NovelToon NovelToon

Endless Prisoner

Prolog

“Pernahkah kamu mendengar kisah tentang mata Iblis?”

“Ya! Itu adalah kutukan sang Putri sulung! Siapapun yang mendekatinya, orang itu akan kehilangan segalanya dan akan memiliki suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan.”

Kelahiran anak dengan kedua pasang mata yang berbeda adalah sesuatu yang paling dihindarkan di negara Shaanxi. Karena zaman dahulu kala, di negara Shaanxi ada sosok iblis yang hidup dengan cara bersembunyi di dalam sebuah gua yang gelap dan sangat terpencil. Setiap malam tiba, iblis itu akan memangsa manusia yang berkeliaran di Tengah malam. Dan ketika fajar tiba, Iblis itu akan kembali ke sarangnya dan akan tidur sampai malam kembali.

Para penduduk di Negara Shaanxi begitu ketakutan hingga membuat sang Kaisar kebingungan. Kejadian ini sudah terjadi selama dua tahun berturut-turut dan korbannya juga sudah berjumlah ratusan orang. Beberapa penduduk ada yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya menuju negara yang lebih aman sementara yang lainnya sibuk mengadu pada Yang mulia kaisar agar krisis ini bisa cepat di atasi.

Karena masalah terus-terusan terjadi, sang Kaisar akhirnya membuka sayembara. Bagi siapa saja yang berhasil menangkap sosok Iblis itu hidup atau mati, maka ia akan memberikan putri sulungnya yang belum tersentuh dan terlihat oleh siapapun.

Kabar sayembara ini tentu menambah antusias para warganya apalagi yang berada di luar negara. Mereka begini karena mendengar kabar bahwa putri sulung sang Kaisar sangatlah cantik dan terpelajar. Maka dari itu, selama bertahun-tahun mereka terus menyembunyikan wajah dari sosok putri sulung yang sesungguhnya.

Akan tetapi, hal ini jauh berbanding terbaik dengan yang dialami oleh sang putri ketika ia mendengar kabar ini. Ia merasa sangat sedih dan kecewa terhadap Ayah kandungnya sendiri. Ia tidak pernah menduga dirinya akan dijual olehnya sebagai hadiah dari sayembara yang diadakan karena ketidakmampuan kaisar dalam mengatasi masalah yang sedang terjadi.

Jatuh pada jurang depresi dan putus asa karena ia tidak ingin dimiliki oleh laki-laki yang tidak diinginkan olehnya. Sang putri terus-menerus mengurung diri di dalam kamarnya. Sang iblis yang datang saat malam untuk memakannya seketika berubah menjadi iba. Sang putri tampak kurus sekali. Kamarnya terlihat berantakan dan terdapat begitu banyak luka sayatan yang ada di seluruh tubuhnya.

Sang iblis yang mengerikan itu berkesimpulan bahwa sang putri memiliki niat untuk melakukan bunuh diri akan tetapi, ia masih belum berani melakukannya. Sang iblis yang mampu membaca pikiran sang putri terus menerus mendengar kata “Mati” yang menggema dalam kepalanya. Sang putri tidak lagi menginginkan kehidupannya yang pahit. Sebetulnya ia mengejar semua pembelajaran karena ingin menarik perhatian Ayahnya namun, yang selalu mendapatkan perhatiannya adalah putri kedua yang manis dan sangat manja.

“Aku sungguh kasihan terhadapmu, Tuan Putri.”

Iblis yang mengintip dari jendela, merubah wujudnya menjadi sesosok laki-laki tinggi yang memakai pakaian layaknya penduduk desa biasa. Sang putri yang menatap ke arahnya tidak berekspresi apapun. Ia justru tidak menaruh rasa curiga pada pemuda yang sebenarnya dalah iblis yang selama ini memburu semua penduduk di negara ini. Bahkan saat sang iblis memiliki sebuah pedang besar yang menggantung di belakang punggungnya, sang putri sama sekali tidak takut jika saja iblis ini memang ingin memenggal kepalanya.

“Kamu adalah algojo yang bertugas mengeksekusi orang-orang kan? Kalau kau ingin membunuhku, lakukan saja sekarang. Apapun yang terjadi, aku siap menerima semuanya.” ucap sang putri dengan nada yang pilu.

Sang iblis berjalan mendekatinya dan berlutut di depannya sembari mengulurkan tangannya. “Apakah ada yang kau inginkan Yang mulia? Kematian semua orang atau kehancuran negara ini?” tanyanya.

Sang putri terdiam sejenak. Ekspresinya terlihat kosong dan pucat seperti mayat hidup. Bibirnya sangat kering setelah berhari-hari ia tidak pernah makan atau minum sedikitpun. Ia rela melakukannya dengan harapan sang kaisar bisa berubah pikiran soal menjual dirinya pada orang asing. “Aku menginginkan kematian. Kamu bisa membunuhku atau membunuh orang-orang yang ada di sini. Akan tetapi, bisa lebih baik kalau kau membunuhku sekarang agar aku bisa terlepas dari semua ini.”

“Mengapa kamu memintaku melakukannya? Padahal kamu bisa melakukannya sendiri?”

“Aku tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Semuanya kuserahkan padamu saja. Bunuhlah aku saat ini juga.”

Sang iblis menatapnya dengan perasaan pilu. Di sisi lain ia juga merasa kelaparan begitu ia mencium aroma darah yang ada pada sang Putri. “… Kamu bisa melakukannya. Hanya saja, aku memerlukan sesuatu darimu sebagai peryataan kontrak. Saya ini senang membantu orang yang memiliki ambisi seperti tuan Putri. Karena itu saya akan memberikan sesuatu untuk Anda.”

Sang iblis melepaskan bola mata kirinya. Dengan begitu mudahnya di depan sang putri sampai membuatnya sangat terkejut. Mata kiri sang iblis dipenuhi dengan darah dan berlubang sementara, telapak tangannya menggenggam bola matanya sendiri yang kemudian diberikan kepada sang Putri.

“Tangan dibayar dengan tangan dan mata dibayar dengan mata. Jika tuna putri menginginkan kekuatan untuk membunuh sebuah negara, aku akan memberikannya. Hanya saja, Tuan putri juga harus memberikan satu bola matamu untukku. Apakah Tuan putri sanggup untuk melakukannya?”

~o0o~

“Yang mulia! Mohon kebijakannya! Meski Yang mulia putra mahkota adalah putra Anda tetapi, Anda tidak bisa menggadaikan keamanan warga sipil demi mempertahankannya! Dia pasti adalah kutukan sang putri sulung yang ingin menghancurkan kota Shaanxi lagi seperti lima ratus tahun yang lalu!”

“Ya! Yang mulia! Kami tidak bisa membiarkan para warga sipil menjadi sangat ketakutan begitu mendengar mata kiri Yang mulia putra mahkota berwarna merah! Mohon kebijakannya Yang mulia! Pikirkan kembali soal keselamatan rakyat Anda!”

Ocehan para Menteri gagal di depannya, membuat sang kaisar menjadi pusing. Anak pertamanya yang baru lahir lima tahun yang lalu, mendadak memiliki satu pasang mata Iblis di bagian kiri saat para pelayan baru saja akan membangunkannya. Kejadian ini, tentu membuat seisi istana terkejut melihat kehadiaran mata iblis yang tiba-tiba. Kehadirannya ini, menjadi pertanda bahwa bencana akan segera dimulai! Entah kekeringan atau banjir, saat ini semua anggota istana sedang Bersiap-siap untuk mewaspadai bencana yang kemungkinan tejadi dalam waktu dekat.

“Kalian semua diamlah! Yang mulia ingin berbicara!” ucap penasehat negara, Shen Wu dalam pertemuan mendadak ini di sebelah kaisar.

Sang kaisar, Xiao Jinwu menghela nafas. Wajahnya Nampak pucat dan tidak bertenaga. “Siapapun yang memiliki seorang anak, pasti tidak ingin merelakannya mati apalagi, kelahirannya yang begitu di nanti setelah permaisuri mengalami keguguran sebanyak dua kali. Kalau anak itu sampai mati, tidak akan ada satupun yang pantas menggantikanku menduduki singgasana ini. Kejadian ini bukanlah kejadian yang kalian dan aku inginkan. Semua ini terjadi secara tiba-tiba tanpa memunculkan gejala apapun. Aku sangat ingin mengajarinya langsung bagaimana caranya berkuda dan bermain pedang. Karena itu, keputusanku adalah keputusan yang mutlak dan harus dituruti oleh semua orang yang tinggal di negaraku.”

Xiao Jinwu memberi jeda selama beberapa saat sebelum berkata, “Karena itu, aku memutuskan untuk tidak mengeksekusi Xiao Xinshu dan akan membesarkannya sampai ia bisa menduduki singgasana ini dan mampu memerintah rakyatnya. Aku tidak menerima protes dari siapapun dan setinggi apapun jabatannya, aku akan melawan apabila orang itu ingin Xiao Xinshu dieksekusi. Akan aku cukupkan pertemuanku dengan kalian hari ini. Semua orang, kembalilah melakukan tugasnya masing-masing.”

“Yang mulia! Dimohon kebijakannya! Pikirkan tentang warga sipil di luar sana apabila berita ini sampai tersebar! Apa yang harus kami katakan jika bencana besar datang secara tiba-tiba?!” tanya seorang Menteri dengan berteriak.

Saat Xiao Jinwu beranjak dari singgasananya dan akan pergi meninggalkan ruangan rapat bersama Shen Wu, ia menyempatkan diri untuk berhenti sejenak dan menoleh ke arahnya. “Aku ingin berita ini sampai tersebar diluar sana. Kalau ada satu orang yang berani melakukannya meski orang itu adalah salah satu dari kalian, aku akan langsung memenggal kepalanya dengan tanganku sendiri. Jadi, kalian pintar-pintarlah mencari alasan dan jangan sampai membocorkan rapat hari ini.”

Usai mengatakannya, Xiao Jinwu akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan rapat dengan wajahnya yang pucat dan gemetaran. Sementara di ruangan itu masih ada beberapa Menteri yang selama ini menampung berbagai keluhan warga sipil dan melindunginya dari ancaman dunia luar. Mereka tidak bisa mengatakan pada warga sipil bahwa anak dari Kaisar saat ini telah mendapatkan kutukan.

“Bagaimana ini? Yang mulia tidak akan pernah mau menyerahkan Putra mahkota. Ia pasti akan melakukan penjagaan ketat di sekitarnya.”

“Aku juga tidak berharap kejadian lima ratus tahun tidak terulang kembali. Kalau sudah waktunya Putra mahkota tumbuh dewasa, ia pasti akan menjadi seseorang yang tidak memiliki belas kasihan dan tidak manusiawi!”

“Aku mencemaskan warga sipil. Jika bencana kekeringan sampai terjadi di negara ini, apa yang bisa kami lakukan? Membiarkan warga sipil mati kelaparan seperti yang terjadi di negara Huali saat ini?”

“Kami pasti akan mencari celah untuk membunuhnya tanpa diketahui oleh para penjaga dan Yang mulia kaisar. Selagi anak itu belum melakukan dosa, dia harus menghilang dari dunia ini!”

Episode 1

Dua tahun berlalu. Sang kaisar menyembunyikan kabar mengenai Xiao Xinshu dari dunia luar. Ia juga memberlakukan penjagaan ketat terhadapnya meski semua orang yang melihatmya merasa takut padanya. Alhasil, Xiao Xinshu merasa terisolasi dari dunia luar akibat kecacatan yang diterimanya dan penolakan semua orang di sekiatarnya. Sang permaisuri dan sang Kaisar sangat sibuk dengan pekerjaannya sementara Xiao Xinshu berada di istana pangeran, terus di sana selama dua tahun berturut-turut setelah dipindahkan dari istana kekaisaran tempat orang tuanya tinggal.

Di sini, Xiao Xinshu tidak diperlakukan secara istimewa. Karena semua orang takut padanya, ia jadi melakukan semua kebutuhannya sendiri. Mulai dari mengambil makanannya sendiri dan memakai pakaiannya sendiri. Tentu untuk ukuran anak bangsawan yang berada di lingkungan kekaisaran, melakukan hal seperti ini dianggap remeh dan perlu adanya peran seorang pelayan pribadi di dekatnya terutama untuk seorang pewaris tahta seperti dirinya. Kalau semua orang sudah merasa takut akan keberadaannya, ia menjadi merasa bersalah karena kelahirannya.

Pagi-pagi setelah ia pergi mandi, biasanya ia akan pergi mengunjungi perpustakaan. Tempat yang biasanya ramai, berubah menjadi sepi begitu keberadannya terendus oleh seseorang. Ia selalu menyukai tempat-tempat yang sunyi seperti di perpustakaan dan tidak menyukai tempat yang ramai seperti tempat latihan.

Xiao Xinshu sangat menyukai buku-buku sastra yang penuh dengan sastra-sastra kuno milik pejabat-pejabat kekaisaran zaman dulu. Ia tidak begitu menyukai buku yang diisi dengan dongeng yang orang bilang nyata. Bagaimanapun, ia hanya percaya pada apa yang dilihat oleh mata kepalanya sendiri setelah ia memastikan bahwa ia benar-benar yakin.

Akan tetapi, tempat sunyi seperti perpustakaan ini agak sedikit menyesakkan dirinya. Berbeda sekali rasanya sebelum ia mendapatkan mata iblis ini. Saat itu semua orang memgantri untuk bertemu dengannya. Akan tetapi, kali ini jauh berbeda sekali. Semua orang seolah memiliki banyak wajah untuk menipu dirinya. Ia justru lebih kecewa terhadap orang-orang di sini yang justru sering mengabaikannya. Andai saja Sang kaisar memperbolehkannya gantung diri, sudah tentu ia akan melakukannya sejak dulu.

“Wah! Mata kirimu indah sekali! Warnanya benar-benar mirip dengan liontin Ayah!”

Suara anak kecil yang meraung gembira ini membuat Xiao Xinshu merasa sangat terkejut dan dengan cepat ia menoleh ke samping, tepat di jendela yang sedang terbuka di sana. Anak laki-laki dengan pakaian berwarna hitam itu duduk di atas sebuah dahan pohon sembari memegang sebuah liontin giok berwarna merah darah. Rambutnya dikuncir kuda dengan sepasang mata yang memiliki warna biru yang sangat cerah. Senyumnya yang lebar dan lesung pipinya yang terlihat, Xiao Xinshu yakin anak ini paling disukai oleh orang-orang yang ada di istana ini.

“Mau apa kau datang kemari?” tanya Xiao Xinshu sembari menatapnya serius.

Anak laki-laki itu berkedip beberapa kali. “… Kenapa? Sudah tentu tujuanku kemari untuk bersenang-senang. Aku lihat, semua perpustakaan ini dikuasai olehmu. Para pangeran yang biasanya selalu datang kemari setiap pagi, tiba-tiba datang ke tempat latihan kami dan sebagian malah bermalas-malasan semenjak kehadiranmu. Saat aku tanya alasanya, mereka malah menjawab yang aneh-aneh. Aku sungguh tidak mengerti mengapa mereka melakukannya.” Jawabnya sembari menghela nafasnya.

“Itu pasti karena mereka takut terluka. Bagaimanapun, aku ini memang pantas di jauhi oleh semuanya karena kutukan yang aku terima.”

Mendengar jawabannya yang pilu, membuat anak itu seketika menjadi kebingungan. Dia tidak mengerti kata-kata pantas dijauhi dan kutukan yang keluar dari mulut Xiao Xinshu. Rasanya ia baru mendengar kata-kata ini dan masih belum bisa mengartikannya.

“Wah, Yang mulia putra mahkota senang sekali bermain tebak-tebakan rupanya. Apakah itu yang menjadi alasan Yang mulia dijauhi selama ini?” anak itu memberi jeda selama beberapa saat. “… aku dengar Yang mulia dijauhi karena memiliki mata merah seperti itu. Awalnya aku pikir, yang mulia terkena iritasi tetapi, kau malah mengatakan kalau ini adalah kutukan. Aku jadi semakin tidak mengerti kata-katamu dan orang lain.”

Xiao Xinshu akhirnya membuang wajahnya. “Kalau kau tidak mengerti, yasudah! Pergi saja! Kembali ke tempat latihanmu! Jangan menggangguku!” ketusnya

“Yang mulia, ternyata Anda bisa mengusir orang lain juga ya? Akan tetapi, apakah Yang mulia benar-benar ingin aku pergi?” tanya anak itu dengan penuh menyelidiki.

“Kenapa orang rendah sepertimu malah bertanya balik padaku? Kalau aku suruh pergi, pergilah! Jangan bertanya lagi!” bentak Xiao Xinshu.

“Sungguh Yang mulia ingin aku pergi? Tetapi, dari yang aku lihat, sepertinya Yang mulia ingin aku temani meski beberapa saat saja. Ekspesi wajahmu itu Yang mulia, mudah sekali terbaca.” jawab anak itu sembari tertawa meledek.

Xiao Xinshu terdiam sejenak. Sebenarnya ia ingin bertanya sekali padanya mengapa anak ini mau mendekatinya disaat semua orang menghindar darinya karena takut terkena kutukan. Dia bahkan masih bisa tertawa di depannya meski seluruh istana sudah tahu bahwa ia adalah pewaris tahta Kerajaan yang berikutnya. Kalau saja ia tidak dihindari oleh semua orang, apakah anak ini nantinya akan takut padanya dan tidak mampu menunjukkan wajahnya di hadapannya?

Atau mungkin, dia melakukan semua ini karena merasa kasihan padanya?

“Hei! Jangan-jangan kau kemari karena merasa kasihan padaku, benar begitu? Kalau aku tidak memperoleh kutukan ini, apakah kau masih mau menunjukkan wajahmu di hadapanku?” tanya Xiao Xinshu sembari menatapnya dengan dingin.

Anak ini terdiam selama beberapa saat kemudian menunjukkan wajah penuh kepeduliannya. “… Kalau aku mendekatimu karena kasihan atau berniat memanfaatkan, aku rasa aku tidak akan repot-repot melakukan ini. Hanya ada rasa takut ketika aku bertemu dengan Yang mulia. Diasingkan dan tidak dianggap meski Yang mulia adalah pewaris berikutnya, aku pasti sudah melakukan bunuh diri. Karena, bagaimanapun juga, aku tidak ingin menjadi pemimpin bagi siapapun yang tidak bisa menganggap kehadiranku di sekitar mereka.”

Xiao Xinshu terkejut mendengar kata-kata ini dan terdiam selama beberapa saat. Tidak ada kata karena kasihan atau memanfaatkan. Yang ada hanyalah kata takut yang keluar dari bibir dan mulut anak ini. Itu artinya, anak ini hanya berusaha untuk membuatnya kembali sepeti dulu dan memancing orang-orang di sekitarnya agar mau berbicara dengannya.

Xiao Xinshu kemudian menghela nafas sembari berkata, “Bohong. Aku tidak percaya kalau kau tidak memiliki bukti. Sekarang pergilah. Banyak hal yang harus aku lakukan saat ini.” ucapnya sembari membuka bukunya kembali.

Anak itu menunjukkan ekspresi penasarannya sembari merangkak semakin mendekatinya, “Kalau begitu, bagaimana caranya agar kau percaya? Kalau perasaan cinta dari kedua orang tuamu yang menyambut kelahiranmu tidak bisa dijadikan bukti kalau sebenarnya mereka menyayangimu lalu, bagaimana dengan perasaan takut? Apakah dengan mendekatimu seperti ini bisa menjadi bukti bahwa aku takut melihat kematianmu sebab kau dijauhi oleh semua orang?”

Xiao Xinshu yang kesal karena anak ini terlalu banyak bertanya padanya akhirnya menyempatkan diri untuk menoleh ke arahnya. Akan tetapi, saat ia menoleh ke arahnya, ia tidak menyadari bahwa anak itu terlampau begitu dekat dengannya sampai-sampai mereka berdua saling melakukan kontak mata. Xiao Xinshu yang sangat terkejut atas kehadirannya seketika langsung bergerak menjauhinya dan menutup kedua matanya dengan lengan.

“Pergilah! Jangan terlalu dekat melihat ke arahku! Atau kau akan celaka nantinya!” bentak Xiao Xinshu.

Anak itu tampak kebingungan dengan semua ucapannya. Padahal ia hanya mendekat sedikit dan tidak sampai melihat kedua matanya. Ia bahkan masih berada di atas dahan pohon yang kayunya tebal. Mengapa Xiao Xinshu malah ketakutan ia akan celaka?

“Kau ini membicarakan apa? Aku ini akan baik-baik saja-

Tiba-tiba anak itu langsung menghilang dari pandangannya begitu dahan pohon yang menjadi pijakan kakinya patah. Seketika, ucapannya menjadi kenyataan. Anak itu benar-benar terjatuh dari atas ketinggian pohon. Ia bahkan mendengar suara kejatuhannya dari atas sana bahkan suaranya yang mengeluh kesakitan.

“Aduh, duh sakit sekali.”

Xiao Xinshu memberanikan diri untuk menatap ke bawah. Ia takut luka yang dialami oleh anak itu terlampau parah sekali sampai ia bisa dikatakan cacat seumur hidup. Saat ia melihatnya ke bawah untuk pertama kali, ia terkejut melihat anak itu sedang memegangi kaki kirinya yang sakit akibat terjatuh. Beberapa orang yang melihatnya langsung berlari menghampirinya dan membantu mengobati lukanya.

“Ini gawat! Kaki kiri Tuan muda Xin terkilir! Panggilkan tabib sekarang juga!”

Episode 2

Keluarga Xin adalah keluarga yang sangat kuat. Pemiliknya adalah seorang panglima teratas kekaisaran yang pernah memerdekakan salah satu negara ketika berada di ambang krisis. Panglima Xin begitu terkenal di kalangan kekaisaran. Yang mulia kaisar hanya mengutus Panglima Xin dalam perang melawan negara-negara besar yang sulit untuk dikalahkan. Ia terkenal dengan pedangnya yang sangat besar yang dulu pernah membunuh ratusan jenderal perang dan memenangkan perang selama lima tahun berturut-turut. Bahkan diusianya yang masih belasan tahun, ia sudah dipercayakan untuk menjadi pemimpin pasukan dalam peperangan melawan negara Shibuye yang saat itu berusaha mengambil alih setengah dari kekuasaan negara Shaanxi. Dan kini, berkat kakek dari panglima Xin, kedua negara ini akhirnya bisa berdamai meski ada beberapa syarat yang harus terpenuhi.

Yang mulia kaisar terdahulu menghadiahkan Xin Lianshi seorang putri bungsunya sendiri yang cantik dan menawan juga terpelajar bernama Xiao Liufei. Pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah bahkan Xiao Liufei mengaku sudah sangat mencintai Xin Lianshi sejak ia pertama kali mendengar kabarnya ia memimpin pasukan di usianya yang masih sangat muda. Tak berselang lama setelah pernikahan mereka berdua, lahirlah seorang anak laki-laki yang sangat mirip dengan ibunya dan memiliki sikap seperti Ayahnya. Anak itu terkadang memilih untuk tinggal di istana pangeran untuk bersenang senang dan berlatih pedang bersama dengan pangeran lainnya. Orang tuanya memberinya nama Huanran yang berarti anak yang ceria.

“AHHH! HUANRAN! TOLONG JANGAN MATI DULU! MASA MUDAMU MASIH PANJANG KAN?!” seorang pangeran bernama Su Lian datang menjenguk dan langsung memeluk leher Xin Huanran yang baru saja diobati.

Xin Huanran merasa bahwa Su Lian datang untuk memperparah keadaannya. Bukan memeluknya justru ia lebih terlihat sedang mencekiknya sampai ia kehabisan nafas. “… Lian, aku akan bersungguh-sungguh membunuhmu kalau kau tidak melepaskanku!” ucap Xin Huanran dengan kesal.

Dengan cepat Su Lian langsung melepaskannya dan menunjukkan senyum meledek, begitu ia melihat kaki kiri Xin Huanran yang tertutup oleh perban. “Sayang sekali hanya kaki kirimu mengapa tidak sekalian kaki kanan saja?”

“Kau ini memanglah manusia yang berwajah banyak.”

Tidak lama, datang seseorang yang lebih tua sekitar usia belasan tahun yang langsung berlari memasuki kamar Xin Huanran dengan terburu-buru. “… Aku dengar Ran’er terluka. Apakah ia baik-baik saja?” ucap seorang laki-laki dengan rambut yang dikuncir dua dan memakai pakaian biru yang basah karena keringat sehabis latihan.

“Kak Chu! Tenang saja aku baik-baik saja. Ini hanya luka sedikit tidak akan membuatku mati.” jawab Xin Huanran sembari menatap Li Yangchu dengan antusias.

Akan tetapi, bukannya mendapatkan sambutan yang membuatnya terharu, Li Yangchu malah menghadiahinya sebuah pukulan tepat di atas kepalanya sampai mengeluarkan bunyi yang membuat ngilu dan rasa pusing yang didapatkannya. “Berapa kali aku sudah bilang?! Jangan memanjat pohon sembarangan! Inilah akibatnya kalau kau tidak mau mendengarkanku! Beruntung saja hanya kaki kirimu yang terkilir! Bagaimana kalau kau kehilangan salah satu kakimu atau keduanya? Kalu pikir Ayahmu tidak akan sedih begitu mendengarnya?!” bentak Li Yangchu.

Sembari memegangi kepalanya, Xin Huanran berkata, “Bagaimanapun, ini lebih sakit dari apapun. Apakah otakku ini tidak akan terluka kalau terus dipukul seperti ini?”

Sembari tersenyum puas, Su Lian berkata, “Sepertinya kak Chu sedang mencari pelampiasan amarahnya. Aku dengar, dia gagal mengalahkan gurunya hari ini karena harus menjengukmu.”

“Cih, mengapa jadi aku yang harus di salahkan?” gumam Xin Huanran kesal.

“Tuan muda apakah saya bisa menjelaskan keadaan Tuan muda Xin saat ini?” tanya tabib yang sedari tadi sudah mengobati luka di kaki kiri Xin Huanran.

Li Yangchu mengangguk kemudian menjawab, “Ya, silahkan.”

“Baik tuan muda. Saat ini, keadaan Tuan muda Xin tidak begitu parah. Kaki kirinya hanya terkilir saja. Jika dkompres dengan air dingin atau mandi dengan air dingin, kakinya akan segera sembuh. Akan tetapi, untuk beberapa hal, Tuan muda tidak boleh memaksakan diri untuk berjalan. Bahkan saat ini, sebaiknya Anda tetap berada di sini untuk beristirahat dan tidak melakukan latihan apapun.”

“Hah? Sangat tidak seru sekali. Aku bisa mati kalau terus-terusan berada di sini.” celetuk Xin Huanran.

“Saya mohon maaf tuan muda. Anda harus lebih banyak beristirahat saat ini. Kalau Anda memaksakan diri untuk beraktivitas menggunakan kedua kaki Anda. Bisa-bisa Anda tidak akan bisa berjalan selamanya.” lanjut tabib dengan ekspresi mengancam.

“Sungguh? Apakah aku tidak akan bisa berjalan selamanya? Bagaimana caranya aku mengambil makanan? Wah, saat ini aku lapar sekali. Rasanya sampai ingin mati saat ini juga.” Lanjut Xin Huanran.

“Sudahlah Huanran! Apalagi yang kau inginkan? Kau ingin aku memanggil Ibumu kemari agar dia memarahimu?” ucap Su Lian.

“Haha! Ancaman itu tidak akan berlaku padaku! Ibuku itu tidak akan bisa memarahiku!” cibir Xin Huanran menganggapnya remeh.

Tak tahan mendengar celotehan ini, Li Yangchu menarik kerah pakaian Xin Huanran kemudian memberikannya sebuah tatapan dingin yang penuh ancaman. “… Sudah. Turuti saja apa perkataannya. Jangan banyak bicara!” ucapnya tegas sehingga membuat Xin Huanran langsung terdiam selama beberapa saat.

Xin Huanran menghela nafasnya, “Haah baiklah. Aku akan tetap berada di sini. Akan tetapi, aku tidak tahu apakah aku akan mati kebosanan atau tidak.”

Tabib itu membungkuk dan memberikan salamnya, “Baik Tuan muda. Saya akan kembali besok untuk memeriksanya. Tuan muda harus banyak-banyak istirahat mulai hari ini dan obat salepnya harus habis malam ini. Jika Tuan muda mengerti, saya akan permisi.” Ucapnya kemudian berjalan meninggalkan ruangan.

Setelah tabib itu pergi, Xin Huanran menatap ke arah dua orang yang tidak berguna ini kemudian bertanya, “Kalian mau apa kemari? Tidak ada kerjaan ya selain melihatku tidak berdaya di sini?” ucapnya sembari menatapnya dengan malas.

“Sejujurnya aku malas menanyakan hal ini akan tetapi, apakah kau memerlukan sesuatu seperti makanan atau minuman?” tanya Li Yangchu tanpa menatap ke arahnya.

“Ah, benar juga. Aku lupa menanyakannya padamu. Aku mungkin bisa membawakan buah-buahan dari dapur.” lanjut Su Lian dengan posisinya yang sama seperti Li Yangchu.

“Aku merasa kalian tidak mau melakukannya. Jadi sebaiknya kalian pergi saja! Aku tidak membutuhkan kalian lagi!” dilanjut Xin Huanran yang jengkel melihat ekspresi mereka berdua.

Malam pun tiba. Sudah seharian Xin Huanran berada di kamarnya tanpa ditemani oleh siapapun. Terkadang ia ingin bermain di luar akan tetapi, ternyata kakinya terlalu sakit untuk berjalan. Alhasil, ia pun terpaksa menuruti perkataan tabib tadi dengan terus menerus berada di kamar selama seharian penuh tanpa melakukan apapun selain membaca buku yang tidak disukainya.

Di tengah diamnya yang tidak jelas ketika waktu menunjukkan tengah malam, tiba-tiba seseorang mengetuk pintunya dari depan dan kemudian ia melihat bayang-bayang anak laki-laki yang seumuran dengannya sedang berdiri dibalik pintu dengan memegang sebuah lilin di tangannya.

“Lian, apakah itu kau?” tanya Xin Huanran mencoba memastikan. Akan tetapi, kalau dia memang Su Lian, dia tidak mungkin mengetuk pintunya terlebih dahulu. Biasanya ia akan langsung memasukinya dan mengabaikan kata sopan santun dalam peraturannya. “… Ah, sepertinya aku salah. Kau adalah Yang mulia bukan? Tidak ada satupun dari temanku di sini yang mau mengetuk pintu dahulu sebelum memasukinya. Yang mulia tidak perlu sungkan seperti itu, kau tinggal masuk saja ke dalam. Aku bisa melihat bayanganmu dari sini.” Lanjutnya.

Xiao Xinshu yang berada di depan sana terus terdiam selama beberapa saat sampai membuat Xin Huanran yang menunggunya menjadi kebingungan. “… Ada apa Yang mulia? Mengapa tidak masuk? Aku tidak bisa membukakan pintunya karena kakiku yang sakit sekali.” Lanjut Xin Huanran.

Mendengar kata ini, seketika langsung membuat Xiao Xinshu langsung menjawab, “Tidak. Kau tidak perku membukanya atau mempersilahkanku untuk masuk. Aku hanya akan berbicara di depan sini.”

“Aku tidak mengerti apa yang Yang mulia katakana. Masuk saja! Aku sama sekali tidak keberatan.”

“Tidak. Ini bukan tentangmu yang terlalu keberatan tetapi, tentang kenyataanku yang selalu membawa petaka bagi siapapun yang mendekatiku. Sekarang aku mengerti alasan mengapa orang-orang di istana ini sibuk menjauhiku. Itu karena, aku akan mencelakakan keberadaan mereka jika mereka berada di dekatku. Karena itulah, aku memutuskan untuk tidak bertemu dengan siapapun. Agar tidak membuat yang lain terluka, sama seperti yang kau alami saat ini.”

Xin Huanran terdiam selama beberapa saat. “Apakah ini karena warna matamu yang berbeda, Yang mulia? Aku sudah bilang bahwa aku tidak percaya pada sesuatu yang tidak bisa kulihat. Bagiku, kutukan seperti itu tidak ada hubungannya dengan dunia ini. Aku percaya kalau semua yang terjadi pasti ada alasannya mengapa hal itu harus terjadi. Orang-orang hanya sibuk menyalahkan dan malas untuk mencari alasannya. Itulah yang aku pelajari dari nenek tua miskin yang timggal di dekat rumahku.”

Xiao Xinshu tiba-tiba terdiam selama beberapa saat dan membuat Xin Huanran menjadi sangat penasaran. Ia mencoba meneliti setiap gerak-gerik Xiao Xinshu dalam bayangannya akan tetapi, hal itu sama sekali tidak bisa terlihat olehnya. “… Aku jadi semakin penasaran dengan apa yang sedang dipikirkannya.” Batinnya.

Xiao Xinshu terdengar sedang menghela nafasnya kemudian berkata, “Sebenarnya aku datang kemari hanya untuk memperingatkanmu. Tolong jangan mendekatiku lagi, apapun yang terjadi kedepannya nanti. Kejadian ini adalah peringatan yang pertama. Aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari jika kau kembali mengulanginya lagi. Mungkin saja itu akan menjadi semakin parah dari hari ini.”

“Tunggu sebentar, Yang mulia!”

Xin Huanran memaksakan diri untuk berdiri dan berjalan menghampiri Xiao Xinshu di depannya. Akan tetapi, kaki kirinya yang masih lumayan sakit, membuatnya seketika langsung terjatuh ke lantai. Xiao Xinshu yang mendengarnya juga ikut terkejut dan mencoba untuk masuk ke dalam kamarnya. Akan tetapi, saat hendak membuka pintunya, ia mendengar suara langkah kaki yang membuatnya langsung mengurungkan niatnya dan berlari pergi meninggalkannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!