NovelToon NovelToon

Jodoh Sang Kakak

JSK - Surat Wasiat Papa

Valencia Aryowiguna, ia akrab di panggil Cia. Gadis yang baru saja lulus sekolah itu berjalan menuju rumahnya usai mengambil ijazah di sekolah. Cia terkejut melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumahnya. Ia berjalan perlahan memasuki rumah, betapa terkejutnya Cia ketika melihat Mama dan sang adik kembali pulang setelah sepuluh tahun lamanya. Bahkan di hari pemakaman sang Papa, Mama dan adiknya tidak datang untuk mengantarkan kepergian Papa seminggu yang lalu.

"Mama" panggil Cia. Ia tak tau harus bereaksi seperti apa, namun air matanya sudah mengalir dengan deras.

"Kamu sudah lulus sekolah dan sudah punya ijazah, ambil semua barang kamu lalu pergi darisini. Mama akan menjual rumah ini" ucap Mama Cia begitu dingin.

"Tapi Ma, ini kan rumah Papa. Papa pasti juga tidak akan senang jika kita menjualnya"

"Diam dan lakukan saja perintah Mama. Cepat!!!" Bentak Mama.

Mau tak mau Cia pun melakukan apa yang di perintahkan oleh Mamanya, ia mengambil semua barang-barangnya kemudian pergi meninggalkan rumah. Gadis itu merasa sedih tak karuan, ia tidak punya tujuan dan tak tau harus bagaimana. Meski hatinya sedikit senang melihat Mama dan adiknya baik-baik saja setelah bertahun-tahun tak bertemu. Langkah kecil Cia terhenti ketika sebuah mobil mewah menghadang jalannya, seorang wanita paruh baya keluar mobil dan berjalan menghampiri Cia. Karena merasa takut, Cia berjalan mundur dan hendak berbalik untuk berlari menjauh.

"Tunggu Cia" panggil wanita itu menahan langkah Cia.

"Bunda teman Papa kamu, Bunda kesini ingin menuju rumah kamu tapi malah melihatmu disini. Ini foto Papa kamu dan suami Bunda" jelas wanita itu sembari memberikan selembar foto.

Cia memperhatikan foto itu dengan seksama, itu adalah foto yang sama yang ada di kamar Papanya. Setelah melihat Cia merasa yakin, Bunda mengajak Cia untuk masuk kedalam mobilnya. Selama perjalanan, Bunda merangkul pundak Cia dan mengelus tangannya dengan penuh kasih sayang. Bunda tersenyum senang melihat Cia yang tumbuh dengan baik meskipun hanya tinggal berdua dengan Papanya.

Mobil memasuki area perumahan yang sangat elit, terdapat rumah rumah besar dengan jarak yang cukup lebar antara satu dengan lainnya. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah terakhir yang memiliki lebih dari lima penjaga di luar pintu pagar. Cia sungguh terkesima melihat rumah teman Papanya bak istana megah dengan halaman yang sangat luas. Ketika mobil berhenti di depan rumah, salah seorang pelayan membukakan pintu untuk Cia dan Bunda. Kedua perempuan itu masuk dan melihat ada banyak orang sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Cia? Kenapa kamu ada disini?" Tanya Adrian terkejut.

"Kak Adrian, lama ya tidak bertemu" sapa Cia dengan senyuman ramah.

Seorang pria paruh baya yang biasa mereka panggil dengan Ayah berjalan mendekati Cia. Beliau mengelus kepala Cia dan tersenyum sebab gadis itu tumbuh besar dengan baik. Ayah memperkenalkan dirinya serta seluruh keluarganya pada Cia. Ayah adalah sahabat terbaik Papa, mereka sudah berteman sejak duduk di bangku SMA, namun kehilangan kontak dua belas tahun yang lalu karena Papa tiba-tiba menghilang begitu saja. Ayah memiliki lima putra, Adam putra sulung yang sudah menikah dan istrinya bertama Kania serta putra kecil mereka Dilan yang berusia empat tahun. Putra keduanya bernama Adnan, putra ketiga bernama Addy, putra keempat tentu saja Adrian yang mengenal Cia dan si bungsu Aden.

Setelah pengenalan singkat Bunda membawa Cia masuk kedalam kamar tamu untuk beristirahat disana. Ayah berjalan mendekati Adrian dan bertanya bagaimana bisa putranya mengenal Cia.

Adrian dan Cia dulu bersekolah di SMA yang sama, mereka sempat berkencan selama dua tahun sebelum Cia mengakhiri hubungan mereka lima bulan lalu. Saat itu Adrian sangat marah, ia tak terima alasan Cia yang mengatakan jika dirinya tak akan memiliki waktu untuk berkencan sebab harus mengurus Papanya yang sedang sakit. Tentu Adrian tak percaya akan hal itu, ia jadi sangat marah dan membenci Cia yang mempermainkannya. Adrian bahkan membuat teman-teman Cia berpikir jika gadis itu berselingkuh, akibatnya Cia selalu mengalami perundungan di sekolah usai putus dari Adrian.

Namun kecurigaan Adrian tak pernah terbukti, ia justru mendnegar kabar jika seminggu lalu Papa Cia meninggal setelah sekian lama di rawat di rumah sakit. Adrian merasa bersalah karenanya, ia bahkan tak sanggup menemui Cia untuk mengucapkan belasungkawa. Bukannya berada di sisi Cia untuk menyemangatinya, Adrian malah menmbahkan luka pada gadis muda itu. Ayah mengepalkan tangannya, beliau sangat marah mendengar kelakuan salah satu putranya.

Ayah memanggil Adam dan Kania untuk pergi menuju kamarnya bersama dengan Bunda. Ayah dan Bunda menujukkan sebuah surat pada putra dan menantu tertuanya itu. Surat ini baru sampai dua hari yang lalu di kantor Papa, surat yang ditinggalkan oleh Papa Cia.

Untuk Wisma Wiyoto,

Ini aku Aryowiguna, maaf sebelumnya jika aku tiba-tiba menulis surat ini untukmu. Wisma, ini adalah permintaan seumur hidup ku, aku tau ini tidaklah baik tapi tidak ada orang lain yang bisa ku mintai tolong selain kau. Putriku, Valencia Aryowiguna, dia sebentar lagi akan lulus SMA dan mungkin surat ini akan sampai padamu setelah ia lulus SMA. Tolong jaga putriku, aku sangat sedih harus menitipkannya pada mu seperti ini, tapi aku sudah tidak bisa sembuh dari penyakit ini. Aku menabung untuk sekolah putriku namun aku malah menghabiskannya untuk pengobatanku. Satu-satunya yang kumiliki adalah rumah, namun aku yakin mantan istri dan putri bungsuku akan mengambil rumah itu dari Cia.

Dua belas tahun lalu, aku mengalami kebangkrutan, karena itu aku menghilang sebab sangat terpuruk. Karena tak kunjung membaik, dua tahun kemudian istriku meminta cerai dan pergi meninggalkan aku serta Cia. Ia pergi bersama selingkuhannya yang kaya. Gadis kecilku terus menangis meminta Mamanya kembali, hatiku sangat sakit melihatnya terluka seperti itu. Tapi aku tidak menyerah dan terus mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga kecil kami. Wisma, aku membesarkan putriku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia adalah gadis yang manja dan cengeng, namun ia tak pernah menuntut apapun dariku selama ini. Setiap hari Cia selalu menungguku pulang kerja sebelum ia tidur, memastikan jika aku tidak pergi meninggalkannya juga. Aku tau trauma itu belum hilang, dan sekarang dia akan menangis karena kepergianku.

Wisma, kisahku menyedihkan bukan? Karena masih memiliki harga diri aku menjauh dari mu dan yang lainnya. Tapi sekarang ini bukan lagi tentang harga diri melainkan mengenai putri kecilku, Cia. Tolong jaga dia, dan jauhkan dia dari Mama serta adiknya. Sebelum aku jatuh sakit, istriku datang menemuiku, dia bilang akan menjual Cia jika aku tidak menyerahkan rumah padanya. Namun aku berusaha semampuku, aku memberi syarat agar membiarkan Cia tinggal disana hingga gadis itu lulus sekolah. Cia tak tau apapun mengenai hal ini, jadi tolong rahasiakan ini darinya.

Sekali lagi aku minta maaf telah merepotkanmu, aku harus melakukan apapun untuk menjaga putri kecilku itu meski kini tak ada lagi harga diri yang tersisa. Tolong jaga Cia dengan baik, terimakasih atas bantuanmu.

Sahabatmu,

Aryowiguna..

Adam dan Kania saling berpandangan usai membaca surat wasiat tersebut. Ayah tampak gelisah sejak kejadian kemarin yang mengguncang rumah mereka.

"Sebenarnya, kami hendak menikahkah Cia dengan Adrian. Tapi anak bodoh itu benar-benar diluar kendali" tutur Ayah geram.

"Nikahkan saja Cia dengan Adnan, kita tidak perlu membatalkan pernikahan Adnan bukan" saran Adam.

"Tapi Mas, umur mereka terlalu jauh dan juga Adrian terlihat masih mencintai Cia. Ia bahkan tak mengalihkan matanya dari Cia" sahut Kania.

"Apa kita jodohkan saja dengan Addy?" Sela Bunda.

Adam mencoba meyakinkan Ayah, Bunda dan istrinya untuk menyetujui saran darinya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi Adam merasa ada sesuatu dalam diri Cia yang membuat semua orang tertarik padanya. Sifat cerianya juga sangat cocok dengan Adnan yang sulit mengeskpresikan dirinya sejak kecil. Adam benar-benar yakin jika ini adalah takdir yang sudah ditentukan, Cia memang ditakdirkan untuk sang adik.

JSK - Calon Istri Pengganti

Setelah mencapai kesepakatan, Ayah memanggil putranya yang lain untuk masuk kedalam kamarnya. Beliau mengatakan jika pernikahan Adnan tidak akan di batalkan, namun pengantinnya adalah Cia.

"Cia? Kenapa Cia?" Sahut Adrian tak terima.

"Ya kamu kenapa hamilin calon istri Kak Adnan?" Sahut Addy.

"Sudah ku bilang itu kesalahan, aku benar-benar mabuk. Ayah, Cia dan Kak Adnan, usia mereka terlalu jauh"

"Kesalahan apa yang terulang sampai tiga kali dan hamil tiga bulan? Bodoh atau brengsek itu tidak ada bedanya untukmu. Kak Adnan juga kenapa hanya diam saja? Dia mengkhianati kita semua, sikapnya menjijikan"

"Ini keputusan terbaik, Adrian tentukan sendiri kapan kamu dan Isvara akan menikah. Adnan Ayah dan Bunda mau bicara denganmu" sela Ayah menengahi pertikaian para putranya.

Ayah dan Bunda pergi lebih dulu, Adrian menahan tangan Adnan yang hendak pergi menyusul. Ia meminta sang Kakak untuk menolak pernikahan ini sebab Adrian sangat mencintai Cia. Addy menarik Adrian dan mendorongnya menjauh dari Adnan, masih saja pemuda itu berbicara omong kosong.

Seharusnya seminggu lagi adalah pernikahan Adnan dengan Isvara, namun kemarin Isvara tiba-tiba saja datang kerumah mereka sambil menangis. Ia mengatakan jika dirinya sedang hamil tiga bulan, Adnan yang mendengar hal itu tentu terkejut, pasalnya ia tak pernah berhubungan dengan Isvara selama dua tahun mereka berkencan. Lebih tepatnya, Adnan memang masih perjaka, ia belum pernah berhubungan badan dengan siapapun. Isvara secara sadar mengatakan jika itu adalah anak Adrian, mereka sudah berhubungan tiga kali selama lima bulan terakhir. Semua orang jelas terpukul dengan kebenaran itu, namun Adrian tak mau mengaku, Adnan yang paling terluka karena hal ini tetapi ia tak menunjukkan rasa sakitnya pada yang lain.

Selagi Ayah dan Adam berbicara dengan Adnan, Bunda serta Kania membicarakan hal ini dengan Cia. Sebenarnya Cia sangat terkejut dengan perjodohan yang tiba-tiba ini, namun setelah ia mendengar jika ini adalah permintaan Papa, ia tentu tak bisa menolaknya.

\=====================================================

Malam tiba....

Semua orang tengah berkumpul untuk makan malam, Cia dan Dilan yang baru saja dari ruang bermain juga pergi ke ruang makan. Bunda meminta Cia duduk di samping Adnan, Adrian yang baru saja tiba ikut duduk di samping Cia. Gadis itu tersenyum ramah, ia lalu duduk dan mulai mengambil makanan. Cia sesekali melirik ke arah Adnan yang menikmati makanannya dalam diam.

"Cia, ini kalungmu?" Tanya Kania sembari menunjukkan sebuah kalung.

"Oh iya, itu milikku" jawab Cia setelah menyadari kalungnya tak lagi ada di lehernya.

Kania mengoper kalung itu, saat sampai di tangan Adnan pemuda itu menatap kalungnya dengan seksama. Ia menatap ke arah Cia yang sudah mengulurkan tangannya. Adnan tampak mengerutkan keningnya saat melihat liontin itu, rasanya sangat familiar. Ayah meminta Adnan memberikan liontin itu padanya, Cia mengalihkan pandangannya ke arah Ayah yang juga melihat liontin itu dengan seksama.

"Papamu tidak pernah berubah. Jika saja ia menjual liontin ini, pasti bisnisnya akan baik-baik saja sekarang" tutur Ayah.

"Apakah liontin itu sangat mahal Ayah? Papa bilang itu pemberian seseorang, jadi aku harus menyimpannya"

Ayah mengangguk lalu memanggil salah satu pelayannya, ia meminta mereka untuk membersihkan liontin itu dan mengganti kalungnya dengan emas.

"Itu adalah liontin milik Adnan, hadiah ulang tahunnya yang ke sepuluh tahun. Tapi ia memberikannya padamu disaat kamu berumur satu tahun" jelas Ayah.

"Oh itu, kita kan punya video hari kelahiran Cia Mas, nanti Bunda carikan ya"

"Benarkah? Papa dan Mama saja tidak memilikinya" sahut Cia dengan senyuman lebar. Ia melanjutkan makannya dengan perasaan senang.

Tanpa disadari, Adnan dan Adrian menatap Cia secara bersamaan.

..............................

Selepas makan malam, semua orang sudah berkumpul di ruang keluarga untuk melihat video kelahiran Cia. Gadis itu duduk di lantai dan menunggu dengan jantung berdebar kencang. Ayah merekam Cia kecil yang terus menangis di atas tempat tidur, terlihat Papa Cia yang menggendongnya. Papa terlihat sangat muda dengan tawa bahagianya, Cia sampai menangis melihat wajah sang Papa.

"Boleh aku menggendongnya?" celetuk seorang bocah lelaki.

Papa mengangguk lalu menggendongkan Cia ke bocah lelaki itu, ajaibnya Cia seketika diam dan terlihat tersenyum.

"Sepertinya Cia menyukai Adnan" goda Papa Cia.

Ayah merekam wajah Adnan yang tersenyum saat melihat Cia, bahkan Ayah yang membawa kamera pun terkejut karenanya.

"Cia cantik ya?" Tanya Ayah.

"Cantik sekali Yah, dia sangat mungil dan lucu. Saat besar nanti, aku akan menikahinya" jawab Adnan dengan tawanya.

Sontak saja semua orang yang ada dalam video itu tertawa, bahkan sekarang pun semua yang melihat video itu ikut tertawa. Addy menggoda sang Kakak yang rupanya bisa tersenyum juga, tetapi wajah Adnan kini masih saja datar tak berekspresi. Aden mengeluh karena dirinya tak ada disana, ia merasa kesal padahal Aden tentu saja masih belum lahir. Adam hanya tersenyum melihat video tersebut, ia pikir ingatannya itu hanyalah khayalan rupanya memang benar-benar terjadi.

"Kamu ingat kejadian ini ya Mas" ujar Kania berbisik pada Adam.

"Iya, aku yakin mereka memiliki ikatan itu" balas Adam.

Di dalam video itu, Adam, Addy dan Adrian tampak tak tertarik dengan Cia yang baru lahir. Adam hanya diam menatap Adnan yang terlalu fokus menggendong Cia, sedangkan Addy mengikuti Adrian yang saat itu berusia dua tahun. Adrian tak mau diam dan terus saja bergerak kesana kemari hingga membuat Addy kesal. Setelah video berakhir, Cia menolah ke arah semua orang sambil tersenyum. Ia merasa bahagia sebab bisa mengingat kembali senyuman Papa dan Mamanya. Mata Cia tampak berkaca-kaca, semua orang yang melihat langsung berbalik untuk melakukan aktivitas masing-masing. Mereka tau jika Cia butuh ruang untuk sendiri usai melihat video penuh kenangan itu.

\====================================================

Hari berganti....

Cia bangun pagi-pagi sekali, ia duduk di kursi taman sambil memandangi bunga-bunga yang bermekaran dengan indah. Ia ingin tau kabar Mama dan adiknya setelah pertemuan mereka kemarin, tetapi melihat mereka datang dengan mobil dan pakaian mahal, harusnya Cia tak perlu khawatir. Gadis itu berdiri lalu merentangkan tangannya sambil tersenyum menghirup udara pagi. Adrian tertawa kecil memandangi Cia dari kejauhan, setelah semua luka yang ia berikan padanya. Adnan sedang berada di gym memandangi Adrian yang tak berhenti tersenyum menatap Cia.

"Mau mengalah lagi?" Celetuk Adam yang juga sedang berolahraga.

"Hm..." dehem Adnan singkat.

"Adrian harus belajar bertanggung jawab, bukan hanya kamu korbannya, Cia juga terluka karena sifat kekanakan Adrian. Pikirkan baik-baik sebelum menolak, coba kau temui Cia dan tanya bagaimana kisah hidupnya. Kamu akan tau jika ada lebih banyak anak yang tidak beruntung diluar sana" jelas Adam.

Adnan mengalihkan pandangannya menatap Aden yang sedang berolahrga sambil menari. Satu-satunya putra Ayah yang tumbuh dengan sangat modern dan terlalu mengikuti alur generasi Z. Cia yang tak sengaja melihat Aden menari langsung menghampirinya, perbedaan umur mereka tak terlalu jauh, Aden tiga tahun lebih muda daripada Cia.

"Aden suka K-Pop? Bagus sekali tariannya" puji Cia.

Aden sedikit tersentak dengan pujian Cia, ia lalu tersenyum dan mengangguk. Pemuda itu menunjukkan leptopnya yang penuh dengan girlgroup maupun boygroup Korea. Cia kembali terkesima, ia berkata jika dirinya juga suka menonton drama korea saat ada waktu luang, dan mengetahui sedikit tentang para idol. Mendengar hal itu, Aden langsung menyalakan musik dan menunjukkan kebolehannya pada Cia. Siapa sangka jika gadis itu bersorak dan bertepuk tangan dengan heboh. Dilan berlari keluar dan ikut bergabung menari bersama dengan Aden, Cia tertawa lebar melihat keduanya menari begitu baik.

Sayangnya pesta mereka tak berjalan lama sebab Kania memanggil semuanya untuk segera sarapan karena Ayah dan Bunda sudah menunggu. Cia berjalan menuju taman lebih dulu untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di kursi. Ketika berjalan menuju pintu rumah, Cia melihat sebuah mobil datang dan berhenti di sana. Seorang wanita keluar mobil dan berlari memeluk Adnan dengan tangisnya. Cia memandangi mereka berdua dengan dahi berkerut penuh tanda tanya.

"Aku akan gugur kan anak ini, kita akan tetap menikah kan? Kamu tidak menjadi membatalkan pernikahan kita kan?" Tutur wanita itu.

Cia yang terkejut tak sengaja menjatuhkan ponselnya, ia langsung mengambilnya, namun tangannya seolah tak bertenaga sebab ponsel itu terus terjatuh dari tangannya.

"Itu urusanmu dengan Adrian" jawab Adnan dengan dingin.

Adam merangkul pundak Adnan dan membawanya masuk kedalam, wanita itu berteriak dengan kesal. Ia berjalan kembali menuju mobilnya hendak mengambil sesuatu, ia melihat Cia yang sedang berjongkok di dekat mobilnya. Karena kesal sebab Adnan mengacuhkannya, ia melampiaskan amarahnya dengan tiba-tiba menginjak tangan Cia yang masih berusaha untuk mengambil ponsel. Isvara menekan tangan Cia dengan sepatu hak tingginya, ia mengira jika Cia adalah salah satu pekerja disana.

"Aaah, aauuh sakit" rintih Cia merasakan perih ditangannya.

"Sorry gak sengaja" ucap Isvara lalu mengambil tasnya dan bingkisan sebelum masuk kedalam rumah. Ia membiarkan Cia yang teruduk dengan tangan terluka.

Cia menangis merasakan tangannya yang sakit sekali, ia mencengkram tangannya agar tak menimbulkan suara. Gadis itu harus segera masuk namun air matanya tak kunjung mau berhenti.

JSK - Pertemuan Calon Istri

Di dalam rumah, semua orang sudah duduk di ruang makan termasuk Adam dan Adnan. Isvara masuk dan membuat semua orang terkejut karena kehadirannya. Adrian bangun dari duduknya dan menarik Isvara untuk keluar dari ruang makan. Keduanya berdebat dengan sengit, Bunda memanggil Adrian dan memintanya mengajak Isvara untuk sarapan bersama. Bagaimanapun Isvara sedang mengandung anak dari Adrian, mereka harus memperlakukannya dengan baik.

"Adnan, Cia mana?" Tanya Ayah.

Adnan beranjak dari duduknya dan keluar ruangan untuk mencari Cia. Ia pergi ke depan rumah, namun tak melihat Cia di tempat semula, pemuda itu kemudian berjalan menuju taman tempat Cia duduk sendirian. Adnan terdiam melihat Cia yang sedang duduk di tanah dekat mobil Isvara.

"Ayah mencarimu, yang lain sudah menunggu" ucap Adnan.

"A...aku aku akan nanti, kalian makan duluan saja" jawab Cia dengan gagap.

Suara Cia jelas terdengar seperti sedang menangis, Adnan berjalan mendekatinya dengan perlahan. Ia tersentak melihat tangan Cia yang merah dan bengkak. Cia yang melihat bayangan Adnan langsung menyembunyikan tangannya yang terluka. Adnan berjongkok di hadapan Cia dan menarik perlahan tangan gadis itu yang bengkak memerah.

"Sakit" lirih Cia kembali menumpahkan air mata.

"Kenapa?" Tanya Adnan.

"Ja..jatuh" jawab Cia sambil tertunduk.

"Disini banyak cctv, jika kamu bohong, Ayah dan Bunda akan marah besar, mereka tidak suka pembohong" gertak Adnan dengan tipuan.

Cia tampak bingung harus menjawab apa, namun Adnan masih menunggu jawabannya. Setelah merasa tertekan akhirnya Cia menceritakan apa yang terjadi, ia juga tak tau alasan Isvara menginjak tangannya. Adnan merasa marah usai mendengar cerita Cia, ia tanpa sadar mencengkram tangan Cia yang sakit itu.

"Mas Adnan, sakiit" rengek Cia berusaha melepaskan cengkraman tangan Adnan.

"Ah maaf, aku tidak sengaja" ujar Adnan terkejut. Ia langsung meniup tangan Cia dan meminta gadis itu untuk berhenti menangis.

Adnan membawa Cia masuk kedalam rumah, ponsel Cia kembali terjatuh dari tangannya tetapi Cia tak menyadarinya. Adnan meminta salah satu pelayan untuk mengambilkan air dingin dan kotak P3K. Cia meremas pahanya menahan sakit sambil berusaha agar tak berteriak. Addy yang bertugas memanggil keduanya mendekati Adnan dan Cia di ruang tamu. Matanya terbelalak lebar melihat tangan Cia, Adnan memberikan salep dan memperban tangan Cia. Ia juga memberikan obat pereda nyeri agar Cia tak terlalu merasakan sakit.

"Aku akan minta pelayan bawa makanan kamu ke kamar" ucap Adnan.

"Tidak, aku sudah baik-baik saja. Ayo kita pergi, yang lain sudah menunggu"

"Tangan Cia kenapa Kak?" Tanya Addy pada Adnan.

"Jatuh, aku tadi jatuh dan menahan tubuhku dengan satu tangan. Jadinya seperti ini" sahut Cia menyela. Ia menatap Adnan sambil menggelengkan kepalanya.

Anehnya, Adnan merasa geram melihat Cia yang menyembunyikan kesalahan Isvara. Padahal Adnan sendiri suka menyembunyikan kesalahan sang adik dan menutup mata untuk mereka. Ia selalu mengalah tanpa berdebat ataupun membela dirinya sendiri. Adnan mengikuti Cia dibelakangnya, ia menggelengkan kepalanya saat Ayah dan Bunda hendak bertanya. Isvara terkejut melihat Cia duduk diantara mereka, ia berbisik pada Adrian untuk mencari tau siapa Cia sebenarnya. Namun tak ada jawaban apapun dari Adrian, ia enggan membicarakannya.

Cia mencoba menyembunyikan lukanya sebaik mungkin, namun siapapun yang melihat akan tau jika dirinya baru saja menangis. Adnan menatap Cia yang hanya makan sedikit nasi dan tempe, ia yakin gadis itu kesulitan karena tangannya sakit. Cia menoleh ke arah Adnan, mereka saling bertukar pandangan satu sama lain. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Isvara yang sedang makan, lalu kembali menatap Adnan. Itu adalah sebuah isyarat yang mudah di mengerti satu sama lain. Karena Adnan hanya diam dan tak kunjung menjawab, Cia menepuk pelan pipi pemuda itu yang diam tak bergeming sambil memandanginya.

"Apa?" Tanya Adnan.

"Gak apa-apa" jawab Cia ketus. Ia langsung mendekati Addy yang duduk di sampingnya, menanyakan mengenai perempuan yang duduk di antara Adnan dan Adrian.

"Mantan calon istrinya Kak Adnan, calon istrinya Adrian, namanya Isvara" jelas Addy yang sukses membuat semua mata menatap ke arahnya. Ia bahkan sukses membuat Cia membelalakkan matanya lebar.

Addy tampak kesal sekali saat ini, ia menyelesaikan makannya dengan cepat kemudian pergi meninggalkan ruang makan. Aden juga melakukan hal yang sama, Cia yang melihat mereka langsung meletakkan sendoknya dan ikut pergi mengikuti keduanya. Adnan menahan tangan Cia yang sudah berbalik, gadis itu refleks menjerit.

"Tangan kamu kenapa?" Cetus Adrian sambil berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Cia dan hendak memegang tangan gadis itu tapi Cia menyembunyikannya.

Adrian dan Cia saling berpandangan, wajah khawatir Adrian membuat wajah Cia merona merah. Gadis itu mengalihkan pandangannya, ia merasakan detak jantungnya kembali berdebar kencang. Tidak, harusnya Cia tidak merasakan hal ini, ini tidak boleh. Adnan mendorong Adrian menjauh dan membawa Cia pergi dari ruang makan.

"Apa'an sih Kak? Aku cuma khawatir sama Cia" ujar Adrian menahan tangan Adnan yang hendak pergi.

"Dia calon istriku, biar aku yang mengurusnya. Kamu, urus saja calon istrimu, pastikan dia tidak bertingkah berlebihan" kata Adnan dengan nada yang begitu dingin.

Cia bahkan terkejut mendengar suara Adnan yang jelas tak bersahabat. Ia memandangi Adnan yang membawanya pergi menuju ruang keluarga. Adnan meniup tangan Cia yang terasa perih karena ia menahannya tadi.

"Mas Adnan, kalian batal menikah karena Kak Isvara hamil anak Kak Adrian ya?"

"Siapa yang bilang?"

"Aku hanya menyimpulkan apa yang aku dengar, tadi saat Kak Isvara datang dia langsung memeluk Mas Adnan dan berkata akan menggugurkan kandungannya agar tetap menikah dengan Mas. Apa Mas Adnan masih mencintainya?"

"Apakah kamu masih mencintai Adrian?"

Pertanyaan balasan dari Adnan membuat Cia memandanginya dengan serius. Gadis itu tiba-tiba saja tersenyum menunjukkan deretan giginya.

"Bohong kalau aku bilang tidak, tapi jika Mas Adnan tidak keberatan dengan pernikahan ini, aku juga tidak keberatan"

"Apa kamu bisa menikah dengan orang yang tidak kamu cintai?" Tanya Adnan yang masih meniup tangan Cia.

"Tentu saja bisa, cinta itu datang karena terbiasa bersama. Kan gak ada pasangan yang tiba-tiba cinta padahal tidak pernah bersama. Mas Adnan aneh deh, aku pacaran cuma sekali aja langsung mengerti. Hehehe"

Adnan memandangi Cia yang tertawa, ia tidak tau bagian mana yang lucu namun perkataan Cia ada benarnya. Cia menarik tangan nya yang sudah tak terasa sakit lagi, namun itu hanya bertahan selama beberapa detik saja sebelum Dilan menghampiri dan memukulnya tanpa sengaja. Gadis itu tersentak dan memegangi tangannya menahan rasa sakit.

"Dilan, main sama Papa Mama saja ya, Tante Cia tangannya sedang sakit" ucap Adnan dengan penuh pengertian. Ia menarik Dilan perlahan untuk menjauhi Cia, tapi bocah kecil itu menggelengkan kepalanya dan malah memeluk Cia erat.

"Mas Adnan juga bisa bersikap lembut ternyata" celetuk Cia yang teralihkan dari rasa sakitnya.

Pemuda itu menoleh menatap Cia yang tertawa sambil meringis kesakitan. Ia jelas tak mengerti apa yang ada dalam pikiran gadis itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!