"Awww,"
Ckiiitttttt
Set
Braakkkkk
Seketika kepulan asap mulai muncul dari kap sebuah mobil mewah yang baru saja menabrak pilar pembatas jalan.
Seorang wanita yang duduk di balik kemudi mobil yang telah hancur itu pun tampak terluka parah dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh darah segar.
Dengan setengah kesadaran yang dia punya. Wanita itu mencoba mempertahankan kesadaran nya dan berusaha keluar dari dalam mobil.
Akan tetapi, sebuah benturan kembali dia terima di bagian kepalanya hingga akhirnya wanita itu pun jatuh tersungkur di tanah setelah susah payah keluar dari dalam mobilnya yang telah hancur.
"Bagaimana? Apa dia mati?"
"Aku pastikan, jika dia mati hari ini. Ayo, jangan sampai ada yang melihat kita."
Itulah percakapan dua orang yang berhasil tertangkap oleh indra pendengarnya sebelum akhirnya wanita itu pun kehilangan kesadaran nya.
Saat matanya hampir tertutup, wanita itu sempat melihat siluet dua orang yang pergi meninggalkan nya tanpa belas kasihan sedikit pun.
Hingga akhirnya, sang wanita korban kecelakaan itu pun benar benar kehilangan kesadaran sepenuhnya dan tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya kemudian.
*
*
Rumah Sakit Harapan.
"Dokter, bagaimana keadaan putriku?" tanya seorang wanita paruh baya yang tak pernah beranjak dari samping putrinya sejak sang putri masuk rumah sakit karena kecelakaan tunggal satu bulan yang lalu.
"Masih belum ada perkembangan lagi. Kondisinya, masih sama Nyonya," jawab sang dokter dengan raut wajah penuh dengan rasa penyesalan. Karena sudah satu bulan berlalu pasien nya masih saja tidak menunjukan perkembangan yang berarti.
"Ya Allah Senja. Sebenarnya apa yang terjadi padamu Nak? Kenapa kamu sampai seperti ini dan Adam. Kemana pria itu? Kenapa istrinya mengalami musibah dia malah pergi?" lanjut wanita baya itu lagi yang kini, tak kuasa lagi menahan tangisnya saat melihat putrinya terbaring koma karena sebuah kecelakaan.
"Sudah, Ma. Jangan menangis lagi. Kasihan Senja, jangan buat dia sedih karena Mama nangis terus," bujuk putra sulung nya yang saat ini menggantikan sang ayah menemani sang ibu di rumah sakit.
"Tapi Langit, Mama tidak melihat adikmu seperti ini terus dan Adam. Kemana dia? Kenapa istrinya kecelakaan dia malah menghilang,"
"Kami masih mencari nya Ma. Adam, terkena kasus penggelapan uang perusahaan dan juga terjerat hutang yang sangat banyak. Adam kabur dengan sejumlah uang yang dia gelap dari perusahaan kita. Sampai saat ini, kami belum berhasil menemukan nya," jelas Langit yang membuat sang Mama shock dengan kabar yang dia dengar tentang menantunya.
"Ya Allah, ya robb. Lalu, apa yang harus kita katakan saat Senja sadar nanti dan menanyakan suaminya? Mama tidak bisa bayangkan bagaimana kecewa nya Senja saat tahu kalau suami yang dia cintai seorang pencuri." tangis Mama Elda pun semakin pecah setelah mendapati kenyataan jika pria pilihan putri bungsunya itu ternyata seorang penjahat.
Mama Elda tidak bisa bayangkan bagaimana Senja akan menghadapi kenyataan pahit itu setelah sekuat tenaga Senja memperjuangkan Adam dan meyakinkan keluarganya jika Adam adalah pria terbaik pilihan nya.
"Mau bagaimana pun. Kita harus tetap memberi tahu Senja bagaimana Adam selama ini. Jangan sampai, Senja tahu keburukan suaminya dari orang lain," lanjut Langit yang sejujurnya juga tidak tega melihat wajah sedih dan kecewa dari sang adik jika kelak dia tahu jika pria yang dia cintai adalah pria yang jahat.
Akan tetapi, Langit tidak ingin Senja mengetahui keburukan suaminya dari orang lain. Meski akan sangat menyakitkan. Namun, Senja harus tahu kebenaran tentang siapa Adam sebenarnya.
"Kamu benar. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Agar adikmu segera bangun dari koma nya,"
"Langit memiliki sahabat, dia adalah dokter terbaik di salah satu rumah sakit terbesar di Amsterdam. Langit akan coba meminta bantuan nya untuk menjadi dokter pribadi Senja. Semoga, dengan bantuan nya. Senja bisa segera bangun dan pulih kembali,"
"Siapa dia? Apa Mama mengenalnya?"
"Dia Bumi Ma, dan Mama sangat mengenalnya,"
"Raka Bumi Prawija?"
"Iya, Ma. Dia adalah Raka Bumi Prawija."
*
*
Dibandara.
Drrrtttt
Drrrtttt
Klik
"Dimana loe? Gue udah menunggu hampir 30 menit kenapa loe belum muncul juga?" tanya seseorang yang menghubungi orang yang dia jemput di bandara.
"Gue, di rumah," jawabnya enteng sekali.
"What? Shit, fuck you men. Brengsek loe Bumi, gue udah cape cape jemput loe. Dasar sahabat laknat, awas loe. Gue akan buat perhitungan."
Klik
Dengan emosi yang sudah menyelimutinya. Pria itu langsung memutus sambungan telepon itu. Dengan rasa kesal dan juga marah, akhirnya si pria pun pergi meninggalkan bandara karena orang yang dia jemput nyatanya sudah ada di tempat ternyaman nya.
Braakkkk
"Brengsek, dasar sahabat laknat, tidak berakhlak," umpat nya setelah masuk kedalam mobil.
"Kenapa loe, Wan? Terus mana si Bumi?" tanya pria yang saat ini duduk di depan kemudi mobil pada teman nya yang bernama Awan.
"Ga usah nanya, kesel gue Lang. Dasar kurang ajar tuh anak. Dia suruh kita jemput. Lah, setelah kita cape cape kesini dia udah di rumah nya. Dasar gendeng, wong edan memang si Bumi," gerutu Awan yang kesal karena di kerjain oleh sahabatnya sendiri.
"Anak itu, dari dulu memang tidak berubah," lanjut langit yang terkekeh saat mendengar gerutuan dari Awan.
Setelah mengetahui jika orang yang akan mereka jemput sudah tidak ada di sana. Langit pun langsung menyalakan kembali mesin mobilnya dan melajukan mobil itu meninggalkan bandara.
*
*
Di Tempat Lain.
Seorang pria yang baru saja tiba di unit apartemen milik nya langsung menyimpan koper besar yang tadi dia bawa di samping sofa.
Dengan menghela nafas panjang pria itu berjalan menuju ke arah jendela dan menatap lurus pemandangan ibu kota dari ketinggian gedung berlantai 50 tingkat dan saat ini pria itu menempati lantai 30, dimana unit miliknya berada.
"Akhirnya, aku kembali. Semoga ini jalan agar aku bisa kembali memperjuangkan mu untuk menjadi milikku. Senja." gumam nya sembari mengusap layar ponselnya yang menampilkan sebuah gambar seorang gadis yang sedang tersenyum dengan buket bunga di tangan nya.
Gambar itu di ambil saat sang gadis lulus dari universitas dan berhasil menyandang status sarjana dengan nilai terbaik.
Didalam foto itu ada lima orang yang berjejer dengan seorang gadis yang berdiri di tengah tengah dan disamping gadis itu, tampak berdiri empat orang pria yang selama ini selalu menjaga sang gadis dengan begitu baik dan sedikit posesif dan salah satu dari ke empat orang itu adalah dirinya sendiri.
Pria yang selama bertahun tahun mencintai gadis bernama Senja di dalam diam nya.
"Bagaimana keadaan nya?" tanya seorang pria bertubuh kekar berparas tampan dengan jas putih kebanggaan para dokter membalut tubuhnya.
Bima berdiri di samping ranjang pasien yang di tempati oleh seorang korban kecelakaan tunggal bernama Senja Mahalini.
"Selama satu bulan ini pasien sama sekali tidak menunjukan reaksi apapun. Segala cara sudah kami coba, tapi tetap saja belum ada kemajuan," jawab dokter yang merawat Senja selama satu bulan ini.
"Bagaimana Bumi? Apa adikku bisa disembuhkan?" tanya Langit yang kebetulan ada di sana.
"Butuh beberapa tes dan pemeriksaan lanjutan. Aku akan cari tahu, apa yang membuat Senja masih belum bangun dari koma nya. Berdoalah, semoga Senja bisa kembali pada kita. Ah, maaf. Maksudku, pada keluarga mu," lanjut Bumi yang membuat dahi Langit mengerut.
Tetapi, detik kemudian mereka pun kembali fokus pada Senja. Sementara itu, Bumi sendiri kembali pada berkas yang berisikan rekap medis milik Senja selama satu bulan ini.
Pria dengan gelar dokter terbaik itu pun memeriksa dengan sangat teliti dan mencari apa yang sebenarnya terjadi pada Senja.
Hingga menjelang siang, Bumi pun akhirnya selesai dengan pemeriksaan nya dan keluar dari ruangan rawat inap Senja.
"Aku akan mencoba melakukan yang terbaik dan apa yang aku bisa. Semoga kali ini, Senja bisa segera bangun dari koma nya. Aku pamit dulu, nanti aku akan kembali saat jam pemeriksaan," ucap Bumi saat akan keluar dari ruangan rawat inap Senja.
"Baiklah, terima kasih," jawab Langit menatap penuh rasa haru.
"Ini sudah kewajibanku sebagai seorang dokter. Jadi, jangan sungkan,"
"Tidak, aku tetap harus berterima kasih karena kamu. Akhirnya mau kembali dan menolong Senja,"
"Cieee, yang panggil aku kamu. Belok loe berdua? Ckckckck,"
Seketika, suasana haru antara Bumi dan Langit pun ambyar dengan kedatangan Awan. Pria tengil itu memang paling tidak bisa di ajak serius.
Sikapnya yang konyol dan tengil selalu membuat suasana menjadi ramai. Meski begitu, Awan juga kerap menjadi sasaran kejahilan Bumi.
Baik Bumi maupun Langit sama sama mendelik ke arah Awan yang baru saja masuk ke ruangan rawat Senja.
"Woy, woy, santai bro. Kaya lihat musuh aja kalian ini. Btw, gimana keadaan Senja? Gue harap, loe bisa sembuhin Senja Mi. Sudah satu bulan ini kita kehilangan keceriaan dia dan gue, ga mau kehilangan adek gue yang satu ini," lanjut Awan yang sudah menganggap Senja seperti adiknya sendiri berhubung dia adalah anak tunggal.
Berkat Senja, Awan akhirnya bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang adik yang selama ini dia inginkan. Hidup sebagai satu satunya anak di dalam keluarganya membuat pria berusia 30 tahun itu selalu merasa kesepian. Namun, Awan juga masih enggan membangun keluarga nya sendiri karena trauma dari perceraian dari kedua orang tuanya.
Hingga akhirnya, Awan pun lebih memilih sendiri meski usia nya sudah memasuki kepala tiga. Tidak jauh dengan Awan, Bumi yang masih gamon dari cinta pertama pun masih enggan membuka hati pada wanita lain.
Di usia nya yang ke 30 tahun pria itu malah semakin sibuk dengan pekerjaan. Berbeda dengan mereka berdua. Langit sudahlah lebih dulu menikah dan memiliki seorang putri yang cantik berusia 7 tahun yang bernama Liona Malika Mahadirga.
"Akan gue lakukan apapun itu, agar Senja kembali pada kita," jawab Bumi menatap tubuh yang masih terbaring diatas ranjang pasien.
"Dan akan aku pastikan. Kali ini, Senja akan jadi milikku." lanjut Bumi yang dia ucapkan di dalam hatinya.
*
*
"Bumi,"
Seketika, langkah Bumi yang baru saja keluar dari ruang rawat inap Senja terhenti saat mendengar seseorang memanggil namanya.
Bumi pun membalik tubuhnya dan melihat seorang wanita cantik berdiri tidak jauh darinya. Perlahan wanita cantik itu berjalan mendekati dirinya.
"Hai, apa kabar?" tanya wanita itu dengan binar bahagia karena kembali bertemu dengan Bumi.
"Baik, kamu sendiri?" jawab Bumi dingin dan datar.
"Seperti yang kamu lihat. Meski tidak pernah baik baik saja setelah kamu pergi, tapi aku harus tetap terlihat baik baik saja," lanjutnya sendu.
"Cukup, jangan pernah lagi membahas masa lalu. Di antara aku dan kamu, tidak pernah ada kata 'kita' jadi stop. Jangan membahas apapun itu,"
"Tapi Bumi, aku merasa bersalah sudah menuduh mu dan meminta pertanggung jawaban atas perbuatan yang tidak kamu lakukan, tapi kamu tahu sendiri kan? Aku melakukan itu karen aku sangat menci___,"
"Stop Selia. Aku bilang stop, jangan bahas apapun lagi. Hargai pernikahanmu dengan Langit karena dia adalah suami yang terbaik untukmu,"
"Tapi Bumi,"
Tanpa mau mendengar apapun lagi dari wanita bernama Selia itu. Bumi pun segera pergi meninggalkan nya yang masih terdiam terpaku di tempat. Menatap sendu punggung Bumi yang semakin lama semakin menjauh lalu menghilang di ujung lorong rumah sakit.
Tanpa Selia sadari, jika sejak awal dirinya memanggil Bumi. Ada sosok pria yang berdiri di balik tembok dan mendengar percakapan nya dengan Bumi. Dengan kedua tangan yang terkepal kuat, pria itu langsung beranjak meninggalkan tempat itu.
*
*
Tok
Tok
"Masuklah,"
Kreekkkkk
"Assalamualaikum, Ma. Bagaimana keadaan Senja sekarang? Apa sudah ada perubahan?"
"Waalaikumsalam warahmatullaah, masih belum ada perkembangan apapun Lia. Kamu, kesini sendirian? Liona kemana?" tanya Mama Elda pada menantunya.
"Liona di rumah. Kebetulan dia sedikit demam makanya nggak Lia bawa. Oh iya, ini Lia sekalian bawa makanan untuk Mama dan Mas Langit," jawab Selia.
"Oh iya, Mas Langit kemana? Bukan nya dia di sini?" tanya Selia saat tidak melihat suaminya di sana.
"Tadi dia keluar. Mau beli kopi katanya, memangnya kamu tidak bertemu dengan nya tadi?"
"Tidak Ma, Lia tidak melihat Mas Langit,"
Kreekkkk
"Nah, itu dia orang nya." ucap Mama Elda saat melihat kearah pintu yang di buka dari arah luar dan memunculkan sosok Langit di sana.
Dengan membawa paper bag berisi kopi dan makanan lain nya. Langit berjalan menuju sofa dan mengabaikan sang istri yang menatap heran padanya.
Dingin dan datar, itulah sikap Langit saat ini. Tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Selia merasa heran dengan perubahan sikap Langit.
Jika biasanya Langit akan menyambut penuh dengan senyuman dan pelukan hangat kehadiran nya. Namun, kini jangan kan pelukan hangat. Melirik ke arah Selia pun tidak. Pria itu malah terlihat sibuk dengan laptopnya setelah mengeluarkan isi paper bag yang tadi dia bawa.
"Mas, makan dulu. Ini aku bawakan makanan untuk kamu," ucap Selia setelah berada di samping Langit.
"Simpan saja dulu. Aku masih sibuk," jawab Langit dingin dan datar.
Sungguh, hal itu semakin membuat Selia kebingungan akan perubahan sikap dari suaminya.
"Eeuuuggghhh,"
Sebuah lenguhan lemah yang berasal dari senja mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu. Langit bahkan sampai meninggalkan pekerjaan nya dan bergegas menghampiri ranjang dimana Senja berada.
"Dek, kamu bangun? Kamu dengan Kakak kan Dek?" tanya langit saat melihat pergerakan di tubuh Senja meski mata wanita itu masih tetap tertutup.
"Eeuuugggghhhhhh,"
Lagi, hanya lenguhan yang keluar dari mulut Senja. Melihat hal itu Langit pun segera memencet tombol yang biasa di peruntukan untuk memanggil dokter dan tenaga medis lain nya.
"Masya Allah, Nak. Kamu bangun sayang? Ini Mama Nak, bangun lah sayang," lirih Mama Elda yang terharu karena akhirnya Senja menunjukan sebuah reaksi di tubuhnya.
Kreekkkkk
"Bagaimana? Apa yang terjadi?" tanya Bumi dengan nafas yang ngos ngosan.
Sepertinya pria yang berstatus seorang dokter itu berlari untuk tiba di kamar rawat Senja saat mendapatkan panggilan dari kamar itu.
"Senja bergerak Mi, dia juga mengeluarkan lenguhan, tapi mata nya masih terpejam," jelas Langit yang entah harus sedih atau bahagia saat mendapati sang adik bergerak.
"Ok, coba aku periksa dulu." lanjut Bumi yang segera mengeluarkan alat alat untuk memeriksa keadaan Senja saat ini.
Bumi pun tampak begitu serius menangani pasien spesialnya itu. Sudah satu minggu berlalu sejak Bumi mengambil alih penanganan Senja dan kini, setelah satu minggu berlalu Senja pun mulai menunjukan sebuah reaksi.
"Ada sedikit kemajuan, tapi kita masih harus tunggu perkembangan selanjutnya. Semoga Senja bisa secepatnya bangun dan segera kembali pada kita," lanjut Bumi.
Helaan nafas panjang pun terdengar secara bersamaan dari mulut Langit dan juga Mama Elda. Keduanya tidak menyangka jika Senja akan mengalami hal seburuk ini dan di masa sama sulitnya ini.
Orang yang harusnya menjadi orang pertama yang menjaga dan melindungi Senja malah menghilang entah kemana rimbanya.
Adam Setiawan, pria yang Senja kenal selama masa kuliah dulu dan berhasil menjadi suami nya itu pergi menghilang entah kemana.
Sejak Senja di temukan terluka parah di pinggir jalan dengan kondisi mobil yang rusak parah. Adam juga menghilang di hari yang sama.
Menurut informasi terakhir yang Langit terima. Adam melakukan perjalanan ke luar pulau, tapi kemana perginya pria itu tidak ada yang tahu.
Semua orang suruhan Langit kehilangan jejaknya di bandara dan sampai saat ini Langit belum berhasil menemukan informasi apapun tentang adik iparnya itu.
*
*
Malam harinya.
"Aku kembali Senja, tapi kenapa kamu menyambut ku dengan keadaan yang seperti ini?" lirih Bumi saat menyambangi kamar rawat Senja setelah jam kerja nya selesai.
Pria itu mendapat amanat dari Langit dan juga Mama Elda untuk menjaga Senja sebentar sementara keduanya pulang ke rumah sebentar untuk berganti pakaian.
"Bangunlah Senja. Kamu, memiliki janji yang harus kamu bayar padaku." lanjut Bumi, menggenggam erat tangan wanita yang masih setia memejamkan matanya.
Sementara itu, ditempat lain. Langit tampak memasuki rumah nya dengan langkah gontai. Sudah hampir satu minggu pria itu tidak pulang ke rumah dan memilih menginap di rumah sakit.
"Assalamualaikum," ucap pria itu saat memasuki rumahnya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Mas Langit, kamu pulang, Mas?" jawab Selia sembari menghampiri Langit lalu menyalami nya dengan takzim.
"Iya, aku mau mengganti baju kotor dengan yang bersih," jawab Langit datar.
"Mengganti baju? Memang nya Mas tidak akan menginap di sini?"
"Iya, aku harus kembali menjaga Senja,"
"Tidak bisakah malam ini kamu tidur di rumah, Mas? Sudah satu minggu kamu tidak pulang. Kasihan Liona, dia pasti merindukan Ayahnya," ucap Selia mencoba membujuk Langit yang akhir akhir ini lebih memilih tinggal di rumah sakit dari pada di rumah.
"Aku sudah bicara dengannya dan Liona, sama sekali tidak keberatan. Sekarang, tolong bantu aku siapkan pakaian yang bersih untuk aku bawa ke rumah sakit," jawab Langit mengabaikan rengekan Selia yang merasa keberatan jika suaminya itu terus berada di rumah sakit.
"Tidak, aku tidak mau. Pokoknya, malam ini Mas tidak boleh pergi." jawab Selia yang mulai merajuk pada suaminya.
Langit tampak menghela nafas panjang sebelum akhirnya beranjak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Melihat suaminya masuk ke kamar mandi, Selia pun tersenyum penuh kemenangan. Karena lagi dan lagi, Langit luluh hanya dengan rengekan nya.
Dengan memasang senyum di wajahnya, Selia pun mulai menyiapkan satu set piyama untuk Langit. Dengan penuh semangat, wanita itu pun berganti pakaian dengan pakaian tidur yang cukup seksi.
Tidak lupa Selia juga memoles wajahnya dengan sedikit make up agar lebih terlihat segar dan cantik. Wanita itu juga menyemprotkan parfum beraroma seksi dan menggoda untuk menyambut malam ini bersama suaminya.
Deg
Langit dibuat tertegun saat melihat penampilan istrinya. Jika saja Langit melewatkan percakapan antara istrinya dan sahabatnya. Mungkin saat ini Langit akan sangat bersemangat menghabiskan malam panas bersama istrinya.
Sayang nya, Langit terlanjur mendengar ucapan istrinya yang begitu tega nya mengakui perasaan nya pada pria lain. Sakit, itulah yang Langit rasakan saat ini.
Meski sejal awal menikahi Selia Langit tahu betul siapa yang wanita itu cintai. Namun, Langit tidak menyangka jika waktu 8 tahun mereka bersama tidak juga membuat Selia mencintainya.
Wanita itu bahkan dengan lantang nya mengutarakan perasaan nya pada pria lain. Padahal yang selama ini ada untuk Selia adalah Langit.
Dengan helaan nafas yang panjang dan berat, Langit pun berlalu melewati Selia begitu saja. Bahkan Langit mengabaikan baju piyama yang sudah di sediakan oleh Selia.
Langit bergegas membuka lemari pakaiannya lalu memakai setelan celana kain dan juga kemeja hitam polos dengan dilengkapi oleh jaket bomber menjadi pilihan Langit untuk melengkapi penampilannya malam ini.
"Loh, Mas mau kemana?" tanya Selia saat melihat suaminya berpakaian cukup rapih.
"Rumah sakit," jawab Langit singkat.
"Kok ke sana? Mas, aku kan sudah bilang kalau malam aku tidak mau Mas pergi ke rumah sakit," jawab Selia setengah berteriak saat Langit mengabaikan permintaan nya untuk tetap tinggal.
"Aku tidak butuh persetujuan mu, Sel. Lagi pula, saat ini Senja lebih membutuhkan aku dari pada kamu," lanjut Langit yang langsung beranjak pergi setelah memasukan beberapa pakaian bersih dari dalam lemari nya ke dalam tas ransel yang dia bawa.
Tidak lupa pria itu juga membawa alat shalat yang akan dia gunakan selama menginap di rumah sakit. Setelah kepergian sang ayah, Langit lah yang berperan sebagai penjaga dan pelindung kedua wanita yang sangat dia cintai dan sangat dia sayangi, yaitu Mama Elda dan juga adiknya Senja.
Hingga, Langit pun tidak bisa mengabaikan Senja begitu saja. Sebenarnya Langit juga tidak tega selalu meninggalkan Selia dan Liona. Namun, setelah mendengar ucapan Selia pada Bumi. Langit pun tidak bisa lagi mentolerir sikap dan perbuatan istrinya yang sudah mencoreng harga diri Langit di depan sahabatnya, Bumi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!