NovelToon NovelToon

My Hot and Mysterious Neighbour

Bab 1 Perkenalan yang Memalukan

Reina membuat cukup banyak bolu kukus untuk ia bagikan kepada para tetangga barunya. Anak semata wayangnya yang bernama Reza sedang mengamati Reina yang sedang menaruh satu persatu bolu kukus buatannya ke piring untuk ia bagikan ke para tetangga.

"Bunda yakin ada yang mau makan bolu buatan bunda?" Tanya Reza dengan polos

"Yakinlah. Emang kenapa? Kamu kan dari tadi nyobain dan bilang enak"

"Enak sih, tapi... "

"Tapi apa?"

"Tapi bunda janji jangan marah ya sama aku"

"Iya, bunda janji ga akan marah sama kamu, tapi uang jajan kamu bunda potong yaa... "

"Ya udah deh ga jadi bilang"

"Iiih... Jangan bikin bunda penasaran deh! Ayo bilang! Ya udah bunda janji ga akan potong uang jajan Eja, tapi bunda ga janji ga akan ga marah! Hehehe... "

"Gimana sih aku jadi bingung..." Reza sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya udah anterin bunda aja yuk bagi-bagi bolu kukus!"

"Kalau aku ga mau, nanti uang jajan aku di potong lagi ga?"

"Ish, kamu nih! Ya udah yuk ikut aja!" Ujar Reina sambil menggandeng tangan Reza di sebelah kiri sementara tangan kanannya membawa piring berisi bolu kukus yang akan ia bagikan.

Tetangga depan rumah dan sebelah kiri rumah Reina sedang tidak ada di rumah, jadi ia hanya menitipkan bolu kukusnya kepada Asisten rumah tangga mereka. Sekarang tinggal membagikan bolu kukus ke tetangga di sebelah kanan rumah Reina.

Reina mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban dari pemilik rumah. Reina baru saja akan membalikan badannya dan kembali ke rumahnya ketika tiba-tiba pintu di buka dari dalam. Reina hampir tak bisa berkata-kata ketika melihat orang yang membuka pintu adalah seorang pria yang tampaknya baru saja habis mandi karena ia hanya memakai handuk.

Reina hampir mengeluarkan air liur melihat badan berotot pria itu yang terlihat sangat menggiurkan.

"Ya? Ada yang bisa di bantu?"

"Ah... Eh... Oh... Saya... Saya tetangga baru di sebelah" Reina hanya memberikan bolu kukus yang ia pegang setelah itu ia malah berlari ke dalam rumah sambil menggandeng tangan Reza.

Reifan, suami Reina bingung melihat istrinya yang terlihat ngos-ngosan dari luar rumah bersama Reza, anak mereka.

"Kamu kenapa? Kok ngos-ngosan kayak abis lari di kejar anjing?" Tanya Reifan kepada Reina.

"Itu bunda tadi abis liat... " Belum selesai Reza bicara, Reina malah menutup mulutnya dengan tangan. Reifan jadi tambah bingung melihat kelakuan istrinya yang kadang memang suka bertindak absurd.

"Ga... Ga ada apa-apa kok, mas... Hehehe..." Reina enggan untuk menjelaskan kepada suaminya karena takut ia marah atau cemburu jika ia bilang baru saja melihat badan tetangga barunya yang hot. Mengingat itu membuat Reina menjadi kepanasan dan mengambil air dingin di kulkas.

Beberapa lama kemudian, pintu rumahnya ada yang mengetuk. Reifan yang sedang menonton televisi bersama Reza lalu berdiri hendak membuka pintu, tetapi Reina menawarkan agar ia saja yang membuka pintu.

Sebelum membuka pintu, Reina terlebih dahulu mengintip di jendela. Ternyata yang mengetuk pintu adalah tetangga sebelah yang tadi hanya memakai handuk, tapi sekarang ia sudah memakai kaos dan celana jeans. Reina lalu membukakan pintu.

"Hai, masih ingat saya? Tadi kamu ke rumah saya lalu kabur. Kamu baru pindah kesini ya?"

Reina yang merasa gugup tidak sanggup menjawab, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Perkenalkan, saya Nathan." Pria itu lalu menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Reina kembali hanya menganggukkan kepalanya.

"Setidaknya bolehkah saya tahu namamu?" Tanya pria bernama Nathan itu.

"Eeeng... Saya... Saya... " Reina masih gugup dan sulit berkata-kata ketika tak lama kemudian Reifan muncul di dekat Reina.

"Ada tamu ya Bun... Kok kamu diam aja? Tamunya ga di suruh masuk?"

"Iya... Itu... Anu..." Reina kembali tergagap.

"Hai, saya Nathan, tetangga sebelah rumah" Kali ini Nathan mengulurkan tangannya kepada Reifan.

"Saya Reifan, dan ini istri saya, Reina" Ujar Reifan sambil menyambut uluran tangan Nathan.

"Mari masuk!" Ajak Reifan kepada Nathan

"Terima kasih" Nathan kemudian masuk ke ruang tamu.

Reza muncul ke ruang tamu untuk mengintip tamu yang datang.

"Ooo.. Ini om yang tadi ya yang ga pake baju?"

Ketiga orang dewasa yang berada di ruangan itu kaget mendengar ucapan Reza. Lalu Nathan berinisiatif membuka percakapan.

"Eh iya, tadi saya baru habis mandi ketika Reina datang" Ujar Nathan mencoba menjelaskan kepada Reifan yang sedang memelototi istrinya.

"Iya, makanya tadi bunda kabur sambil gandeng tangan aku!" Ujar Reza lagi dengan polosnya. Muka Reina yang sudah merah menjadi tambah merah seperti tomat baru matang dari pohon. Lalu akhirnya ia bisa mengucapkan kata-kata juga demi untuk mengalihkan perhatian.

"Duduk dulu mas, saya buatkan minum dulu ya sebentar!" Reina segera lari ke dapur untuk mencari aman.

Suasana ruang tamu berubah menjadi kaku. Di menit-menit pertama Reifan dan Nathan hanya saling diam tanpa ada satu pun yang mulai membuka percakapan.

Reza yang sedari tadi mengamati malah jadi yang pertama membuka percakapan.

"Om sama ayah kok diem-dieman aja dari tadi? Lagi marahan ya?"

"Ah, ngga apa-apa kok. Kamu namanya siapa?"

"Aku Reza, om. Tapi kadang bunda panggil aku Eja, karena waktu kecil aku belum bisa ngomong huruf R. Sekarang udah bisa dong. Nih... Rrrr.... Rrrr...."

Nathan tertawa melihat ulah Reza. Begitu pula dengan Reifan. Akhirnya suasana mencair berkat kepolosan Reza.

"Reza sekarang umur berapa?" Tanya Nathan kepada Reza.

"Mau tau aja atau mau tau banget? Hehehe... "

"Mau tau banget" Ujar Nathan sambil menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang putih dan bersih.

"Aku umur tujuh tahun om, kelas 1 SD."

"Oooh... Umur tujuh tahun udah keliatan gede ya" Ujar Nathan.

"Iya anak sekarang memang lebih besar badannya di banding waktu saya kecil dulu" Ujar Reifan akhirnya menimpali obrolan Reza dan Nathan. Lalu Nathan kembali merespon ucapan Reifan.

"Iya betul, mas. Dulu waktu saya seumuran Reza, badan saya kecil dan pendek. Waktu SMP juga saya masih kecil. SMA baru mulai besar" Ujar Nathan sambil mengingat masa kecilnya sambil tersenyum.

"Kalo ayahku kata eyang waktu kecil udah tinggi, om. Tapi badannya kurus. Makanya kata eyang sekarang ayahku tambah tinggi jadi kayak tiang listrik" Ujar Reza kembali menimpali obrolan Reifan dan Nathan.

"Ah, kamu nih malu-maluin aja! Masa ayah di samain sama tiang listrik sih!" Ujar Reifan pura-pura ngambek di depan Reza.

"Ih eyang emang beneran ngomong gitu, yah! Kalau ga percaya telepon aja eyang!" Reza protes karena ayahnya tak percaya dengan ucapannya.

"Ya udah deh ayah percaya..." Reifan akhirnya pasrah. Daripada Reza ngambek, ia rela jadi tiang listrik demi Reza. Setelah itu Reifan dan Nathan sama-sama menertawakan kepolosan Reza.

Bab 2 Bolu Kukus Bantet

Reina datang dengan membawa nampan berisi minuman dingin untuk Nathan dan Reifan.

Setelah mempersilahkan mereka untuk minum, Reina ikut duduk bersama mereka sambil ikut berbincang-bincang.

"Maaf Reina, kalau boleh tau yang buat bolu kukus yang tadi kamu kirim itu siapa ya? Kamu sendiri ya?" Tanya Nathan kepada Reina.

"Iya aku yang buat. Gimana? Enak ga?" Reina bertanya dengan antusias kepada Nathan.

"Enak sih, tapi... " Nathan ragu-ragu untuk melanjutkan ucapannya karena takut Reina marah.

"Kok kamu kayak Eja sih ngomongnya pakai tapi... Bohong dikit kek bilang bolu kukus buatan aku enak!" Ucap Reina sambil memanyunkan bibirnya.

Nathan malah tertawa mendengar ucapan Reina yang seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Di turutin aja mas Nathan, bilang aja enak supaya nanti pulang ke rumah bisa selamat" Reifan malah menggoda Reina.

"Ih kok kamu malah ngomong gitu sih mas! Berarti bolu kukus buatanku emang ga enak ya! Berarti tadi kamu bohong ya sama aku?!" Reina mulai merajuk sambil mencubit lengan Reifan.

'Bukan gitu, sayang... " Reifan mencoba membujuk Reina agar tidak merajuk, tapi Reina masih saja cemberut kepada suaminya. Setelah itu Reza kembali mengintip ke ruang tamu sambil menyeletuk.

"Horee... Ayah nanti malem pasti di suruh tidur di luar sama bunda! Lagian ayah sih jujur banget! Tadi aja aku di omelin apalagi ayah!" Reza tertawa puas karena mendapat teman sebagai sesama korban kekejaman bundanya yang walau mukanya imut-imut tapi cubitannya maut.

"Eejaaaa... Bikin malu aja nih anak!" Setelah itu Reina lari mengejar Reza lalu menjewer kupingnya.

"Mas Nathan kerja dimana?" Tanya Reifan kepada Nathan untuk mengalihkan pembicaraan dari kegaduhan yang di buat oleh istri dan anaknya.

"Nathan aja mas, ga usah pakai mas"

"Oke, kalau gitu kamu juga panggil Reifan aja ga usah pakai mas juga. Biar keliatan muda terus" Ujar Reifan sambil menyeringai.

"Baik Reifan. Saya kerja di salah satu hotel berbintang lima sebagai chef"

"Wah keren dong. Kalau lagi ada waktu sesekali tolong ajari istri saya masak ya. Soalnya selama ini masakannya enak sih, maksudnya sebenarnya kadang enak kadang rasanya di luar nalar tapi harus tetap saya makan kalau ngga nanti seperti kata Reza tadi, bisa-bisa saya di suruh tidur di luar! Hehehe... " Nathan ikut tertawa bersama Reifan dan jadi tambah tertarik dengan kelakuan tetangganya yang unik.

Reina kembali ke ruang tamu setelah lelah mengejar Reza.

"Maaf ya mas soal tadi" Ujar Reina kepada Nathan sambil terkekeh.

"Nathan aja, ga usah pakai mas, Reina. Tadi aku juga bilang gitu ke suami kamu"

"Oke deh Nathan. Jadi gimana? Bolu kukus aku enak tapi kurang apa?"

"Bolunya bantet, Reina. Kurang ngembang."

"Hehehe... Iya sih jadinya keliatan padat gitu ya"

"Iya padat" Ujar Nathan sambil menyeringai.

"Nathan ini chef di hotel bintang lima loh, bun. Jadi kamu banyak belajar ya sama dia. Kan nanti aku sama Eja juga yang senang" Ujar Reifan kepada Reina.

"Kalau aku tambah pintar masak, kamu jadi lebih sering di rumah kan terutama di hari Minggu?" Ujar Reina sambil mendelik kepada suaminya.

"Iyaa... Aku akan sering di rumah seperti yang kamu mau" Ujar Reifan sambil mencubit pipi istrinya yang imut-imut.

"Ngomong-ngomong, kamu masih punya bahan-bahan bolu kukusnya ga?" Tanya Nathan mengalihkan pembicaraan kepada Reina. Hatinya agak sakit melihat kemesraan antara Reina dan Reifan barusan. Mungkin efek karena kelamaaan menjomblo.

"Ada. Kamu mau contohin aku cara buat bolu kukus yang enak ya? Kalau gitu ikut aku ke dapur yuk!"

Nathan di ajak ke dapur rumah Reina dan ia tercengang melihat kondisi dapur yang berantakan seperti kapal pecah.

"Hehehe... Maaf aku belum sempat beresin tadi" Ujar Reina malu-malu kepada Nathan.

"Ga apa-apa, nanti di beresinnya sekalian kalau udah selesai buat bolu kukusnya aja."

"Siap, Chef!" Ujar Reina sambil memeragakan posisi hormat kepada Nathan yang tersenyum melihat kelakuan Reina.

'Dia menggemaskan sekali. Sayang dia istri orang' batin Nathan.

Kemudian Nathan memasukan bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat bolu kukus.

"Tadi kamu mix adonan berapa lama, Rein?"

"Rein?"

"Iya, Rein. Kamu keberatan ga kalau aku panggil Rein?"

"Ga sih, aku ga keberatan asal kamu juga ga keberatan kalau aku panggil Nate"

"Nate?"

"Iya, Nate. Kamu ga suka ya? Biar simple aja gitu"

"Tentu aja aku suka. Itu nama panggilan kesayangan dari mamaku sejak aku kecil"

"Benarkah?"

"Iya" Ujar Nathan sambil tersenyum manis kepada Reina.

"Oke. Jadi sekarang kamu Nate, aku Rein. Deal?"

"Deal" Ucap Nathan sambil tersenyum lagi, lalu mereka berjabat tangan tanda setuju.

"Aku buatnya standar sih Nate, sambil liat resep. Katanya disini bahan-bahan yang di campur di wadah di mix pakai mixer selama15 menit sampai mengembang." Ujar Reina menjawab pertanyaan Nathan sebelumnya.

"Sebenarnya ga harus sampai 15 menit kalau adonannya sudah agak putih dan mengembang bisa di matikan mixernya lalu lanjut di kukus"

"Oh gitu ya... "

"Kadang yang tertera di resep juga harus di sesuaikan juga sama pas praktek."

Reina hanya menyimak sambil menganggukan kepala tanda mengerti.

"Nah, sekarang udah mulai ngembang nih adonannya. Kita kukus dulu terus nanti kita lihat hasilnya, bantet apa ngga"

Setelah memasukan adonan ke dalam kukusan, Reina dan Nathan menunggu sambil bercakap-cakap.

"Kamu udah berapa lama jadi chef, Nate?"

"Udah lama juga sih sekitar 10 tahun. Tapi di hotel yang sekarang, baru lima tahun"

"Wah, udah lama juga ya. Kalau lagi libur ajarin aku masak ya! Atau sesekali kita masak bareng gimana?"

"Boleh juga sih."

"Tapi aku ganggu ga nih? Nanti ada yang marah lagi sama aku" Ujar Reina yang sebenarnya memancing Nathan, karena ia ingin tahu apakah Nathan sudah punya pasangan atau belum.

"Ga kok, ga ganggu. Santai aja" Ujar Nathan sambil tersenyum.

'Jangan sering-sering senyum Nate, nanti bisa-bisa aku kena diabetes saking manisnya liat kamu senyum' ucap Reina dalam hati

Tak lama kemudian, Nathan memeriksa kukusan bolu untuk melihat apakah bolunya sudah matang atau belum, lalu ia mematikan kompor dan mengeluarkan bolu dari kukusan.

"Wah... Udah jadi ya? Cakep ih ngembang bolunya! Aku jadi ga sabaran pengen cicip!"

Nathan tersenyum melihat Reina yang terlihat semangat untuk mencicipi bolu kukus buatannya.

"Ini dia... Silakan di coba nyonya Rein!" Ujar Nathan sambil bercanda dengan Reina dengan berpura-pura sebagai asisten Reina.

"Terima kasih tuan Nate" Reina ikut menimpali candaan Nathan.

Mereka berdua jadi tertawa, lalu tersenyum, kemudian jadi saling memandang. Lama kelamaan tanpa di sadari, jarak wajah mereka semakin dekat. Tapi tak lama kemudian Reifan dan Reza masuk ke dapur untuk mencicipi bolu kukus buatan Nathan, membuat Reina dan Nathan menjadi spontan saling menjauh satu sama lain.

"Wiih enak! Ga kayak buatan bun... " Belum selesai Reza bicara, ia sudah mendapat pelototan mata dari Reina.

"Wah, beneran enak nih! Makasih ya, Nathan! Sering-sering aja kesini ngajarin Reina! Sekalian coba-coba buat masakan ala hotel biar berasa kayak makan di hotel beneran" Reifan ikut menimpali ucapan Reza sambil menyeringai.

"Iya, kalau lagi ada waktu aku akan sering-sering kesini ajarin Reina masak" Ujar Nathan sambil tersenyum ramah.

'Asal kamu ga keberatan juga kalau misalnya nanti Reina jadi terpikat padaku' batin Nathan sambil diam-diam tersenyum culas tanpa sepengetahuan Reifan.

Bab 3 Working on Sunday?

Keesokan harinya, di hari Minggu pagi suasana kompleks perumahan tempat Reina tinggal terlihat ramai. Banyak orang lewat untuk sekedar jalan santai atau lari pagi.

Tetapi Reifan, suami Reina malah keluar rumah untuk berangkat kerja di hari Minggu. Setelah selesai membantu segala sesuatu yang di perlukan, Reina membawakan tas kerja Reifan ke depan rumah dengan diikuti oleh Reza. Hari masih pagi sekitar jam 6.30. Setelah pamit kepada Reina dan Reza, Reifan masuk ke mobil dan berangkat dinas ke luar kota.

Reina sempat melirik ke arah rumah Nathan, tetapi pintu rumahnya masih tertutup rapat. Tak lama, terdengar suara dari arah depan rumah Reina.

"Cari mas Nathan ya, jeng? Kalau hari minggu dan pas libur biasanya dia suka olahraga ke taman kompleks" Seorang wanita yang sepertinya juga ibu-ibu seperti Reina muncul dari depan rumah Reina dan menghampirinya.

"Oh begitu ya, bu?" Jawab Reina.

"Iya biasanya begitu. Kita disini sih sudah hapal, maklum kita kan barisan para penggemarnya Nathan... Hihihihi... Jeng mau gabung juga ga?"

"Ga bu, Terima kasih. Bisa-bisa saya di pecat jadi istri kalau ikut gabung" Ujar Reina sambil menyeringai.

"Disini soalnya jarang yang hot begitu, jeng. Kebanyakan kan yang tinggal disini udah berumah tangga. Oh iya, maaf belum memperkenalkan diri. Saya Winda. Kemarin Terima kasih ya sudah kirim makanan. Kebetulan pas kita lagi pada pergi, jadi baru ketemu sekarang deh." Ujar Winda panjang lebar.

"Salam kenal, bu. Saya Reina, dan ini anak saya Reza."

"Baru satu ya jeng anaknya?"

"Iya bu, belum nambah lagi"

Tak lama kemudian, tetangga sebelah kiri rumah Reina muncul.

"Nah, kalau yang ini namanya Weni, jeng" Ujar Winda memperkenalkan Weni kepada Reina.

"Salam kenal bu Weni, saya Reina"

"Salam kenal juga, jeng. Maaf juga kemarin saya juga lagi pergi ke acara keluarga jadi baru ketemu sekarang."

"Iya, ga apa-apa bu"

"Oh iya, jeng Reina ada acara ga sekarang? Kita mau pergi ke taman kompleks nih, di sana ramai ada yang lagi senam pagi, ada yang jual macam-macam jajanan juga, jeng. Ikut yuk!" Ajak Winda kepada Reina.

"Gimana, ja? Mau ikut ke taman kompleks ga?" Tanya Reina kepada Reza.

"Mau bun! Mau banget! Daripada di rumah terus aku bosan!" Ujar Reza bersemangat.

"Ya udah yuk kesana! Sebentar ya ibu², saya kunci pintu dulu"

"Iya silakan, jeng!" Ujar Winda, sementara Weni hanya menganggukan kepala.

"Maaf, kalau boleh bertanya, bu Winda sama bu Weni masih ada hubungan saudara tidak? Kok saya lihat mukanya mirip ya"

Winda dan Weni pun tertawa mendengar pertanyaan Reina.

"Jeng Reina bukan yang pertama kok nanya begitu. Ngga jeng, kebetulan aja kita mirip, udah gitu sama-sama tukang ngegosip, terutama gosipin Nathan, tetangga kita yang hot itu... Hihihihi... " Weni kali ini menjawab sambil di iringi tertawa cekikikan ala kuntilanak.

"Nah, sedikit lagi kita sampai taman, jeng. Itu dia si Nathan lagi ikut senam pagi!"

Reina mengikuti pandangan Winda yang sedang menunjuk ke arah Nathan yang sedang ikut senam pagi. Sebenarnya kehadiran Nathan agak ganjil juga di antara para orang tua dan Lansia yang sedang senam pagi.

"Sayang sih Nathan yang keliatan hot dan sexy gitu ternyata gay" Ujar Weni sambil memandang sedih ke arah Nathan.

"Hah? Gay? Kok bu Weni bisa tahu? Memang dia bilang gitu kalau dia gay?" Tanya Reina yang kaget dengan ucapan Weni.

"Ngga bilang sih jeng, tapi keliatan dari gelagatnya. Pria muda lain mana mau ikut senam kayak gitu yang kebanyakan di ikuti oleh Lansia. Suami saya aja malah lebih milih tidur daripada kesini. Suami bu Winda juga olahraga tadi sempat lari sebentar, habis itu malah mampir ke tukang bubur ayam. Kalau suami jeng Reina ga kerja juga pasti ga mau ikutan senam gitu."

"Masa sih bu gara-gara ikut senam bisa di sebut gay? Masih ada kok beberapa anak muda yang ikutan juga walau jumlahnya jarang." Ujar Reina yang sepertinya masih tak rela kalau tetangganya itu di sebut gay.

"Iya sih, jeng. Tapi buktinya bukan itu aja. Kata bu RT kan dia udah duda tuh, tapi semenjak tinggal di sini belum pernah ada tamu perempuan, tamunya laki-laki terus. Udah gitu dia ikut nge-gym pula di ruko depan kompleks. Di situ kan katanya isinya cowok semua makanya kita curiga kalau itu gym untuk kaum gay" Ujar Winda menimpali ucapan Weni.

Reina masih bingung dengan informasi yang baru saja ia dengar. Ternyata selain duda, Nathan itu gay. Sayang sekali... Reina membatin sambil mengeluarkan desah tanda kecewa. Tak lama kemudian, Reina baru sadar kalau Reza tidak ada di sebelahnya.

"Loh, Reza kemana ya? Bu Winda dan bu Weni lihat ga?" Reina celingukan mencari Reza sambil bertanya kepada Winda dan Weni.

"Aduh jeng, maaf kita juga ga lihat tuh saking serunya ngobrol tadi!"

Lalu mereka mulai berpencar untuk mencari Reza. Sampai Reina mendekati tempat senam pagi tadi yang di ikuti oleh Nathan. Ketika Reina hendak mendekati Nathan dan ingin bertanya apakah ia melihat Reza, Reina langsung kaget karena ternyata Reza sedang bersama Nathan. Reina pun langsung berlari ke arah mereka.

"Eejaaa... Bunda cariin kemana-mana taunya kamu ada disini! Bikin jantungan aja nih anak!" Ujar Reina yang merasa lega tapi juga kesal setelah menemukan Reza. Setelah itu ia malah mencubit pipi Reza yang agak montok.

"Aduh, sakit bun!" Ujar Reza mengeluh kesakitan kepada Reina.

"Rasain! Siapa suruh main kabur aja ninggalin bunda!"

"Aku kan bosen dengerin ibu-ibu ngobrol, ya udah aku keliling-keliling aja sampai ketemu sama om Nathan di sini!"

"Makasih ya Nate, untung Reza ketemunya lagi sama kamu, kalau sama yang lain ga kebayang deh ngerinya aku!"

"Makanya lain kali jangan sibuk ngegosip jadinya bingung deh pas Reza ga ada!"

"Iya... Iya... Lain kali aku ga gitu lagi. Kamu bawel deh kayak perempuan!" Ujar Reina sambil merajuk.

"Maaf deh, aku ga bermaksud ngomelin kamu. Oh iya, Reifan kemana?"

"Oh, dia lagi dinas ke luar kota"

"Di hari Minggu?"

"Iya"

"Tiap hari minggu dinas ke luar kota?"

"Ga selalu sih, tapi biasanya iya hampir tiap hari Minggu berangkatnya. Emang kenapa sih? Kepo banget!" Reina mulai kesal dengan Nathan yang keliatan penasaran. Dia cerewet sekali sih kayak perempuan, Jangan-jangan dia memang gay! Reina jadi curiga dan ingin menyelidiki sendiri kebenarannya.

"Jangan kesel gitu dong, Rein. Aku kan cuma tanya. Ngomong-ngomong, kalian udah sarapan, belum?" Nathan sengaja bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Udah, om. Tapi kayaknya aku lapar lagi deh sekarang" Jawab Reza dengan jujur.

"Eja, malu-maluin aja ih jawabannya!" Ujar Reina yang malu dengan jawaban Reza.

"Ya udah kalau gitu kita makan bubur ayam yuk! Eja suka ga?" Tanya Nathan kepada Reza.

"Aku suka, om!" Jawab Reza. Setelah itu Nathan langsung menggandeng tangan Reza dan juga tangan Reina. Reina spontan langsung bengong melihat tangannya yang di gandeng oleh Nathan yang malah cuek. Begitu pula dengan Winda dan Weni yang saking kagetnya melihatnya tanpa sadar mulut mereka terbuka lebar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!