NovelToon NovelToon

My Cousin Perfect

1. Kecelakaan

Violet hidup di dalam keluarga bahagia dan harmonis. Ayahnya bernama Ferdinan seorang arsitek senior yang terkenal akan karya-karya arsiteknya di berbagai kota. Walaupun waktunya sibuk,dia tetap akan memberikan waktu untuk keluarganya,dengan didampingi oleh Mira sang istri yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang cekatan.

Dia rela meninggalkan pekerjaannya demi keluarga tercintanya. Dulu dia seorang perawat di sebuah rumah sakit.

Tadinya mereka tinggal di Bandung, tempat tinggal almarhum ibunya Ferdinan. Setelah anak-anaknya memasuki usia remaja mereka memutuskan untuk pindah ke Jakarta tempat kelahiran Ferdinan dan almarhum ayahnya. Ditambah lagi anak sulungnya sudah berkuliah di sana empat tahun ini.

🍁

Siang ini ada acara wisuda Vino,anak pertama mereka yang berhasil mendapatkan gelar sarjana ekonomi dengan nilai baik. Ferdinan dan Mira mengajak turut serta anak bungsunya, Violet menghadiri acara di dome universitas itu.

Walaupun sedang hujan mereka tetap menuju ke sana. Kalau Vino sudah berangkat dulu,sejak pagi untuk mempersiapkan semuanya. Dalam perjalanan Mira terus mengajak putrinya itu bercerita.

"Adek juga harus rajin belajar ya? jangan males belajar biar jadi orang sukses. " Mira berpesan pada putrinya itu.

"Iya mama,memang Vio malas belajar apa!" jawab Violet, sedikit kesal karena seolah dirinya tidak pernah belajar. Padahal dia juga tergolong anak pandai di sekolah nya.

"Kamu kan sudah besar,jangan seperti anak kecil yang manja dan merepotkan abang kamu. " Mama berpesan lagi.

"Sejak kapan aku merepotkan abang? kalau manja sih iya...sama papa tentunya. Ya nggak papaku..." celetuk Violet lalu mencondongkan wajahnya ke depan untuk mengecup pipi papanya.

Ferdinan tersenyum senang melihat anak gadis nya tumbuh dengan cantik dan ceria. "Anak cantik papa ya harus manja dong. "

"Papa tuh ya, yang bikin Vio jadi seperti anak-anak terus karena papa manjain terus. " Mira menegurnya.

"Enggak apa-apa selagi bisa, kalau anak-anak sudah dewasa sudah agak menjauh dari kita. Mumpung Violet masih mau dimanja, nanti kalau sudah dewasa dan menikah ya sama lakinya. Lihat saja Vino, sudah dewasa dan punya pacar kan malah jarang ngumpul sama kita. Kalau Vio, sih papa harap jangan cepet gede biar papa selalu bisa gendong terus. Tapi kenyatannya ya tetep cepet gede, sekarang sudah berat kalau papa gendong. " ucap Ferdinan sambil membayangkan pertumbuhan anak-anaknya begitu cepat.

"Kamu jangan nakal sama Abang, kasihan loh kamu gangguin terus." Pesan Mira lagi. Entah kenapa hari ini ingin sekali sedikit cerewet.

"Kebalik itu mama, yang ada Abang Vino yang gangguin Vio." Gerutu Violet dengan mengadukan nasibnya kalau sedang bersama saudaranya itu.

Ferdinan dan Mira tertawa, "Abang sebenarnya sayang sama Vio, cuma iseng aja sayang. "

"Ya... terserah anggapan kalian aja. Yang jelas Abang itu menyebalkan. " Violet mengerucutkan bibir nya lagi. Hingga membuat Ferdinan gemas sendiri.

Tangannya terulur kebelakang untuk menarik bibir lucu itu. Hingga dia lepas kendali tidak sadar ada truk dari depan yang salah jalur.

Ferdinan langsung membanting setir untuk menghindar, tapi tidak melihat kalau sebelah kiri adalah pohon besar. Kabut yang ditimbulkan hujan menghalangi penglihatannya hingga mobil tersebut meluncur bebas menghantam pohon besar itu dengan keras.

Mereka semua terbentur ke depan. Ferdinan dan Mira terbentur kaca dengan keras hingga berdarah banyak. Sedangkan Violet terbentur jog dengan kencangnya hingga terpental kebelakang membuat lehernya sakit.

"Mama.... " Panggil Violet menahan sakit.

Mira masih bisa mendengar panggilan anaknya itu.

"Violet, ayo sekarang keluar sayang, mobil ini dalam bahaya kalau kamu tetap disini. " saran Mira dengan nada lemah.

"Tidak mama, ayo kita keluar bersama dari sini. " Violet berhasil memegang tangan mamanya.

Posisi mobil sudah penyok bagian depannya dan mengeluarkan asap yang banyak dari dalam bagian mesinnya.

"Mama ayo kita keluar! Bangunin papa, mama! " Violet terus berusaha membuka pintu. Dengan tangan kirinya menarik tangan mamanya yang sekarang dingin dan lemas.

Violet bergantian menggoyang badan papanya, tapi tidak bergerak sedikitpun.

"Papa bangun! " Violet dengan menangis ketakutan melihat kedua orang tuanya tak berdaya ditambah lagi keadaan yang sangat kacau ini.

Mamanya sekarang tidak bergerak lagi. "Violet, maafin mama sayang. " kemudian meninggal untuk selamanya.

Ferdinan ternyata memang sudah meninggal terlebih dahulu, dengan sekali benturan yang mengenai kepala dan lehernya tadi. Violet memeriksa papa dan mamanya yang sudah tidak berdenyut nadinya. Tentu saja dia menangis sejadi-jadinya.

Ada petugas penyelamat datang, mereka membuka pintu yang macet tadi. Mengeluarkan Violet dengan dibungkus selimut.

Violet tidak kuat lagi, dia kemudian pingsan.

Semuanya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Termasuk Ferdinan dan Mira yang sudah tiada itu.

🍂

Sedangkan di salah satu gedung Universitas Indonesia, Vino menunggu dengan cemas kehadiran keluarga nya. Hingga acara wisuda sudah selesai, mereka belum juga datang. Di hubungi juga tidak bisa.

Rasa kecewa menghilang digantikan dengan rasa khawatir ketika dia keluar gedung ternyata hujan lebat.

Hingga saat sesi foto dengan Kanaya kekasihnya, handphone nya berbunyi.

"Apa bener dengan Vino? " suara asing yang terdengar ketika Vino mengangkat nya.

"Benar."

"Keluarga anda kecelakaan, sekarang ada di rumah sakit daerah."

Seketika tubuh Vino lemah tak berdaya ketika mendengar kabar tersebut. Melihat laki-laki yang dicintainya itu terkejut Kanaya yang sedang sibuk berfoto dengan keluarga nya, ia mendekat.

"Ada apa sayang? " Tanya Kanaya cemas.

"Mereka kecelakaan. " Vino langsung berlari begitu memberitahu pacarnya itu. "Aku akan ke rumah sakit umum, kamu lanjutkan saja. "

Kanaya memilih mengikutinya, tidak mungkin membiarkan Vino sendiri melewati masa sedih ini.

🍂

Tiba di rumah sakit Vino langsung mendapati kedua orang tuanya terbujur kaku, meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Vino seketika menangis dan meratapi kepergian kedua orang tuanya. Untung ada wanita yang selalu setia mendampingi nya.

Kemudian dia mencari keberadaan adiknya, ternyata adiknya masih hidup. Dia merasa lega, setidaknya adik tersayangnya masih ada disini. Violet belum sadar kan diri, beberapa luka mengakibatkan dia pingsan dan mendapatkan perawatan.

"Kenapa mereka pergi Naya. " rengek Vino yang masih menggunakan toga lengkap dengan topinya. Berangsur-angsur dia lepasnya menyisakan kemeja putih yang masih rapi ia gunakan.

"Mereka sudah tenang di sisi Tuhan, Vino... ikhlaskan ya sayang. " Kanaya hanya bisa menenangkan laki-laki itu, yang terus menangis.

Tadi dia sempat marah karena kecewa acara wisuda nya mereka tidak ada. Tapi sekarang dia menyesal telah marah, kalau bisa memilih lebih baik tidak wisuda saja. Jadi mereka tidak perlu datang dalam keadaan hujan deras begini. "Mending tadi nggak usah wisuda aja, kalau dengan begitu nyawa papa dan mama hilang. "

"Jangan bilang seperti itu Vino, semuanya sudah takdir. Ikhlaskan ya... " Kanaya memeluk kekasih hatinya itu.

Kemudian datang Paman,Bibi dan anak bungsunya. Paman Handoko ini kakaknya papa Ferdinan. Mereka mengetahui kabar tersebut karena tadi juga dihubungi oleh pihak rumah sakit. Dengan melihat riwayat panggilan handphone nya Ferdinan.

"Bagaimana Violet, Vino? " Tanya bibinya yang bernama Lina,yang terlihat cemas dan khawatir.

"Vio masih di dalam, belum sadar. Semoga dia baik-baik saja. " Yang jawab Kanaya, karena Vino lemah dalam pelukannya.

Setelah itu Handoko melihat jenazah adiknya untuk yang terakhir kalinya di ruang mayat. Dan Lina mengurus administrasi dan mengurus segala proses pemulangan jenazah juga proses pengobatan Violet. Kalau tidak ada mereka mungkin akan terbengkalai, karena Vino hanya menangis saja.

Vino lebih dekat dengan mereka karena dia kuliah di Jakarta selama empat tahun ini. Walaupun memilih tinggal di kosan dulu,tapi dia sering sekali berkunjung ke rumah pamannya ini.

2. Malaikat

Handoko langsung terkejut mendengar kabar kalau adiknya mengalami kecelakaan bersama istri dan anak bungsunya.

"Ada apa yah? kenapa syok begitu? " tanya Lina terheran. Karena tadi mereka sedang mengobrol santai dengan anak bungsunya di ruang keluarga sambil menikmati teh hangat saat di luar hujan.

"Ayah dapat kabar buruk? " Tebak anaknya yang bernama Liam.

Liam,laki-laki berusia tujuh belas tahun tahun ini. Dia merupakan anak bungsu Handoko dan Lina.

"Om Ferdinan dan istrinya kecelakaan,mereka meninggal ditempat. " Jawab Handoko yang syok langsung berdiri, bersiap untuk pergi.

Handoko dengan paniknya langsung melangkahkan kaki tidak menghiraukan teriakan Lina yang terus mengejarnya ke garansi.

Liam juga ikut mengejar kedua orang tuanya itu.

"Ayah, stop! Biar Liam saja yang mengemudi oke? Ayah sedang syok sekarang. Jadi please tenangkan diri dulu, kita siapkan apa yang harus dibawa. Di sana kita tidak hanya butuh badan saja. Karena Vino dan Violet butuh pendamping jadi kita akan dibutuhkan nanti. " Saran Liam bijaksana.

"Benar kata Liam, ayah tunggu sebentar. Bunda ambil dompet ayah dulu. " Lina setuju dengan saran anak laki-laki nya itu.

Liam juga bergegas mengganti pakaiannya dari hanya menggunakan kolor dan koas jersey menjadi menggunakan celana panjang dan jaket. Begitu juga Lina setelah berganti pakaian, dia membawakan apa yang dibutuhkan suaminya itu.

"Biar aku yang mengemudi, SIM ku sudah jadi minggu lalu ayah. " Liam segera menyahut kunci yang dipegang tangan Handoko yang bergetar.

🍂

Di dalam perjalanan Handoko menelpon Vino tapi tidak diangkat.

"Coba telpon Violet mas, aku punya nomer teleponnya. " Lina mengeluarkan handphone dari tas tangan nya.

"Violet juga mengalami kecelakaan." ucap Handoko dengan sedikit mengeja.

Mendengar ucapan ayahnya Liam terkejut, dia yang tadinya masih tenang gini menjadi ikut panik. Namun, karena dia sedang mengemudi, dia tetap harus fokus. Lama kelamaan Liam menambah kecepatan mobil, ingin cepat sampai agar mengetahui keadaan sepupunya itu. Untungnya hujan sudah reda jadi jalanan sudah lancar sekarang.

🌿

Begitu sudah sampai, mereka langsung menuju ke UGD karena memang kecelakaan baru saja terjadi pasti masih di sana.

Benar saja, mereka langsung bertemu dengan Vino yang sudah menangis tersedu-sedu dalam pelukan kekasihnya.

Lina dan Liam mendekati sepupunya itu. "Bagaimana Violet, Vino? " Tanya Lina,yang terlihat cemas dan khawatir.

"Vio masih di dalam, belum sadar. Semoga dia baik-baik saja. " Yang jawab Kanaya, karena Vino lemah dalam pelukannya.

Liam sedikit lega setidaknya Violet masih ada di dunia ini. Dia kemudian berjalan ke arah dalam tempat rawat Violet.

Namun, Violet masih ditangani oleh dokter hingga Liam perlu menunggu sebentar.

Saat dokter sudah selesai Liam bergegas masuk, ingin mengetahui kondisi Violet.

"Bagaimana adik saya dokter? " Tanya Liam pada dokter itu.

"Pasien mengalami syok berat, kalau fisiknya tidak begitu mencemaskan. Dia terluka di bagaian leher dan kepala, itupun tidak terlalu parah hingga sudah bisa ditangani dengan baik. Hanya kita harus menunggu kesadaran pasien dulu, agar bisa mengetahui apa yang dikeluhkan." dokter itu menerangkan keadaan Violet.

"Terimakasih dokter. " Setelah berterimakasih Liam langsung mendekati Violet yang terbujur lemah diatas tentang tidur. Dengan perban yang membungkus kepalanya juga gift membelenggu lehernya.

Melihat gadis ini sakit, hati Liam sungguh merasakan sakit juga. Kalau bisa dia akan menggantikannya.

Ada seorang dokter muda datang,

"Syukurlah lo udah di sini, Am. "

Liam yang memandangi Violet kemudian menoleh kepada orang itu. "Tadi gue sama ayah dan bunda segera ke sini. Lo hari ini nggak tugas di UGD bang? "

Laki-laki itu kakak pertama Liam, Abang Halim. Seorang dokter yang kebetulan bertugas di rumah sakit ini.

"Enggak,gue hari ini tugas di bangsal.Habis selesai shift terus tadi dapat telpon dari bunda langsung kesini. Dan tadi gue udah bicara sama teman gue yang nangani Violet. Dia nggak apa-apa, lo jangan khawatir. " Halim menepuk pundak adiknya itu. Dia tahu kalau adiknya ini lebih peduli dengan sepupunya ini daripada saudara yang lainnya.

"Semoga Violet baik-baik saja bang." doa Liam selalu ter panjatkan.

"Habis ini, Violet biar gue urus pindah ke ruang rawat. Gue ke ayah dan bunda dulu sepertinya mereka butuh bantuan gue untuk mengurus pemulangan janazah om dan tante. " Halim meninggalkan adiknya itu setelah mengucapkan alasannya.

🌿

Pemakaman Ferdinan dan Mira di urus oleh keluarga Handoko semuanya. Dan dilakukan besoknya, mereka tidak bisa menunggu Violet yang belum tentu bangunnya kapan.

Semua berjalan lancar, Vino yang syok atas kehilangan kedua orang tuanya hanya bisa pasrah pada pamannya itu.

Sedangkan Liam, selalu memilih menunggu dan menjaga Violet yang belum sadarkan diri. Dia terus berdoa untuk kesembuhan sepupunya itu.

Setelah acara pemakaman berlangsung Lina juga ikut menjaga Violet ketika di siang hari saat Liam sekolah. Baru kalau pulang sekolah Liam akan menggantikan Lina sampai esok harinya.

...🌼...

Satu Minggu Kemudian

Sudah seminggu Violet dalam keadaan koma, badannya semakin lemah karena hanya mengandalkan cairan nutrisi yang dialirkan lewat infus ditangannya.

Rasa lelah tidak jadi masalah bagi Liam, yang penting dia ingin kalau Violet bangun ada dirinya disampingnya.

Sore ini ketika Liam sedang mandi, Violet menggerakkan jarinya. Perlahan dia membuka mata sedikit demi sedikit,dia akhirnya bisa bangun dari tidur panjangnya. Violet membuka mata merasakan semua anggota tubuhnya lemas.

Liam keluar dari kamar mandi, dia sangat senang mendapati sepupunya itu membuka mata.

Sedangkan Violet ketika melihat Liam, justru bingung.

"Apa aku sudah mati? apakah laki-laki tampan ini malaikat? hah? jadi begini bentuknya akhirat? kok seperti kamar biasa dan bau rumah sakit." Gumam Violet ketika melihat Liam yang tersenyum. Dia malah berpikir kalau sudah meninggal dan bertemu malaikat.

Liam langsung keluar memanggil dokter agar Violet bisa diperiksa.

Violet masih bingung dengan keadaannya.

Liam dan Violet memang jarang bertemu, paling hanya setahun sekali ketika hari raya. Itupun tidak pernah ngobrol, jadi bisa dibilang tidak dekat sama sekali selama ini. Makanya ketika melihat Liam yang begitu tampan Violet jadi mengira kalau dia seorang malaikat. Ditambah lagi, laki-laki itu habis mandi, wajahnya segar dan terkena pancaran matahari dari luar jendela.

Tak lama Dokter datang kemudian memeriksa Violet. Baru Violet percaya kalau dirinya belum mati. Dia baru percaya kalau selamat dari kecelakaan waktu itu.

"Bagaimana Violet apa yang dikeluhkan? " Tanya dokter itu.

"Hanya sedikit pusing dan lemas dok. " ucap Violet lemas.

Kemudian dia mencari keberadaan laki-laki tampan yang menurut dia seorang malaikat itu. Tapi tidak ada,karena Liam berada di luar untuk menelpon orang tuanya dan Vino agar segera ke rumah sakit. Untuk mengabarkan kalau Violet sudah sadarkan diri.

"Dokter, sepertinya tadi saya melihat malaikat. Mungkin kah malaikat maut yang akan menjemput saya? " Pertanyaan Violet membuat dokter itu terheran.

Kemudian memilih memeriksa lagi kondisi tubuh Violet. Luka di kepalanya sudah sembuh dan di lehernya juga sudah sembuh.

"Tidak Violet, kamu sehat sekarang. Kamu selamat dan hidup. Jangan berhalusinasi ya? " Ucap dokter wanita itu.

3. Keluarga

Tak lama Vino datang untuk melihat adiknya. Lalu di susul Handoko dan Lina beserta Halim. Selama ada banyak orang, Liam hanya menunggu di luar.

Kemudian ada juga Paman Farhan, kakaknya Handoko beserta istrinya Bibi Soraya datang menjenguk Violet. Sedangkan anak terakhir, Om Haris tidak bisa datang karena sedang menunaikan ibadah haji dengan istri dan anaknya juga, Iqbal.

Tapi Violet justru merasa sedih, semuanya berkumpul tapi papa dan mamanya tidak ada.

"Bagaimana papa dan mama, abang? " Tanya Violet lemah.

"Mereka sudah tenang di sisi Nya,jadi relakan ya Vio. " jawab Vino, memeluk adiknya itu untuk saling menguatkan.

Mereka berdua jadi menangis karena kehilangan ini. Melihat kedua anak ini menangis Lina yang hatinya lembut jadi ikut menangis. Dia mengelus pundak Vino agar bisa tenang.

Tak begitu lama Vino sadar kalau dirinya tidak boleh semakin larut dalam kesedihan. Karena ada adiknya yang masih membutuhkan dirinya.

Dia memilih keluar dari ruangan ini, menenangkan diri. Violet gantian dipeluk Lina, untuk membuat gadis ini tenang.

Vino duduk di samping Liam yang sejak tadi sendirian. Disusul oleh Halim duduk di sana juga.

"Yang kuat lo Vin, kasian Violet kalau lo lemah. " Ucap Halim menepuk pundak adik sepupunya itu.

"Iya bang, bener kata lo. " Vino setuju dengan saran Halim, mengusap air matanya.

Halim berdiri, "Gue tahu lo kuat Vino. Gue,Liam dan keluarga yang lainnya akan selalu ada untuk elo dan adik lo. Jadi jangan merasa sendirian, kalian masih punya keluarga. "

"Iya Bang, terimakasih. " Vino sekarang lebih senang, banyak sekali keluarga yang mendukung dia.

Kemudian Halim pamit undur diri untuk bekerja lagi. Vino sekarang hanya bersama Liam.

"Thanks ya bro, lo selama seminggu ini udah jagain Vio. Gue kalau nggak ada elo dan keluarga lainnya entahlah. " Vino berterimakasih sama Liam.

"Kita saudara bang, jadi ya harus saling menolong dan menyayangi. " Liam memang memanggil Vino dengan sebutan abang, karena umur Vino jauh lebih tua. Walaupun seharusnya yang dipanggil abang itu Liam.

Vino menganggukkan kepalanya, bersyukur karena banyak keluarga yang menyayangi dirinya dan Violet.

...🌿...

Tiga Minggu Kemudian

Violet sudah pulih seperti sediakala setelah beristirahat selama beberapa hari di rumah sakit setelah sadar waktu itu. Tadi malam sudah selesai acara empat puluh hari meninggalnya Ferdinan dan Mira. Walaupun sangat berat untuk Violet dan Vino tapi mereka harus mengikhlaskan kepergian orang tua mereka.

Hari ini jadwalnya pembacaan surat wasiat yang telah dibuat oleh Ferdinan. Memang begitulah orang yang berada kalau setiap tahun memperbarui surat wasiat untuk berjaga-jaga. Karena memang umur tidaklah bisa diprediksi.

Dengan didampingi Handoko beserta istrinya dan Farhan, sebagai wali Vino dan Violet sekarang. Pengacara membacakan semua harta yang ditinggalkan Ferdinan.

"Baik, kalian sudah siap mendengar apa yang saya bacakan? " Pengacara itu memulai pembicaraan.

"Silahkan Pak, kami sudah siap. " Jawab Vino pasti.

"Harta Ferdinan Arya Dwipangga meliputi, Rumah dua lantai bernilai delapan milyar rupiah, Ruko kantor senilai lima milyar rupiah. Dua mobil lima ratus juta rupiah. Dan harta bergerak dan tidak bergerak lainnya dengan total keseluruhan lima belas milyar rupiah. Semua ini belum dipotong dengan hutang almarhum bapak Ferdinan."

"Silahkan bacakan hutang papa juga Pak. Saya sudah siap. " tanggapan Vino. Yang memang sudah mengetahui kalau papanya memang memiliki hutang yang cukup besar. Karena beberapa kali, Ferdinan mengalami kerugian dan memutuskan untuk pulang saja ke kampung halamannya.

"Hutang yang dimiliki oleh Bapak Ferdinan, senilai empat belas milyar rupiah. Sedangkan hartanya masih dipotong dengan mobil yang mengalami kecelakaan. Jadi kalau harta keseluruhan dikurangi hutang dan mobil yang tidak ternilai menjadi Satu milyar rupiah dan satu mobil saja. " ucap Pengacara dengan memperlihatkan bukti hutang Ferdinan.

Semuanya terheran karena dengan nilai segitu, artinya Ferdinan tidak meninggalkan harta yang banyak untuk anak-anaknya. Melainkan meninggalkan hutang yang membuat anak-anaknya kehilangan rumah dan fasilitas mewah lainnya.

Vino sudah menduga ini semua, makanya dia sudah tidak terkejut lagi kalau dia sekarang miskin. Dengan uang tersisa satu milyar adalah hanya cukup untuk uang makan sementara dan membeli rumah kecil untuk berteduh saja.

Berbeda dengan Vino, Violet terkejut dengan apa yang dia dengar. Walaupun usianya masih lima belas tahun, dia sudah mengerti dengan kesimpulan akhirnya.

Sedangkan Handoko yang terkejut, dia berulang kali memeriksa surat-surat tanda bukti hutang dan mengecek keasliannya. Dia tidak menyangka kalau adiknya itu begitu kesulitan dalam masalah keuangan. Dia pikir selama ini usahanya berjalan lancar dan proyeknya juga selalu berhasil. Nyatanya dia mempunyai hutang yang tidak sesuai dengan hartanya.

"Kenapa dia hidup menyedihkan begini. " Tanggapan Farhan malah menyinggung Vino dam Violet yang mendengar papanya di cemooh.

Farhan memang tidak begitu menyukai Ferdinan sejak dulu, yang merupakan adik tirinya yang berbeda ibu. Berbeda dengan Handoko tidak pernah membenci adiknya itu.

"Bang, jangan seperti itu kasihan anak-anak. " Tegur Handoko.

Farhan, lalu memilih meninggalkan rumah itu.

"Tidak masalah Paman, saya dan Violet bisa memakai uang sisanya untuk membeli rumah kecil. Kalau untuk makan, saya kan bisa bekerja. Sekarang saya sudah lulus, jadi bisa mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan kami berdua. " Vino menjelaskan bagaimana keputusannya.

"Baik, Paman memang tahu kamu sudah dewasa. Tapi Paman akan menampung kalian dulu sebelum akhirnya kalian mendapatkan rumah baru. Dan Paman akan membantu mu untuk mendapatkan pekerjaan. Kamu bisa bekerja di perusahaan Paman. Pasti ada posisi yang cocok untuk kamu bekerja di sana. " Handoko menanggapi keputusan Vino, dan menawarkan bantuannya.

Vino mencoba berpikir, dia menoleh pada Violet yang hanya diam. Semuanya ia pasrahkan pada kakaknya itu. Dia belum cukup umur untuk membuat suatu keputusan.

"Bagaimana Vino, bagaimana pun kalian sudah seperti anak Paman. Paman sekarang wali kalian, apalagi Violet yang masih remaja yang masih butuh arahan orang tua. Paman dan Bibi akan menggantikan peran tersebut untuk kalian terutama Violet. Kami sangat menyayangi kalian berdua. Jadi jangan tolak permintaan Paman untuk kebaikan kalian berdua."Paman Handoko mencoba membujuk kedua keponakannya itu.

"Menurut mu bagaimana Vio? mau tinggal sama Paman dulu? " tanya Vino ingin mengetahui bagaimana tanggapan adiknya ini.

"Mau ya sayang...nanti Paman dan Bibi akan menyayangi mu seperti orang tua kalian. " Handoko membujuk gadis itu.

"Kalau Vio sih terserah abang Vino aja, kemanapun aku akan ikut. " Jawab Violet yang terdengar pasrah saja.

Setelah berpikir panjang Vino akhirnya setuju dengan ide Pamannya itu. "Baik Paman kami akan ikut ke rumah Paman, tapi Paman lebih baik bilang dulu dengan keluarga yang lain. Kami tidak mau menjadi beban semuanya. Dan setelah kami mendapatkan rumah baru, kami akan pindah. "

Handoko sangat senang, dia lalu memeluk kedua keponakannya itu. "Iya sayang, terserah kalian. Kalau mau tinggal selamanya di rumah Paman juga tidak masalah. Karena kalian sekarang anak Paman. Kalian tanggung jawab Paman. Paman wali kalian sekarang. "

Vino dan Violet merasa senang dan bersyukur masih ada Pamannya yang sangat menyayangi dan peduli sama mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!