Bruuukkkk...
Begitu keras suara yang terdengar.
"Aduh..."
"Aduh..."
"Lia...."
Teriak teman - temannya.
Mereka menyenderkan sepedanya di pinggir jalan lalu menghampiri Lia yang menubruk pesepeda lain di depannya dan mereka berdua jatuh tersungkur di jalan.
"Aduh, gimana sih Mbak."
Seorang laki-laki yang ditabrak oleh Lia tertindih sepeda miliknya dan mengerang kesakitan.
Sedangkan Lia sendiri juga tersungkur di jalan namun sepedanya tidak mengenai dirinya.
"Aduh..."
Lia mencoba bangun lalu dibantu teman temannya.
"Lia, kamu nggak papa kan?."
Sisi yang cerewet khawatir dengan keadaan temannya yang terlihat berdarah dan keluar dari pelipisnya.
"Aku nggak papa."
Lia terduduk di pinggir sepedanya.
Lia lalu melihat seorang laki-laki yang ia tabrak duduk di pinggir jalan dan di tolongin orang.
"Mas, maaf ya. Saya nggak sengaja menabrak rem saya blong."
Laki-laki itu menatap Lia sambil memegangi lututnya yang sakit sepertinya juga berdarah.
"Lia, pelipis kamu berdarah."
Ratna teman satunya menyeka darah Lia dengan tisu.
"Gimana sih Mbak, rem blong dipakai sepedaan bisa membahayakan orang lain."
"Maaf Mas, maafin saya. Saya beneran nggak sengaja."
"Luka kaki saya ini."
Laki -laki itu mengusap lututnya yang memang berdarah karena benturan dengan aspal.
"Rat, tolong alkohol."
"Kamu sendiri terluka Lia."
Ingat Sisi yang jengkel sama Lia bukannya khawatir dengan kondisinya sendiri malah peduli dengan orang itu.
"Aku nggak papa, makasih Ratna."
Lia bangun di bantu Ratna lalu mendekat ke cowok itu yang masih duduk sambil minum.
"Saya bersihkan lukanya Mas, maafin saya ya Mas tadi rem sepeda saya juga masih bisa tapi nggak tahu tiba-tiba tadi di turunan malah nggak bisa ngerem."
Lia mengambil duduk di samping cowok yang dia tabrak tadi.
"Dicek dulu mbak sepedanya sebelum jalan."
Laki-laki itu sedikit nyolot suaranya.
"Mas kok nyolot sih, teman saya kan sudah minta maaf namanya juga nggak sengaja." Sisi yang tak sabar menghadapi laki-laki itu.
"Si... Udah diam."
Lia mengingatkan temannya itu untuk diam saja daripada masalah makin panjang.
"Saya korban, saya baik-baik naik sepeda di pinggir kenapa tiba-tiba ditabrak dari belakang. Saya kalau nggak terima bisa melaporkan kamu." Cowok itu menatap Sisi dengan tajam.
"Maafin temen saya Mas, permisi ya Mas saya bersihkan lukanya."
Lia membasahi kapas dengan alkohol yang dia bawa dan memang sengaja dia selalu membawanya siapa tahu di butuhkan.
"Tahan dikit ya Mas."
"Aoowww... Pelan Mbak, sakit ini."
Cowok itu menahan perih di lututnya dan agak keras suaranya.
"Maaf Mas, tahan dikit ya."
Lia masih membersihkan lukanya pelan-pelan dan penuh perasaan.
Cowok itu menahan rasa perih karena sentuhan alkohol dari Lia sambil mengamati pelipis Lia yang juga berdarah.
"Itu pelipis kamu juga berdarah."
"Lia menyeka pelipisnya dan nampak darah di jarinya."
"Nggak papa luka dikit aja."
Katanya.
Cowok itu nampak menganggukkan kepalanya dengan masih menahan perih di lukanya.
Ratna dan Sisi tak habis pikir kenapa temannya itu lebih memilih mengobati cowok itu daripada lukanya sendiri.
"Teman kamu itu keras kepala, padahal lukanya lumayan juga."
Ucap Sisi yang memang karakternya suka blak-blakan orangnya.
"Kamu kayak nggak tau Lia itu gimana."
Jawab Ratna.
"Terlalu peduli sama orang lain sampai suka berkorban demi kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan kebahagiaannya sendiri."
Kata Sisi dengan lagaknya seperti biasa mengejek Lia dan Ratna malah terkekeh sendiri.
"Sudah Mas, Saya plester ya lukanya nggak terlalu dalam kok nanti kalau masih sakit atau dirasa pegal silahkan datang ke klinik Kasih Sayang, cari saya."
Pesan Lia dan lagi-lagi Sisi dan Ratna tak habis pikir dengan jalan pikiran temannya itu.
"Oke, kamu nggak bohong kan kalau di sana."
"Saya nggak bohong, cari aja Lia."
Kata Lia sambil membereskan peralatannya.
"Oke.."
Lalu cowok itu berdiri dan mengambil sepedanya.
"Makasih ya."
ucapnya sebelum mengayuh sepedanya kembali.
😍😍😍😍😍
Novel dari Author Terbaru ini,
Semoga menghibur dan yang menjadi perhatian author itu semoga bermanfaat dan menginspirasi TAPI...
Inspirasi hal-hal yang baik saja ya.. 😃😃😃
Yang buruk jangan ditiru, itu kekhilafan author 😃😃😃
"Kamu kok baik banget sih sama cowok itu. Ngomongnya aja nyolot…"
Sisi tak berhenti bicara begitu mereka sampai di klinik.
"Udah Si, diam Napa ngomong Mulu."
Ratna yang membantu Lia membersihkan lukanya sampai geli telinganya mendengar Sisi ngomel terus ke Lia.
"Gemes aku, ada cowok yang kayak gitu."
Lia hanya tersenyum saja sambil menahan perih di pelipisnya karena sentuhan alkohol.
"Terus mau kamu apakan dia."
"Ih....sss.... Pengen tak ihh.... gemes deh, ada ya orang kayak gitu."
Ratna dan Lia malah terkekeh sendiri melihat Sisi yang geregetan sambil mukulin sofa.
"Bisa bolong itu sofa Si."
"Ih... Siapa sih namanya cowok itu."
"Kenapa.?"
Akhirnya Lia buka suara juga setelah Ratna selesai memplester lukanya.
"Kalau dilihat mukanya lumayan juga lho, tapi sayang nyolot kalau ngomong."
Sisi terlihat mikir tapi kayaknya sedang membayangkan cowok tadi pagi.
"Naksir."
Ratna sambil jalan menonyor temannya satu itu.
"Isshh.., aku punya gebetan sendiri ya."
Bela Sisi.
"Udah biarin aja Napa, dia nggak marah sama aku aja udah seneng kok. Lagian kan yang salah aku nabrak Dia."
Lia beranjak akan membersihkan diri.
"Iya Bu bidan Lia yang baik hati."
Sisi selalu memuji Lia dengan kata begitu karena kebaikan temannya satu itu luar biasa.
🌹🌹🌹🌹
"Papa kenapa kakinya."
Haris yang baru pulang dari bersepeda terdapat luka di lututnya dan Kirana anak perempuan satu-satunya melihat itu.
"Nggak papa Sayang, Papa jatuh tadi pas sepedaan. Kirana sudah mandi ya wangi.."
Haris menggendong gadis 5 tahun itu dan masuk ke dalam.
"Udah Pa, Kirana mandi sama Oma."
"Good job Sayang."
Haris membawa Kirana ke dapur dimana Mamanya sedang membuat sarapan.
"Udah pulang kamu Haris."
"Udah Ma, Mama istirahat saja biar bibi yang nyiapin sarapan."
Haris kasihan dengan Mamanya yang sudah masuk usia senja namun masih senang menyiapkan sarapan untuk anak dan cucunya.
"Kalau Mama nggak boleh di dapur kamu cari istri lagi."
"Ma, belum Nemu yang pas."
Mamanya Kirana sudah berpisah dengan Haris karena ketahuan selingkuh dengan teman sekantornya.
"Udah sana kamu mandi, siap ke kantor." Titah Mama Asih.
"Iya Ma, Kiran main sendiri dulu ya. Papa mau mandi."
"Oke Pa."
Kirana main sendiri di ruang keluarga, Haris menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Haris bergabung bersama Mama dan juga anaknya untuk sarapan pagi bersama.
"Kirana mau berangkat sama Papa ke sekolahan?."
"Mau Pa, Yeay..."
Kirana ke sekolahan sekalian bareng dengan Haris yang akan ke kantor nanti pulangnya dijemput Oma.
Setelah berpamitan Haris melajukan mobilnya meninggalkan rumah.
Sesampainya disekolahnya Kirana diantar sampai pintu, setelah dipasrahkan ke guru kelas Haris meninggalkannya menuju ke kantor.
Di kantor Haris menduduki jabatan yang lumayan dan berpenghasilan tinggi sebagai kepercayaan bos.
Cara kerjanya yang cekatan dan penuh tanggung jawab membuat pemilik perusahaan itu mempercayakan sebuah cabang kepadanya.
Sesampainya di kantor Haris masuk ke ruangannya dan mengecek beberapa email dengan membuka laptopnya.
Tok..tok...
"Ya masuk."
Seorang laki-laki masih muda masuk ke dalam dengan membawa beberapa laporan.
"Pagi Pak Haris, ini laporan yang harus ditandatangani oleh Bapak."
"Oke, makasih Wan taruh saja nanti saya cek."
"Siap Pak, mengingatkan kembali siang ini ada meeting di kantor pusat."
"Oke, siapkan semuanya."
Wawan sekertaris kepercayaan Haris yang selalu membantu pekerjaannya.
🌹🌹🌹🌹
Siang ini disekolah Kirana ada imunisasi yang dilaksanakan rutin untuk menjaga kesehatan mereka.
"Anak-anak duduk yang rapi ya, sebentar lagi Bu Dokter cantik akan datang. Siapa yang mau di kasih vitamin."
Ucap guru kelas Kirana dan Anak-anak sorak-sorai menyambutnya karena vitaminnya manis jadi mereka senang.
"Kirana kenapa."
Ibu Guru mendekatinya.
"Kirana nggak suka strawberry Bu Guru, mau jeruk."
Karena kemarin vitamin yang diberikannya berasa strawberry.
"Oke, nanti bilang ke Bu Dokter ya."
"Boleh Bu guru."
Kirana nampak antusias sekali.
"Boleh Sayang..."
"Yeay...."
😉😉😉
ayoo ditunggu BUNGA SEKEBUN nya 🤩🤩
"Pa.. Tadi Bu Dokternya baik... Banget.
Kirana dikasih Vitamin Jeruk... Kirana suka, terus Bu Dokter ngasih Kirana Vitamin 2... Ini Kirana kasih ke Papa..."
Kirana sedang bercerita dengan Haris kegiatannya tadi pagi di sekolah ada imunisasi.
"Ini buat Papa.."
"Ehmm... Buat Papa biar sehat kayak Kirana."
Kirana bersemangat sekali sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Oke, Papa minum boleh.."
Goda Haris ingin menelan vitamin itu.
"Jangan... Papa kan udah besar, masa minum vitamin Kirana."
Kirana memintanya kembali padahal tadi dia sendiri yang memberikannya, Haris terkekeh sendiri melihat tingkah lucu sang Putri.
"Papa kalau sakit nanti gimana."
Haris berpura-pura menyenderkan badannya di sofa.
"Kalau Papa sakit nanti Kirana panggil Bu Dokter ke sini, biar di suntik..."
Kirana mempraktekkan seolah-olah menyuntik di paha Papanya.
"Aduhh... Sakit Dok."
Haris berpura-pura kesakitan.
Mama Asih yang melihat candaan Haris bersama cucunya ikut tertawa.
"Sayang, Oma dikasih nggak."
"Besok kalau Bu Dokter ke sekolah Kirana lagi nanti Kirana minta untuk Oma sama Papa."
Tadi yang menjemput pengasuhnya bukan Oma Asih jadi tidak ketemu dengan Dokternya.
"Oke, besok lagi kalau ada Bu Dokter Oma yang jemput Kirana ya."
"Ehmm... Nanti Oma minta sendiri ke Bu Dokternya."
"Oke Sayang.."
Haris walaupun sibuk di kantor dia selalu meluangkan waktu kalau di rumah bercanda dengan anaknya sebelum tidur.
Lama kelamaan Kirana sudah terlihat mengantuk, Harus segera membawanya ke kamar.
"Sudah tidur Kirana."
Tanya Oma yang masih menunggu Haris di ruang keluarga setelah menemani Kirana tidur.
"Udah Ma, Mama nggak istirahat."
"Sini Mama mau bicara dulu."
"Ada apa Ma."
Haris duduk di samping Mamanya yang sudah masuk usia senja wajahnya kelihatan ada keriput namun tidak mengurangi kecantikannya.
"Kamu nggak ada rencana menikah lagi, Mama sudah semakin tua dan Kirana juga butuh sosok seorang Ibu."
Haris menghela nafasnya, menyenderkan kepalanya di sofa.
"Haris masih nyaman sendiri Ma, lagian belum menemukan seseorang yang istimewa di hati Haris."
"Kamu jangan terpuruk terus, kasihan anak kamu dia juga ingin punya seorang Mama."
Mama Asih meraih tangan Harus dan putranya mengusap tangan Mamanya yang mulai keriput karena usia.
"Haris tau Ma, Haris juga tidak bisa bertindak sebagai seorang ibu sekaligus seorang bapak dan nantinya Kirana juga tumbuh besar memerlukan seorang ibu untuk mendampinginya ."
"Kamu nggak mencoba mendekati teman-teman kamu dulu mungkin."
Haris menggelengkan kepalanya.
"Haris ingin menikah dengan seseorang yang benar-benar bisa pas di hati dan menerima Kirana seperti anaknya sendiri."
"Ya sudah Mama hanya bisa mendoakan semoga kamu bisa menemukan sosok yang benar-benar mencintai kamu dan bisa mencintai Kirana."
"Makasih Ma."
Haris memeluk sang Mama orang tua satu-satunya karena sang Papa sudah meninggal dunia.
🌹🌹🌹🌹
"Anak tadi lucu banget ya Si."
Lia berbaring di tempat istirahatnya di dalam klinik bersama Sisi.
Mereka berdua memang tinggal di sana karena rumahnya di luar kota sedangkan Ratna dekat situ aja jadi pulang ke rumah.
"Iya ya gemesin gitu. Emak sama Bapaknya pasti cakep banget ya."
Lia menatap Sisi aneh sambil mengerucutkan dahinya.
"Kenapa kamu jadi mikir Bapaknya cakep."
"Bukan Bapaknya aja Lia, Emak dan Bapaknya keduanya maksudnya gitu. Cakep pasti anaknya cantik gitu, pinter lagi kayaknya anak orang kaya itu."
"Iya lah TK elit itu, pasti orang-orang kaya yang sekolah di sana."
"Eh, Dia panggil kamu Bu Dokter tadi."
Sisi menatap Lia balik.
"Memang Bu Gurunya yang mengajari mereka manggil kita Bu Dokter biar mudah aja masa manggil Bu Bidan sulit Si."
"Bener juga ya... Huaa... Ngantuk aku La."
Sisi menguap lebar sekali dan Lia melemparinya bantal.
"Tutup mulut kamu, bisa ikut masuk aku nanti."
"Ha ha ha.. Udah ah ngantuk aku."
Sisi memiringkan badannya dan terlelap ke arah alam mimpi.
"Lucu banget sih kamu, boleh dibawa pulang nggak sih..."
Lia masih gemes sendiri sama anak kecil itu.
😁😁😁
Lia mendapatkan pekerjaannya sebagai bidan di sebuah klinik setelah selesai mengemban pendidikan di sekolah tinggi kebidanan.
Bukan hal mudah buat dirinya untuk mendapatkan gelar seorang bidan, penuh perjuangan dan rintangan untuk bisa mencapai cita-citanya.
Bagaimana kelanjutannya
😂😂😂😂🤲
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!