NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Dewa Waktu

Replay

Beberapa tubuh membusuk bangkit, berjalan tanpa jiwa, tulang mereka bahkan ada yang terlihat. Ada juga yang menampakkan sedikit organ dalam. Terinfeksi virus Alfa dominan penyebabnya.

Hal ini terjadi pasca tsunami, sebuah laboratorium bawah tanah hancur. Membuat hewan percobaan dan mutan melarikan diri.

Krak!

Sebuah teng melindas tubuh manusia yang telah terinfeksi virus alfa, orang-orang yang telah menjadi zombie sepenuhnya.

"Tembak!" perintah seseorang yang tengah berada dalam teng.

Duar!

Suara ledakan kembali terdengar, disertai suara tangisan dan rintihan dari manusia yang belum terinfeksi virus Alfa dominan.

Tapi apa yang terjadi, seorang wanita terbang, memiliki sayap menyerupai sayap kelelawar. Sayap mamalia yang ditanamkan padanya. Bangsa mutan? Itulah dirinya, merobek teng baja menggunakan jaring laba-laba yang ditarik oleh puluhan laba raksasa. Benang tajam yang dapat memotong apapun.

"Agghhh! Tolong!" Teriak tentara yang ada di dalam sana kala para laba-laba raksasa menyuntikkan racunnya. Racun pelumpuh, menjadikannya manusia stok makanannya untuk berkembang biak.

Tidak dapat bergerak seseorang diantara mereka dicabik-cabik oleh laba-laba raksasa yang berbagi makanan, ada yang merobek tangan, kaki, bahkan kepala manusia hidup. Inilah kiamat, tempat ibadah dipenuhi oleh manusia. Namun, beberapa mutan dengan bentuk aneh masuk, suara teriakan lebih memilukan terdengar.

Tidak ada yang menyadari di tengah darah yang semakin banyak menggenang. Seseorang berdiri di sana, dewa waktu. Dirinya ditugaskan oleh kaisar langit untuk menghentikan kiamat.

Tapi apa yang dapat dilakukan oleh seorang dewa? Mereka terlalu banyak, membunuh semuanya berarti manusia di tempat ini juga akan musnah.

Dirinya bergerak cepat menyelamatkan satu persatu manusia dari reruntuhan. Seorang anak kecil dalam puing bekas tembakan teng, pekerja dengan besi bekas bangunan tertancap di kakinya. Mereka dibawanya pada puncak gedung tertinggi.

Sebuah strategi yang disusunnya. Meletakkan manusia yang hidup dalam puncak gedung tertinggi. Kemudian memusnahkan semua zombie dan mutan yang ada di bawah sana.

Dewa waktu, melakukan teleportasi dalam sekejap mata.

"Tolong..." Rintih seorang tentara dengan tubuh terjepit reruntuhan bangunan. Pemuda dengan rambut hitam panjang, dilengkapi dengan tanda api biru pada dahinya tersebut, mengangkat beton yang cukup besar untuk menyelamatkan sang tentara.

Namun, kala sang tentara hendak bangkit.

Srak!

Raja dari para mutan muncul, memisahkan kepala dari tubuh sang tentara menggunakan pedang yang dibawanya. Cipratan darah yang mengenai pipi sang dewa.

Berbeda dengan mutan lainnya, raja para mutan terlihat normal seperti manusia biasanya. Menggenakan pakaian perang, dilengkapi dengan pedang panjang. Yang dijilat olehnya dengan lidah bagaikan ular.

Mata merah yang indah, rambut hitam, benar-benar kharisma yang mengerikan.

"Kamu siapa?" Tanya sang raja mutan.

"Seseorang yang diutus untuk memenggal kepalamu!" Jawaban dari sang dewa waktu mengeluarkan pedangnya.

Kecepatan yang tinggi pertarungan sengit terjadi.

"Time keep!" Sang dewa waktu berucap, terlihat sinar putih dimatanya waktu terhenti.

Dirinya hendak menebas tubuh raja mutan, kala sang raja tidak bergerak. Tapi apa bisa?

Brak!

Ini bukan masalah waktu sang raja mutan dapat bergerak dengan kecepatan kurang dari 0,1 detik. Menghentikan waktu? Hanya sedikit memperlambat sejatinya.

Sang dewa waktu terhempas, tubuhnya terbentur bahkan hingga menembus beberapa gedung.

Raja mutan, itulah istilah yang ada di kalungnya. Sama seperti semua makhluk yang ada di tempat ini. Semuanya adalah hasil dari percobaan manusia yang berhasil kala mencoba menentang hukum alam.

Percobaan yang dikurung dalam laboratorium raksasa. Tapi sayangnya laboratorium itu hancur diterjang Tsunami, menyebabkan kekacauan di seluruh penjuru dunia.

Raja mutan tersenyum rambut hitam dengan pupil mata merah. Kekuatan yang menyaingi dewa, tapi sayangnya makhluk ini bagaikan tidak memiliki hati.

"Time skip!" Dewa waktu kembali mengeluarkan kemampuannya. Tubuhnya yang terluka pulih dengan cepat."Lumayan..." ucap sang dewa waktu menyeka darah di ujung bibirnya.

"Lumayan? Aku sekarang yang bertanya kamu siapa?" Tanya sang raja mutan kali ini.Mengeluarkan pedang berbentuk tulang beracun dari telapak tangannya sendiri.

"Dewa waktu, aku ditugaskan untuk menghentikan kiamat---" Kalimat sang dewa waktu disela. Raja mutan malah tertawa.

"Kita memiliki tujuan berbeda." Gumamnya kembali tersenyum.

Serangan bertubi-tubi dilakukannya. Sang dewa waktu yang memang tidak ahli dalam pertarungan memilih menghindar.

Namun, apa bisa terus seperti ini?

"Tolong!" Teriakan anak kecil samar terdengar, dirinya membulatkan matanya. Dua orang yang baru ditolongnya masih berada di atas gedung, tengah digerogoti oleh makhluk menyerupai daging busuk. Manusia yang telah terinfeksi virus Alfa dominan.

Darah mereka mengalir, zombie yang memakan daging manusia, bahkan organ dalamnya. Ini gila! Hal yang bahkan tidak pernah dilihatnya di dunia surga atau alam bawah (neraka).

Samar raja mutan menyeringai, melihat adanya celah.

Srak!

Tubuh dewa waktu dikoyak pedangnya. Bahkan kala sang dewa roboh, tidak diperbolehkan bangkit sama sekali.

Srak!

Srak!

Srak!

Tubuhnya ditikam belasan kali menggunakan pedang."Time skip!" Dewa waktu kembali memulihkan diri. Tapi tubuhnya kembali ditikam, wajah indah raja mutan bagaikan tidak mengenal belas kasih. Hingga energi sang dewa waktu hampir pada batasnya.

"Kenapa?" tanyanya pada sang raja mutan. Ingin mengetahui kenapa dunia ini hendak dihancurkan olehnya.

Raja mutan, seseorang yang bahkan tidak dikenalnya itu tersenyum.

Dhuar!

Suara bom nuklir terdengar. Mungkin beberapa ratus kilometer dari tempat mereka berdiri saat ini. Gelombang kejut yang mencapai tempat mereka saat ini.

Sang raja mutan menyeringai dirinya masih dapat tersenyum. Walaupun banyak dari rasnya yang mati, akibat bom nuklir yang dijatuhkan manusia."Ini karena, seperti nuklir tadi. Kami adalah senjata yang hidup." Bisiknya pada sang dewa waktu.

Brak!

Raja mutan memukul punggungnya, bahkan cekungan di tanah terlihat. Hampir semua tulang rusuk sang dewa waktu patah. Tulang dewa yang sejatinya terbuat dari berlian.

Tidak dapat bangkit sama sekali. Dirinya tidak memiliki pilihan lain. Satu jurus yang akan mempertaruhkan nyawanya sebagai manusia rapuh."Replay..." bisiknya sebelum tubuhnya lenyap.

Segalanya bagaikan terulang kembali. Mulai dari orang-orang yang menjadi zombie akibat virus alfa dominan. Hingga bencana tsunami yang meluluh lantakkan pusat penelitian, juga mutan dan virus berbahaya belum terlepas.

Aliran waktu bagaikan hujan yang kembali. Tubuh sang dewa waktu telah rusak. Karena itu dirinya akan kembali ke masa lalu, akan memasuki tubuh orang mati.

*

15 tahun lalu, tempat lain.

Kala dirinya terbangun. Satu hantaman di kepala yang didapatkannya. Dirinya menatap seseorang yang tersenyum padanya. Pria bengis bagaikan ingin membunuhnya. Tapi dirinya tidak salah lihat kan? Kenapa orang ini jeleknya seperti b*bi?

"Kamu hanya anak hasil perselingkuhan ayahku? Kenapa kamu fikir kita kakak adik!?" Bentak pria ini kembali mengayunkan tongkatnya.

"Time keep..." Dirinya hendak menggunakan kemampuannya. Tapi sayangnya tidak bisa, tubuh manusia ini terlalu lemah.

Cuh!

Pria itu meludahinya. Tapi, seorang anak perempuan bermata merah dengan rambut hitam tiba-tiba menghentikan mereka.

"Pergi! Atau aku laporkan pada guru!" Teriak sang anak yang duduk di sekolah menengah pertama. Membuat sekelompok anak yang membully-nya itu lari.

Entah kenapa dewa waktu terpaku. Anak perempuan ini seperti raja mutan. Tidak mungkin kan? Bukankah raja mutan yang dilawannya adalah pria berotot!?

"Andrew (tubuh baru dewa waktu)! Kamu tidak apa-apa?" tanya sang anak perempuan, memori dari tubuh barunya, yang kembali pada 15 tahun lalu belum dibaca sepenuhnya olehnya. Anak perempuan yang menutup luka di pelipisnya menggunakan sapu tangan. Luka fatal yang seharusnya membuat pemilik tubuh asli mati.

"Apa kamu sudah mau menerima perasaanku? Aku menyukaimu." Tanya anak perempuan itu, membuat sang dewa waktu bergidik ngeri.

*

*

🍀Karya ini merupakan karya jalur kreatif

Balas Dendam

Darah masih menetes dari pelipisnya. Dirinya menelan ludah menatap wanita berumur belasan tahun di hadapannya. Bukan hanya wajah yang mirip, tapi warna dan bau energi yang sama dengan raja mutan.

Namun bukankah raja mutan seorang pria dengan pakaian perang? Apa mungkin hanya aura energi yang sama?

Tapi kepalanya sakit, benar-benar terasa sakit. Ini tubuh manusia yang rapuh, Reply... kemapuan yang dapat digunakannya jika tubuh dewanya hancur. Hanya dapat memasuki mayat pada masa yang acak, tubuh yang juga tidak dapat ditebak olehnya.

Namun, jika ingin kemampuannya kembali. Tubuh ini harus dilatih olehnya untuk kembali menjadi dewa.

Terdiam dalam lamunannya. Kala wanita ini dalam perjalanan membawanya ke ruangan kesehatan. Tempat ini merupakan sekolah menengah pertama. Sang dewa waktu mengamati jemari tangannya, terlalu kecil. Dirinya memasuki tubuh remaja berusia belasan tahun.

Beberapa orang berbisik-bisik membicarakan dirinya yang dipapah oleh, wanita ini. Wanita yang entah siapa, tapi aura yang sama memang dengan raja mutan yang membunuhnya, sebelum melakukan replay.

"Ara, dia menolong Andrew lagi?"

"Andrew, si sampah sekolah ini?"

"Anak haram, idiot, ditambah dengan tidak berbakat melakukan apapun. Andrew itu bukan sampah. Tapi truk sampah."

Mereka menertawakannya. Apa pemilik tubuh ini begitu lemah, bahkan bodoh? Mungkin itulah yang ada dalam benak sang dewa waktu.

Hingga wanita yang memapahnya ini tersenyum menoleh ke belakang, menatap tajam pada orang-orang yang menghina dirinya."Bisa kunci mulut kalian? Sebelum aku menjahitnya dengan gembok?"

Kata-kata yang benar-benar sadis. Ini benar-benar dia kan? Raja mutan di masa depan yang membunuhnya? Sekali lagi rasa trauma masih ada. Bagaimana tidak? Tubuh dewa dengan tulang yang terbuat dari berlian dihancurkan dengan satu pukulan oleh raja mutan.

Jemari tangan yang lemah, senyuman lembut, bibir tipis, rambut panjang, pupil mata berwarna merah, ditambah dengan tubuh wanita ini, yang benar-benar tubuh wanita. Berbeda dengan raja mutan, dengan aura menyesakkan bagaikan melihat dewa perang. Kenapa harus dirinya yang dikirim untuk menghentikan kiamat? Itulah yang ada di benak dewa waktu. Dewa yang sejatinya paling pemalas jika berurusan dengan hal-hal seperti ini.

Tapi senyuman menyungging di wajahnya kala menyadari satu hal. Membunuh raja mutan lebih awal akan menghentikan perang antara manusia dan mutan di masa depan, kemudian tinggal mencari cara untuk kembali ke dunia langit.

Memasuki ruangan kesehatan, kepalanya diobati oleh wanita yang baru diketahui olehnya. Wanita dengan nama Ara.

Kala itulah dewa waktu meraih pisau bedah hendak menikam jantung wanita ini. Tapi kala dirinya diobati, Ara menatap matanya."Pupil matamu berubah menjadi biru."

Wanita itu menghela napasnya, mengacak-acak rambut Andrew."Setelah ini kita periksakan ke dokter ya? Nanti sore aku akan menjemputmu."

Andrew tertegun, apa dirinya salah paham? Mungkin bukan wanita ini, raja mutan mungkin orang lain. Orang sebaik ini tidak mungkin dapat memenggal kepala orang.

"Iya..." Tangannya kembali meletakkan pisau bedah, terdiam dalam keraguan.

Bip!

Suara mendengung di kepalanya. Dirinya mulai dimasuki oleh ingatan dalam otak pemilik tubuh asli. Pemilik tubuh asli bernama Andrew, anak haram dari keluarga kaya. Tapi sayangnya diusir dari rumah karena tidak memiliki bakat di bidang akademik, sering terkena perangkap saudara-saudara tirinya.

Pria nol besar, semua nilai ujiannya selalu nol. Satu-satunya keberuntungannya hanya tidak sengaja menyelamatkan nyawa Ara, dua tahun lalu. Yang hampir bunuh diri dengan menjatuhkan tubuhnya dari gedung.

Ara sendiri, nona muda dari keluarga berada. Sayang sekali kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan. Hingga dua tahun lalu Ara mencoba untuk mengakhiri hidupnya menyusul orang tuanya.

"Jadi, aku masuk ke tubuh pecundang? Sampah dengan darah kotor hasil perselingkuhan? Nol besar? Benalu yang bergantung pada wanita?" Gumam dewa waktu, lebih tepatnya Andrew. Merasa depresi dengan tubuh yang dimasukinya.

"Kamu bilang apa?" Tanya Ara padanya.

"Bukan apa-apa." Andrew memijit pelipisnya sendiri.

*

Matahari terbenam kala itu, dirinya baru saja melangkah hendak pulang. Benar-benar memikirkan bagaimana cara menghentikan kiamat yang akan terjadi 15 tahun dari sekarang, hanya dengan tubuh rapuh seseorang yang sering disebut idiot.

Tetap melangkah hingga dirinya terhenti. Pria yang jeleknya seperti b*bi, kini ada di hadapannya. Membawa orang-orang yang beberapa jam lalu menghajar dirinya.

Berusaha mengingat wajah itu, menggunakan ingatan dalam otak Andrew. Dia adalah Boy, saudara tiri dari istri sah, seseorang yang sering menindas pemilik tubuh asli. Jika ditelisik lagi, bahkan pemilik tubuh asli pernah dipaksa memakan kotoran.

"Gila! Mengingatnya saja aku mual." Gumam Andrew, atau lebih tepatnya dewa waktu. Berusaha tersenyum, walaupun sulit, ingin muntah rasanya mengingat tubuh ini pernah dipaksa menelan kotoran.

"Mengingat apa!?" Tanya Boy, membawa sebatang kayu hendak menghajarnya lagi. Tentu saja ini menyenangkan, saudaranya yang lain tidak tampan, tapi pintar. Punya hak apa seorang anak haram punya wajah tampan? Jadi lebih baik dibuat cacat saja, itulah yang ada dalam fikiran Boy.

"Mengingat, bagaimana manusia hina sepertimu menyuapiku dengan kotoran." Andrew tersenyum, dirinya seorang dewa yang telah hidup puluhan ribu tahun. Mendapatkan pencerahan, tidak pernah sehina ini, hingga memasuki tubuh seseorang yang dipaksa memakan kotoran.

"Hey! Kamu hanya peliharaan dengan darah yang kotor. Jadi, kotoran memang makanan yang pantas untukmu. Aku masih ingat bagaimana kamu muntah saat itu." Boy tertawa, diikuti oleh teman-temannya.

Puluhan ribu tahun, waktu yang tidak singkat. Dirinya memulai jalan dari manusia biasa, pendekar, kemudian memasuki tahap pertapaan, terakhir pencerahan. Hingga menjadi dewa, memiliki gelar dewa waktu. Walaupun setelahnya dihabiskannya dengan bermalas-malasan di dunia langit.

Tapi, tidak memiliki sihir saat inu, belum tentu tidak hebat bukan?

Andrew tertawa, melirik ke arah kotoran hewan di sekitarnya."Bagaimana jika ini berbalik padamu?" tanyanya penuh senyuman.

Boy serta tiga orang anak laki-laki bergerak hendak menyerang dirinya yang berani bicara sembarangan. Namun, pengalaman bertarung sebagai pendekar, walaupun tubuhnya selemah manusia biasa tidak dapat dibandingkan dengan anak sekolah menengah pertama (SMP) yang hanya terkurung di kamar bermain game.

Melompat, meringankan tubuhnya, meraih rating pohon yang telah gugur tanpa daun sama sekali.

Tak!

Tubuh Boy yang hendak menyerangnya dipukul pada bagian tengkuk. Bagian punggungnya ditendang hingga tersungkur dengan akurat dan titik syaraf yang benar-benar pas.

Tiga orang lain hendak menyerang dirinya. Dirinya masih tersenyum tenang. Orang pertama ditendang di bagian alat perkembangbiakannya. Orang kedua yang mengayunkan pisau dipukul menggunakan ranting pada bagian perutnya.

Ini gila! Semuanya roboh dengan tidak lebih dari dua serangan.

"Setan!" Teriak oleh terakhir ketakutan, melarikan diri.

"Kamu fikir bisa kabur?" Gumam Andrew mengambil batu dan karet gelang, entah milik siapa.

Srak!

Tak!

Bagaikan ketapel yang tepat sasaran, membidik bagian tengkuk tepat pada syaraf yang dapat membuatnya lumpuh tidak sadarkan diri sementara.

Tiga orang remaja tidak berdaya. Sedangkan Andrew mulai tersenyum dan bersiul, dirinya meraih tasnya, setelah memasukkan kotoran ke dalam mulut mereka berempat yang telah tidak sadarkan diri.

Menghela napas berkali-kali, melirik ke belakang."Anak kecil ingin melawan sesepuh?"

*

*

*

🍀Karya ini merupakan karya jalur kreatif

🍀

Saling Tuduh

Berjalan melewati area yang ditinggalinya. Kepalanya masih diperban, mengingat segala hal tentang pemilik tubuh asli.

"Aghh!" Andrew memegangi kepalanya lagi. Rasa sakit itu masih ada, cidera fatal yang sejatinya menyebabkan kematian pemilik tubuh asli. Ingatan juga perlahan dibaca olehnya.

Tapi semuanya tidak ada kenangan yang bagus, mulai dari disiram air mendidih hingga bagian punggungnya terdapat bekas luka bakar, hingga bagaimana sang ayah menghajarnya setiap mendapatkan nilai nol di rumah besar yang dulu ditempatinya.

Tapi tidak, setelah dirinya diusir, kini tinggal dalam tempat kost murah berukuran 3 kali 2 meter tanpa ventilasi. Tempat kost yang dibayar bulanan dari warisan almarhum ibunya. Warisan? Sejatinya tinggal sedikit, hanya cukup untuk biaya hidupnya dua bulan ini.

*

Membaringkan tubuhnya di tempat tidur lipat yang keras. Ini benar-benar berbeda dengan tempatnya tinggal di dunia langit. Tempat tidur yang bahkan lebih halus dari kapas, dengan bau yang harum. Tapi seluruh tempat ini berbau apek."Sial! Aku jadi miskin..." gumamnya, ingin rasanya menangis.

Namun, harus lebih dewasa, berjalan mengambil handuk mengikuti ingatan pemilik tubuh asli agar lebih dapat beradaptasi. Ini seperti pangeran kerajaan terdampar menjadi pengemis.

Melangkah namun antrian panjang terlihat. Kamar mandi kumuh tanpa lantai keramik, bahkan memakai gayung. Berbeda dengan dirinya yang biasanya dilayani oleh para pelayan dewa, mandi menggunakan air mawar, dicampur berbagai wewangian dan minyak khusus.

Hingga pada akhirnya, dirinya yang membuka pintu, kala gilirannya tiba."Sial bau!" Teriaknya ingin rasanya muntah.

"Kalau mau mandi cepat!" Teriak seseorang yang ada di belakangnya.

Benar! Dirinya tidak dapat seperti ini, walaupun dengan tubuh manusia, tapi sebagai dewa yang bermartabat badannya harus wangi bersih sepanjang hari.

Kala dirinya masuk menahan mual, di tempat sampah terdapat bekas pembalut wanita yang mengeluarkan bau amis, serta alat pengaman pria, beberapa puntung rokok.

"Bagaimana bisa setelah puluhan ribu tahun dunia manusia menjadi begini!?" Gumamnya muntah pada akhirnya. Bukannya bagaimana, dirinya terbiasa melihat orang terluka atau menolong seorang pengemis. Tapi dulu selalu menggunakan sihir, hingga bau itu lenyap lebih cepat. Tapi kali ini? Ini benar-benar gila.

Tugasnya setelah ribuan tahun beristirahat adalah tugas yang paling gila. Ingin rasanya mengumpat pada kaisar langit. Mengapa tidak mengirim dewa perang saja? Kenapa dirinya yang hanya dewa waktu lemah tidak berdaya dikirim untuk menghentikan kiamat?

Tapi tidak, ini adalah tugas. Selain itu dirinya terlanjur dendam pada raja para mutan. Tubuh dewanya telah dihancurkan, hingga dirinya terjebak dalam tubuh manusia biasa, 15 tahun sebelum kiamat terjadi.

Menatap ke arah cermin yang cukup kotor. Tubuh ini tidak buruk, benar-benar rupawan. Setidaknya begitu, sebelum dirinya menyadari beberapa bekas luka di tubuhnya.

Menghela napas berkali-kali, dirinya harus belajar bagaimana menjadi manusia di dunia ini. Beradaptasi dengan tubuh barunya, seorang remaja bernama Andrew.

*

Brak!

Dirinya membuka pintu, membawa sebuah ember kecil berisikan peralatan mandinya. Dengan handuk di bahunya. Aura Andrew yang tidak biasa bagi mereka.

"Hei! Idiot lama sekali!" Teriak seseorang yang masuk, sembari mendorongnya.

"Kamu yang idiot tidak beradab. Ini kamar mandi umum. Tapi kamu meninggalkan kantong kecil berisikan benih manusia (alat pengaman yang sudah terpakai) di dalam tempat sampah." Ucap Andrew di hadapan semua orang.

"Ka...kamu tau?" Pemuda itu berbisik dengan suara kecil."Dengar! Kalau sampai kamu mengatakan aku membawa wanita ke tempat ini. Maka kamu habis!" Ancaman Troy (tetangga kosnya).

Tapi Andrew hanya tersenyum dan berteriak."Aku tau dia yang membuang di tempat sampah kamar mandi. Karena baunya yang menyengat! Kalian harus berhati-hati dengannya! Dia memiliki penyakit kela---" Kalimat pemuda itu dihentikan. Troy menutup mulut Andrew.

Semua orang yang berada di antrian belakang kamar mandi, berbisik-bisik menertawakan Troy. Troy mengepalkan tangannya benar geram dengan orang ini.

Satu tinju hendak diayunkannya pada wajah Andrew, tapi sayang sekali, remaja itu tersenyum menghindar. Bahkan hanya dengan satu tangan, merobohkan Troy yang keseimbangannya sudah menghilang, akibat mencoba meninjunya sekuat tenaga.

Pemuda bertubuh besar itu terjatuh, dengan wajah dan bagian dada berada di lantai kamar mandi yang kotor. Punggungnya diinjak oleh Andrew."Berani-beraninya kamu mengancam ku." Ucapnya tersenyum, menghela napas kasar, melangkah pergi.

Tapi satu hal membuat langkahnya terhenti."Andrew! Jangan munafik! Kamu sendiri bergantung pada wanita. Kamu fikir aku tidak tahu? Tuan rumah (pemilik tempat kost) hanya mengenakan uang sewa setengah padamu, karena pacarmu membayar setengahnya lagi." Cibirnya tertawa.

Orang-orang yang berada disana kembali membicarakannya.

"Benalu wanita!"

"Hidup dibawah rok wanita!"

"Mungkin dia dibayar setiap kali berkencan."

Ini gila! Dirinya adalah dewa waktu yang bermartabat. Tapi kenapa harus menerima tuduhan menjadi peliharaan wanita? Kesal dengan segalanya. Andrew mengambil sabun di embernya, kemudian melemparkannya tepat ke dalam mulut Troy yang tertawa lepas."Tikus makan sabun..." cibir Andrew, bersamaan dengan gelak tawa orang-orang melihat Troy tersedak, menepuk punggungnya sendiri berusaha mengeluarkan sabun batang.

Sementara Andrew berjalan bagaikan bangsawan berkharisma. Wajahnya tersenyum, dunia manusia tidak terlalu buruk. Harus dipenuhi dengan kekesalan dan gelak tawa.

"Aku tidak akan pernah bergantung pada wanita..." gumamnya, menatap langit malam. Di hadapan orang-orang yang mengantri ke kamar mandi.

"Andrew sayang!" Teriak seorang wanita berlari menghampirinya, kemudian memeluknya.

Baru saja dikatakan tidak akan bergantung pada wanita, tapi biang keladi semua masalah muncul. Ara yang berjanji akan mendatanginya, guna akan memeriksakan pupil matanya yang berubah warna menjadi biru.

Seorang wanita yang membuatnya kehabisan kata-kata.

"Lepas!" Ucap Andrew melepaskan pelukan orang ini. Sebagai dewa dirinya tidak tertarik dengan manusia biasa, napsunya sudah lenyap mengingat dirinya adalah sesepuh berusia puluhan ribu tahun.

"Kamu membenciku?" Tanya Ara, bagaikan akan menangis, memakai pakaian merah, berwarna sama dengan pupil matanya sendiri. Benar-benar terlihat anak remaja yang manis, tanpa dosa sedikit pun.

Andrew menghela napas menatap ke tempat lain."Tidak baik terpaut dengan napsu. Hati yang bersih bagaikan kertas putih, merupakan jalan untuk ketenangan."

"Begitu? Kalau begitu aku akan menulis tanda hati di kertas putih yang kamu miliki! Atau bagaimana jika aku tulis Andrew love Ara!" Rayuan anak remaja tersebut.

Membuat semua penghuni kost yang kebetulan berada di sana tertawa terbahak-bahak.

"Hah..." Andrew menghela napas, sebagai dewa dirinya harus banyak-banyak bersabar dan mengalah.

"Andrew, sebaiknya kita periksakan pupil matamu ya?" Pinta Ara memelas.

"Benar! Nona sudah mempersiapkan janji temu dengan dokter mata." Seorang pria tua, memakai pakaian rapi menunduk memberi hormat.

Benar-benar lengket bahkan Troy yang telah berhasil mengeluarkan sabun dari mulutnya, menertawakan dirinya.

"Ara! Sebaiknya kita akhiri hubungan kita." Ucap sang sesepuh yang tidak ingin dipermalukan lebih banyak lagi. Sekali lagi, dirinya tidak tertarik untuk menjalin hubungan.

Namun, wanita malah menatap dirinya dengan mata berbinar."Jadi kita pernah pacaran? Ya Tuhan! Seharusnya aku tau selama ini kita pacaran."

Suara teriakan wanita itu sembari melompat-lompat bahagia.

"Ini gila!" Gumam sang dewa waktu, benar-benar yakin wanita ini bukan raja mutan di masa depan.

Tapi apa iya? Apa raja mutan yang membunuh dirinya seorang pria? Pria gagah dengan pakaian perang, menghancurkan tubuh dewa dengan satu hantaman?

*

*

*

🍀Karya ini merupakan karya jalur kreatif

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!