NovelToon NovelToon

Dikhianati Suami Dilangitkan Mantan

Berbeda

Pagi hari itu Naya disibukkan dengan memasak, membuat sarapan untuk suaminya. Dia selalu bersemangat saat memasak. Walaupun suaminya kadang tidak menghargai itu.

"Mas, sarapan dulu. Naya sudah siapin sarapannya" Naya menata piring, serta sendok di atas meja makan.

Rendra turun dari tangga, sambil menenteng tasnya, Naya segera menghampiri dan mengambil alih tas yang Rendra bawa.

"Aku gak sarapan, aku buru buru" pangkas Rendra, sambil mengambil sepatu yang akan dia pakai untuk bekerja.

"Ya udah dibekal aja ya makannya, biar sarapannya di Kantor aja, atau buat makan siang" ujar Naya sambil memasangkan dasi pada Rendra suaminya.

"Gak usah Naya, aku gak mau sarapan, dan untuk makan siang udah ada kantin kan !!" Rendra menolak keras apa yang Naya pinta.

"Tapi makanan dikantin kurang higienis loh, Mas. Aku siapin ya" Naya masih memaksa dan itu membuat Rendra nambah murka.

"Naya !! aku udah bilang gak usah ya gak usah, kamu ngerti gak sih !!"

Naya kaget dengan bentakan suaminya itu "Maaf Mas, tapi bisa kan gak usah bentak bentak kaya gitu ?"

Naya pun tak lagi berbicara, dia fokus merapikan baju suaminya, sampai suaminya itu melangkah pergi dan masuk ke dalam mobil, serta pergi.

Naya menghembuskan nafasnya panjang, sudah beberapa waktu ini sikapnya Rendra padanya agak berbeda, lebih tepatnya sudah beberapa bulan.

"Jangan cengeng Naya, Ini bukan pertama kalinya kok Mas Rendra seperti ini, jadi yakinlah kalau Mas Rendra masih mencintai kamu" gumamnya sendiri

Nayarra Thara Kalisa

Wanita yang berusia 29 tahun itu sudah menikah dengan Rendra (31thn) dua tahun lebih tua darinya, pernikahannya dengan Rendra sudah terjalin selama lima tahun ini.

Dia dan Rendra dijodohkan lebih tepatnya atas kemauan sang Ayah yang meninggal setelah Naya menikah. Itu kemauannya yang terakhir Ayahnya, beliau bilang Naya harus ada yang jaga sebelum dia meninggal dunia, oleh karena itu Naya mau menikah dengan Rendra.

Awal awal dia selalu diratukan oleh Rendra, tapi makin kesini perlakuan Rendra padanya begitu berbeda.

Karena sudah lima tahun ini, Naya belum juga kunjung hamil. Tuhan belum menitipkan amanah itu pada Naya. Tapi Naya tetap sabar dan yakin, suatu saat nanti Tuhan pasti akan berikan amanah itu pada Naya dan Rendra.

"Makanya segera hamil dan punya anak, jadi suami nyaman ada dirumah"

Naya menolah pada sumber suara yang sedang menyindirnya itu, siapa lagi kalau bukan Feli- Mama mertuanya.

Ya mertua yang selalu menuntut Naya untuk segera punya anak. Dan selalu banyak mencemooh Naya.

"Belum waktunya, Ma. Kalau Tuhan sudah percaya sama Naya dan Mas Rendra, Insya Allah Tuhan akan titipkan dia-anak pada Kita, sabarlah Ma" Naya mencoba untuk tak melawan mertuanya, meski bukan pertama kali sindiran itu dia dapatkan.

"Kamunya aja yang gak mau berusaha, Mama kan udah bilang berkali kali, coba kalian cek ke dokter, apa yang salah, takutnya kamu mandul"

Naya menoleh pada Feli ibu mertuanya dengan tatapan tak suka dengan apa yang baru saja beliau katakan, dan jelas itu sangat membuatnya terluka.

"Maaf Ma, bisa jaga omongannya Mama !! Naya sudah beberapa kali mengajak Mas Rendra untuk konsultasi ke dokter, tapi Mas Rendra sendiri yang selalu menolak, Ma"

Naya menjawab dengan suara yang biasa saja, meski hati sudah memanas ingin menyentak, namun dia sadar siap lawannya itu, orang tua yang harus dia hormati.

Feli mendelik pada Naya, dan dia langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Naya terduduk di kursi meja makan, masakan yang dia buat pagi itu masih utuh tanpa ada yang menyentuhnya sama sekali.

Dia menelengkupkan wajahnya di atas kedua tangannya dan dia menangis disana, ARTnya melihat itu, dia menatap Naya dan ikut sedih.

***

"Huh, jangan lemah Naya, ayo bangkit masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan" Naya menyemangati dirinya sendiri.

"Nuri, tolong bantu bungkusin makanan ini ya, sisain aja buat Mbak sama buat makan siang kita nanti, sisanya berikan pada orang di depan- pengemis/ pemulung"

Nuri yang disebut Naya mengangguk dan mulai membungkus makanan itu, lalu mereka berdua memberikannya pada orang tak mampu yang mereka temui di depan rumahnya.

"Alhamdulillah ya Mbak, masih bisa berbagi" Naya tersenyum lega, kala dirinya masih bisa berbagi pada sesama.

"Iya Alhamdulillah, udah jadi rezeki mereka semua"

Keresahan yang dia rasakan tadi, sedikit menguar diganti dengan rasa bangga pada dirinya sendiri. Lantas dia berdoa, dan meminta pada sang khalik untuk segala hal, terutama dia ingin bisa cepat hamil.

Dia Aamiinkan doanya sendiri itu, bagaimanapun juga dia seorang wanita yang tentu ingin punya anak, ingin mendengar suara bayi dirumahnya itu. Namun dia kembali pikir, mungkin emang dia belum diberi kepercayaannya itu sama Tuhan.

***

Malampun telah tiba, Mama mertuanya tak kunjung pulang, tapi suaminya Rendra baru saja pulang. Naya menyambut Rendra dengan penuh senyum seperti biasanya, dia meraih tas dan jas yang terlampir pada tubuh suaminya itu.

Rendra masuk tanpa membalas senyumannya Naya, dia langsung duduk dan melonggarkan dasinya, lalu dia menghela nafas panjang, raut wajahnya terlihat sangat lelah.

Naya merasa iba pada suaminya itu, dia bergegas menyimpan jas dan tasnya Rendra, lantas dia kembali dan duduk disamping Rendra.

"Cape banget ya, Mas. Wajah kamu terlihat sangat lelah" ujar Naya sambil menatap suaminya itu.

"Iyalah, cape !! kamu pake nanya" Bentak Rendra.

"Aku pijitin ya Mas, atau mau kasih Vitamin C ?"

"Apaan sih Nay, lagi cape gini jangan banyak bercanda, kalau mau pijit ya pijit aja, jangan aneh aneh !!"

"Kamu kenapa sih Mas akhir akhir ini sering marah marah gini !! emang aku punya salah sama kamu ?" tiba tiba Naya menjadi marah.

"Udahlah Naya aku cape jangan ngajak aku berdebat"

"Aku gak ngajak kamu berdebat Mas, kamu yang mulai lebih dulu, tadi pagi kamu gak menghargai masakan aku. Sekarang kamu bentak bentak aku"

"Cukup Naya !! buatkan saja aku air hangat" titahnya pada Naya dengan keras.

Naya merenung, sampai kapan sikap suaminya terus seperti itu, dulu tidak begitu.

"Baru pulang Mas, sini aku bawakan tasnya"

"Pengen peluk kamu, aku lelah banget sayang"

"Iya nanti peluknya, aku simpan ini dulu"

"Gak mau, sini jangan jauh jauh"

"Mas, ya ampun"

"Pasti lelah banget suamiku ini"

"Iya banget, cium dong, biar energinya nambah lagi"

"Modus kamu ya Mas"

"Gak modus sayang, beneran butuh vitamin C ini aku"

"Apaan Vitamin C"

"Cinta dan Cium"

Lamunan Naya buyar, kala Rendra memanggilnya dengan suara lantang.

"Nay !! lama amat, kamu ngapain aja ?" omelnya pada Naya, dan Naya segera bergegas membawa minuman untuk Rendra.

Penolakan

"Nay !! lama amat, kamu ngapain aja ?" omelnya pada Naya, dan Naya segera bergegas membawa minuman untuk Rendra.

"Ini minumannya Mas" Naya memberikan minuman itu pada Rendra dan Rendra meneguknya sedikit sedikit.

"Mau aku siapin air hangat untuk mandi, Mas ?" tawar Naya selanjutnya.

"Ah, iya badanku sangat letih, mandi air anget kemungkinan bisa buat tubuhku rileks" jawabnya sambil meregangkan otot otot pada tubuhnya yang nampak letih itu

Naya mengangguk, dia pun bergegas mempersiapkan untuk mandi suaminya itu.

Mama mertuanya baru saja pulang, sambil menenteng beberapa kantong belanja dari sebuah mall. Sudah hal biasa.

"Rendra, baru pulang kamu ?" tanyanya pada anaknya itu, dan sambil ikut duduk dikursi yang kosong.

"Iya Ma" jawab Rendra singkat.

"Kamu keliatan cape banget Ren, apa pekerjaannya begitu banyak, akhir akhir ini juga sering pulang malam, biasanya sore sudah dirumah, perusahaan baik baik saja kan ?" tanya Feli khawatir melihat anaknya itu.

"Perusahaan baik baik saja, Ma. Hanya saja, Rendra belum ada yang membantu, asisten Rendra sedang sakit karena kecelakaan dan sekretaris Rendra mengundurkan diri, jadi Rendra melakukan semuanya sendiri" keluh Rendra pada sang Mama.

"Kasihan anaknya Mama, kenapa gak cari sekretaris baru aja, Ren ?"

"Lagi cari Ma, lagi mengseleksi dulu"

Feli manggut manggut saja "Eh Ren, mau gak Mama kenalin sama anak temen Mama, kamu masih ingat Aeri kan anaknya Tante Nurma ?"

Rendra memicingkan kedua alisnya dan dia nampak berpikir siapa yang sedang Mamanya itu sebutkan.

"Gak tau Rendra lupa" jawabnya asal, entah tidak mau berpikir karena cape.

"Masa kamu lupa ? dia kan mantan kamu. Aeri tuh tambah cantik tau gak, kayanya cocok sama kamu, dia juga masih single belum menikah" Mama menceritakannya dengan begitu antusias.

Rendra yang sudah tau kemana arah pembicaraan Mamanya, hanya mendengus kecil.

"Rendra udah punya istri, Ma" Singkat, namun itu pertanda Rendra memperjelas itu pada Mamanya.

"Punya istri, tapi gak bisa kasih keturunan sama kita !!. kamu tau kan kalau Mama ingin banget punya cucu, semua temen temen Mama semua sudah punya cucu yang bisa mereka ceritakan, coba Mama" raut wajahnya menyendu.

Terdengar Rendra menghembuskan nafas yang amat panjang.

"Berdoa banyak banyak aja Ma, semoga Naya cepat hamil"

Naya mendengar di balik pintu, air mata yang ia cegah untuk tak turun pun tak bisa dia bendung. Sakit begitu sangat menyakitkan, tapi jawaban suaminya mampu sedikit menenangkannya.

"Mas, airnya sudah siap" Naya pun menghampiri suaminya dan memberi tahu kalau air untuk mandi ya sudah siap.

Rendra pun mengangguk, dan dia lekas berdiri dan melangkah pergi. Sedangkan Mama nya masih di sana, dia mendelik pada Naya.

"Rendra tuh udah salah pilih istri, harusnya dulu dia gak nikah sama kamu !! mungkin sekarang ini saya sudah punya cucu" Dia lantas berdiri dan membawa barang belanjaan dia tadi.

Naya mengusap dadanya, menahan sesak di dalam dadanya. Punya mertua gini amat ya.

***

Naya masuk ke dalam kamar, terdengar suaminya masih dalam kamar mandi, Naya pun akan berganti pakaian dengan pakaian tidur.

Saat membuka lemari, dia menatap baju malam yang pernah Rendra berikan untuknya dan baru dia pakai satu kali saja. Dia menariknya dan menatap baju itu lekat lekat.

Dia lupa kapan terakhir dia dan Rendra berhubungan, entah mungkin sudah lama, Naya tidak mendapatkan kehangatan dari suaminya itu.

Terbesit dalam benaknya, dia rindu akan itu, dia rindu pelukan suaminya, dia rindu dekapan hangatnya, rindu sentuhannya, rindu cumbuannya.

Dia pun memilih memakai baju itu, dia menatap pada cermin. Dia begitu seksi dengan memakai baju itu, dia tersenyum geli saat menatap dirinya lewat cermin itu.

Ini pertama kalinya dia melakukan hal ini, pertama yang menggoda suaminya. Dia pun berpikir mungkin dengan begini hubungan dia dengan Rendra akan kembali hangat seperti sebelumnya. Tidak ada jarak lagi.

Dia memutar mutarkan tubuhnya di depan cermin, dan dia kembali tersenyum geli, apakah ini akan berhasil ? entahlah, dia akan coba dulu. Untuk malam ini dia rela menjadi wanita penggoda. Lagian tidak ada salahnya kan ?karena dia lakukan itu untuk suaminya dan dia akan dapat pahala besar.

Clek

Naya mendengar suara pintu terbuka, dan dia yakin kalau itu Rendra yang baru keluar dari dalam kamar mandi.

Dan benar saja, Rendra keluar dengan handuk terlampir pada bagian bawahnya. Naya tersenyum, dia pun berjalan perlahan lahan dan dia peluk Rendra dari belakang.

Rendra sempat kaget akan pelukan tiba tiba Naya, "Mas, kangen" Naya berucap dengan manja, sambil menempelkan pipinya pada punggung Rendra yang masih basah.

Dia hirup dalam dalam aroma sabun yang dipakai Rendra. Dia pikir Rendra suaminya akan menyambutnya dengan suka cita, namun dia salah.

Tanpa melihat dia dahulu, tangan Naya yang melingkar dipinggangnya dia hempaskan begitu saja . Naya kaget luar biasa akan perlakuan suaminya itu.

"Aku capek, lelah, jangan aneh aneh deh, Nay !!" Sentaknya pada Naya, dia belum melihat bagaimana Naya saat itu.

Naya tak menyerah, dia lantas berlari dan menghadang jalan Rendra yang akan masuk ruangan pakaian. lalu dia mengalungkan tangannya pada tengkuk Rendra.

"Malam ini aja ya, aku benar benar kangen kamu, Mas" ujarnya lagi dengan begitu manja.

Rendra kini melihat Naya yang berpenampilan Seksi, namun reaksinya lagi lagi membuat Naya kaget dan kali ini lebih menyakitkan.

Dia melepaskan tangan Naya dari tengkuknya, dan dia menatap tajam pada Naya.

"Kamu mau belajar jadi *** ?? ngapain pake baju kaya gitu ? dan sejak kapan kamu begini, hah !!! aku udah bilang, kalau aku cape, aku gak tertarik sama kamu"

Rendra sedikit mendorong tubuh Naya hingga sedikit terhuyung kepinggir "Ganti baju kamu !!" Dia lantas melemparkan baju tidur lain pada Naya.

Naya meneteskan air matanya, "Kenapa sih Mas ? apa tubuh aku ini sungguh tak bisa lagi menarik g*ir*h kamu ? apa kamu bosan sama aku ? atau kamu sudah punya yang lebih dari ini ???" Naya pun tak bisa menahan amarahnya, padahal dia sedang ingin mencari pahala.

Rendra kembali menatap tajam Naya. dan...

Plak

Satu t*mpar*n mendarat di pipi Naya, dan Naya memegang itu dengan air mata yang terus bercucuran. Tak menyangka suaminya akan melakukan hal itu.

"kamu n*mpar aku Mas ? aku juga cape Mas, tiap waktu, tiap detik Mama kamu terus menuntut aku untuk segera hamil, bagaimana bisa begitu kalau beberapa waktu ini saja kita tidak melakukannya sama sekali" Naya terisak dan memegang dadanya yang terasa begitu sangat sesak.

Rendra mematung, yang dia lakukan tadi adalah sebuah kesalahan, dia menatap tangan yang dia pakai untuk men*mpar Naya.

Menguatkan hati

Naya berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, sambil membawa baju yang tadi dilemparkan Rendra.

Dia membanting pintu, dan menguncinya, lalu dia terduduk lemas dengan masih berurai air mata. Selama lima tahun pernikahannya, dia belum pernah dibeginikan oleh Rendra, dan ini pertama kalinya.

"Bunda Sakit" Bukan pipi yang dia pegang, namun dadanya, dipukul pukul kecil karena rasa sesaknya yang begitu menyeruak.

Setelah puas meluapkan tangisnya, dan dia sudah tenang dia keluar dengan mata sembab, tapi isaknya sudah tidak ada.

Dia mengabaikan Rendra yang sudah ada ditempat tidur, dia naik ke sana dan membelakangi Rendra suaminya.

Namun baru beberapa detik dia merasa sebuah tangan sudah melingkar pada perutnya, dia sempat terperanjat kaget, namun dia kembali acuh tak acuh dan mengabaikan apa yang suaminya itu lakukan.

"Naya, maafkan aku, aku khilaf sungguh" Rendra berbisik ditelinga Naya, secara mengecup pipi Naya, berharap Naya memaafkannya.

Ya dia memang merasa bersalah pada Naya, dia sendiri pun benar benar tak menyangka akan melakukan itu, namun ucapan Naya tadi membuat emosinya meledak, padahal dia benar benar sedang lelah.

Naya masih mengabaikan suaminya itu, rasa sakit dipipinya tak seberapa dibanding rasa sakit dalam hatinya yang begitu menusuk.

"Sayang, sungguh aku minta maaf, tolong maafkan aku. Dan kamu jangan berpikir yang macam macam tentang aku, bukan aku tidak tergoda dengan yang kamu lakukan, dan bukan juga aku tak berg*Ir*h saat melihat tubuhmu, namun sungguh aku sedang lelah, badan aku sangat lemas, Sayang. Aku harap kamu akan mengerti"

panjang lebar Rendra menjelaskan perihal tadi, namun tetap saja itu membuat Naya sakit hati.

"Begini aja sayang, nanti kalau urusan dikantor sudah selesai, ayo kita pergi berdua ke suatu tempat, kamu pilih aja kemana yang kamu mau, kita habiskan waktu kita berdua ok. Dan kita mulai kembali untuk memprogram untuk punya bayi, kamu mau kan ?"

Rendra mencoba merayu Naya dengan begitu, dia sudah berjanji akan membuat waktu supaya mereka bisa berduaan lebih banyak, dia juga meminta maaf karena sering mengabaikan Naya karena sibuk mengurus kantor.

Naya masih bergeming, tak menjawab namun dia mendengar apa yang Rendra katakan, tiba tiba hatinya kembali luluh dengan tawaran yang Rendra berikan tadi.

Lalu Rendra membalikan tubuh Naya, hingga kini Naya berhadapan dengan suaminya dan mereka saling tatap. Tangan Rendra mengelus pipi Naya.

"Maafin aku ya" lirihnya pada Naya dan Naya mengangguk begitu saja, lalu Rendra mengecup kening Naya lama.

Naya memejamkan matanya meresapi kecupan yang Rendra berikan, hatinya berdesir hangat, ini yang dia rindukan selama ini. Dilanjut Rendra memeluk Naya.

"Nay, aku minta kamu jangan hiraukan apa yang sering Mama katakan soal dia ingin segera punya cucu, jangan kamu ambil hati omongannya, jangan juga kamu jadikan itu sebuah beban. Aku tidak akan menuntut apapun dari kamu, kita serahkan saja pada Tuhan"

Naya semakin merasa hangat kala Rendra mengatakan itu, beruntung suaminya itu mendukungnya dan tak menuntutnya sama sekali.

"Kamu mengantuk, hmm ?" Tanya Rendra, dia meregangkan pelukannya dan menatap Naya.

Lalu sebuah kecupan dia berikan dibibir mungil Naya, kedua kali kembali mengecup, dan ketiga kalinya berubah menjadi sebuah cumbuan. Namun tak berlanjut lagi, Rendra menghentikannya namun Naya tidak kecewa.

"Masih ada kerjaan yang harus lanjutkan, Nay" ujar Rendra masih menatap Naya.

"Iya Mas pergilah, tapi aku mengantuk, tak apa aku duluan tidur" Naya membiarkan Rendra menyelesaikan pekerjaannya.

Dan Rendra mengangguk, lalu dia kembali mengecup kening Naya, dan dia turun dari tempat tidur lalu keluar kamar.

Naya menatap suaminya sampai hilang dari pandangannya, dia berdoa semoga hubungannya dengan Rendra bisa seperti dulu lagi, setidaknya tadi sedikit membuatnya bahagia.

Terlebih yang Rendra lakukan sebelumnya padanya, dia tak kembali mempermasalahkannya, yang akan dia lakukan, hanya bisa menguatkan hatinya saja.

***

"Mas, Naya ijin keluar ya mau ketemu sama temen SMA, apakah boleh ?"

"Ya, pulanglah sebelum aku pulang"

"Iya Mas, terima kasih dan selamat bekerja"

Naya menyimpan ponselnya setelah menutup panggilan teleponnya bersama Rendra.

Setelah dapat ijin, dia pun bersiap siap untuk segera pergi bertemu janji dengan teman SMA nya dulu. Pagi tadi dia dihubungi oleh temannya itu lewat IG, katanya ingin bertemu, hingga Naya pun setuju.

Mereka janji temu disebuah cafe yang letaknya tak jauh dari rumah Naya.

"Naya !!" Temannya memanggil dan melambaikan tangannya pada Naya, Naya pun menghampiri temannya itu.

"Cindy, ah kangen" Naya memeluk Cindy, dan Cindy juga membalasnya.

"Sama kangen banget, kita hilang kontak lama, dan aku baru nemuin kamu di IG, kemana aja sih kamu ? udah nikah langsung ngilang aja" Omel Cindy pada Naya.

"Maaf, waktu itu hp aku ilang, jadi aku kehilangan semua yang ada di dalam hp itu" Naya duduk, dengan raut wajah sedih dia menceritakan perihal dulu.

"Pantesan aja. Eh, kamu makin cantik aja, Nay ?" goda Cindy.

"Kamu juga tambah cantik aja, eh kalau Nira gimana kabarnya ?"

"Nira ada diluar negeri, Nay. ikut sama suaminya, dan kemungkinan akan menetap disana" terang Cindy, menceritakan teman mereka satu lagi

"Wah, gak nyangka ya, kamu punya kontaknya kan, aku boleh minta ?"

"Boleh dong, nanti aku kirim ya", "Nay, udah punya anak belum ?"

Pertanyaan Cindy, membuat Naya terdiam lama, namun akhirnya dia menjawab "Belum Cin, Tuhan belum kasih kami rezeki"

Cindy merasa bersalah, dia tak enak akan pertanyaannya sendiri "Naya, maaf aku gak tau, aku menyinggung kamu ya ?" Cindy jadi panik,

Tapi Naya tersenyum "Gak Cindy, kamu gak menyinggung aku, eh kalau anak kamu mana ? gak kamu bawa ?sekarang udah lima tahun mungkin ya?" Naya pun mengalihkan pembicaraannya dengan menanyakan balik anak Cindy.

"Ada sama Mama aku, Nay. Gak aku bawa ribet soalnya" Cindy menjawabnya tanpa beban.

"Ribet ? anak sendiri loh itu, harusnya kamu seneng dong adanya anak, Cin" Naya tak habis pikir dengan jawaban Cindy tadi.

"Nay, kamu gak tau aja. Udah hamilnya sakit, melahirkan juga sakit, ditambah setelah melahirkan itu aku jadi kurang tidur, tubuh aku tiba tiba jadi melar, belum lagi harus memikirkan banyak tumbuh kembangnya, kalau BB nya gak naik, tiba tiba aku jadi panik, mikirin cara gimana bisa naikin BB nya lagi"

"Belum lagi, suami aku jadi jarang perhatian sama aku, pulang kerja yang dia cari anaknya bukan aku lagi, moment berdua juga jadi hilang. Harusnya kamu yang bersyukur, kamu masih bisa menikmati waktu kamu bersama suami kamu, tanpa ada yang ganggu, tidur juga masih enak nyenyak, jadi nikmatilah waktu itu, selagi masih bisa, Nay"

panjang lebar Cindy memberikan pernyataan tentang bagaimana dia menjalani hidupnya, yang dibilang Cindy di akhir memang ada benarnya juga, namun ada salahnya. Setiap orang yang memutuskan untuk menikah dan berrumah tangga, pasti tujuan selanjutnya adalah memprogram untuk punya anak kan ? jadi Naya tidak setuju yang Cindy ceritakan tadi.

Dan juga dia tak setuju dengan sikap Cindy, yang menganggap kalau punya anak itu adalah beban. Padahal dia yang sangat ingin segera merasakan itu begitu sangat antusias.

Naya pun tak menyampaikan pendapatnya, dia pun menanggapinya dengan biasa saja.

" Ya deh, semoga kamu cepat hamil ya, aku doakan banyak banyak" pada akhirnya Cindy memberi dukungan pada Naya.

"Aamiin" Naya mengaamiinkan doanya Cindy.

Mereka pun berlanjut mengobrol, Cindy juga menawarkan Naya untuk bekerja ditoko bunganya, Cindy sangat ingat kalau dulu Naya suka merangkai bunga bunga. Dan kebetulan dia sedang membutuhkan tambahan ditoko bunganya.

juga dari pada Naya diam saja dirumah kan, mending cari kegiatan diluar sampai nanti Naya hamil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!