pernikahan ini juga akan menjadi perceraian mereka.
Meski Hairani saat ini dalam keadaan mengandung dan tidak sah untuk ditalak namun keputusan ayahnya tidak dapat diganggu gugat dan sifatnya mutlak.
Kedua pengantin itu sebelumnya menandatangani berkas pernikahan. Beberapa menit kemudian mereka menandatangani berkas perceraian mereka.
Dan sebuah surat perjanjian yang berisi bahwa mereka tidak boleh saling menganggu atau menghubungi satu sama lainnya.
Bahkan keluarga Hairani menolak mentah-mentah nafkah yang akan diberikan oleh keluarga Dion meskipun hanya nafkah untuk bayi malang itu.
"Ingat jangan pernah memberikan uang kepada anak dan cucuku kelak, Kami masih mampu untuk membiayainya" tegas Pak Heru
"Kalian hanya pedagang emas, haram uang kalian itu!!" pak Heru menghina keluarga Dion
Keluarga Dion hanya diam membisu tampa mau membalas ucapan yang terlontarkan dari mulut Pak Heru karena mereka sudah tidak mau membuat masalah semakin pelik.
Melihat tidak adanya bantahan dari siapapun yang ada diruang itu, terlihat wajah puas tampak di raut ayahnya.
Hairani cuma bisa menundukkan kepalanya dan beristighfar semoga hati dan jiwanya bisa dikuatkan.
"Bismillah ya nak, kita lewati bersama" pikirnya sambil mengusap-ngusap perutnya yang sudah membuncit.
Entah apa yang ada di pikiran semua orang yang hadir malam ini, saat ini dia hanya peduli untuk menjaga kewarasan dan ketenangan hatinya agar tidak berpengaruh buruk atas janin yang tengah dikandungnya.
Setelah berpamitan kedua keluarga besar itu berpisah dan entah kapan mereka akan bersua lagi.
"Bismillah... Kuat ya nak.. kita kuat.. bismillah ya Allah " katanya dalam hati berusaha menguatkan dirinya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kilas balik setahun yang lalu.
"Bu.. Adi mau melamar aku, bolehkah dia membawa keluarganya untuk datang melamar?" tanya Sita kakak tertua Hairani
"Jadi dia benar serius mau melamar kamu?" tanya ibunya
"Iya Bu.." jawab Sita "kami sudah sama-sama dewasa sudah punya pekerjaan yang mapan. Lagi pula kami sudah cukup lama berhubungan, masa aku mau di gantung-gantung terus dengan hubungan ini"
"Iya nak, tidak baik terlalu lama berpacaran lebih baik kalian segera menikah" kata Ibunya "Nanti ibu bicarakan dulu sama ayahmu baiknya gimana, nanti kalau sudah ada jawaban dari ayahmu baru kamu sampaikan ke Adi".
"Baik Bu, jangan lupa ya Bu jika bisa jangan berlama-lama " kata Sita
Ibunya hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
Tak berapa lama terdengar suara kendaraan roda dua memasuki halaman.
Ibu Lani berdiri melihat ke arah jendela "Sepertinya ayahmu sudah datang. Kamu masuk dulu ke kamar, nanti ibu lihat keadaanya jika memungkinkan akan ibu sampaikan ke ayahmu".
"Baik Bu " jawab Sita.
"Assalamualaikum" Pak Heru mengucapkan salam
"waalaikumsalam ayah" jawab ibu sambil meraih tangan suaminya untuk mencium tanda hormat .
"Bagaimana ayah hari ini apakah sangat lelah.. ?" tanya ibu
"Ya biasalah Bu... " jawab Ayah cuek
" ayah mau bersih badan dulu, Apakah makanan sudah siap.. Ayah lapar sekali" pinta ayah kepada ibu.
"Sudah yah.. nanti akan ibu siapkan sewaktu ayah mandi"
Lalu Pak Heru pergi ke kamar untuk membersihkan tubuhnya karena lelah habis keluar rumah tadi.
Tak berapa lama Pak Heru pergi ke ruang makan untuk menyantap makanan yang telah disajikan oleh istrinya.
Pak Heru adalah seorang yang cukup dipandang di kampungnya. Posisinya dulu sewaktu bekerja ada salah satu yang memiliki posisi Direktur di perusahaan ternama di negeri ini.
Dia Memimpin sebuah area cabang di propinsi Y. Meski sudah usia pensiun namun bagi masyarakat sekitar tempat keluarga Pak Heru masih sangat disegani.
Pak Heru memiliki banyak Putra dan Putri, meski keadaan ekonomi keluarga Pak Heru sempat mengalami kemunduran sewaktu dia memasuki masa pensiun namun berkat kegigihannya dia masih mampu menyekolahkan putra dan putrinya hingga ke jenjang sarjana.
Setelah sholat magrib Pak Heru dan istrinya menghabiskan waktu di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Ayah.. Hmmm begini ada yang mau ibu omongkan" tanya ibu takut-takut karena Pak Heru sejak jaman muda sewaktu Bekerja dan saat pensiun karena memang wataknya memiliki watak yang keras, disiplin dan otoriter.
Mendengar istrinya memanggil Pak Heru menolehkan kepalanya " Hmm.. "
"Begini ayah.. Sita dan Adi sudah lama menjalin hubungan. Ini sudah ada niatan dari pihak Adi untuk datang melamar Sita. Apakah ayah berkenan menyambut niat baik dari keluarga Adi ini" tanya ibu takut-takut
"Hmmm.. Ya nanti bilangin saja suruh saja mereka datang akhir Minggu ini sekalian mereka pas libur bekerja jadi tidak mengganggu jadwal kerja mereka "
"Baik ayah nanti ibu sampaikan ke Sita, perihal ayah mengijinkan untuk membuka silahturahmi dengan keluarga Adi.."
"Hmmm... " jawab ayah sekedarnya sambil lanjut menonton televisi kembali
Keesokan paginya Sita mendekati ibunya yang sedang menyapu di halaman rumah dan berbisik.. " Bu gimana, apakah Ibu sudah bilang ayah?
"Iya sudah beres. Kata ayahmu nanti akhir minggu ini silahkan datang Adi dengan keluarganya" kata ibunya.
"Sep, terima kasih ibu memang yang terbaik Mmuah" sita mengecup pipi ibunya.
"Sita pergi dulu ya Bu, Assalamualaikum.." "Waalaikumsalam" jawab ibunya.
Pak Heru hanya melihat kepergian anaknya dari dalam rumah.
Sita Merupakan Putri tertua dari pasangan Heru Wibisono dan Ibu Lani Maharani. Sita gadis yang beranjak dewasa usianya sudah cukup matang untuk menuju ke jenjang pernikahan, ya 27 tahun usia Sita saat ini.
Dari pernikahan Pak Heru Wibisono dan Ibu Lani Maharani melahirkan 5 orang putra dan Putri. Kelimanya cukup pandai di bangku sekolah kerap mendapat prestasi juara kelas begitu juga dengan prestasi di luar akademik.
Mereka kerap memenangkan perlombaan yang diadakan baik tingkat kota bahkan sampai tingkat nasional.
Sita memang berbeda dengan saudaranya yang lain Gadis ini menjadi kesayangan Ibunya sejak kecil. Apapun yang dimau akan diusahakan atau bahkan dibela-bela oleh sang ibu.
Tibalah Sita di kantornya memulai kembali aktifitasnya sehari-hari sebagai salah satu staff HRD di salah satu perusahaan asing di negara ini.
Sita dua tahun belakangan ini menjalin hubungan dengan seorang kolega bisnisnya yang bernama Adi Gunawan.
Meski mereka sama-sama dewasa mereka menjalin hubungan pacaran yang cukup sehat sesekali bertemu pada jam makan siang ataupun pada waktu weekend.
Adi Gunawan sendiri bekerja sebagai seorang Engineer di salah satu perusahaan asing dan bekerja di lokasi site dari perusahaan tersebut dengan sistem kerja 2:1 yakni dua minggu on duty dan 1 minggu off duty.
Karena frekuensi dan kesibukan pekerjaan mereka masing-masing mereka hanya sesekali bertemu pada jam makan siang ataupun pada waktu weekend.
Adi karena bekerja di perusahaan yang notabene para pekerja keras yakni Engineer maka memiliki watak yang cukup tangguh keras dan juga apa adanya.
Telephone seluler Sita berdering, melihat nama yang tercantum di telepon membuat Sita semangat untuk mengangkatnya.
"Assalamualaikum sayang" sapa sita.
"Waalaikumsalam sayang" jawab dari sana.
"Gimana yank sudah bilang sama ibu dan ayah kah rencana kakak akan melamar kamu?" tanya Adi.
"Alhamdulillah sudah kak, kata ayah kakak beserta keluarga bisa datang akhir Minggu ini" jawab Sita.
"Alhamdulillah, Baiklah kalau begitu nanti kalau sampaikan ke keluarga".
"Iya kak Hmmm.. Nanti kita sambung lagi ya kak. Ini mau ada meeting dulu" pamit Sita.
"Baik sayang, selamat bekerja love you!".
"love you too sayang.."
"Ya Allah .. Lancarkanlah langkahku dan Kak Adi untuk membina rumah tangga.. Amin..!".
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Singkat waktu tibalah hari yang dinantikan oleh pasangan Sita dan Adi yang dimana pada hari ini mereka bersepakat untuk mengenalkan kedua keluarga sekaligus melakukan lamaran.
Sita yang sibuk dilamarnya untuk merias diri ya sedangkan ibunya sibuk di dapur dengan adik-adiknya mempersiapkan sungguhan untuk acara lamaran sang putri sulung di keluarga.
"Duh berdebar banget nih hati.." kata Sita dalam benaknya.
Setelah melihat sekali lagi penampilannya di depan cermin. Akhirnya Sita memberanikan diri untuk keluar kamar.
" Bu sudah siap ya?" tanya Sita.
"Sudah. Gimana jadi datang keluarga Adi?"
"iy Bu mereka sudah dijalan sebentar lagi sampai" jawab Sita.
" Ya wes kamu tunggu didalam saja. Nanti ibu mau ke depan temani ayahmu dulu, sebentar lagi om dan tantemu juga datang mereka yang akan menemani ibu dan ayahmu untuk menyambut mereka".
"Baik Bu... Ekh Linda dan Hairani nanti kamu yang bantu buat sajikan makanannya" suruh Sita kepada adik-adiknya.
"iya kak, beres.."
"Assalamualaikum.. " salam dari om dan tante yang baru saja datang.
"waalaikumsalam " jawab ibu "Masuk dek ".
"Mbak benar hari ini Sita mau lamaran sama calonnya" tanya salah satu tante Sita.
"Alhamdulillah, Insha Allah jika tidak ada halangan keluarga Adi akan datang bersilaturahmi malam ini, mereka sudah dijalan" kata ibu menjelaskan
"Alhamdulillah keponakan gadisku ada yang lamar" kata tantenya lagi.
"Alhamdulillah.." kata mereka semua.
Pak Heru hanya duduk terdiam saja mendengar obrolan ringan istrinya dengan adik dan iparnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah. Tampak terlihat dari dalam Adi dan Keluarganya datang.
"Assalamualaikum..." kata mereka
"Waalaikum salam.. " jawab.
Setelah mempersilahkan keluarga Adi untuk masuk.Tak lama keluar Linda membawa beberapa sajian untuk tamu kakaknya.
"Silahkan Nak Adi, Pak, Bu.. Dicicip sajian kami" kata ibu.
"Iya Bu.."
"Assalamu'alaikum. Bismillah hirohmanirohim
Puji Syukur kita Haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat dan nikmat kepada kita semua.
Sehingga pada malam ini kita bisa bertemu, berkumpul dam bersilahturahmi dal keadaan sehat wal Afiat" Ayah membuka pembicaraan.
"Selamat datang kepada Nak Adi dan keluarga. Hmmm.. Begini dari kabar yang kami terima dari anak kami Sita bahwa kedatangan nak Adi beserta keluarga bermaksud untuk membicarakan hal mengenai hubungan kalian."
"Alhamdulillah, Bapak dan Ibu serta segenap keluarga yang kami hormati. Terima kasih kami ucapkan telah berkenan menerima kami sekeluarga dengan baik." jawab Bapak Adi
"Izinkanlah saya untuk menyampaikan tutur kata untuk secara resmi menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami ini untuk bisa bersilahturahmi dan saling mengenal kedua keluarga serta kami juga ingin menyampaikan maksud dari anak kami yang sudah cukup lama mengenal putri Bapak dan Ibu. Maka dari itu, izinkan kami mewakili Adi untuk menyampaikan niat baik yang tulus untuk melamar putri Bapak dan Ibu sebagai wujud keseriusan kami."
"Bapak cukup menyambut dengan baik niat baik nak Adi dan sekeluarga karena cukup tahu bahwa kalian sudah dekat cukup lama.. Tak baik berlama-lama berpacaran.."
"Alhamdulillah, terima kasih Bapak dan Ibu" kata Adi.
"Selanjutnya kami mau membicarakan perihal proses hantaran jujuran dan mas kawinnya dan juga tanggal yang direncanakan" Ibu Adi berkata
"untuk hantaran dulu Bu, bagaimana prosesnya?" tanya ibu Adi lagi
"Okh begini bu untuk hantaran karena kami adalah orang yang berasal dari suku b***** maka biasanya hantarannya berupa barang-barang pribadi yang akan digunakan Sita seperti pakaian, alat make up, tas sepatu lalu barang perabotan kamar dan juga buah-buahan dan kue-kue" jelas Bu Lani.
"okh begitu ya Bu " Ibu Adi terlihat shock karena perbedaan budaya dan banyaknya yang harus dipersiapkan oleh mereka.
Menatap ke wajah anaknya Adi dan Adi hanya menganggukkan kepala tanda menyetujui permintaan calon istrinya.
"Begini bu apakah itu sudah semua hantaran jujuran yang dimaksud..?" tanya Ibunya Adi.
"okh bukan Bu itu baru hantarannya.. Hantaran atau yang sering disebut juga sebagai seserahan, merupakan hadiah di luar mahar (mas kawin) yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak kami perempuan. Sepertinya yang sudah saya jabarkan tadi Bu.." jelas Bu Lani
" Kalau jujuran lain lagi Bu.." tambahnya.
"Kalau jujuran Bu?" tanya Ibu Adi yang wajahnya sudah nampak tidak enak.
"Kalau jujuran itu berkenan dengan uang dimana pihak laki-laki yang akan membiayai keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk pernikahan ini baik dari akad, mas kawin dan juga biaya pengeluaran untuk pesta" ibu Lani berusaha sabar menjelaskan.
"Hah.."
Setelah mendengar penjelasan dari keluarga Sita wajah tak nyaman di tampakkan oleh keluarga Adi.
"ehm begini ya Bu, jika kami sudah menyiapkan hantaran apa benar kami harus menyiapkan biaya untuk pesta juga apakah tidak bisa dibagi dua Bu biayanya. Kalau untuk mahar mas kawin kami paham karena itu harus disiapkan oleh pihak kami sebagai keluarga laki-laki?" tanya ibu Adi.
"Gimana ya Bu, kalau untuk akad nikah paling kami ya bisa bantu untuk menyiapkan itupun kan cuma jumlah undangan keluarga dan tetangga terdekat saja. Jika memang tidak mau untuk mengadakan pesta ya paling pas akad nikah diundang nambah sedikit tapi ya bagiamana ya Bu. Namanya anak gadis pertama nanti apa dikata orang kalau nikahannya juga seperti diam-diam tidak diramaikan hanya akad saja" Kata Bu Lani mencoba menolak halus.
"Tetangga juga pada tahu Bu nak Adi sering kemari dan datang bawa mobil. Disangka nanti keponakan saya nikah karena kenapa-kenapa lagi, padahal masih gadis tingting" timpal tante Sita menambahkan.
"Begini bu.. Pak.. untuk hantaran insha Allah saya bisa siapkan namun untuk jujuran saya akan siapkan 5 juta.. Nanti mas kawinnya bagaimana apakah seperangkat alat sholat saja bisa.." Adi berusaha menengahi perdebatan ibunya dan calon mertuanya.
Kedua Orang tua Sita menolehkan kepalanya ke arah Sita..
" Sita sini dulu nak.." Panggil ayahnya
"Iya yah..." Sita datang dari arah dapur sedari tadi dia menyimak pembicaraan orang tuanya dan orang tua Adi di depan.
"Begini Sita dan Adi ayah berusaha menengahi ya. Kalian itu rencana mau buat acara atau nikahnya cuma akad nikah saja ?"
"Akad nikah dan acara juga pak " kata mereka serempak
"Nah kalau akad nikah jika yang diundang bisa terbatas jadi masak pun biasa seadanya paling bisa soto tambah kue dan minuman, bagaimana ?"
"Insha Allah tidak apa-apa ayah" jawab Sita
"saya juga tidak masalah ayah" Adi menyetujui juga.
"Sekarang untuk pestanya. Berapa orang yang akan diundang rencananya?" tanya ayah lagi.
"untuk Sita saja kantor bisa 75-100 orang ayah" kata Sita.
"untuk Adi sekitar 100 orang ayah " jawab Adi.
" Nah bapak sama ibu undangan berapa rencananya ?" kembali ayah bertanya.
" 200 orang untuk keluarga besar Kami sekiranya" jawab ibunya Adi.
"Itu mau di rumah atau di gedung acaranya?" tanya ayah kembali.
"Di gedung" kata mereka kompak.
"Sudahkah kalian hitung terlebih dahulu sebelum melangkah untuk menikah, apalagi sekarang harga-harga sudah pada naik" ayah mencoba membuka pikiran semua orang
"Gedung anggaplah 2 juta, undangan kurang lebih 500 orang dikali 1000 saja sudah 500 ribu, dekorasi bisa 2 jutaan, belum makan untuk 500 orang kira-kira dana 5 juta tadi cukup kah?" tanya ayah kepada semuanya.
"Tapi ayah!! " protes Adi sambil menggebrak meja karena tersinggung dengan penjelasan calon mertuanya hingga membuat yang anda disana terkejut.
Ayah langsung menegakkan badannya atas tindakan spontan Adi tersebut. Namun tetap berusaha sedewasa mungkin menyikapi keadaan " Ya bagiamana nak Adi, kira-kira dari penjelasan bapak mana yang nak Adi kurang mengerti".
"Tadi ibu sudah memberikan saran bagaimana jika akad nikah saja langsung acara ya tamu seadanya karena jumlah dana cuma ada segitu " ibu Lani menambahkan
"Tapi tidak mungkin hanya akad nikah saja, nanti orang- orang kantor menilai aku apa !" Adi marah sambil berkacak pinggang.
"Kak.." Sita menegur sambil menggelengkan kepalanya.
"Hmmm, Begini saya minta waktu dahulu ya. Ijinkan saya untuk meminta petunjuk oleh Allah SWT terlebih dahulu" punya Ayah yang berusaha untuk meredam emosinya
"Permisi..!".
Lalu ayah masuk kedalam kamar mengambil air wudhu dan mendirikan sholat sunah untuk menenangkan dirinya dan juga meminta pertolongan oleh Allah SWT untuk diberikan jawaban yang terbaik.
"Silahkan Bu pak dicicip sajian kami.." kata Tante Sita berusaha menenangkan tamu kakaknya.
Sita hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya. Karena cemas akan keputusan ayahnya kelak, melihat pembicaraan yang tidak berjalan seperti harapannya.
Tak berapa lama kemudian Pak Heru keluar dari kamarnya. Dan kembali duduk menghadapi tamunya.
"Sita" Panggilnya
" Dalam menikah tidak hanya akan melewati satu dua hari, tidak hanya akan ketemu satu dua masalah tetapi banyak dan kalian akan semakin diuji.
Menikah bukan hanya menyatukan kamu dan Adi tetapi juga menyatukan dua keluarga, Sampai sini kamu paham.." kata Ayah.
"iya ayah.." jawab Sita.
"Baik.. Hmmm.. Nak Adi, bapak dan ibu serta saudara terima kasih atas kesediaan serta niat baiknya sudah datang pada hari ini untuk melamar putri pertama kami yang bernama Sita. Namun mohon maaf dengan berat hati kami tidak dapat menerima lamaran tersebut"
"Ayahhh..." Sita terkejut dan langsung menitikkan air mata
"Namun sebagai seorang muslim kita masih bisa menjalin hubungan kekerabatan dan silahturahmi..." kata ayah sambil menelungkup kedua tangannya di depan dada.
"Ibu huhuhu.." Sita langsung berhambur masuk ke pelukan ibunya dan menangis.
"Baik pak.. terima kasih atas jawaban yang telah diberikan oleh Bapak atas lamaran yang kami ajukan atas nama Putra Kami " jawab Bapak Adi.
" Ya karena kami rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kami undur diri, Terima kasih atas semuanya".
"Ayo Di.." ibu Adi menarik tangan anaknya untuk pergi dari rumah itu
Diluar terdengar suara bunyi Brakkkk.. Brakkk..brakkk..
Adi yang emosi dan merasa patah hati atas ditolaknya lamarannya tersebut memukul depan mobilnya berulang kali.
"Sita Keputusan Ayah sudah bulat.. Masuk ke dalam kamarmu sana dan renungkan kejadian hari ini" bentak ayahnya.
"Ibu huhuhu.." Sita berusaha meminta ibu untuk membantunya membujuk ayahnya.
"Masuk dulu tenangkan dirimu dikamar... " kata ibunya.
Dengan berat hati Sita masuk ke dalam kamarnya dan dari luar terdengar suara isak tangisnya.
"Pak, apakah tidak bisa dipikirkan lagi...!" ibu berusaha membujuk..
"Hmmm..." hanya gumaman ayah yang terdengar sebagai jawaban.
Di belakang Linda dan Hairani yang ikut mendengarkan kejadian itu cukup kaget dengan keputusan ayahnya, karena mereka tahu biasanya setiap kali pacar kakaknya datang ke rumah untuk berkunjung ayah dan ibunya menyambut dengan baik.
"ekh.. Kamu aja Rani yang simpunin bekas gelas dan piring di luar.. Aku mau masuk ke dalam, takut ikutan kena semprot kemarahan ayah" kata Linda langsung kabur ke lantai dua menuju kamarnya.
"huffff... nasib.. nasib pasrah dah...!" kata Hairani.
Lalu dia memberanikan diri menuju ke ruang tamu untuk mengambil gelas dan piring kotor bekas tamu..
"Dengar kamu tadi.. Sekolah yang betul.. jangan macam-macam.. jangan banyak tingkah cari lelaki yang benar.." omel ayahnya kepadanya..
"iya yah.." jawabnya pelan karena takut.
"Dikasih tahu orang tua itu jawab ... jangan diam aja... !!!" Bentak ayahnya
"Iya yah.. Mengerti.."
"Jangan berpacaran lelaki itu banyak yang berengsek.... !! Tambahnya lagi
"Iya yah... " nasib pikirnya.. Jadi bulan-bulanan emosi ayahnya.
"Ayah sudah tidak usah begitu.." tegur ibunya.
"Ibu juga Sita itu terlalu ibu manjakan hingga tidak betul-betul memilah pergaulannya... Laki berengsek kayak gitu kok diajaknya kenalan sama orang tua.. !! Omelannya lagi.
"Lelaki ga tahu Adab dan sopan santun.."
"Dengar kamu Rani jangan kayak kakakmu..!!".
"iya yah... "....-_-"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!