NovelToon NovelToon

Boneka Kesayangan

1 Boneka Kesayangan

Siang hari.

Sandra baru saja pulang kuliah. Ia berjalan kaki menuju tempat kosnya. 

Kuliah hari ini sangat membuat otakku menjadi panas. Dosen killer itu tak henti-hentinya memberikan pertanyaan untuk kami mahasiswanya. 

Perhatiannya tertuju ke barang-barang yang dijual di depan rumah seseorang. Orang itu menjual berbagai macam barang bekas pakai miliknya. Beberapa orang tampak sibuk menawar barang.

Sandra mendekat dan melihat beberapa barang. Ada piring, ada gelas juga buku novel.

Harganya memang murah tapi aku nggak butuh.

Sandra hendak meninggalkan tempat itu. Ia melihat ada boneka cantik. Boneka itu memang terlihat kusam karena usia tetapi masih terlihat manis.

Sandra menyentuh boneka itu.

Kalau bajunya diganti dan mukanya dilap, pasti jadi bersih dan manis lagi.

Sandra bertanya harga boneka itu karena tidak ada label harga untuk boneka itu. “Boneka ini harganya berapa?”

Penjual itu terlihat bingung. Ia merasa tidak pernah mempunyai boneka seperti yang dipegang Sandra. Tetapi ia tetap membuka harga. “Seratus ribu rupiah.”

“Tiga puluh ribu,” tawar Sandra. Seratus ribu terlalu mahal baginya.

“Lima puluh ribu. Harga pas.” Penjual itu melihat ada pembeli lain yang hendak menawar barang.

“Empat puluh ribu.” Sandra ingin harganya lebih murah. Kalau memang harus lima puluh ribu, akan ia keluarkan uang berwarna biru itu.

“Baiklah. Empat puluh ribu.” Penjual itu mengalah. Ia hendak pindah dan mengosongkan barang-barang di rumah lamanya supaya bawaannya berkurang.

Sandra membayar empat puluh ribu rupiah sesuai perjanjian dan membawa boneka manis itu pulang,

Di kamar kos.

Ia mulai mengambil lap bersih. Ia membasahi sedikit kain dengan air hangat dan menyeka boneka itu mulai dari wajah, lalu tangan dan kaki. Ia melihat pakaian boneka itu yang kusam dan agak robek karena lapuk.

Ia membuka pakaian boneka itu. Ia lalu melihat stok kain miliknya dan mengambil sisa kain bermotif bunga kecil yang pernah ia pakai untuk membuat sarung bantal.

“Ini pasti cantik untuk Sally.” Sandra bahkan memberi nama untuk boneka manis yang tampak seperti anak kecil itu. Sally berasal dari gabungan namanya yaitu Sandra dan Wally, nama kekasih Sandra.

Sandra mulai memotong kain dan membuat baju baru untuk boneka bekas yang baru saja ia beli, ia bahkan menambahkan renda kecil. baju mungil itu terlihat begitu imut.

Apa seperti ini rasanya membuat baju untuk anakku nanti? Sandra tersenyum sendiri. Ia memakaikan baju mungil itu ke Sally.

Ada yang kurang. Sandra melihat penampilan Sally.

Ah! Iya! Pita yang manis. Sandra mengikat rambut Sally dan membuat dua cepol.

Sekarang Sally terlihat seperti anak kecil. Sandra tersenyum puas dengan hasil kerjanya. Sandra mengucek-ngucek matanya. Ia tidak mempercayai apa yang ia lihat barusan. Sally terlihat tersenyum kepadanya.

Nggak mungkin ada boneka yang bisa tersenyum. Sally itu cuma boneka. Mungkin aku kecapaian.

Sandra tersadar. Jam berapa sekarang?

Sandra melihat jam dinding bermotif buah cherry  di kamarnya.

Jam satu! Aku harus segera tidur. Besok ada kuliah. 

Sandra segera menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya. Ia lalu tidur.

Tak lupa ia mengucapkan selamat tidur ke Sally lalu menaruhnya di samping bantal yang ia pakai.

“Sally, selamat tidur.” Sandra mencium pipi Sally lalu tertidur.

Tanpa diketahui Sandra, saat Sandra sudah sangat terlelap, Sally bergerak dan berebah di dekat Sandra. 

Selamat tidur, Mama. Terima kasih buat bajunya. Sally suka.

2 Gelang Couple

Pagi harinya.

Sandra terbangun dan melihat Sally berada dalam pelukannya. Ia menaruh Sally di tempatnya semula. Ia melihat jam. Jam delapan.

Sandra buru-buru mengganti pakaiannya. Ia tak sempat mandi karena takut terlambat. Dosen mata kuliah pagi ini lebih killer dari dosen kemarin. Mahasiswa yang datang terlambat dari dosen itu tidak akan diperbolehkan mengikuti mata kuliahnya.

Sandra mengambil tas ransel hitam miliknya dan mulai berlari. 

Ngos ... Ngos ...

Sandra mengatur nafasnya. Peluh bercucuran dari keningnya. Berlari dari tempat kosnya menuju kampus menyita staminanya.

Sandra tiba di depan gedung tempat ia akan menerima mata kuliah. Sandra juga melihat dosen killer dari ruang dosen itu akan menuju ke kelas. Sandra berlari secepat kilat menuju lantai tiga. 

Fiuh ... Aku selamat. 

“Sandra, sini.” Retno, teman Sandra memanggil. Ia sudah menyiapkan satu kursi kosong untuk Sandra.

“Terima kasih.” Sandra duduk di sebelah temannya itu.

“Aku pikir kamu bakal terlambat.”

“Hampir. Aku tadi lihat bu Wati keluar dari ruang dosen.”

Tak lama kemudian bu Wati masuk ke dalam kelas dan mulai mengajar. Tampak ada mahasiswa yang terlambat tetapi tidak berani masuk kelas karena memang seperti itu perjanjian di awal mata kuliah. Bu Wati sudah memberitahu mahasiswanya jika tidak boleh terlambat dan harus masuk kelas sebelum dirinya.

Tapi mahasiswa itu tetap berada di dekat kelas. Tidak bisa masuk kelas bukan berarti tidak bisa mendengarkan mata kuliah yang disampaikan bu Wati. Mahasiswa itu duduk di lantai di luar kelas dan mendengarkan perkuliahan dari bu Wati.

Jam mata kuliah bu Wati sudah selesai. Sandra mulai membereskan buku-bukunya. Ia akan menuju ke lantai dua untuk mata kuliah berikutnya. Sedangkan Retno, teman Sandra akan menuju gedung lain di sebrang. 

“Nanti siang kita ketemu di kantin Bu Welas," kata Retno.

“Ok.”

Sandra dan Retno berpisah. 

Di kantin Bu Welas.

Sandra dan Retno memesan makanan mereka.

“Nasi rames dua.” Sandra dan Retno lalu mengambil tempat di tengah.

“Kemarin aku beli boneka.” Sandra mengeluarkan ponsel miliknya dan memamerkan Sally. “Kamu tahu harganya berapa?”

“Lima ratus ribu,” tebak Retno. Ia melihat boneka yang terbilang bagus.

“Salah.”

“Tiga ratus ribu.”

“Salah juga. Harganya cuma empat puluh ribu.”

“Dasar tukang tawar.” 

Mereka tertawa bersamaan.

Selesai makan, Retno menemani Sandra membeli beberapa lembar kain dengan motif manis khas anak-anak. Sandra ingin membuat pakaian lagi untuk Sally.

Sally membeli setengah meter untuk setiap motif yang ia beli. Ada motif cherry, motif stroberi dan juga motif bintang. Sandra juga membeli renda ukuran kecil dan kancing warna untuk pemanis.

“Aku iri sama Sally. Aku mau ketemu dia.”

“Boleh. Sally ada di kos kok.”

Di kamar kos.

Retno melihat Sally. Ia menggendong Sally, mencubit Sally. Tiba-tiba Retno melempar Sally. Ia tadi seperti melihat kemarahan di wajah Sally.

“Ret, jangan rusak Sally ya.” Sandra sibuk lagi dengan mesin jahitnya. Ia sedang membuatkan gaun cantik buat Sally. 

Retno merasa ngeri. Ia meletakkan Sally ke tempatnya semula. Bulu kuduknya merinding. Ia lalu pamit pulang. “Aku pulang dulu.”

“Iya, hati-hati di jalan.”

Sandra selesai menjahit gaun motif cherry dan mengenakannya ke Sally. Sekali lagi Sally terlihat tersenyum. Sandra terkejut dan tidak mempercayainya. Pasti cuma halusinasi.

Sandra mulai membuat gelang kecil dari mutiara putih untuk Sally dan dirinya. Ia lalu mengenakannya ke tangan mungil Sally dan ke tangannya sendiri.

“Sally, kita couple-an gelang.” Sandra mendekatkan tangan kirinya ke tangan kanan Sally.

3 Membunuh Tanpa Membunuh

Keesokkan harinya.

Ada video masuk di ponsel Sandra dari nomor yang tidak dikenal. Video tidak senonoh Wally dengan wanita bukan dirinya. Sandra sangat shok.

Ia tidak percaya itu Wally. Sandra mencoba menghubungi Wally dan mereka berencana bertemu di kafe Blessing.

Sandra melihat Wally yang merasa bersalah.

“Apa pria di video ini kamu?” tanya Sandra. Wally terlihat gugup. Masuk video lain di ponsel Sandra. Video Wally dengan wanita lainnya lagi. Bukan wanita yang sama di video pertama.

Darah Sandra mendidih sampai ke puncak. “Jawab aku. Ini kamu?”

“Betul.” Wally mengaku.

“Apa maksudmu melakukan ini dengan wanita lain?” Sandra mulai menangis.

“Aku sudah bosan denganmu. Kita putus.” Wally dengan seenaknya memutuskan hubungannya dengan Sandra.

Sandra emosi. Ia mengambil jus oranye di meja dan menyiramkannya ke wajah Wally.

Wally ikut emosi. Ia berbisik di telinga Sandra. “Jangan membuatku marah. Ingat! Aku punya foto-foto pribadimu,” ancam Wally.

Sandra tersentak. Wally sering memotretnya diam-diam saat mereka melakukannya dan saat ia tertidur dengan tubuh polosnya.

Sandra terdiam. Ia tidak menyangka itu akan menjadi senjata Wally untuk mengancam dirinya. Ia tidak berdaya.

“Minuman ini aku yang traktir. Aku anggap ini hadiah perpisahanku untukmu.” Wally berlalu pergi.

WALLY!!! Sandra berteriak dalam hati. Ia hendak meluapkan emosinya. Tapi ia menahan diri. Ada banyak orang di kafe dan jika ada yang mem-video dirinya saat emosi akan bisa menjadi viral.

Sandra pulang ke rumah dengan bercucuran air mata. Tega sekali kamu. Aku sudah menyerahkan segala-galanya untukmu. Uangku, bahkan kesucianku.

Sandra benar-benar terayu oleh bujukan maut Wally. Dengan kata-kata manis Wally, Sandra jatuh dalam pelukan Wally yang berjanji akan menikahi dirinya.

Di kamar kos. Sandra menangis dan menangis. 

“Wally, kamu jahat. Aku benci kamu.” Sandra membanting ponselnya yang ber-wallpaper wajah Wally.

“Aku harap kamu mati ditusuk-tusuk pisau. Jantung dan ususmu keluar dari perutmu.” Sandra mengeluarkan semua emosinya.

Sandra tidak tahu perkataannya itu didengar Sally. Mama sedih karena Wally.

Malam hari. Sandra sudah tertidur karena capek menangis.

Di sebuah gang sempit.

Wally yang sedang mabuk sedang ditemani oleh kekasih barunya. Jalannya sempoyongan. “Malam ini nginap di rumahku ya?” Wally ingin tidur bersama wanita itu.

“Tentu saja.” Wanita itu memapah Wally. Ia juga tidak sabar dengan persatuan mereka.

Jalan mereka terhenti saat melihat ada boneka anak perempuan di depan mereka. Ada kemarahan di mata boneka itu.

Tiba-tiba sebuah pisau terbang dan menusuk perut Wally berulang kali. Wally merasa sangat kesakitan. Ia jatuh.

Luka di perutnya semakin besar. Usus dari dalam perut Wally mulai terlihat dan keluar. Pisau itu mulai bergerak ke arah jantung Wally. Wally menjerit kesakitan. "AKH ... AKH ..."

Sedangkan wanita itu berusaha menelpon polisi. Ia memegang ponsel dengan tangan yang gemetar.

“Polisi. To- to - long kami. Ada penusukan di gang Sempit.”

Wanita itu jatuh terduduk melihat Wally bersimbah darah dengan jantung dan usus yang keluar dari tubuhnya. Jantung itu terlihat masih berdenyut.

Polisi datang dan menutup tempat kejadian dengan lakban kuning hitam. Mereka mulai memotret lokasi kejadian dan bertanya ke wanita teman Wally.

“Katamu boneka yang melakukannya?” Polisi itu tidak percaya. Ia mulai menganggap wanita itu gila. 

“Jika tidak percaya, bapak bisa melihatnya di CCTV.”

Polisi itu sebenarnya sudah melihat CCTV tidak ada boneka yang dimaksud wanita itu. Wanita ini sudah gila.

Polisi lainnya masuk. Ia membisikkan sesuatu. “Sidik jari wanita itu ada di pisau yang digunakan untuk menusuk Wally.”

Polisi lalu melihat wanita itu dan menangkapnya. “Anda kami tahan karena terbukti bersalah atas pembunuhan Wally.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!