NovelToon NovelToon

Penawar Rindu

putri kesayangan

Rindu Hartanti mempunyai kehidupan yang bahagia,kedua orang tua yang menyayanginya,pekerjaan yang ia cita-cita kan,sahabat yang ada disaat suka dan susah.

Pagi hari.

Rindu baru saja pulang dari rumah sakit dimana dia bekerja,baru saja turun dari motor maticnya,tiba-tiba disusul oleh sahabatnya.

"Rin,bisa gantiin jaga aku gak?,aku ada acara keluarga malam ini,ini acara penting banget",tanya Rosa dengan penuh harap menatap Rindu,Rindu berpikir sesaat melihat sahabatnya yang memohon membuatnya tak bisa menolak.

"Bisa",ucap Rindu.

"Terimakasih,Rindu",ucap Rosa memeluk Rindu.

"Tapi ada syaratnya",ucap Rindu melerai pelukannya.

"Tenang saja sudah aku siapin kok",ucap Rosa,menunjukan paperbag berisi aneka snack dan minuman.

''Terimakasih bestie ku,"Ucap Rindu mengambil paperbag yang dibawa Rosa.

"Kalau begitu aku pulang dulu,dan terimakasih",ucap Rosa,berjalan menuju sepeda motornya.

"Eh,langsung pulang nggak masuk dulu",ucap Rindu.

"Enggak,besok saja,assalamualaikum",ucap Rosa.

"Waalaikumsalam,hati-hati jangan ngebut",ucap Rindu,Rosa hanya melambaikan tangannya dan menjauh dari pekarangan rumah Rindu.

"Baru pulang nak?,"tanya Bu Ratih,Rindu mencium punggung tangan ibunya.

"Iya bu,"ucap Rindu bergelayut manja dilengan ibunya,tempat ternyaman bagi Rindu.

"Manjanya putri ibu,cepat mandi,terus makan,ibu sudah masak sayur kesukaan kamu",ucap Bu Ratih,sambil menuntun anak gadisnya.

"Kalau makan dulu bagaimana?",tanya Rindu manja.

"Mandi dulu sayang ku,habis itu makan,setelah itu istirahat",ucap Ayah Suseno,tanpa bisa dibantah.

Rindu berdecak,namun menuruti",Anak gadis kok malas mandi,kalau jodohnya brewokan gimana?",ledek Sang Ayah.

"Emang ada kaitannya,malas mandi dengan jodoh",gerutu Rindu,sambil menuju kamarnya,Suseno terkekeh mendengar gerutuan sang putri.

''Ya,Ada coba lihat ibumu,dulu ibu mu suka mandi jadi dapat ayah yang ganteng begini",ucap Ayah Suseno,membuat Bu Ratih mengerutkan dahi.

"Wah,berarti dulu yang suka ngintip ibu mandi ayah ya",ucap Bu Ratih.

"Mana ada bu,"sangkal Ayah Suseno.

"Itu tadi,ayah tau dari mana kalau ibu suka mandi kalau enggak ngintip",ucap Bu Ratih.

"Ayah kan cuma ingat pas kita pengantin baru,ibu keramas sehari bisa empat kali,kalau jaman gadis mana ayah tau",ucap Ayah Suseno berhasil membuat ibu Ratih salting.

"Sudahlah jangan bahas itu yah",ucap Bu Ratih menahan malu.

"Bahas apa yah?",tanya Rindu yang tiba-tiba.

"Anak kecil enggak boleh tahu",canda Ayah Suseno,membuat Rindu mencebikan bibirnya.

"Sudah,sudah ayo makan",ucap Bu Ratih,melayani putri dan suaminya.

Keluarga yang bahagia bukan bahkan nyaris sempurna,selalu ada gelak tawa,canda yang membersamai keluarga Rindu.

Di Rumah sakit.

"Bagaimana ini pah,kita harus mendapatkan donor ginjal untuk Kirana secepatnya,mama enggak mau kehilangan Kirana pah",ucap Maya.

"Tapi papa juga bingung ma,mau cari dimana?,"ucap Sadewa frutasi.

Maya menangis sesegukan dibahu sang suami kemudian teringat sesuatu.

"Bukannya masih ada anak mu yang dikampung itu pah,kamu bisa minta dia untuk mendonorkan ginjalnya untuk Karin pah",ucap Maya seperti menemukan titik terang untuk kesembuhan putrinya.

Sadewa kaget,"Tapi mah...

"Anggap saja,untuk balas budi karena kamu sudah membiayai kuliahnya",ucap Maya mendesak.

"Tapi dia juga putri ku mah",batin Sadewa,Sadewa memijit pelipisnya yang semakin berdenyut,disatu sisi ada putri yang dia sayangi sedang bertaruh nyawa,dilain sisi ada putrinya yang tidak pernah dia kasih rasa kasih sayang,kemudian dia meminta untuk memberikan satu ginjalnya untuk putri yang lainnya,keduanya putrinya bukankah itu artinya mereka bersaudara.

Saudara?,"Pah,bagaimana?",Ucap Maya membuyarkan lamunannya.

"Papah akan mendapatkan pendonor untuk Karina,mama jangan khawatir",ucap Sadewa memeluk istrinya.

Tamu

Toko Rindu

Orang tua Rindu mengelola sebuah toko sembako yang lumayan besar,dari sinilah kebutuhan Rindu dicukupi.

"Bisakah tidak menempel terus dengan istri ayah",ucap Suseno yang melihat putrinya itu bergelayut manja kepada Bu Ratih.

Rindu pura-pura tak mendengar dan tetap menempel dilengan Bu Ratih,mengikuti sang ibu beranjak.

"Rindu,ayah ini cemburu loh",ucap Suseno berhasil membuat Rindu melepaskan Bu Ratih dan menatap sang ayah.

"Ayah ini,sudah tua kok cemburu,biarkan saja kenapa sih,ibu saja enggak keberatan kok",ucap Ratih membela sang putri,Rindu mengejek sang ayah.

"Kan,daripada disini mondar mandir enggak jelas,lebih baik istirahat dirumah gitu loh bu,"jelas Suseno.

"Iya,biar ayah dan ibu berduaan kan",ucap Rindu sambil menyipitkan mata.

"Itu tau",ucap Suseno,bagi ayah satu ini tak afdol baginya satu hari saja tak menjahili putri kecil nya itu,walaupun sekarang tak kecil lagi.

"Mana ada berduaan,itu Siti sama Mail kan ada",ucap Bu Ratih.

"Tapi Rindu masih ingin peluk ibu yah,enggak tahu kenapa,"ujar Rindu membuat Suseno dan Ratih hanya saling pandang.

"Apa putri ayah ada masalah?",tanya Suseno,Rindu menggeleng.Ratih memeluk putri satu-satunya itu dengan kasih sayang.

"Sudah tenang belum?,apa mau ibu ninabobo kan?",tanya Bu Ratih.

"Ck,ibu ini,Rindu sudah besar,sudah gadis ini sudah siap menikah juga,kalau ada yang minang hehehe",ucap Rindu menikmati elusan ternyaman didunia.

"Husst,ngomong apa sih,"ucap Suseno.

"Upps",Rindu menutup mulutnya,Bu Ratih mengelus surai putrinya sambil berucap

"Walaupun anak ibu sudah besar,bagi ibu dan ayah...

"Rindu tetap gadis kecil putri ayah dan ibu",sambung Rindu.

"Pinter",ucap Suseno mengacungkan jempolnya,membuat gelak tawa mereka pecah,yang mendengar sendau gurau mereka pun pasti akan ikut tersenyum.

"Makin betah kerja ya mak kalau denger keluarga juragan lagi bercanda",ucap pak Mail kepada Siti.

"Heeh,jadi ikutan seneng",balas Mak Siti.

MALAM HARI.

Sebuah mobil mewah membelah malam yang sunyi melewati jalan yang sepi,hanya terdengar suara hewan malam sesekali.

Didalam mobil tengah ada seoeang lelaki paru baya,tengah menyusun kata demi kata untuk mengambil kembali milik nya.

Miliknya?,bahkan hampir dua puluh tahun dia tak pernah melihatnya,apa pantas bila dia datang dan mengambilnya.

Hanya helaan nafas yang terdengar dari sang empu hingga dia tak menyadari bila fajar sudah menyingsing.

Suasana desa yang tentram,udara yang segar tanpa polusi,perlahan Sadewa menurunkan kaca cendela mobilnya.

"Sudah hampir dua puluh tahun",gumam Sadewa,menatap sekeliling saat memasuki sebuah desa.

"Berhenti",ucap Sadewa saat melihat plang sebuah toko yang sangat besar.

"Terus pak",ucap Sadewa kepada supirnya,ada perasaan yang tak menentu saat melihat plang toko itu.

Antara rasa rindu dan bersalah bergelayut didada,namun rasa itu ditampik,dia harus mengeraskan hatinya ada putri yang menunggunya,ada putri yang berjuang untuk hidup.

Hingga mobil mewahnya berhenti didepan rumah minimalis,Sadewa memasok oksigen banyak-banyak sebelum turun dari mobil mewahnya.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum",Ucap Sadewa kembali mengetuk.

"Waalaikumsalam",Sahut tuan rumah dari dalam.

Saat pintu terbuka,"Sadewa?",kaget Suseno saat melihat siapa tamu nya.

"Siapa yah?",tanya Ratih,kemudian membeku saat melihat siapa tamu nya.

Diruang tamu sederhana hanya ada keheningan mereka larut dalam pikiran masing-masing.

Hingga dering ponsel menggema,"Aku angkat telepon dulu",ucap Sadewa menjauh dari Suseno dan Ratih.

"Hallo pah,bagaimana?mau kan anak mu itu mendonorkan ginjalnya untuk putri kita?",ucap Maya dalam sambungan telepon.

"Sabar mah,papa saja baru sampai",ucap Sadewa.

"Jangan buang waktu pah,bila anak mu tidak mau ancam saja,ingat putri kita disini sedang bertaruh nyawa",ucap Maya.

"Ya enggak bisa begitu dong mah,main ancam-ancam yang ada tambah masalah",ucap Sadewa.

"Pokok nya mama enggak mau tau,kalau perlu ungkit biaya yang sudah kita keluarkan untuk mereka,untuk menghidupi anak mu itu,agar anak mu mau mendonorkan ginjalnya,toh cuma minta satu ginjalnya,bukan jantungnya",ucap Maya membuat Sadewa pusing.

"Iya mah,sudah dulu ya",ucap Sadewa mematikan ponselnya sepihak.

"Kok dimatiin sih",dengus Maya kesal.

Bu Ratih dan Ayah Suseno mencoba tenang,saat Sadewa kembali dan duduk dikursinya.

"Ada perlu apa kamu kesini Sadewa?",tanya Suseno dengan tenang.

Sadewa berdehem untuk menghilangkan rasa groginya."Saya ingin bertemu dengan putri ku,apa itu harus dipertanyakan?,apa salah bila seorang ayah menemui putrinya",ucap Sadewa.

Suseno senyum mengejek,"Putri?putri yang mana,putri yang menurut mu bisa menghambat keberhasilan mu,dan ayah?ayah mana yang menghilang hingga dua puluh dua tahun tanpa kabar dan tanpa tau tumbuh kembang anaknya,apa pantas kamu disebut ayah?",ucap Suseno.

Sadewa kikuk,namun tak menyerah."Maka dari itu,saya ingin menebus waktu dua puluh dua tahun itu untuk bersama Rindu sebagai sosok ayahnya,izinkan saya membawa Rindu",ujar Sadewa,membuat Ratih kaget.

"Tidak bisa dong kak,kamu seenaknya mau membawa Rindu,Rindu itu putri kami",ucap Ratih emosi.

"Tapi kan,aku ayah kandungnya Ratih,kalian kan hanya mengasuhnya,bahkan biayanya juga aku yang menanggungnya hingga dia kuliah",ucap Sadewa.

"Masalah biaya,tunggu...

"Uang dari kakak masih utuh dalam rekening ini,sepeser pun tak pernah kami gunakan",ucap Ratih melempar buku rekening diatas meja tepat didepan Sadewa.

"Kakak boleh cek itu,bawa itu dan pergi dari sini",ucap Ratih mengusir Sadewa.

"Bu,tenang dulu",ucap Suseno menenangkan istrinya.

"Tenang bagaimana yah,lelaki ini tiba-tiba datang ingin mengambil putri kita,putri kita yah,Rindu putri kita huhuhu",ucap Ratih menunjuk Sadewa sambil menangis,entah mengapa Ratih merasa akan kehilangan Rindu

Suseno memeluk Ratih menenangkannya.

"Iya Rindu putri kita",ucap Suseno membawa Ratih kembali duduk.

"Tapi aku juga ingin bisa merasakan dekat dengan Rindu bang,aku juga ingin dipanggil ayah oleh Rindu,aku juga ingin mencurahkan kasih sayang ku untuk Rindu,"ucap Sadewa.

"Benarkah?,tidak ada maksud yang lain?",tanya Suseno,membuat Sadewa menggeleng.

"Aku ingin menebus waktu saja bang,izinkan aku membawa Rindu,izinkan aku membahagiakan putri ku",ucap Sadewa.

"Yah,Rindu tak boleh pergi,ibu tidak mau kehilangan Rindu",ucap Ratih,gelisah,Ratih tak bisa bila jauh dari putrinya,walaupun Ratih menyadari Rindu bukan darah dagingnya.

"Lebih baik kak Dewa pergi dari sini,kami tak mengizinkan Rindu kakak bawa",ucap Ratih.

"Bu..",tegur Suseno.

"Tapi yah..

"Lebih baik kita tanyakan dulu pada Rindu,apa dia mau ikut dengan Sadewa atau tidak",ucap Suseno memberi jalan tengah.

"Tapi bang..

"Tidak ada tapi-tapian itu jalan yang terbaik,Rindu bukan lagi anak kecil dia juga sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri,kita harus bisa menerima keputusannya nanti,mau ikut dengan mu atau tetap disini bersama kami",ucap tegas Suseno,walaupun berat tapi ini jalan yang terbaik.

Sadewa diam namun otaknya tetap menyusun sesuatu rencana,harapan tipis bila harus Rindu sendiri yang memilih,pastinya Rindu akan tetap tinggal bersama dengan mantan kakak iparnya itu.

Sedangkan Ratih dan Suseno terlalu berat bila melepaskan Rindu,walau tak dipungkiri mereka bukan orang tua kandung namun cinta dan kasih sayang mereka tak tanggung-tanggung.

Hingga suara salam membuyarkan lamunan mereka.

"Assalamualaikum,eh ada tamu",ucap Rindu.

"

Pilihan

Rindu seperti jatuh dalam lubang yang tak ada dasarnya,mengetahui hal sebesar ini membuatnya shock.

Cerita yang didengar dari ibunya membuatnya tak percaya bila dia bukan anak kandung ayah dan ibunya,Rindu menyangka dia gadis yang paling bahagia,anak gadis yang paling sempurna hidupnya,namun kenyataannya dia hanya Anak gadis yang tak diinginkan oleh ayah kandungnya dan dipungut oleh kedua orang yang menyayangi memberikan segalanya dari kasih sayang,cinta dan segalanya yang Rindu butuhkan.

Kemudian tiba-tiba sosok yang tak Rindu kenal,mengatakan bahwa dia ayah kandung ingin membawanya pergi dengan dalih menebus waktu yang sudah lewat dengan menggantinya hidup bersama,mengganti dengan apa ferguso?,aku tidak butuh itu,kasih sayang dan cinta?aku sudah dapat dari kedua orang tua ku,walaupun aku bukan darah daging mereka,namun cinta kasihnya nyata,atau mengganti dengan materi?aku juga tidak butuh itu,aku bisa mencarinya,toh aku sudah bekerja orang tua ku juga berkecukupan apapun yang aku ingin pasti mereka memenuhinya, Ingin rasanya Rindu berteriak seperti itu.

"Nak,mau ya ikut dengan papa?",bujuk Sadewa membuyarkan pikiran Rindu,Rindu berdiri dan melangkah pergi memasuki kamar disusul bu Ratih.

"Berikan Rindu waktu Sadewa,ini mungkin mengejutkannya",ucap Suseno.

"Kenapa bang Seno tak mengatakan yang sebenarnya",ucap Sadewa menyalahkan Suseno.

"Mengatakan apa?mengatakan kalau Rindu bukan anak kandungku?,mengatakan bahwa ayah kandungnya tak bertanggung jawab,bila aku mengatakannya awal disaat usia labil nya itu bisa merusak psikisnya,dia pasti akan mencari mu,ya kalau keluarga baru mu menerimanya kalau tidak apa yang akan terjadi padanya?",ucap Suseno membalikan,Sadewa menghela nafas kasar.

"Apa Rindu sudah bekerja?",tanya Sadewa.

"Sudah",ucap singkat Suseno.

"Dirumah sakit mana?,Dokter specialis atau Dokter umum?",tanya Sadewa.

"Rindu itu seorang perawat bukan Dokter",ucap Suseno.

"Hanya seorang perawat?",ucap Sadewa terkejut.

"Itu cita-citanya,"ucap singkat Suseno.

"Kenapa tidak membujuk Rindu untuk menjadi Dokter,malah mendukungnya sebagai perawat,coba abang gunakan uang yang aku beri untuk menunjang pendidikannya,pasti Rindu sudah menjadi Dokter sekarang",ucap Sadewa seperti menyalahkan Suseno.

"Ini bukan soal uang Sadewa,ini soal kebahagian putri ku,aku bisa saja menjadikan Rindu seorang Dokter,pilot,polwan bahkan seorang model,tapi apa itu bisa membuat bahagia Rindu,apa itu bisa membuatnya nyaman,apa itu bisa membuatnya bangga tidak yang ada putriku tertekan,kebahagian putriku apapun profesinya itu yang membuatku bangga",ucap Suseno menekan kata putriku.

Sadewa berdecak kesal,setidaknya bila Rindu mempunyai gelar bisa membuat dirinya berbangga kepada Maya,agar tak menjadi bahan olokan oleh istrinya itu.

Didalam kamar.

Rindu memeluk ibunya,"Bu,Rindu ingin tetap disini saja,apa boleh?",tanya Rindu.

"Tentu boleh nak,kamu putri ibu",ucap Bu Ratih.

"Tapi bagaimana dengan orang tadi (papa Sadewa)?",ucap Rindu

"Apapun pilihan mu kami akan menerima dengan legawa nak",ucap Bu Ratih.

"Rindu sayang ibu",ucap Rindu sambil memeluk erat bu Ratih."Ibu juga sayang Rindu,ibu mencoba ikhlas bila Rindu memilih pergi,tapi ibu harap Rindu tetap disini menemani ibu sampai ibu tua dan memberikan ibu cucu yang lucu-lucu",ucap Ratih tak rela.

"Bagaimana sudah mendapat keputusan?",tanya Ratih pelan,Rindu mengangguk pelan.

"Ayo kita keluar,ayah dan papa mu sudah menunggu",ucap Ratih,menuntun putrinya itu.

Rindu menatap Sadewa dan Suseno secara bergantian.Rindu menghela nafas.

"Bagaimana nak?,kamu ikut papa kan?",ucap Sadewa tak sabar.

"Apa pun keputusan Rindu,ayah mendukung",ucap Suseno,sedang Ratih diam menahan tangis,dan sedih bila putrinya akan ikut papa kandungnya.

"Rindu masih ingin disini,disini rumah Rindu,dan terimakasih sudah menjadi ayah biologis Rindu",ucap Rindu.

"Tapi nak,aku papa kandung mu,apa kamu tidak mau merasakan dekat dengan papa kandung, walau sebentar",ucap Sadewa tak terima.

"Sadewa!!",tegur Suseno.

"Hargai keputusan putriku",ucap Suseno

"Dia juga putri ku bang!!,kalau bukan karena aku Rindu tidak akan lahir didunia ini",ucap Sadewa.

"Sudah cukup,kamu sudah dengar apa mau nya putri ku kan,keputusan putri ku mutlak ingin tetap bersama kami,kalau kamu sudah tak ada keperluan kembali silahkan pergi",ucap Suseno menarik Sadewa menuju pintu keluar rumah nya.

"Baik bang,baik saya pergi,tapi izinkan saya memeluk Rindu sebelum saya pergi",ucap Sadewa menyerah.

"Bolehkan,papa memelukmu nak?",tanya Sadewa menatap Rindu memelas.

Rindu menatap ibunya,Ratih hanya mengangguk.

Rindu mendekati Sadewa kemudian Sadewa memeluk Rindu erat.

Rindu tersentak dan segera melerai pelukan,"Papa pulang dulu,tapi tidak ayal papa akan mengunjungi mu lagi",ucap Sadewa mengusap pucuk kepala Rindu.

"Kalau begitu saya pamit bang Seno dan Ratih terima kasih sudah merawat dan membesarkan Rindu,saya pulang dulu,Assalamualaikum",ucap Sadewa.

"Waalaikumsalam",ucap Suseno,Ratih dan Rindu bersamaan.

Sadewa segera meninggalkan kediaman putrinya,namun sebelum itu didalam mobil dia menghubungi seseorang lewat sambungan telepon genggamnya.

Ratih menciumi wajah putrinya itu dengan terus berterima kasih.

"Sudah bu,wajah Rindu nanti bau jigong",ucap Suseno meledek istrinya.

"Biarin,yang penting putri ku tetap disini",ucap Ratih,memeluk erat Rindu.

"Bu,Rindu lapar",ucap Rindu.

"Lapar ya,ibu masak dulu,tunggu disini saja,eh tidak,Rindu ikut ibu didapur saja,ayo",ucap Ratih seperti tak mau jauh dari Rindu.

"Sudah,kalian berdua disini saja biar ayah yang memasak,special",ucap Suseno.

"Terimakasih ayah",ucap Ratih dan Rindu bersamaan.

"Sama-sama,bidadari-bidadari ku",jawab Suseno membuat senyum kedua wanita beda usia itu merekah kembali.

"Sadewa,aku tak akan membiarkanmu membuat putri dan istriku meneteskan airmata nya kembali",batin Suseno melangkah kedalam dapur.

Di sebuah rumah sakit.

"Ma,kapan papa dapat pendonornya,Karin lelah ma,sakit ma",ucap Karina dengan nada lemah.

"Sabar ya nak,nanti mama hubungi papa dulu",ucap Maya,mengambil ponsel genggamnya namun sebelum menghubungi suaminya sebuah kontak menghubunginya dahulu.

"Hallo jeng,ada apa?",ucap Maya

"....."

"Kecelakaan?",ucap Maya shock dan menatap Karina,Karina menjadi bingung.

"Ada apa ma?,siapa yang kecelakaan?",tanya Karina penasaran.

"Ma...

"Terimakasih sudah mengabari",ucap Maya sebelum mengakhiri panggilan.

"Siapa ma?,apa papa?",tanya Karina khawatir,Maya menggeleng pelan.

"Terus siapa ma?",tanya Karina tak sabar.

"Bara sayang,"ucap Maya,membuat Karina shock menutup mulutnya tak percaya.

"Tidak mungkin ma,tadi Bara masih mengirim pesan denganku",ucap Karina menyangkal,tak mungkin kekasihnya kecelakaan.

"Mama juga tidak tahu sayang,kamu yang tenang ya,Bara sudah ditangani oleh Dokter,kita tunggu kabarnya saja ya",ucap Maya menenangkan putri semata wayang nya itu.

"Tapi Karin ingin menemuinya,ingin melihat kondisinya?",ucap Karina.

"Kondisi mu saja masih lemah sayang,mama janji akan mengajakmu melihat kondisinya Bara setelah papa dapat pendonor untuk mu sayang",ucap Maya berusaha membujuk putrinya.

"Aku benci sakit ini,aku benci seperti ini",ucap Karina sesal dan menangis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!