Di pertengahan tahun menjelang ramadhan seorang gadis bernama Zilla adya mutiara melangsungkan pernikahan dengan seorang laki - laki. Laki - laki yang di kenalnya hanya beberapa bulan saja.
Walaupun terbilang sebentar tapi benih - benih cinta tumbuh begitu cepat. Karena gadis itu tidak mau bergelimang dosa terlalu lama.
Akhirnya dia memintanya untuk segera melamarnya. Dalam waktu yang singkat akhirnya dia melaksanakan pernikahan dengannya.
Pada saat itu keduanya tidak menggelar resepsi pernikahan yang mewah. Karena mereka pikir itu tidak terlalu penting.
Setelah menikah dia memutuskan untuk berhenti bekerja. Akan lebih baik dia mengurus kehidupan rumah tangganya suami dan anak - anaknya kelak.
Dua hari setelah pernikahanku kedua orang tua Zilla pergi kekota di tempat usaha keluarga kami di jalankan.
Kini tinggal hanya Zilla seorang diri disini. Apa yang bisa di lakukannya saat ini. Karena hidupnya saat ini ada bersama suaminya yaitu zidan arga putra.
Dua hari setelah pernikahan Zilla telah di bawa oleh suami untuk tinggal bersama orang tuanya.
Saat ini orang tua zidan kini hanya tinggal ibu saja. Ayah zidan sudah meninggal sewaktu mas zidan berusia 2 tahun.
Bagi orang tua Zilla kalau anaknya sudah menikah maka orang tuanya membiarkan anaknya membina rumah tangga tanpa campur tangan mereka lagi.
Jujur saat ini Zilla masih ingin tinggal bersama orang tuanya. Tapi Zilla harus mematuhi zidan. Karena saat ini dia sudah menjadi istrinya.
Pagi itu sebelum zidan berangkat kerja dia mengatakan bahwa sore ini Zidan akan pindah ke rumah orang tuanya.
"Zllla, sore ini mas harap kamu sudah siap pindah ke rumah ibu".
"Zilla, sudah siap kok mas", ucap Zilla dengan singkat.
"Oke, nanti sore setelah mas pulang kerja, kamu juga sudah membereskan semua barang - barangmu".
"Baik mas, Zilla akan bereskan semua. Sangat berat rasanya meninggalkan rumah ini. Tanpa sengaja air matanya keluar pada tempatnya membasahi pipinya.
Ternyata berperang dengan hati sendiri lebih susah dari pada yang lain.
Tapi apa boleh buat hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.
Setelah kepergian zidan Zilla pun memilih baju - baju yang harus di bawa kerumah mertuanya.
Zilla tidak membawa semua baju - bajunya. Hanya beberapa saja yang di bawa.
Zilla belum terlalu mengenal orang tua zidan. Tapi sedikit di perhatikan orang tuanya sangat menyayangi zidan.
Zilla punjuga harus tahu diri. Tidak mungkin zidan akan menjadi miliknya seutuhnya.
Memang surga seorang istri ada pada suaminya sedangkan surga suami ada pada ibunya.
Zilla tidak lupa tentang hal itu. Kadang - kadang dia berfikir ada yang hilang dari zidan yang dulu dia kenal.
Sebelum menikah zidan memperlakukan Zilla dengan sangat baik . Saat itu Zilla benar - benar percaya bahwa kalau zidan sangat mencintanya.
"Kenapa saat ini sikap Zidan tidak seperti dulu lagi.
Bahkan Zilla hampir kehilangan sosoknya yang lembut dan perhatian. "Mungkin itu hanya perasaan ku saja.
Zilla berusaha untuk menghibur dirinya sendiri dengan bersikap semuanya baik -baik saja.
Azan zuhur pun telah berkumandang. Zilla pun segera keluar dari kamarnya. Tapi sebelum dia keluar Zilla memberi sedikit riasan bedak dimukanya.
Agar tidak terlihat seperti sedang menangis tidak lupa pula hijab instan yang di kenakannya. Sesampai di luar Zilla di goda oleh adik - adiknya. "Cie...cie.....cie...... Yang pengantin baru suka berlama - lama di kamar ?"
"Sudah jangan di godain terus kak zillanya,ucap ibuku. Kamu kenapa zilla sepertinya kamu sedang menyimpan sesuatu. Apakah kamu bertengkar dengan suamimu?"
"Bu, zilla baik - baik saja kok. Ibu kenapa sih yang namanya pengantin baru wajarlah zilla seperti itu".
Melihat tingkah sang ayah zilla hanya tersenyum kecut. "Tuh kan benar zilla aja sampai tersenyum - senyum begitu".
"Oh ya zilla kamu kan sudah menikah semoga saja kami bisa menimang cucu secepatnya itulah yang di ucapkan oleh ayahnya pada putri cantiknya itu.
"Bagaimana bisa cepat sementara mas zidan sikapnya ke aku sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari bongkahan es antartika", bathin Zilla.
Dengan cepat Zilla segera kekamar mandi untuk segera berwudhu karena waktu shalat zuhur telah tiba.
"Ayah ibu zilla shalat dulu. Setelah berpamitan Zilla meninggalkan keluarganya yang ada di ruang keluarga.
"Ku bentangkan sajadah dan mukena yang merupakan maharku dari mas zidan dua hari yang lalu".
Zilla pun memulai shalat. Lebih dari tiga puluh menit zilla menghadap sang khalik".
Sesudah shalat zilla memanjatkan ribuan doa. Aku berharap setiap doaku semoga saja pernikahanku dengan mas zidan di ridhoi oleh allah swt.
" ya allah, hamba mohon kembalikan kelembutan yang di miliki mas zidan untuk hamba, ya allah jika ini awal dari ujian rumah tangga hamba, hamba mohon luaskan lah kesabaran yang hamba miliki saat ini. Ikhlaskan hati ini untuk menerima baik buruknya ".
Doa yang zilla panjatkan pada sang pencipta alam semesta ini. Setelah mengakhiri doanya zilla kembali melipat seperangkat alat shalatnya itu.
Akhirnya Zilla keluar dari kamar tapi sebelumnya dia mengecek ponselnya berharap zidan memberinya kabar.
Sebagaimana layaknya pengantin baru yang selalu ingin bersama. Saat Zilla membuka layar ponselnya ternyata tidak ada kabar tentang zidan.
Ingin rasanya dia menghubungi dan bertanya padanya apakah dia sudah shalat atau belum sudah makan atau belum.
Namun ada perasaaan takut. Takut kalau zidan akan bertambah marah padaku.
Akhirnya Zilla letakkan ponselnya di nakas. Zilla pun segera keluar kamar dan tidak lupa menggunakan hijab instannya.
Sementara di tempat zidan.
Saat ini zidan benar - benar sibuk. Sampai - sampai ia tidak keluar dari ruangannya.
Zidan dengan fokus terus menatap layar komputernya. Tiba - tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok....tok......tok.....!
"Masuk.....! "Ucap zidan dari dalam".
CEK LEK ! "Eh zidan. Kamu tidak istirahat dulu dan, ucap azzam".
Azzam merupakan sahabat baik zidan. Tanggung zam kerjaan aku tinggal sedikit lagi.
"Dan, kenapa kok kamu tiba - tiba bisa secepat itu menikah sama zilla.
kan kamu kenal zilla belum juga lama".
"Kasihan lo dan anak orang, kamu udah menyentuh zilla belum, tanya azzam dengan penasaran".
"Belum zam, kamu jangan pernah bilang ke zilla kalau umur aku tu sudah tidak lama lagi".
Azzam begitu terkejut mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Wah kamu tega bangat sama zilla dan, mau gimana lagi zam aku pengen disaat aku tiada nanti zilla masih belum ku sentuh".
"Dan itu sama saja kamu menyiksa diri kamu sendiri dan juga zilla".
"Eh pada enak nih ngerumpi ikutan dong ucap anisa. Ayo nisa kesini ajak azzam. Anisa pun melirik jam tangannya, eh kalian belum shalat kita shalat dulu setelah itu kita lanjut ngerumpi lagi celetuk anisa".
Sudah seharian zilla merenungi apa yang terjadi setelah penikahannya dengan zidan. Mestinya Zilla merasa bahagia bisa menikah dengan zidan.
Tapi kok malah sebaliknya. Zilla melamun di jendela kamarnya. Di jendela kamar yang pandangannya menuju sebuah taman yang berada di belakang rumah.
Taman bunga yang di buat oleh zilla. Tak terasa waktu berjalan hari telah berganti sore. Zilla mulai beranjak dari tempat duduknya.
Zilla segera membersihkan badan. Ia ingin terlihat lebih segar disaat zidan pulang dari kantor.
Setelah membersihkan badan Zilla menyegerakan shalat asar. Dalam setiap sujudnya tak pernah lupa olehnya untuk mendoakan zidan.
"Aku berharap semoga mas zidan bisa seperti dulu lagi". Sama halnya seperti biasanya kalau zilla shalat selalu lama.
Karena sesudah shalat zilla selalu berzikir untuk menghilangkan beban fikirannya.
Tak menunggu beberapa lama terdengar olehnya deru mobil zidan. Dengan wajah yang segar dan sedikit riasan bedak menambah segar aura wajahnya ketika menyambut suaminya pulang.
Ia pun berjalan keluar untuk menghampiri zidan. Dengan perasaan bahagia Zilla menyambut suaminya pulang.
Zilla meraih punggung tangannya dan mencium dengan penuh cinta. Saat ini Zilla tidak peduli dengan perasaannya.
Ia mencoba untuk tersenyum. Namun sikap zidan masih tetap dingin dan kaku.
"Zilla apa kamu sudah siap. Sudah mas semuanya sudah siap. Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang".
Sore itu Zilla meninggalkan kediaman orang tuanya.Zilla berpamitan pada orang tuanya.
"Ayah ibu zilla pamit ya. Ibu dan ayah jaga kesehatan ya ingat jangan sampai sakit".
"Iya sayang, kamu jaga diri baik - baik disana ya. Jadilah menantu yang baik dan istri sholehah".
"Insyaallah bu zilla akan ingat semua nasehat ibu ini".
Begitu juga zidan yang berpamitan pada kedua orang tua Zilla. Ayah ibu zidan pamit ya,Zidan pun menyalami kedua orang tua Zilla dengan takzim.
" ya allah kuatkan hamba ", bathin zilla.
Zilla dan zidan sudah meninggalkan kediaman orang tua Zilla. Jarak antara kediaman orang tua Zilla dengan rumah zidan tidaklah terlalu jauh.
Hanya memakan waktu empat puluh lima menit dari rumah orang tua Zilla. Didalam perjalanan keduanya hanya saling diam.
Hening....!
zidan fokus sambil mengendarai mobilnya. Zilla hanya memandang keluar kaca mobil.
Zilla melihat kejalanan. Di sepanjang jalan Zilla melihat gedung - gedung tinggi. Sesekali Zilla menatap ke arah zidan.
zidan pun mulai berbicara memecah keheningan diantara keduanya.
"Zilla, apakah kamu menginginkan sesuatu ? Kalau memang ada itu di depan ada minimarket kalau kamu mau kita mampir sebentar".
"Iya mas, zilla ingin membeli sesuatu". Zilla pun turun untuk membeli beberapa kebutuhan pribadinya .
Setelah merasa cukup Zilla membayar pada kasir. Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan.
Dalam hati Zilla selalu bertanya - tanya ada apa dengan sikap zidan. Kenapa zidan berubah padanya .
Akhirnya Zilla sampai di rumah orang tua zidan. Zilla disambut oleh ibunya zidan. Zilla menyalami tangan mertuanya dengan takzim.
Kemudian kedua pun masuk kedalam rumah yang sangat sederhana.
"Aku memang telah memiliki mas zidan seutuhnya. Bahkan sebelum menikah mas zidan sangat mencintaiku".
"Tapi saat ini mas zidan berubah. Aku kehilangan sosok mas zidan yang dulu" bathin Zilla.
Ribuan tanda tanya seakan penuh dalam fikirannya. Zilla masih duduk di ruang tamu dengan berbagai macam fikiran. Kemudian ibunya zidan memerintahkan untuk membawa Zilla kekamarnya.
"Zidan bawalah istrimu kekamar. Kasihan dia. Mungkin zilla ingin istirahat".
"Iya bu, zilla ayo sekarang kita kekamar". Zilla mengikuti langkah kaki zidan. Sesampai di kamar ingin sekali Zilla bertanya padanya.
Tentang sikap dinginnya pada Zilla. Tapi Zilla berfikir lagi rasanya tidak mungkin untuknya bertanya saat ini.
Yang ada hanya akan membuat keributan antara keduanya. Zilla pun mengundurkan niatnya tadi.
Di kamar zidan begitu pun Zilla hanya diam. Waktu telah menunjukkan pul enam sore.
Sebentar lagi magrib Zilla mulai mengganti bajunya dengan baju rumahan.
Zilla mulai membereskan pakaiannya yang telah dia siapkan dari rumah. Dan tidak lupa pula dia mengeluarkan mukena yang merupakan mahar dari zidan. Sepintas lalu zidan menoleh padanya tapi hanya diam.
"Maafkan aku zilla bukan maksudku untuk menyakitimu. Aku hanya ingin kamu kuat disaat aku telah tiada nanti. Umurku tidak akan lama lagi".
"Aku tahu kamu sangat tersakiti dan terluka oleh sikapku. Aku pun juga sama zilla".
"Kamu begitu sempurna oleh kebaikan hatimu. Sekali lagi maafkan aku", bathin zidan sambil menatap istrinya.
Zidan pun keluar dari kamarnya menuju ruang kerjanya. Lagi - lagi zilla menetes air matanya. "Mas kalau tahu sikapmu seperti ini lebih baik kamu tidak melamarku saat itu".
"Aku sakit mas di perlakukan saat ini". Sampai saat ini zidan masih menyembunyikan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Setelah itu Zilla pun mandi. Hari ini Zilla sudah mandi tiga kali. Tapi tetap saja zidan menunjukkan sikap dinginnya pada Zilla.
Karena tidak enak dengan mertuanya. Zilla keluar dari kamar ingin membantu ibu mertuanya di dapur yang sedang memasak makan malam.
Zilla menghampiri ibu mertuanya. "Ibu, bolehkah zilla membantu ibu memasak? Tentu saja boleh zilla".
"Ibu masak apa? Ini ibu mau masak sayur sop dan ayam betutu".
"Oh zilla bantu ya bu", dengan cekatan Zilla membantu ibu mertuanya memasak. Zilla juga tidak lupa membuat makanan kesukaan zidan.
Walaupun zidan bersikap dingin padanya. Zilla tetap melayaninya dengan baik.
"Mungkin dengan cara seperti ini mudah-mudahan bisa merubah sikap mas zidan kembali seperti dulu lagi", bathin Zilla.
Tak terasa waktu magrib pun tiba, semua masakan telah selesai. Zilla juga telah menata semua masakan di meja makan.
Zilla segera pamit pada ibu mertuanya untuk segera shalat magrib.
"Ibu mertua zilla izin shalat magrib dulu ya, iya zilla hahaha.. Zilla....zilla... Kamu itu polos sekali sih nak" ..
Zilla kembali ke kamar dengan langkah yang terburu - buru. Sesampai di kamar Zilla tidak tahu kalau zidan ada di kamar mandi.
Dengan cepat Zilla memasuki kamar mandi, ingin berteriak tapi malu Zilla melihat zidan sedang buang air kecil.
"Maaf m-mas, zilla tadi buru - buru. Zilla kira mas belum pulang", ucapnya dengan lembut. "Apakah mas sudah selesai zilla juga mau wudhu".
Namun zidan hanya diam tak bergeming. Zilla kembali keluar dan menutup kembali pintu kamar mandi.
Akhirnya zidan keluar juga dan gantian sekarang Zilla yang masuk kekamar mandi untuk berwudhu.
Jauh dari dalam lubuk hatinya Zilla ingin shalat dengan imamnya sendiri yaitu zidan.
Zilla berharap semoga saja zidan menunggunya. Saat Zilla keluar dari kamar mandi. Ia melihat zidan sedang mencari peci.
Dengan cepat Zilla menyambar peci zidan dan memberikan padanya.
"Mas, zilla ingin shalat tapi mas zidan yang jadi imamnya apa boleh mas?"
"Boleh", hanya satu kata yang di ucapkan zidan tapi Zilla sangat bahagia. Akhirnya Zilla shalat di imami oleh imamnya suami yang sangat di cintai oleh Zilla.
Setelah shalat Zilla melihat zidan masih duduk diatas sajadahnya. Ia melihat zidan berdoa dengan khusyuk. Zilla tidak tahu apa doanya zidan. Namun Zilla mengamini setiap doanya.
Setelah selesai shalat Zilla tidak lupa mencium tangan zidan. zidan memberikan kecupan hangat di kening Zilla.
Ada rasa sedikit bahagia dalam hati ini. Walaupun sedikit tapi Zilla sudah sangat bahagia. " Zilla ingin lebih dari ini mas", bathin zilla.
Setelah selesai shalat Zilla merapikan mukena dan sajadahnya. Dan tidak lupa pula Zilla melipat sajadah zidan.
zidan mengajaknya keluar dari kamar. "Zilla, sekarang ayo kita keluar dari kamar. Kita makan dulu".
"Iya mas, Zilla menyahuti dengan sangat senang sekali. Ibu mertuaku juga sangat baik. Sesampai di meja makan Zilla duduk di samping zidan.
"Zilla ambilin ya mas, mas mau makan pakai apa? Tadi zilla masak makanan kesukaan mas", ucap nya dengan lembut.
"Apa saja zilla terserah kamu saja", Zilla meraih lauk kesukaan zidan dan meletakkan piring yang berisi nasi dan lauk kesukaan zidan ke hadapannya.
Kemudian Zilla mengambil jus lemon bercampur dengan madu. Zilla menuangkan ke gelas zidan.
Setelah selesai Zilla mengambil piring dan nasi untuknya.Zilla meraih lauk dan sayuran kedalam piring dengan secukupnya.
Saat semuanya pada makan hanya dentingan garpu dan piring yang terdengar.
Setelah selesai makan Zilla merapikan meja makan dan membawa piring kotor ke dapur Zilla pun mencuci piring bekas makan supaya tidak menumpuk esoknya.
Kehidupan rumah tangga Zilla cukup di bilang sederhana dan apa adanya. Kehidupan keluarga zidan tidak seperti kalangan orang kaya pada umumnya.
Dirumah ibu mertua Zilla tidak ada pelayan. Semua di kerjakan sendiri. Lagi pula rumah zidan tidak terlalu besar.
Setelah membereskan meja makan Zilla duduk - duduk di depan televisi. Untuk menghilangkan beban fikiran yang menumpuk.
Sedangkan zidan kembali kekamar untuk beristirahat.
Zilla menonton acara dakwah di salah satu stasiun televisi swasta. Dengan judul tentang kehidupan berumah tangga dalam kehidupan sehari - hari.
Dalam berumah tangga perjalanan itu tidak selalu mulus, tidak berjalan seperti di jalan tol. Sudah pasti banyak lika - liku kehidupan dan pahit manisnya yang di hadapi.
Dalam kehidupan berumah tangga tidak mudah membalikkan telapak tangan untuk menghadapi suatu masalah.
Setelah selesai menonton acara tersebut Zilla juga kembali ke kamar untuk beristirahat.
Zilla berjalan dengan hati - hati dan pelan - pelan sehingga langkahnya tidak terdengar oleh ibu mertuanya.
Saat tiba di depan pintu kamar terdengar oleh Zilla zidan sedang menerima telepon.
Zilla memperhatikan zidan berbicara. Sepertinya zidan membicarakan hal yang sangat serius.
📱 baiklah kalau seperti itu saya akan menemui anda saat jam istirahat kantor saya akan menemui anda.
Begitulah ucapan zidan dalam telepon. Setelah zidan menutup telepon Zilla mengetuk pintu kamar.
"Tok....tok...tok.... Assalamualaikum mas, apakah zilla sudah boleh masuk sekarang?"
"Masuklah !" Zilla pun memasuki kamar dimana tempat keduanya saling merebahkan diri di satu ranjang.
Tapi entah mengapa zidan tidak pernah menyentuh Zilla. Setelah keduanya menikah zidan berubah tapi Zilla tidak mau berprasangka buruk dulu.
Melihat dari sikap zidan yang irit bicara Zilla juga menyesuaikan dengan karakternya zidan saat ini.
Tapi jauh dari lubuk hati yang paling dalam zidan ingin sekali memeluk zidan bercumbu dengan zilla layaknya pasangan pengantin baru pada umumnya.
Tapi zidan tidak mau memberi bayang - bayang itu pada zilla yang pada akhirnya akan membuat zilla sedih.
"Aku melaksanakan shalat isya dengan sendiri". Sedih kecewa itu yang Zilla rasakan.
Kalau ingin bicara ada rasa gamang di dalam hati. Rasa takut untuk di tinggalkan.
Setelah shalat isya biasanya zilla sangat lama. Ia selalu mengeluarkan keluh kesahnya disaat ia selesai shalat.
Setelah selesai zilla pun melipat mukena dan sajadahnya. Zilla melihat zidan sudah tertidur pulas.
Dia pandangi wajah zidan sampai mata i terpejam dengan sendirinya. Zilla melakukannya setiap malam saat sikap zidan berubah dingin padanya.
Mungkin dengan cara memandang wajahnya bisa mengobati rasa rindu ingin bermanja dengannya.
Hanya itu yang bisa di lakukan saat ini oleh Zilla. Dan mungkin juga lebih baik . Tiba - tiba ponsel Zilla berbunyi.
Kring....kring....kring....
Zilla meraih ponselnya. Nada deringnya tidak begitu nyaring sehingga tidak menganggu zidan yang sedang tertidur.
Zilla pergi ke balkon rumah untuk mengangkat telepon agar tidak menganggu zidan yang sudah tertidur lelap.
Aku menggeser tombol hijau yang ada di ponselku.
📱assalamualaikum bu
📱walaikumsalam zilla
📱ibu hanya mengabarkan padamu besok pagi ibu dan ayah akan kembali ketempat usaha kita nak)
📱 ibu berangkat pukul berapa?
📱 kira - kira pukul sembilan pagi nak
📱nanti zilla akan menyusul ibu
📱 tapi kamu izin dulu sama suamimu zilla, jangan nain pergi - pergi saja tanpa izin darinya
📱 iya bu besok zilla akan izin sama mas zidan
📱 iya ibu tutup dulu ya, oh ya lupa titip salam sama mertuamu disana ya tolong sampaikan maaf ibu
📱 iya bu nanti akan zilla sampaikan pada ibu mertua
Panggilan pun terputus Zilla kembali kekamar untuk melanjutkan tidurnya.
Disaat sudah di atas ranjang entah kenapa mata ini sulit untuk terpejam. Dia pandangi lagi wajah suaminya.
Zilla melihat wajah zidan sekarang agak sedikit kurus dan pipinya yang tirus.
Zilla mulai bertanya dalam hati. "Apakah mas zidan sakit ya? Kalau memang sakit kenapa mas zidan tidak mau berbagi denganku",gumam Zilla.
Memikirkan semua itu membuatnya semakin bersalah. Zilla merenungi semuanya dengan apa yang terjadi saat ini.
Ingin rasanya Zilla menyentuh wajah tampan suaminya. Tapi entah kenapa Zilla tidak ada keberanian untuk menyentuhnya pada hal zidan itu halal untuk di sentuh bahkan dirinya ini miliknya.
"Aku merasa menjadi istri yang tak dianggap oleh suamiku sendiri", gumam Zilla drngan lirih. Waktu menunjukkan sudah pukul dua dini hari karena mata ini tak kunjung terpejam Zilla berniat untuk shalat malam.
Zilla pun turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk mensucikan diri.
Zilla melaksanakan shalat tahajud. Zilla memohon pada yang maha kuasa, "semoga saja mas zidan baik - baik saja".
"Dan juga semoga mas zidan bisa membagi rasa yang ada dalam hatinya padaku".
"ya allah, kuatkan lah pundak ini untuk memikul semuanya. Lindungilah suami hamba dari segalanya.
Zilla pun menangis sesegukan.
Tanpa zilla sadari dari tadi zidan mengetahi apa yang di lakukan oleh istrinya itu. Zidan terbangun saat ponsel zilla berbunyi.
Tapi zidan tidak ingin menanggapinya. Zidan pun meneteskan air mata saat zilla mendoakan yang terbaik untuk dirinya
Saat ini zidan sangatlah bersalah dalam hal ini karena memendam semuanya sendiri.
"Zilla, maafkan aku bukan ingin menyakitimu tapi usiaku mungkin tidak akan lama lagi".
"Aku ingin disaat ku sudah tiada kau tidak terlalu berlarut- larut dengan kepergianku maafkan aku sayang".
Zidan pun kembali pura - pura tidur.
Setelah merasa enakkan zilla pun merapikan mukena dan sajadahnya. Ia pun tertidur di sofa mungkin karena saat ini zilla sangat lelah dengan jalan hidupnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!