NovelToon NovelToon

JIHARA

#01 JIHARA

Aku menyukai banyak hal dalam menjalani kehidupan ini. tentu semua hal yang aku lakukan bukan sekadar untuk menjalaninya saja. tapi menjadi salah satu rumus hidupku agar semua yang ada di sekitarku bisa berjalan dengan baik-baik saja.

okeh perkenalkan namaku Jihara, seperti yang telah aku katakan sebelumnya bahwa aku menyukai banyak hal dalam kehidupan ini. hal dasar yang menjadi kebisaanku adalah mencintai orang-orang yang ada di sekitarku. mencintai mereka dengan semua hal yang aku miliki tentu saja. Aku bekerja sebagai seorang Guru di salah satu sekolah swasta yang cukup besar di kota ini. Dengan gaji yang amat cukup, aku menjalani kehidupan dengan baik, tapi menjadi Guru hanyalah sebatas sampingan untukku. Sebab aku punya mimpi besar, yakni memiliki pabrik konveksi dengan label namaku "JIHARA". Nama yang disematkan oleh ayahku diantar nama panjang yang tertulis di akta kelahiranku 33 Tahun yang lalu.

Dan untuk saat ini aku masih memulainya dari hal sederhana, membuka lahan peninggalan ayahku yang ukurannya tidak besar. Tapi aku sudah memiliki 20 Karyawan dengan bagian masing-masing, tentu aku merekrut mereka dari orang-orang yang tinggal di sekitar rumahku. Tentu saja mereka juga harus memiliki keterampilan yang baik dalam bidang menjahit. Aku sangat mengandalkan mereka, tentu saja aku sangat menaruh banyak kepercayaan atas kerja keras yang sudah aku bangun sejak 10 tahun yang lalu. Waktu yang cukup panjang bahkan lebih lama dari waktu saat aku mulai mengajar di salah satu sekolah di kota ini.

Kota ini bukan kota yang besar seperti Ibukota, juga tidak begitu sepi seperti yang kepulauan kecil yang berada di luar pulau besar. Hanya saja, jika memiliki mimpi besar, pastikan untuk menjalani hidup dengan sekuat tenaga. melawan berbagai macam cibiran dan tentu saja hinaan. Memulai hal yang besar memng harus lewat hal kecil dulu bukan?. Dan seperti yang aku bilang, 10 tahun belum cukup juga untuk mengatakan bahwa mimpiku telah berhasil. Justru di tahun ini, ketika Usiaku sudah menginjak angka 3. Cibiran yang dulu meragukan mimpiku untuk membangun usaha pabrik baju, dengan ungkapan wanita keras kepala dan si perawan tua.

ahh, baiklah aku baru ingat bahwa aku tingg di negara dengan penduduk yang berpandangan sangat salah kepada perempuan yang di usia matang namun belum menikah. Aku bukan tanpa sebab orang memiliki pandangan seperti itu, sebab inilah budaya dan tradisi dimana Mayoritas adalah sebuah kebenaran. Aku sangat tidak masalah dengan berbagai macam cibiran, semua hal itu justru menjadi cambuk yang amat menyegarkan bagiku.

Kuakui saja, aku memang sudah menolak beberapa laki-laki yang datang ke rumah dan ingin berniat melamar ku. bukan apa-apa aku menolakhya, sebab aku merasa masih belum cocok saja. Tentu semua orang setuju bukan bahwa perempuan boleh menolak bila memang dirasa kurang "klik". Bukan dosa besarkan jika lamaran itu tidak kuterima dengan alasan itu.

Jadilah aku si JIHARA, perempuan mapan, matang, dan karir bagus tapi hidup sebatang kara di suatu kota yang tidak besar dan tidak kecil pula. Mengapa aku sebatang kara?, Sebab ibuku sudah memiliki kehidupannya sendiri di tempat lain, tentu dengan laki-laki yang ia pilih setelah ayahku tiada. Ahhh, bolehkan aku mengatakan sejujurnya aku tidak rela melepas ibuku, tp aku tahu ibu berhak atas pilihan dan jalannya sendiri. termasuk memilih pasangan hidupnya. Maka, akupun juga berhak memilih pilihan atas kehidupanku sendiri.

JIHARA, begitu namaku dan kalian harus mengingatny. Bahwa perempuan ini, memiliki caranya sendiri untuk bertahan dari kehidupan yang mengerikan.

#

Pagi ini seperti biasa, aku sudah berdandan rapi mengenakan setelah blouse berwarna putih dengan celana bahan berwarna Sage. warna sempat menjadi trend di Tahun ini, dan tentu saja. celana ini adalah salah satu celana yang aku produksi sendiri.

Sebelum benar-benar berangkat ke Sekolah yang menjadi tempat bekerja keduaku. Tentu aku sudah harus memeriksa seluruh kebutuhan Karyawan, termasuk cek semua barang masuk, kain-kain yang sudah aku pesan dari tempat langganan yang sudah bekerja sama sejak 10 tahun ini. Dan setelah memastikan semua beres, maka aku hanya perlu laporan saja dari salah satu Karyawan yang tentu adalah orang yang paling kupercaya di Tempat kerja. Dia yang sudah kuanggap sebagai saudara kandung ku sendiri. Seorang laki-laki yang umurnya tidak jauh berbeda denganku, tapi di mataku dialah sosok kakak yang tidak pernah aku miliki namun hadir menjadi pelindung dan suport sytem terbaik.

"Jadi, untuk Hari ini pastikan bahwa barang yang akan dikirim tepat waktu. Aku tidak mau ada komplain lagi. Ingat ini mendekati Bulan puasa tentu kita harus memasok kebutuhan yang lebih besar". Ungkap ku

" Ara, kamu sudah mengatakannya berkali-kali. Haruskah aku mengulangi lagi kata-katamy? " Ujarnya

" Aku hanya mengingatkan "

"Iya, aku dan orang-orang sudah sangat ingat. jadi kamu jangan khawatir" Ungkapnya

"Baiklah, Aku sangat lega mendengarnya" Aku menarik napas panjang. Dan aku siap untuk pergi menemui para gadis manis di sekolah dengan berbagai macam curhatan yang cukup menarik untuk sekadar menjadi hiburan.

Namun belum juga selangkah melewati pagar Rumah, seorang perempuan paruh baya. Berteriak keras sembari menatap Ara dan Usa dengan begitu paniknya. Ara begitu terkejut mendengarnya, dan pagi ini semua sedikit menjadi kacau, sebab sebuah telfon yang baru saja diterima dari tangan Mbak Atik tiba-tiba membatalkan pesanan tanpa ada pembicaraan terlebih dulu.

"Ehmm baiklah... " dengua Ara dengan nafas panjangnya.

*Bersambung .......

#Selamat Membaca Reader's, Tolong di support ya...

Ditunggu komentar nya.

#02 Anak Pelanggan

Namun belum juga selangkah melewati pagar Rumah, seorang perempuan paruh baya. Berteriak keras sembari menatap Ara dan Usa dengan begitu paniknya. Ara begitu terkejut mendengarnya, dan pagi ini semua sedikit menjadi kacau, sebab sebuah telfon yang baru saja diterima dari tangan Mbak Atik tiba-tiba membatalkan pesanan tanpa ada pembicaraan terlebih dulu.

"Ehmm baiklah... " dengua Ara dengan nafas panjangnya

Jadi matahari boleh terbit setiap hari dari Timur ke Barat. Bumi pun boleh dan memang harus terus berputar. Tapi Bisnis adalah hal yang berbeda. Mungkin hari ini hanya menjadi hari yang sial saja. Tidak seperti biasa Bu Ani dan Pak Purnama segampang ini membatalkan pesanan. Apalagi ini adalah hari pengiriman sesuai kesepakatan. Walaupun aku tahu jika mereka membatalkan pesanan gamisku, yang rugi tentu mereka. sebab mereka sudah melunasi pembayaran. Tapi aku hanya heran saja, mengapa ini terlalu mendadak.

"Jadi gimana mbk Atik? Bu Ani dan Pak Purnama bilang ingin membatalkan pengiriman?" Tanya penuh selidik

"Iya mbk Ara, tapi yang menelphone saya sepertinya bukan Pak Purnama. suaranya agak serap dan berat, tapi juga tidak menjelaskan apapun?" Ujar mbk Atik.

"Okeh, apakah nomor telepon itu benar dari pak Purnama?, takutnya itu hanya orang iseng mbk Atik? " Tanyaku sekali lagi meyakinkan

"Benar mbk Ara, coba mbk Ara Telpon lagi". Jadi aku mulai menelphone dan tentu saja aku sedikit gusar. Belum lagi jam sudah menunjukkan pukul 07.00 kurang 15 menit. Tentu aku tidak enak jika datang terlambat.

" Ra, gimana kalau aku saja yang mencoba bicara dengan pak Purnama? " Pinta Usa padaku

"Tidak usah Kak, biar aku saja. Aku yakin ada kesalah pahaman. Tidak biasanya Pak Purnama seperti ini" Jawabku menenangkan

"baiklah kalau kamu sanggup, aku akan cek barang dulu di belakang" Ujar Usa

Kak Usa ber lenggok cepat dengan kaki kuatnya, segera buru-buru masuk kedalam pabrik untuk cek pengiriman barang dan segala hal yang tentu banyak sekali yang harus diurus.

Aku mencari nomor kontak pak Purnama di Hpku, lalu aku menelphone. Aku mengatur nafasku supaya aku tidak terkesan menuntut, tapi aku hanya perlu kejelasan. Seharusnya Pak Purnama langsung menelphone ku bukan ke bagian admin. Tapi baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin menangani ini. Toh kejadian semacam ini tidak sekali-duakali terjadi. Tapi berkali-kali, tentu saja aku sudah siap dan dewasa untuk menanganinya.

"Halo, Pak Purnama " Ujarku saat sebuah suara mulai mengangkat telpon di seberang

"Iya, ini siapa? " Tanya seorang laki-laki yang begitu jelas dari suaranya. Tapi tentu Ara tahu jika itu bukan suara Pak Purnama

"Pak ini JIHARA, apakah benar ini pak Purnama?, Saya pemasok Baju yang menjadi langganan Bapak". Ujarku menjelaskan dengan cara mudah

" Ehm, Jadi mbak ini yang tadi saya telpon untuk membatalkan pesanan dari ayah saya ya? " tanya nya

"Ahh iya benar, kebetulan tadi anda bicara dengan bagian admin. Dan saya adalah pemilik bapriknya. Jadi saya hanya perlu alasan, kenapa pak Purnama mendadak membatalkan pesanan grosir yang sudah dibayar lunas? " Ujarku menjelaskan

"Begini mbak, Karena saya hari ini masih ada rapat. untuk penjelasannya bisa nanti kita bicara lagi? sekali lagi mohon maaf ya. Dan untuk pengirimannya minta tolong dibatalkan". Ujar laki-laki itu di seberang telpon, yang tentu saja aku tidak tahu namanya.

" Ehmm baiklah, mohon nanti konfirmasi ya. Kalau memang ada kesalahana, kedepan biar bisa saya perbaiki "

"oh tentu, tapi ini bukan masalah kesalahan. Nanti saja saha jelaskan". Ujarnya, dan dengan tiba-tiba mematikan telpon tanpa ada kata ucapan selesai.

" Ahh, menyebalkan sekali. Baiklah, biarkan ini nanti aku selesaikan, sekarang aku hanya perlu berangkat bekerja" Ujarku berguman lirih, yang intinya grundel sendiri. sebal dengan keadaan dan situasi yang memang tidak berjlan sesuai rencana.

Sebenarnya pekerjaan mengurus pabrik itu sendiri sudah melelahkan dan bertumpuk-tumpuk. Dan kenapa aku masih mengambil pekerjaan yang jujur sama repot dan banyaknya ketika menjadi guru di sekolah. Itu bukan karena apa-apa, tapi karena Kepala sekolah di sekolah itu adalah orang yang memberi kesempatan untukku mendapatkan apa yang aku miliki saat ini. Dulu aku berjanji, jika aku pasti akan kembali ke sekolah jika memang sekolah membutuhkan tenaga dan keterampilan. Dan tepat 5 Tahun yang lalu, sekolah sangat membutuhkan guru Tata busana. Tentu menjadi hal yang bisa dibilang kesempatan yang bagus untuk memenuhi janji yang dulu aku buat sendiri. Sebagai orang yang memang berada di bidang ini, sekaligus manajemen di Pabrik. Tentu aku tidak bisa menolaknya.

Awalnya cukup sulit, sebab mengendalikan remaja sangat tidak bisa dipahami. berbeda ketika ku bisa meraba, melihat dan merasakan berbagai macam tekstur e tekstil e jelas sangat berbeda. Tapi aku sangat menikmatinya, meski tidak setiap hari aku ke sekolah. Aku hanya meminta 2 Hari kerja, itupun dengan Jam yang tidak full dari lagi sampai sore.

*

Bek istirahat berbunyi, setelah berada di lab praktek jahit dengan durasi 6 jam pelajaran. Tentu cukup melelahkan, apalagi menghadapi 30 Remaja perempuan yang hampir semuanya pasti cerewet. Belum lagi sesi konsultasi teknik dasar memotong baju, mengukur dll tentu sesi curhat adalah yang menjadi dominasi. Mulai dari hal kecil masalah nonton drakor, masalah gebetan, pacar hingga berat seperti keluarga. Dan aku menampung semua itu, dan itu jelas sangat menguras tenaga walau sekadar curhat.

"Bu Ara, besok ketemu lagi ya" Ujar Rina

"Tidak mau ah, kamu pasti curhat terus. Kan bu Ara jadi ikutan ngenes" Ujarku meladeni dengan bercanda

"ihh bu Ara, bilang ngenes. Tapi ada yg melamar ditolak" Ujarnya tanpa merasa bersalah

"Hushh, mulutnya minta disolasi " Kataku, yang kemudian bergegas meninggalkan kelas dengan sebuah kalimat salam.

Aku sudah bilang jika jam mengajar disini tidak begitu banyak. Dan syukurnya setelah ini sudah tidak ada jam mengajar. Dan entah kebetulan, setelah aku menikmati segelas kopi. Sebuah pesan muncul dari Pak Purnomo.

"Jika tidak sibuk, apakah bisa mengangkat telpon? " isi pesan yang masuk ke HPku

"Tanpa berfikir, tentu saja aku sangat bisa mengangkatnya

" Halo" sebuah kata yang kuucapkan untuk menghilangkan hening di sepersekian detik

"Iya"

"Pengiriman sudah saya batalkan jadi bagaimana? " Ujarku

" Begini bu Ara, jadi hari ini Ayah saya tiba-tiba masuk ke rumah sakit. Tentu Mama saya juga tidak bisa menerima pesanan tersebut. Jadi mohon untuk barang yang sudah dipesan untuk disimpan terlebih dahulu" ujarnya dari sebarang

"Ahh, baiklah sekali lagi Terima kasih untuk penejlaaannya. Saya kira pesanan dibatalkan karena ada yang salah. sekali lagi Terima kasih dan mohon maaf telah mengganggu waktunya. Dan salam ke Bu Ani dan Pak Purnama. Semoga Pak Purnama segela pulih" Ucapku

"baiklah, Terima kasih atas doanya. Untuk selanjutnya biar Ayah saya yang memberi kabar. untuk sementara ini semua komunikasi bisa lewat saya" Ucapnya

"Baik, Terima kasih". Aku segera menutu telpon ketika aku mendengar suara seorang laki-laki memanggilnya. Jadi namanya Mahatma, seorang Anak Pelanggan yang sudah menjadi Pelanggan tetap 3 tahun terakhir ini.

suaranya begitu menenangkan, semua perkatannya sangat mudah aku pahami. Bahkan ketika berbicara dengannya aku merasa kerisauan ku hilang. Apakah itu hanya sekadar efek lega yang aku rasakan sebab, hal yang mungkin terjadi ini bisa saja merugikan bisnis yang sudah lama aku jalankan?. Tapi entahlah, aura merdu sendu , serak dan riang yang aku dengar cukup membuat hatiku berdesir. Aku hanya membayangkan bahwa laki-laki itu adalah seorang penyanyang.

*Bersambung........

Reader's, tolong cintai tulisanku. Semoga bisa menjadi hiburan ditengah gundah gulananya carut maruk hidup.

#03 Menolak Lamaran

Aku kira aku tidak bisa jatuh cinta, tapi nyatanya cinta yang aku harapkan adalah cinta yang seperti ayahku dulu berikan. Dari seorang laki-laki biasa namun penuh dengan kasih sayang, itu menurut pandangan mataku, menurut perasaan yang aku rasakan selama kehidupanku bersama kedua orang tua yang utuh. Ada ayah dan juga seorang Ibu yang sama baik dan penyayang dalam kesederhanaan. Namun memang, tidak semua hal selalu berjalan membahagiakan. Apalagi saat Ayahku tiba-tiba ambruk karena serangan jantung. Ayah pergi tanpa pamit, tanpa mengatakan pesan untukku atau meninggalkan harta yang bergelimang. Saat itu aku masih duduk di kelas XI dan usiaku masih 16 Tahun.

Kehidupanku tentu berubah ketika Ayah telah tiada, lalu ibuku yang seorang yang penyayang harus mati-matian bekerja demi Aku. Semua tidak menyurutkan mimpiku untuk kuliah dan mengejar apa yang aku inginkan. Hingga ditengah kesulitanku dan Ibuku. Pak Jaya, yang memang adalah rekan kerja ayah sekaligus kepala sekolah di Sekolahku memberikan bantuan untuk membantu biaya sekolah hingga kuliah. Dan aku menjanjikan akan membayar itu semua jika memang sekolah membutuhkan bantuan tenaga dan keterampilan ku. Kebetulan memang aku lulusan sarjana Tata busana, dan sekolah di SMK ini juga memiliki jurusan Tata busana.

sebenarnya hanya sekadar membayar janjiku dulu dengan mengambil jam mengajar di sekolah ini tidaklah cukup. Tapi Pak Jaya tidak pernah mau menerima bantuan ku dalam bentuk uang, Pak Jaya hanya menerima jika itu berhubungan dengan bahan praktik mengajar di sekolah. Misalnya bahan yang ada di pabrik jika memang itu sudah tidak digunakan. Pantang bagi pak Jaya untuk menerima pemberianku, sebab beliau juga sangat mengingat jasa Ayahku saat mengabdi di sekolah ini.

Diantara banyak hal yang terjadi, tentu aku adalah orang yang harus bersyukur. Kalau hanya sekadar cibiran "Perawan Tua", itu bukan hal yang akan menjadikan mentalku down. Tapi bila Pak Jaya juga ikut kecewa saat aku menolak lamaran dari Anak rekan kepala sekolahnya.

Hari itu masih aku ingat, mungkin 2 tahun yang lalu. Saat musim hujan belum berlalu meninggalkan bumi yang subur nan hijau. Aku sendiri cukup terkejut dibuat oleh permintaan Pk Jaya.

" Jadi Ara, Bapak inikan hanya menyampaikan. Semua keputusan ada di tanganmu" Ucapnya, walau disudut pikir pak Jaya pasti mengingkan aku untuk menerima

"kalau memang Iya, besok mereka sudah siap untuk ke rumahmu", ucapnya sekali lagi, sedangkan aku. Aku masih terduduk dan tertundum dengan apa yang aku hadapi. Aku linglung sendiri, Apalagi saat itu di Pabrik sedang ada masalah. Tentu kalian masih ingat pandemi Covid, Aku harus berputar otak untuk bertahan dari kemelut perekonomian yang semakin susut.

"Bapak tahu, kamu pasti terkejut, apalagi saat ini kamu juga sangat was-was dengan pabrik karena pandemi"

"coba kamu pikirkan baik-baik, barangkali kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau sekaligus bisa membantumu keluar dari masalah ini" ujarnya sekali lagi mencoba meyakinkan.

"Bapak dengar juga, dia laki-laki yang mapan" sekali lagi meyakinkan

Aku terdiam dalam pikirku sendiri, apa yang dikatakan pak Jaya tentu aku mendengar. Tapi tidak semuanya bisa ku cerna. Walau sejujurnya dalam hati kecilku, pantang untuk menolak permintaan pak Jaya. Sebab beliau sudah aku anggap sebagai Ayahku sendiri. Semua yang beliau nasehat kan, aku sangat mendengarnya tanpa ingin membuat kecewa.

Sekali lagi pak Jaya meneguk segelas kopi hitamnya, menyesap sambil membuat orang yang melihatnya akan ingin untuk meminun kopi. Beliau memang pecinta Kopi.

"Aku tidak ingin membuat bapak kecewa, aku juga sangat ingin mengiyakan apapun yang bapak katakan" Jawabku sambil mengehrla nafas panjang.

"Tapi soal pernikahan, aku sangat meminta maaf. sebab menikah bagiku adalah hal penting dan hanya ingin kulakukan seumur hidup"

"sekali lagi, aku minta maaf jika tidak bisa memenuhi permintaan bapak. Bukan ingin membuat bapak Kecewa, Tapi mana bisa aku menikah hanya sebab aku ingin memanfaatkannya karena situasiku yang sedang sulit". Ujarku lagi panjang lebar

Pak Jaya tersenyum tipis, dia sebenarnya tentu sudah tahu jawabanku. Aku pasti akan menolaknya, siapapun itu jika memang orang lain datang padaku untuk melamar tanpa aku tahu seperti apa dirinya, karakternya, kehidupannya dan semua hal yang menurutku aku harus tahu.

sejak hari itu, Pak Jaya tidak pernah menyinggung soal pernikahan atau bahkan membawakan anak orang untuk segera melamar atau memang meminangku. Beliau sudah paham seperti apa aku, sebagai anak rekannya, juga rekan kerja di sekolah. Beliau sangat menghargai dan menghormati privasi ku.

*

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00 malam, semua karyawan sudah pulang bahkan sejak pukul 17.00 sore tadi. Aku masih berkutat dengan potongan kertas yang akan menjadi design baju yang aku rancang untuk bulan depan. Lebih tepatnya saat Lebaran Hari Raya nanti.

Lalu datanglah Kak Usa, membawakan ku segelas teh madu hangat beserta cemilan. Iya benar, Laki-laki yang sudah ku anggap sebagai saudara dan kakakku sendiri.

"Haruskah aku menyalakan Acnya?" Tanyanya

" Ah kak Usa, sepertinya tidak perlu" Sergahku

"Apakah sudah makan malam? " tanyanya

"ehm sepertinya aku tadi sudah memakan nasi kotak dari sekolah. Ada murid yang ulang tahun, kebetulan karena aku guru favorite jadi selalu kebagian" ujarku sambil fokus dengan potongan kain

"Ahh, favorit karena selalu membuka sesi curhat"

"bisa jadi begitu" ujarku

"hehehehehehe" bisa saja, jawabnya tersenyum akupun ikut terkekeh. Padahal semua guru juga dapat kotak nasi karena itu acara syukuran. Kami hanya bercanda, seperti inilah hubungan kami.

"Owh iya besok jangan lupa, janji dengan pelanggan Baru"

"ahh benar, Syukur deh bisa keluar kota. Sambil healing, lagian besok juga tidak ada jam mengajar di sekolah. Jadi aman" ujarku bersemangat

"Apakah perlu aku temani?" tanya Kak Usa

"Ahh tidak perlu kak, besok kakak harus mengurus semua hal yang ada disini. Aku mau menikmati bawa mobil sendiri, sepertinya aku lama tidak menyetir sendiri sampai luar kota" Jawabku

"Yakin?, oke kalau begitu. Hati-hati saja jangan ugal-ugalan" Jawabnya sedikit ketus

"Siap bos"

Malam semakin larut, tepat pukul 10.00 malam kak Usa memintaku segera istirahat. sebab besok akn melakukan perjalanan jauh, walaupun tidak jauh-jauh amat sih. Hanya 2 jam dari kotaku.

Semakin malam, hawa di kota ini semakin dingin. Aku beringsut dari balik selimut. sembari mengucapkan mantra doa, barangkali besok atau lusa aku bisa bertemu dengan laki-laki yang aku aminkan sepanjang hari.

#Bersambung......

Reader's jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan ya.

Selamat Membaca

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!