Wanda berdiri terpaku memandangi dua insan yang sedang berbagi peluh di tempat tidurnya. Kedua matanya memanas dan bulir bening itu jatuh begitu saja membasahi pipi mulusnya.
Tubuh wanda bergetar hebat menyaksikan pemandangan yang menjijikan didepan matanya. Begitu tega suami dan kakak kandungnya sendiri melakukan perbuatan terkutuk dibelakangnya.
Allah teramat sayang kepadaku, tepat di tiga tahun pernikahan ku, Allah memperlihatkan kebusukan suamiku. Entah sejak kapan mereka berhubungan dibelakangku? Aku sendiri tak pernah punya firasat apa apa. Semua nampak biasa - biasa saja selama ini.
"Wan, kapan kamu menceritakan adikku. Aku sekarang sudah resmi berpisah dari suamiku. Aku sudah tidak sabar menunggumu menikahiku." Begitulah percakapan yang terdengar di sela rintihan pergulatan mereka.
"Sabar, sayang. Perceraian ini hanyalah masalah waktu saja. Kita tunggu waktu yang tepat, aku pastikan akan menceraikan wanita itu." suara irwan disela erangan - erangan yang terdengar menjijikan ditelinga wanda.
Wanda mengepalkan tangannya kuat - kuat. Rencana busuk dari suaminya barusan sukses membuat darahnya bergolak.
"Iya , sayang. Untuk apa sih bertahan dengan wanita yang tidak kamu cintai itu atau jangan - jangan kamu sudah jatuh cinta padanya."cecar Ina masih dalam posisi saling mendayung kenikmatan.
"Aku hanya mencintai kamu sayang, andai dulu kamu tidak pergi saat pernikahan kita dulu tentu kamu satu - satunya wanita yang berada disampingku sekarang." gombal irwan.
"Maaf, tapi sekarang aku sudah kembali." Gerakan mereka semakin kencang karna hampir mencapai puncak.
Wanda rasanya sudah tidak mampu menahan gejolak hati yang kian meradang. Apa kata suaminya barusan, dia tidak pernah mencintaiku. Lalu untuk apa dia membuang - buang waktunya bersamaku selama ini.
Dua insan durjana itu tidak menyadari bahwa aksi mereka telah direkam seseorang. Pintu kamar yang tidak tertutup seluruhnya memudahkan wanda merekam adegan menjijikan itu, untuk berjaga - jaga bila sewaktu - waktu diperlukan.
Tadinya wanda balik kerumah cepat karna ingin mengambil dompetnya yang tertinggal, tapi alangkah kagetnya saat memasuki rumah yang sepi terdengar suara - suara aneh yang berasal dari dalam kamarnya.
Desahan - desahan laknat dari dua insan yang sedang berbuat dosa, membuatnya membatalkan niatnya semula.
Dari balik pintu kamar. Lidahku terasa kelu dan tenggorokan tercekat untuk sekedar mengucapkan satu kata. Nafas tersengal - sengal dan sesal ketika ritme permainan mereka semakin memburu.
Dan ketika luapan kepuasan itu terbang menguar ke udara aku hanya mampu menahan tangis dengan mulut dibekap tanganku. Aku memilih untuk menjauh diam dan bungkam serta mencari tahu bukti lain perselingkuhan suaminya. Penghianatan cinta menyadarkan Wanda bahwa pengorbanan dan pengabdiannya selama ini sia - sia belaka.
Wanda meruntuki kebodohanya selama ini. Menampung duri dalam pernikahannya.Tiga tahun waktu kebersamaan tak menjamin seseorang akan setia. Hubungan yang awalnya dipaksakan tidak akan membuahkan kebahagian.
Apa yang mesti aku lakukan? Apakah aku akan berjuang mempertahankan atau mundur perlahan?Jujur rasa cinta itu sudah tumbuh dan bersemi dihati. Tapi cinta itu tak bisa dipaksakan.
Perlakuannya manisnya selama ini membuat aku terhanyut, menyerah diri sepenuhnya. Mengabdi mengarungi biduk rumah tangga. Percaya bahwa kami mampu bertahan sampai maut memisahkan.
Bencana itu datang menerpa biduk rumah tanggaku. Duri yang aku hindari malah aku sendiri yang membawanya. Rasa kasihan dan empati dibalas penghianatan. Penyesalan sudah tak ada gunanya,semuanya telah sirna. Aku harus kuat menghadapi badai ini. Akan aku balas perlakuan mereka tanpa mereka sadari.
Sekarang kalian boleh tertawa diatas penderitaan yang aku alami. Aku akan bersikap menjadi wanita bodoh seperti yang kalian mau, bila tiba saatnya kejutan itu akan datang menghampiri kalian.
Wanda menyeka air matanya yang tidak berhenti mengalir membasahi pipi mulusnya dengan menggunakan kedua tanganya yang terus gemetaran.
Ternyata Wanda tidak sekuat itu untuk berbicara secara langsung dengan kedua penghianat itu dan lebih memilih menjauh meredam gejolak hati yang memanas. Melihat penghianatan dua orang terdekat secara langsung bukan sesuatu yang mudah dilewati.
"Apa salahku, mas, kak hiks...hiks...kenapa kalian melakukan Ini pada diriku? Kenapa kalian tega berbuat begini?" Isak Wanda tertahan.
hiks....
hiks....
hu hu.....
Tangis Wanda pecah saat telah keluar dari rumahnya. Dadanya begitu sesak serasa dihimpit ribuan batu yang besar - besar, ketika mengingat saat dimana irwan suaminya dan Ina kakaknya sendiri bermain dibelakangnya.
Terima kasih ya Allah, terimakasih sudah membuka mataku lebar - lebar bahwa mereka sudah membohongi aku selama ini.Berbuat dosa dirumahku sendiri, yang lebih perih lagi mereka melakukan di ranjang yang selama ini menjadi pelabuhan melepaskan lelah dan berbagi bahagia dengan Irwan suaminya.
Rasa sakit ini begitu menyiksa, luka yang mereka torehkan begitu dalam. Luka tapi tidak berdarah.Tapi Wanda tetap bersyukur bisa mengetahui kebohongan mereka berdua terbongkar dengan cepat.
Wanda menyemangati dirinya sendiri, it's ok, life must go on. Jangan terlalu jatuh terlalu dalam, bangkit, masa depanmu masih panjang. Jangan kau buang air matamu untuk mereka, air matamu terlalu berharga untuk menangisi kedua manusia durjana tersebut.
Wanda menarik nafas dalam - dalam dan menghembuskan kembali, dia melakukan beberapa kali hingga ia merasa jauh lebih tenang.
Tidak boleh cengeng, aku harus kuat menghadapinya. Akan aku hancurkan kalian berdua, akan aku buat kau miskin sama seperti saat pertama kali kedatanganmu.
Lihat saja nanti, aku akan membuat kalian merasakan apa yang aku rasakan. Marah, benci, kecewa dan jijik. Akan ku buat kalian merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Mengkhiantiku aku adalah hal yang paling bodoh kalian lakukan.
****
Irwan ingin beranjak dari ranjang saat tangan mungil wanita menghentikan gerakannya.
"Mau kemana, sayang?" suara lembut yang terdengar indah ditelingganya membuat ia tersenyum lembut.
"Aku harus pulang, sayang. Ini udah hampir malam. Aku tidak mau dia curiga nantinya. Wanda pasti sudah menunggu ku di rumah." Irwan mencium kening selingkuhannya.
Wanita itu adalah Ina, kakak Wanda istri Irwan. Hari ini ijin sama adiknya Wanda mau menginap dirumah temanya.
Ina merengut mempererat pelukannya pada pria tersebut.
"Besok pagi aku kesini lagi, aku akan ijin cuti seharian dari kantor." bujuk irwan pada wanitanya.
"His...nyebelin tau." bibirnya mengerucut tanda kesel.
"Jangan gitu, sayang. Nanti cantiknya ilang." goda Irwan.
Irwan bergegas membersihkan diri dikamar mandi yang tersedia dikamar hotel yang disewanya. Lalu merapikan barang - barangnya.
"Jangan merajuk,sayang. Kamu mau kita ketahuan sekarang?" ancam Irwan.
"Iya...iya , tapi janji besok seharian kamu temani aku disini." akhirnya ia terpaksa merelakan Irwan pulang kerumah meninggalkan dia sendirian.
Irwan tersenyum melihat tingkah laku kekasihnya yang membuatnya gemes. Satu sisi ia sangat mencintai istrinya tapi sisi lain ia tidak tahan akan godaan dari Ina kekasihnya.
Wanda pasti sangat murka jika mengetahui perbuatan mereka dibelakangnya. Irwan tersenyum mengingat pergulatan panasnya tadi.
Ina melepas kepergian kekasihnya. Ada rasa tak rela, kalau boleh egois ingin rasanya ia merebut Irwan dari adiknya. Dia ingin jadi satu - satunya wanita yang berada disampingnya.
Aku duduk termenung di balkon kamarku yang mengarah ketaman yang ada disamping rumahku. Aku sepintas terlihat tenang saja, tapi sebenarnya ingin ku teriak sekeras - kerasnya, menangis meraung - raung. Sakit rasanya hati ini saat mengetahui laki - laki yang paling aku cintai tega berselingkuh di belakangku. Dan yang lebih parah lagi,suamiku berselingkuh dengan kakakku sendiri.
Dulu suamiku adalah calon kakak iparku. Saat akad sang kakak yang tak lain adalah Ina kabur entah kemana, untuk menghilangkan malu keluarga mama memaksaku mengantikan sang kakak menjadi pengantinnya Irwan.
Seiring berjalannya waktu perlahan aku mulai membuka hati dan mulai jatuh cinta. Aku merasa beruntung dipersunting mas Irwan, ia laki - laki yang bertanggung jawab dan perhatian.
Ia sanggup meluluhkan hatiku dengan perhatian - perhatiannya yang manis. Selalu memanjakan dan memenuhi apa yang aku mau.Tapi semua berubah saat sang kakak kembali meminta pertolongan. Laki - laki yang selama ini menjadi suaminya tega menduakannya dengan wanita lain.
"Assalamualaikum, dek." suara seorang perempuan yang membuat Wanda terkejut dan tidak percaya akan penglihatannya.
"Waalaikumsalam, kakak." Wanda merangkul perempuan itu karna saking bahagianya." Kakak kemana aja?"
"Nanti kakak ceritakan. Kakak boleh numpang nggak untuk sementara disini?" tanyanya dengan wajah memelas.
"Kita masuk dulu, kak. Kita bicarakan didalam aja." Wanda menggandeng kakaknya masuk kedalam rumah dan duduk berdua di ruang tamu melepas rindu setelah tiga tahun menghilang.
"Maafkan kakak yang selalu membuatmu repot." Ujar nya dengan air mata yang mulai menetes satu persatu.
"Kak, nggak boleh gitu. Sekarang kakak ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ima lembut.
"Dulu kakak kabur saat hari pernikahan karna kakak lari dengan seorang laki - laki yang kakak kira akan membahagiakan kakak dan kamu yang jadi korbanya." sesaat terhenti karna isak tangis Ina.Wanda berusaha menguatkan dengan mengemgam kedua tangan Ina nama sang kakak.
"Awalnya semua terlihat bahagia tapi ditahun kedua suami kakak tega mendua. Setahun kakak coba bertahan tapi semua malah makin runyam. Suami kakak malah memilih menceraikan kakak ketimbang berpisah dengan selingkuhannya." tangis pilu Ina terdengar menyayat hati.
Wanda merasa iba melihat kondisi kakaknya saat ini, kalau boleh egois rasa Wanda dulu pengen bejek - bejek Ina karna sudah melimpahkan kesalahan yang tidak seharusnya dia tanggung.
Gara - gara dia Wanda harus mengubur cintanya dalam - dalam.Tapi apa mau dikata mungkin sudah takdir dari yang kuasa. Yang penting sekarang wanda sudah bisa menerima kehadiran suaminya walau awalnya karna keterpaksaan. Cinta itu hadir karna seringnya bersama.
"Ya, udah kakak istirahat dulu dikamar. Nanti aku akan bicarakan dengan mas Irwan." Wanda mengantar Ina istirahat dikamar tamu.
Awalnya Irwan menentang keputusan Wanda, mengizinkan Ina untuk tinggal sementara bersama mereka.Tapi karna desakan Wanda akhirnya Irwan mengizinkan.
"Mas, tolong ijinin kak Ina tinggal untuk sementara disini ya." bujuk Wanda saat suaminya pulang dari kantor.
"Maksudnya apa , sayang."
"Begini, mas. Kak Ina kan sudah bercerai dengan suaminya, mau pulang kerumah ibu takut nggak diterima dan di usir. Jadi untuk sementara dia menumpang disini untuk menangkan diri, boleh?"
"Mas,keberatan sayang. Kamu tau sendiri bagaimana bencinya aku pada kakakmu itu." Ujar Irwan tidak suka.
" Nggak lama kok, mas. Please...."mohon Wanda.
"Terserahlah." Irwan menyerah percuma menolak istri akan tetap kekeh dengan keinginannya.
"Makasih, mas." Wanda langsung memeluk suaminya dan menghadiahi ciuman yang bertubi - tubi diwajah suaminya.
Irwan hanya bisa tertawa melihat tingkah lucu istrinya.
Hari berganti hari, tak terasa sudah dua minggu Ina tinggal bersama di rumah Wanda. Entah kenapa sikap suaminya yang biasanya kurang bersahabat dengan Ina, sekarang terlihat mereka sudah mulai melunak.
Aku sama sekali tidak menaruh curiga apapun. Aku cukup percaya kepada suami dan kakakku, mereka tidak akan mungkin macam - macam dibelakangku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!