NovelToon NovelToon

Bukan Istri Pilihan

Keinginan Gautama

"Pa, Mama tak setuju dengan keinginan Papa, Daffin putra kita satu-satunya Pa, kenapa harus papa nikahkan dengan wanita yang tidak di kenalnya! Mama tak setuju! Titik!," Shita meninggalkan suaminya di ruang kerjanya.

Shita mendengar suaminya menelpon sahabat nya Regata untuk menikahkan putra putri mereka bulan depan. Tentu saja Shita tidak terima ia sudah berjanji dengan sahabatnya untuk menikahkan putra nya dengan putri sahabat baiknya geng sosialitanya.

Gautama memijit pelipisnya yang tadinya baik-baik saja, sekarang terasa berdenyut-denyut mendengar teriakan istrinya.

Gautama tidak bisa membatalkan rencananya dengan sahabatnya karena mereka sudah berjanji saat mereka masih muda. Saat di mana Regata menyelamatkan nyawanya ketika dirinya di keroyok sekelompok orang tidak di kenal. Untung saja ia di selamat oleh Regata yang seorang guru beladiri dan juga pengusaha muda di kota mereka.

Sejak saat itulah mereka dekat dan berjanji jika mereka memiliki anak mereka akan menikahkan anak mereka untuk terus saling berhubungan. Mereka ingin mendapatkan cucu dari darah daging turunan mereka.

Sebegitu inginnya Gautama tetap terus berhubungan dengan orang yang telah menyelamatkan nyawanya.

Bagaimanapun rencananya harus berhasil. Mau tidak mau putra semata wayangnya harus menerima permintaannya.

Gautama akan memanggil putranya Daffin seorang pengusaha muda yang gila kerja.

Di ruang kerja yang luas seorang pria dengan wajah datar sedang bersama asistennya membahas rencana meeting yang akan mereka lakukan siang nanti.

Bunyi ponsel pria tersebut berbunyi mengalihkan konsentrasi pria yang sedang serius bersama asisten nya. Pria tersebut mengangkat tangan ke asistennya untuk jeda.

"Ya Pa,"

"................... "

"Siang ini tak bisa Pa, pulang kerja Daffin mampir ke rumah,"

Pria tersebut menutup ponselnya.

Daffin Auriga Gautama, 27 tahun, pria tampan berwajah datar dan dingin, sulit tersenyum, kaku dan sulit di tebak. Pewaris tunggal kerajaan bisnis Gautama. CEO untuk beberapa perusahaan di bawah naungan Gautama Grup.

Daffin di kenal karyawannya sebagai pimpinan yang tegas, dan sulit di ajak kompromi jika di putuskan harus A ya A tidak bisa di bantah.

Hampir semua karyawan lebih memilih menghindar jika berpas-pasan dengan pimpinannya itu.

"Bagaimana Tuan, kita akan meeting bersama perusahaan Galaxy siang ini, apa ada yang harus saya revisi draft nya?" tanya Berry asistennya.

"Tidak usah,"

"Baik Tuan, jika tidak ada lagi saya permisi,"

Daffin tidak menjawab, asisten Berry pun sudah paham dengan tuannya itu, irit bicara, sekali bicara pasti tajam.

Daffin melanjutkan pekerjaannya memeriksa berkas-berkas yang menumpuk di mejanya. Sebagai pengusaha muda yang di kenal dingin dan tegas Daffin tidak mempedulikan selentingan di luaran yang mengatakan dirinya bengkok dan anti wanita.

Orang-orang tidak akan ada yang tau dengan kehidupan pribadinya. Daffin sengaja menutup akses pribadi agar tidak menjadi bullyan di masyarakat terutama di medsos. Medsos miliknya semua di private dengan nama yang memakai inisial Daga singkatan dari nama panjangnya.

Persepsi yang berkembang di masyarakat hanyalah karena mereka tidak pernah mendengar diri nya dekat dengan seorang wanita.

Waktu terus berjalan, jam makan siang membuat perutnya terasa keroncongan. Daffin akan pergi bersama asisten nya Berry untuk makan siang sekalian meeting dengan perusahaan Galaxy.

Daffin dan Berry sudah berada di ruang VIP tempat mereka akan melakukan meeting.

Pintu di buka masuk seorang pria muda tampan dan juga wanita berkacamata dengan rambut di cepol, tubuhnya tinggi dengan kemeja putih tulang berbahan tisu dan rok span pendek sedikit di atas lutut, sepatu hitam berhak 5 cm.

Wanita cantik yang berjalan tegak dan percaya diri. Daffin menaikkan bibirnya sedikit.

Sepertinya wanita ini ada affair dengan atasannya, percaya diri sekali dia, batin Daffin.

Wanita tersebut duduk di samping Magenta pengusaha muda yang banyak di gilai cewek-cewek, selain pengusaha Magenta juga di kenal sebagai foto model.

"Selamat siang Tuan Daffin, perkenalkan saya Magenta yang mengajukan proposal kerjasama dengan perusahaan Tuan,"

Daffin hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan suara.

Sombong sekali pria ini, batin wanita cantik tersebut.

Wanita tinggi tersebut duduk di samping atasannya.

"Zel, keluarkan berkas yang tadi sudah kita siapkan," ucap Magenta ke wanita tersebut.

"Kita makan siang dulu aja Tuan Magenta," ucap Berry.

"Baiklah,"

Wanita tersebut tidak jadi mengeluarkan berkas yang di bawanya.

Mereka makan siang dengan hening. Dari sudut matanya Daffin melihat wanita di seberangnya sedang berbisik ke atasannya.

Cih, kenapa harus bisik-bisik segala, jangan tunjukkan kemesraan di sini di depan rekan bisnis, batin Daffin.

Entah kenapa Daffin sangat senewen melihat wanita yang duduk di samping rekan bisnis nya ini.

Bagi Daffin seorang wanita yang begitu dekat dengan atasannya pasti ada sesuatu.

Daffin sendiri memang tidak berhubungan dengan wanita di kantornya ia hanya memiliki asisten juga manager-manager yang semuanya laki-laki. Wanita hanya sebagai staf administrasi saja di kantor nya itupun tidak banyak.

Setelah makan siang, mereka melanjutkan meeting nya.

Daffin di meeting tersebut lebih banyak mendengarkan, tuan Magenta lah yang banyak berbicara menjelaskan isi proposal mereka yang ingin bekerjasama dengan perusahaan Daffin.

"Baiklah Tuan Daffin, semua sudah saya jelaskan, apakah ada pertanyaan?" Magenta menyandarkan punggungnya di kursi.

Daffin menganggukkan kepalanya.

"Saya rasa cukup jelas penjelasan dari anda,"

"Baiklah Tuan saya menunggu kabar selanjutnya untuk kerjasama ini,"

"Besok saya kabari lewat asisten saya," ucap Daffin datar.

"Baik Tuan, jika tidak ada pertanyaan lagi kita akhiri meeting ini, kami juga harus kembali ke kantor," Magenta mendorong kursinya ke belakang, ia dan wanita di sebelahnya berdiri.

"Senang bekerjasama dengan anda tuan Daffin," ucap Magenta.

Daffin tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

Mereka bersalaman. Daffin dan wanita tersebut juga bersalaman tapi tidak saling menatap.

Magenta dan wanita tersebut keluar dari ruangan VIP tempat mereka meeting.

"Sombong sekali tuan Daffin itu," wanita tersebut kesal bicara ke atasannya.

"Memang seperti itu orang nya, Zel, kamu kenapa kok sensi gitu?"

"Kesal aja lihatnya,"

Magenta dan wanita tersebut yang bekerja sebagai sekretaris nya adalah sepupunya. Ayah Magenta adik dari papanya wanita tersebut.

Mereka berdua dekat saat wanita tersebut pindah ke kota kelahiran Magenta di kota Yogyakarta.

Saat umur 7 tahun wanita tersebut pindah ikut eyangnya dan sekolah di sana sampai selesai kuliah karena papinya sibuk mengurus bisnisnya.

Ezzelea Regata, 25 tahun, putri satu-satunya Surya Regata, ditinggalkan ibunya sejak dirinya di lahir kan, Ezzel panggilan Ezzelea besar bersama eyangnya, papinya sangat memanjakannya meskipun terpisah jauh.

Ezzel gadis bertubuh langsing berambut lurus itu seorang yang pendiam, bersama Magenta sepupunya saja ia bisa banyak berbicara. Dirinya juga yang di minta Magenta untuk menjadi sekretarisnya padahal papinya sudah memintanya untuk memimpin perusahaan papinya.

Ezzel belum mau ia masih harus belajar dari Magenta bagaimana memimpin perusahaan, dengan menjadi sekretaris Magenta sedikit banyak ia sudah mempelajari tentang bisnis.

Ezzel belum mengetahui rencana papinya yang ingin menjodohkan dirinya dengan putra dari sahabat baik papinya.

Ezzel belum bertemu dengan papinya. Papinya sudah meminta dirinya untuk menemuinya di rumahnya sore ini.

Ezzel akan ke rumah papinya setelah pulang kerja.

Ezzel sebenarnya masih kesal dengan sikap rekan bisnis Magenta tadi. Seperti orang bisu saja tidak menjawab salam. Diajak bicara juga cuma menganggukkan kepalanya.

"Sudah tak usah kesal gitu, biasa lah kalo sudah di puncak Zel, kadang manusia lupa untuk membumi," hibur Magenta ke sepupunya di mobil saat mereka menuju ke kantor kembali. Magenta masih melihat bibir manyun Ezzel. Ia menggelengkan kepalanya.

Di Rumah Papa/Papi

Mobil mewah Daffin keluar dari gedung bertingkat perusahaannya. Waktu beranjak senja, Daffin akan menuju rumah papanya yang sudah menelpon dirinya dari pagi tadi.

Selesai dari rumah papanya Daffin akan pulang sebentar ke apartemennya membersihkan diri dan pergi lagi menemui kedua sahabatnya di club milik sahabat baiknya.

Mobil Daffin melaju dengan kencang hampir saja mobilnya bertabrakan dengan mobil mewah lainnya yang berjalan sangat lamban. Daffin ingin menyalip mobil tersebut tetapi tiba-tiba saja mobil tersebut sengaja bergeser menutup jalan yang ingin di salipnya dengan cekatan Daffin membanting setir ke kanan dan melajukan mobilnya dengan kencang. Untung jalanan di depan mobilnya lengang tidak ada mobil yang berlawanan arah.

Daffin mengumpat dalam hatinya, ia tidak begitu jelas melihat pengemudi yang ada di dalam mobil yang hampir diserempet nya tadi.

Sialan, sengaja orang itu tadi pasti ia melihat tanda lampu sen yang sudah di berinya, kenapa pula dengan sengaja mobilnya bergeser ke kanan, awas aja kalo ketemu orangnya, Daffin kesal.

Seorang wanita yang mengemudi mobil yang berjalan lambat mengetahui mobil siapa yang melaju kencang tadi.

Wanita itu tau mobil tersebut saat ia makan siang tadi dengan rekan bisnis Magenta. Makanya ia sengaja menyetir mobilnya ke kanan agar tidak di salip, tapi ternyata lelaki itu nekat tetap melaju kencang menyalip mobilnya.

"Dasar laki-laki angkuh, di jalanan pun mau di kuasainya juga, heem, dasar orang kaya suka sukanya aja," Ezzel tambah kesal belum usai kesalnya tadi siang di tambah lagi kesalnya sore ini. Ezzel mengumpat lelaki angkuh itu.

Ezzel akan menuju ke rumah papinya.

Sementara lelaki yag melajukan mobil tadi sudah berada di rumah papanya.

Daffin masuk ke rumahnya di sambut mami tersayang nya.

"Ohhh, Daffin putra tampan mama, apa papa yang memanggilmu, nak?"

Daffin menganggukkan kepalanya. Ia langsung ke ruang kerja papanya.

Daffin membuka pintu ruang kerja papanya. Ia segera duduk di depan papanya.

Papanya yang sangat paham dengan putranya yang tak banyak bicara ini hanya menggelengkan kepalanya.

"Daf, kamu tau kenapa papa panggil kamu?"

Daffin mengedikkan bahunya.

"Papa ingin kamu menikah bulan depan!"

Daffin mengernyitkan alisnya.

"Apa karena Papa mendengar selentingan yang beredar di luaran sana?"

"Ya mungkin salah satunya itu, intinya bulan depan kamu menikah dengan putri sahabat papa,"

Daffin mengepalkan tangannya.

"Kalo Daffin menolak?"

"Tidak ada penolakan Daffin Auriga, kamu tau sahabat papa itu yang menyelamatkan papa saat papa muda di keroyok orang tidak di kenal, jika tidak ada sahabat papa itu kamu tidak akan ada di dunia ini, jangan membantah papa, Daffin," tegas papa dengan suara beratnya.

Daffin memasang muka datarnya, ia tidak akan membantah papanya. Ia pikir dengan menikah akan meredam isu liar yang berkembang di luaran tentang dirinya yang di isukan macam-macam.

"Atur aja Pa," Daffin tidak banyak bicara lagi ia akan bangkit dari duduknya.

"Baguslah bulan depan tanggal 15 kamu harus bersiap, semuanya sudah papa atur dan siapkan kamu hanya tinggal duduk dan ijab kabul aja,"

Daffin tidak menjawab ia beranjak dari duduknya.

Di lantai satu ia bertemu kembali dengan mamanya.

"Bagaimana Daf, apa kamu tolak permintaan papamu?" tanya mami Shita.

Daffin diam saja, "Daffin pulang Ma ke apartemen,"

"Loh kok pulang nya cepat Nak, bukannya kamu tidur sini nanti malam?"

Daffin sudah ngeloyor pergi.

"Daff, Daff, Daffin!" teriak mama Shita.

"Tu anak," mama Shita geleng-gelengkan kepalanya.

Mama Shita lagi malas bertemu dengan suaminya ia masih ngambek karena memaksakan pernikahan putranya dengan putri sahabatnya.

***

Di rumah papinya Ezzel masuk ke rumah dilihatnya papinya sedang menerima telpon.

Ezzel duduk di samping papinya di sofa ruang tengah.

"Baiklah, Tama, bagus kalo begitu, ini putriku baru datang.

Regata menutup telponnya, di letakkannya di atas meja.

" Putri cantik papi, kenapa dengan wajahmu, nak?"

"Lagi kesel Pi, kesel sama rekan bisnis Genta, sombong banget, Ezzel gak suka,"

"Gak boleh kesel gitu sama orang, nak, kamu sendiri ke sini? Gak sama Genta?"

"Gak Pi, Genta tadi masih di kantor,"

"Kenapa papi manggil Ezzel? Apa ada sesuatu yang penting?"

Papi menganggukkan kepalanya.

"Nak, papi sudah merencanakan pernikahan putri papi dengan putra sahabat papi bulan depan,"

Ezzel mengerutkan alisnya.

"Menikah? Ezzel menikah?" Ezzel kaget.

Papi manggut-manggut.

"Iya nak, menikah kamu sama putra sahabat papi,"

"Pi, Ezzel belum mau menikah Pi, umur Ezzel juga masih 25 tahun, Pi,"

"Itu usianya yang matang sayang, tidak ada bantahan, oke!"

"Papi dan sahabat papi sudah mempersiapkan semuanya sayang, kamu tinggal datang dan duduk cantik saja di pelaminan,"

"Papi, tapi kan Ezzel masih mau menjomblo Pi, Ezzel mau menikah dengan laki-laki yang Ezzel cintai Pi,"

"Cinta akan datang jika kalian sudah tinggal bersama nak, papa tau anak sahabat papa itu orangnya seperti apa, ia akan menjadi suami yang baik nantinya, nak,"

"Papi tau darimana, jangan sok tau deh Pi, Ezzel gak mau Pi, Ezzel gak mau menikah sekarang,"

"Zel, turuti keinginan papi ya nak, papi mau kamu bahagia, papi sudah berjanji dengan sahabat papi itu dari papi muda Zel, tolong papi ya,"

Ezzel menatap wajah papinya yang sudah berkeriput, air matanya menetes, Ezzel yang hanya memiliki papinya gak mungkin ia mengecewakan keinginan papinya.

Ezzel tidak mengetahui siapa laki-laki itu, Ezzel tidak kenal, dan tiba-tiba mereka akan menikah, OMG! Apa yang akan terjadi dengan pernikahan mereka tidak saling kenal, tidak saling tau.

Ezzel galau, bagaimana nanti kehidupan rumah tangga nya apa akan bertahan atau dirinya akan menjadi janda saat dirinya di cerai suaminya karena mereka tidak saling mencintai.

Bagaimana jika lelaki itu sudah punya pacar, apakah dirinya bisa disebut sebagai pelakor atau pepacor perebut pacar orang. Yang bener saja.

"Jangan banyak melamun, nak, semua akan baik-baik saja, percayalah dengan papi,"

"Terserah papi aja, yang penting papi bahagia, Ezzel hanya punya Papi jadi Ezzel akan menjadi anak yang berbakti, Papi atur aja, do'akan aja putri papi ini bahagia," ucap Ezzel sudah tidak bisa menolak keinginan papinya.

"Pasti papi doakan yang terbaik buat putri papi, pernikahannya bulan depan kamu bisa ajukan cuti ke Genta mulai besok,"

"Iya, Pi, udah nih Pi? Ezzel mau ke kamar Pi,"

"Ya udah kamu istirahat dulu aja sebelum makan malam,"

"Iya Pi, Ezzel ke atas dulu Pi,"

Ezzel beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar nya.

Ezzel membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk nya. Pandangan nya menerawang.

Menikah?

Dirinya tidak kepikiran untuk menikah cepat, dirinya yang selalu sibuk memang belum memiliki pacar, tetapi ia sedang dekat dengan temannya Genta yang sama-sama pengusaha muda seperti Genta. Ancello Bimo Raharjo, lelaki tampan peranakan maminya bule.

Padahal Ezzel sudah mulai tertarik dengan Cello, lelaki dengan pembawaan tenang, ramah dan berkharisma. Berbeda dengan rekan bisnis Genta yang angkuh dan irit bicara itu.

Ezzel tidak tau lelaki yang suka dia umpat itulah yang akan menjadi calon suaminya. Perjodohan yang di sudah di rencanakan oleh papi dan sahabat baiknya.

Bagaimana reaksi keduanya saat nanti mereka bertemu?

Daffin Bertemu Ezzel

Sepulang dari rumah papanya Daffin ke apartemennya membersihkan diri dan beristirahat sebentar agak malam ia baru akan pergi ke club.

Daffin berjanji bertemu dengan dua sahabat baiknya yang sama-sama pengusaha muda.

Daffin sedang beristirahat di balkon kamarnya masih mengenakan bathrobe Daffin menyempatkan diri untuk merokok. Baginya dengan merokok bisa memberikan ketenangan sesaat di pikirannya. Pikiran yang terus saja berpikir tentang banyak hal. Salah satunya tentang pernikahan paksa dari papanya.

Sebagai anak yang berbakti dan tidak ingin mengecewakan papanya Daffin mengikuti saja. Daffin juga punya rencana sendiri setelah menikah, ia akan menyiapkan kontrak nikah dengan wanita yang tidak di kenalnya. Entah wanita mana yang akan menjadi pendampingnya nanti.

Sambil menghisap rokok nya Daffin menggoyang-goyangkan wine yang di berinya kristal es berbentuk kotak. Meski ia memejamkan matanya tetapi Daffin sedang berpikir. Di apartemen nya ini hanya ada satu kamar. Ia tidak mau tinggal satu kamar dengan istrinya nanti. Ia harus membeli apartemen baru atau rumah yang lebih besar.

Tanpa terasa Daffin sudah dia jam duduk di balkon kamarnya perutnya pun sudah terasa belum di isi. Daffin bergerak masuk ke kamarnya mengganti pakaiannya dan bersiap mau ke club.

Teman-teman nya sudah menelpon dirinya dari tadi.

Daffin bergegas ke mobilnya ia menggas mobilnya dalam. Mobil melaju dengan kencang di jalanan ibu kota.

Hanya butuh waktu 15 menit pria tampan dengan tubuh tinggi tersebut berjalan dengan angkuhnya masuk ke club milik sahabatnya.

Daffin melewati dance floor cewek-cewek sexy banyak yang berpakaian kurang bahan meliuk-liukan tubuhnya dengan lelaki di belakangnya. Entah siapa lelaki-lelaki yang ikut ngedance dengan cewek- cewek sexy tersebut.

Daffin meneruskan langkahnya naik ke tangga yang hanya beberapa anak tangga saja. Daffin jalan lurus sampailah ia di pintu ruangan VIP tempat biasa mereka berkumpul. Alex sahabatnya sebagai pemilik club memberikan ruangan ekslusif untuk sahabatnya.

Daffin masuk ke ruangan di lihatnya Alex dan juga Cello yang meruapakan teman Genta juga, ternyata ia bersahabat dengan Daffin.

"Hai, dude, senyum lah sedikit," tegur Alex yang melihat sahabatnya itu menatap mereka dengan bibir terkatup rapat.

Daffin menghempaskan tubuh nya di sofa empuk.

"Apa kabar Bro?" tanya Cello sambil menyesap wine merah di gelas slokinya.

Daffin mengedikkan bahunya. Ia menarik sloki di meja dan meneguknya.

"Kau tanya gak bakal di jawab, Cell, pria tanpa suara jangan ditanya, hahaha," Alex tertawa kencang.

"Sialan kau, Lex,"

"Tuh keluar juga suaranya," sahut Cello.

"Perusahaan mu kerjasama dengan perusahaan Galaxy Daf?"

Daffin menganggukkan kepalanya.

"Kau tau?" tanya Daffin mengerutkan alisnya.

"Ya tau saja,"

Mereka saling berbincang membahas masalah bisnis dan juga kejadian-kejadian yang sedang viral.

Malam belum terlalu larut, Daffin yang lagi gabut pulang duluan. Ia hanya sebentar saja menemui sahabatnya. Ia akan pergi sendiri mencari makan di cafe langganannya, ayam goreng sambal ijo.

***

Di apartemen seorang gadis ia sedang menelpon sahabatnya yang sudah menikah dan ikut suaminya ke luar negeri.

"Bel, kapan pulang ke sini? Kangen loh pa kabar si imut Amanda?"

"Nanti gue kabari lo kalo balek, jadi kapan lo mo nikah? Bukannya lo lagi dekat ma Cello?"

"Nah itu dia, gue di jodohkan Bel, bulan depan gue married, makanya gue telpon lo,"

"Apa! Lo married ma Cello?"

"Bukaaan, gue juga gak tau siapa!" teriak Ezzel.

"Hah? Yakin lo mo nikah gak tau siapa yang nikahi lo? Emang lo beli kucing dalam karung? Syukur-syukur kucingnya cakep Zel,"

Ezzel terdiam, ia juga belum tau siapa yang akan menikahinya bulan depan.

"Nanti kabarin gue Zel, gue akan balik hadiri nikahan lo, ya udah dulu ya ini, Amanda lagi rewel minta susu,"

"Oke deh, see you, Abel," Ezzel menutup telponnya.

Ezzel yang merasa perut nya keroncongan melihat jam di atas nakas pukul 21.55 di luar masih rame pastinya, batinnya.

Ezzel mengambil jaketnya dengan mengenakan celana jeans pinsil kaos oblong dan jaket ia keluar dari kamarnya menuju ke luar. Ezzel akan berjalan kaki saja di seberang apartemennya ada cafe yang buka 24 jam banyak pilihan makanan di sana.

Ezzel yang akan menyeberang jalan tiba-tiba saja kaget dengan bunyi ban yang berdecit nyaring.

Ciiiit..

Ezzel terdiam di posisi nya di tengah jalan dengan memejamkan matanya. Tubuhnya sudah gemetar.

Seorang lelaki tinggi dan tegap mendatangi Ezzel.

"Nona, anda tidak apa-apa?" terdengar suara bariton di telinga Ezzel.

Ezzel membuka matanya. Ia melebarkan kelopak matanya.

"Kau!" teriaknya.

Laki-laki tersebut heran, ia merasa tidak mengenal gadis di depannya ini.

Laki-laki itu mengernyitkan alisnya.

"Kau ya! Kalo aku mati apa kau mau tanggungjawab! Kemarin kau juga di jalanan yang ugal-ugalan, sekarang juga, apa kau cari mati?!" teriak Ezzel yang emosi.

Daffin menatap datar wajah gadis di depannya ini, bingung, ia sama sekali tidak mengenal gadis ini. Ezzel tidak memakai kacamatanya seperti saat dia bertemu rekan bisnis nya Genta, Daffin.Tentu saja Daffin tak mengenalnya. Daffin bukan seorang lelaki yang perhatian ke lawan jenis.

"Jika anda baik-baik saja, segera menyingkir mobil saya mau lewat," ucap Daffin tanpa rasa bersalah.

Ezzel membolakan matanya di datanginya Daffin yang berjalan ke mobilnya. Ditendangnya kaki Daffin sekuat tenaga. Tetapi malah kakinya yang terasa sakit. Wajah Ezzel meringis kesakitan.

Daffin membalikkan badannya di pandangnya gadis di depannya yang sedang kesakitan kakinya, habis menendang tulang kering kaki Daffin.

"Anda kenapa?" tanya Daffin sama sekali tidak merasakan sakit di kakinya.

Wajah Ezzel semakin memerah, ia menghentakkan kakinya dan pergi dari hadapan Daffin yang masih mengerutkan alisnya.

"Gadis aneh," lirih Daffin. Ia kembali masuk ke mobilnya dan melajukan kencang mobilnya. Tadinya ia akan memarkirkan mobilnya di dekat cafe langganannya tapi gara-gara gadis itu dan banyak orang yang menonton pertengkaran mereka, Daffin tidak jadi makan ayam cabe ini cafe langganannya.

Ezzel yang masih kesal berjalan menuju cafe yang selalu rame, terutama malam hari. Banyak pasangan sejoli yang makan berdua di pojokan. Ezzel yang jomblo cuek saja masuk ke cafe, ia akan langsung memesan dan bungkus tidak makan di tempat.

Sebenarnya Ezzel bisa saja delivery dengan menggunakan aplikasi di ponselnya, tapi ia ingin melihat keramaian malam di depan apartemennya.

Ezzel gadis tinggi langsing tersebut pulang sambil membawa tentengan makan malamnya ayam sambal ijo kegemarannya.

Ezzel tidak tau saja makanan kesukaannya sama dengan calon suaminya yang tadi sudah di teriakinnya.

Ezzel sampai di depan unit apartemennya memencet pasword dan masuk ke dalam. Malam semakin larut harusnya dirinya sudah tidur tetapi gara-gara insiden tadi ia jadi kemaleman makan malamnya. Besok libur tak masalah baginya tidur sampai tengah malam.

Ezzel menikmati makan malamnya di temani dengan tontonan kesukaannya drakor yang banyak menguras air mata dan romantis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!