Tasya terbangun dan kaget mendengarkan suara berisik diluar kamarnya..ya ampun, ini 'kan hari sabtu. Hari santai kenapa Jadi begini..Tasya menoleh kesamping tempat tidur, jam menundukkan pukul delapan pagi.
Hampir setiap hari ada saja drama dirumahnya, Danu adiknya beberapa kali ribut sama ayahnya, Danu yang merasa sudah dewasa sering bersitegang dengan papanya entah karena sering pulang malam atau pinjam mobil papanya tanpa minta ijin. Sang mama juga sama saja, ada saja yang dipertengkarkan dengan papa.
Kepala Tasya terasa berdenyut denyut mendengarkan suara tinggi papa yang menghardik mama dengan suara keras.
Dengan langkah gontai Tasya menarik handuk baru dari lemari dan berjalan kearah kamar mandi. Biasanya kalau sudah pusing begitu ia akan mandi dan keluar rumah. Lama lama ia bisa gila berada dirumah yang tingkat dramanya melebihi drama Korea di televisi.
Setelah beres mandi dandan seadanya ia menghubungi temannya, Bangkit.
"Bang, kamu lagi apa?"
"Eh halo Tas, yah bisalah utak atik motor kenapa Tas?"
"Aku lagi sebel banget, kita kepantai yuk"
"Pantai mana anak manis?"
"Iiiih gaya amat! pake manggil anak manis segala"
"Lha Iya, pantai kan banyak..Legian, Kuta, Jimbaran..pantai kan banyak..lagian tumben amat pingin kepantai"
"Hari ini kita kepantai di selatan yuk, aku bener bener sedang pusing pokonya mau ketempat yang tenang ga banyak orang, kita ke Ungasan yuk"
"Hmm..gue sebenernya juga bete banget, pingin santai yang bener bener santai..kemaren ngurusin tamu hotel dari India busyet rewel rewel banget! Eh, kamu dulu pernah bilang satu hari mau main ke pantai Green bowl..gimana kalo kita kesana? Agak jauh, tapi tempatnya keren!"
"Wow! Ide yang brilian! Oke, setuju! ajak Harley sekalian ya?"
"Ciee..belakangan ini kemana mana musti ada Harley..hihihi, sepertinya ada udang dibalik semak haha!"
"Ngawur! Harley tuh orangnya asik tau?!"
"Oke, iya sih Harley emang asik..tunggu..aku call dia, kamu kerumahku nanti kita berangkat dari sini"
"Mantap cang! Oke setengah jam aku sampe, call Harley jangan lupa!"
"Asiaap..pake blue jean aja, jangan kaya lagi itu, ke cafe pake rok mini..aku pusing liatnya"
"Huush! Oke pake celana jean, sampe nanti ya..see you!"
...-----...
Setelah setengah jam perjalanan ahirnya sampai juga dirumah Bangkit, Tasya melepaskan helm dikepalanya dan menyibakkan rambutnya yang tebal, ia kaget ternyata dipekarangan rumah Bangkit sudah terparkir motor besar kepunyaan Harley.
Baru saja ia beres parkirkan motor, seorang kakek tua turun dari anak tangga.
"Eh dadong..rahajeng semeng, apa kabarnya?"
"Waah..Ada bidadari datang pagi pagi! Hehe..masuk masuk, itu mereka ada didalam" ucap kake itu sambil membetulkan kain sarungnya.
"Sugra nggeh.." Jawab Tasya sambil sedikit menundukkan tubuhnya dan masuk kedalam rumah Bangkit.
"Naah tu dia nongol!, haha yang lagi sebel datang!" ucap Bangkit sambil melepaskan senyum.
Tasya mendekati dua priya muda itu sambil melambaikan satu tangannya.
"Hi Tasya! Kamu kenapa? Katanya Bangkit lagi sebel ya?" Harley berdiri dan memberikan pelukan hangat. Tasya tersipu malu, entah kenapa setiap kali Harley memeluknya pasti ada perasaan gimana gitu.
"Nah, ini Tasya punya ide..Hari ini mumpung masih pagi kita melancong kepantai, gimana Har mau ikut?"
"Wuis pantai? Aku sih oke aja,. Arah mana?"
"Gue kasih daran kita ke Green bowl, disana ada tempat enak untuk ngobrol"
"Kalo mau kesana kita harus berangkat sekarang, soalnya sebentar lagi panas dan agak macet" ucap Harley sambil mengikat rambutnya yang panjang sebahu.
"Yuk! Kita langsung aja sekarang!" balas Tasya dengan semangat.
"Let's go! aku dah siap dari tadi..bentar aku pamitan sama dadong dulu,.bapak dan ibu kebetulan lagi ke Ubud, mereka ga dirumah"
...-----...
Iring iringan tiga motor melaju kearah selatan di Ungasan, Tasya benar benar merasakan kebebasan yang nilainya tak terhingga. Terpaan angin kencang yang menabrak wajahnya membuat perasaan sebelnya hilang. Ia telah melupakan hiruk pikuk yang terjadi setiap hari dirumahnya.
Lewat empat puluh menit ahirnya mereka sudah mulai memasuki kawasan pantai Green bowl, sebuah pantai yang bersih dan tidak banyak turis lokal ataupun asing yang singgah disana.
Tasya berteriak gembira ketika melihat dari kejauhan birunya air laut dan banyaknya pepohonan yang rindang.
"Kita berhenti disana!" teriak Bangkit sambil menunjuk kearah parkirkan motor.
Iring iringan motor belok kekanan melewati beberapa warung kecil dan memarkirkan kendaraan disebuah tempat yang memang khusus untuk pelancong. Seorang petugas parkir membantu mengatur posisi motor.
"Wow keren sekali pemandangannya!" ucap Tasya dengan sangat gembira.
"Sekarang kita jalan keatas kearah utara, kamu kuat naik tanjakan kebukit sana Tasya?"
"Ayok! Aku siap ko, ini bener bener pemandangan yang gila! Ga nyangka begini kerennya!"
"Diatas sana ada semacam bangku dari beton kita bisa liat laut dari atas sana"
"Yes! Itu yang aku mau!" Tasya benar benar antusias dengan perjalanan ini, apalagi ketika mulai naik keatas Harley memegang telapak tangan Tasya dan berkata..
"Jangan pingsan ya..aku ga kuat gendongnya"
"Haha!" Bangkit tertawa mendengarnya.
...-----...
Benar saja apa kata Bangkit, diatas sana memang ada semacam tempat duduk tepat dibawah dua pohon yang rindang melindungi teriaknya sinar matahari. Dari lokasi duduk mereka bisa melihat dengan jelas lautan luas.
"Hmm..memang kamu pintar..Indah sekali ya" ucap Tasya.
Dalam beberapa saat ketiganya terdiam, pandangan mereka jauh kedepan sana, lautan biru seakan menyambut pikiran dan perasaan mereka.
"Apa yang menyebabmu sebel Tasya?" tiba tiba Harley bertanya.
Pertanyaan Harley mengugah lamunannya, Gadis manis itu menyibakkan rambutnya yang menutupi wajahnya karena tertiup angin.
"Sebel dan marah bercampur jadi satu, bagaimana ya..pusing kepalaku mendengarkan keributan dan pertengkaran yang terjadi setiap hari dirumah. Kalau bukan papa dan adikku ribut, pasti ada keributan antara papa dan mama..aku pingin sekali keluar dari semua ini..Duuh cape deh" keluh Tasya mengeluarkan uneg uneg.
"Aku sih dirumah oke oke aja, cuman ya itu tingkat stres ku melonjak tinggi tiap hari menangani kerajaan di hotel..belum lagi bisku selalu menyalahkan aku" Bangkit mulai bicara.
"Aku sebetulnya punya ide, dan hal ini sudah cukup lama aku pendam. Sebuah ide yang kupikir bagus untuk kita bertiga" ucap Harley.
"Oh ya? Ide apa Harley? Spill ke kita dong"
"Iya Har, siapa tau bisa membantu pikiran kita yang lagi jenuh" tanggap Bangkit.
"Kalian pernah dengar cerita sebuah pulau bernama pulau Intan. Pulau itu ada disebelah barat pulau Lombok kalau dari Lombok kira Kira tiga puluh menit memakai perahu motor"
"Iya aku pernah dengar, pulau itu kosong..dulu sering disinggahi turis lokal tapi kalau tidak salah pemerintah daerah Lombok melarang kesana karena kalau air laut sedang naik, ahirnya akan tinggi dan berbahaya untuk keslamatan orang" ucap Bangkit.
"Iya betul, gini aku teruskan dulu ya ceritaku..pulau Intan itu tidak berpenghuni, bahkan jarang ada binatangnya..tapi menurut seorang temanku yang pernah kesana pulau itu sungguh Indah.. Nah, aku berencana..gimana kalau kita menjelajahi pulau itu bahkan kalau memang cocok kita bisa tinggal disana, kita mulai kehidupan baru disana, impianku adalah membangun rumah gubuk kecil dan mengeksplor seluruh pulau"
"Wow! Itu baru aku suka! Sebuah kehidupan baru!" timpal Tasya.
"Berarti aku harus keluar dari pekerjaanku" Kata Bangkit.
"So?..Kita akan mulai kehidupan baru dengan apa adanya tapi penuh dengan tantangan! Pasti seru!"
Bangkit diam sambil memikirkan ide Harley..
"Ide yang keren Bang, aku setuju dengan ide Harley! Ayok ikut Ga?" Tasya terlihat semangat, sambil menggoncangkan pundak Bangkit.
"Oke! Setuju! Kapan kita berangkat?"
"Yaay!! Gimana Har? Kapan kita kesana?"
"Bagus! Aah..ahirnya impianku bisa terwujudkan" jawab Harley, ia berdiri dan berjalan kearah dekat jurang didepan, tidak jauh dari posisi mereka duduk. Matanya memandang jauh kedepan.
...-----...
Keesokan harinya, subuh jam 5 Hari saat itu masih sangat pagi, tiga anak muda sudah menyiapkan semua barang perbekalan untuk perjalanan jauh yang sangat berarti bagi mereka.
Tasya dan Harley sengaja tidak memberitahukan kepada para orang tua, hanya Bangkit yang pamit kepada bapak dan ibu dan juga sang kakek. Tapi kepergiannya bukan untuk kesebuah pulau, ia hanya mengatakan akan Jalan Jalan bersama kedua temannya ke Surabaya.
Jam 6 semuanya sudah berkumpul dirumah Bangkit.
"Oke, kita tidak Naik motor sesuai rencana semuanya kita parkirkan disini. sekarang kita tunggu Grab, sebentar lagi mobil akan datang membawa kita ke Padang Bai menuju pelabuhan Lembar" bisik Bangkit seakan tidak mau membangunkan orang orang sekeluarga dengan rencananya.
"Berapa jam perjalanan?" Tanya Tasya.
"Kurang lebih empat jam tergantung ombak lautnya"
Ahirnya jam 6.15 kendaraan Grab datang, dengan cepat mereka memasukkan tas ransel kedalam bagasi dan berangkatlah mereka.
"Gimana perasaanmu Tas?" Tanya Harley.
"Hmm..gimana ya seperti lepas dari sangkarnya" jawab Tasya sambil tersenyum.
"Kamu akan tambah bahagia kalau sudah dipulau itu"
"Yes" hampir tidak terdengar balasan itu.
...-----...
Udara sejuk masuk kedalam Mobil yang sengaja kaca jendelanya diturunkan. Harley dan Bangkit terlihat tertidur, hanya Tasya yang masih sadar. Matanya menerawang menatap sawah dan rumah masyarakat disepanjang jalan. Ia sudah bosan dengan semua ini, temannya sudah bulat..ia berkeyakinan bahwa kehidupan baru akan terbentang dihadapannya.
Lewat beberapa jam sampaikan kendaraan di pelabuhan Padang Bai, dari sana mereka berlayar menuju pelabuhan Lembar. Pagi itu ternyata sudah banyak penumpang baik dari Bali ataupun Lombok yang ingin saling nyebrang.
Perjalanan ke pelabuhan Lembar berjalan mulus, ombak lautan tidak ganas dan semuanya sesuai jadwal. Dari pelabuhan Lembar mereka menyewa sebuah perahu motor berukuran lebih kecil menuju kepulau Intan.
"Kalian mau berapa lama dipulau Intan?" Tanya bapak pengemudi perahu motor.
"Agak lama Pak, kami mau survey Tanah..kami dari dinas perkebunan" ucap Bangkit berbohong.
"Oh ya ya..Jadi bapak ga usah jemput ya? Tolong disimpan nomor hp bapak, siapa tau kalian sudah siap kembali tinggal di kontak saja"
"Oh ya, terima kasih pak"
Tasya dan Harley tersenyum mendengarkan pembicaraan antara bangkit dan si bapak.
"Lihat disana!" tiba tiba Harley menunjuk kedepan.
"Itu pulaunya?"
"Ya..sebentar lagi sampai..asik ya?"
"Setengah jam lagi sampai kita!" teriak Pak pengemudi.
"Eh Har, airnya jernih ya ga kaya ditempat kita, biru sekali"
"Hmm..ini berarti dalam sekali" gumam Harley.
Setelah setengah jam berlalu kapal kecil itu sampai dipinggir pantai.
"Saya akan menuju kedekat sana, keliatannya agak landai" kapal itu menepuk dengan pelan dan berhenti.
"Oke..sampai disini, hati hati ya, kalau perlu bantuan tolong saya di call"
"Pak terima kasih sekali! Kami pasti akan kontakan" jawab Bangkit sambil menurunkan ransel menyerahkan kepada Harley yang sudah turun duluan.
...-----...
"Harley, tempat ini keren sekali!" Tasya terkagum kagum melihat pantai yang Indah, bersih dan sepi.
"Apa kubilang,.betul ya? Ayok kita kedalam" jawab Harley.
Bangkit masih berdiri dipasir pantai memandangi alam yang indah, belum pernah ia melihat tempat sebagus dan seindah ini.
"Bangkit! Ayo kita masuk kedalam hehe..takjub ya?"
"Gila! Bagus sekali!" jawab Bangkit, ia mengangkat ransel dan mengikuti dua temannya. Namun ia kaget ketika melihat ponselnya..tidak ada sinyalnya!
"Eh Har! Coba liat ponsel, aku punya ga ada sinyal"
Harley dan Tasya sama sama mengeluarkan ponsel dan benar saja ponsel mereka juga sama tidak ada sinyalnya.
"Ga apa apa..mungkin cuaca..Nanti juga ada lagi, toh kita kesini untuk memakai hidup baru" jawab Harley dengan santai.
Mereka mulai masuk kedalam, menyusuri pepohonan dipinggir pantai dan terus masuk kedalam.
Perjalanan yang tadinya landai sekarang agak mendaki, penuh mulai turun dikening mereka. Namun tubuh mereka masih segar dan merasakan kebebasan yang tidak terhingga.
"Menurut gambar drone yang pernah aku lihat disebelah barat sana ada Tanah agak datar kita bisa bangun kemah"
"Oke..aku ikut Pak bos!" jawab Tasya.
Bangkit terus memperhatikan sekeliling hutan itu, memang rindang dan sejuk tapi perasaannya agak aneh..kenapa pulau ini yang sebetulnya jarak antara disini dan pulau Lombok sana tidak begitu jauh tapi tidak ada satwa satupun.
Aneh juga kalau dipikirkan, satupun tidak terdengar suara burung. Suara yang Ada hanyalah pergerakan daun pohon yang tertiup angin. Ia juga sempat memandang kearah beberapa bukit yang sangat tinggi disebelah sana. Ada apa disana?
"Nah..tuh sudah kelihatan datarannya, cocok untuk berkemah" Kata Harley yang berjalan paling depan.
"Oh ya..lumayan itu untuk tancep kan tiang tiang kemah..yuk kita kesana"
"Oke kita turunin ransel dan bersihkan tempat ini dulu" Harley menurunkan tasnya yang besar dan mulai membersihkan area tanah yang memang datar.
Kurang lebih satu jam mereka membersihkan dan mulailah membangun sebuah kemah darurat.
"Malam ini kita istirahat disini, besok kita cari tempat yang bagus dan paling cocok untuk membangun rumah kayu..disanalah kita mulai hidup baru kita" Kata Harley dengan penuh keyakinan.
"Asyik!" jawab Tasya sambil mencabuti rumput rumput sekitar situ.
"Sepertinya banyak pohon yang bisa kita terbang untuk bangun rumah kecil" ucap Bangkit.
"Oh pasti, dipedalaman pasti banyak pohon"
Tidak memakan waktu lama berdirilah sebuah kemah, Tasya dan Bangkit mulai menggelar tikar didalamnya dan menata tas ransel sebagai bantal.
"Tas, kita buat supermi yuk, laper juga"
"Ayok..aku buatkan yang enak, aku bawa cabe dan sedikit kol"
"Mantap!" jawab Harley gembira.
...-----...
Mereka bertiga menyantap dengan lahap supermi panas sambil duduk didepan kemah memandang kearah pepohonan disekitarnya.
Tanpa mereka sadari, dibalik sebuah pohon besar yang tertutup rimbunan semak semak, ada seseorang yang sedang mengintip. Ia menarik ponsel dari saku celana dan mengambil beberapa foto. Jantungnya bergerak keras, tangannya gemetar.
Pelan pelan tanpa mengeluarkan satu suara pun ia mengendap endap meninggalkan tempat itu. Sesekali ia menoleh kebelakang kearah kemah dan kembali berjalan pelan meninggalkan area itu.
Siapakah dia??
Tasya dan kedua temannya sedang gembira sambil menyantap makanan dan minuman teh.
"Ada satu yang masih aku bingung Har..disini benar benar seperti daerah steril..satupun tidak ada binatang, bahkan burung pun tidak Ada"
"Iya juga sih..tapi justru itu kita Aman, berarti tidak ada ular yang akan mengganggu kita" jawab Harley.
Tasya sebetulnya sempat memperhatikan sebuah pohon yang seperti bergerak sendiri seakan ada yang menggoyangkan..ia memperhatikan dengan seksama, mencoba melihat apa yang ada dibalik pohon. Nihil, usahanya sia sia..
"Makanya..bagaimanapun juga kita harus membawa parang..ya, sebagai jaga jaga aja" ucap Tasya.
"Tapi..aku cukup puas sih, pulau ini benar benar menyenangkan"
"Kau malam datang, kita saling gantian jaga ya..malam ini aku yang duluan jaga, besok baru kamu Bangkit" Kata Harley.
"Oh siap..kayanya aku akan tidur kelap malam ini, abis makan kita turun kepantai yuk..mau liat kalau malam suasananya gimana"
"Setuju..siapa tau saluran ponsel sudah bisa nyala, aku nambah sedikit lagi ah" Harley berkata sambil menuangkan supermi dari panci.
...-----...
Tidak lama setelah makan dan membereskan piring, Harley mengejar Tasya dan Bangkit yang sudah duluan turun kepantai.
"Hai! Tunggu gue dong haha!" Harley tertawa terkekeh kekeh melihat dua temannya sudah duduk diatas bongkahan batu ditepi pantai.
"Eh Har, sini! Liat betapa indahnya suasana.."
"Hmm..memang ini pulau yang indah, cuman ya itu tadi aneh ya aku belum melihat satupun binatang atau seekor burung yang terbang..gimana dengan ponsel kalian? Sudah menyala kah?"
"Belum tuh..aku juga bingung padahal Lombok ga begitu jauh dari sini, tapi jangkauan internet ga tembus kesini"
"Ya udah biarin aja..lagian ponsel tidak kita perlukan disini, oke besok kita masuk kehutan dan cari lokasi untuk bangun rumah"
"Wuih, ahirnya aku punya rumah kayu, dari kecil aku memang mimpikan mempunyai sebuah rumah dari kayu" timpal Tasya.
Lagi lagi mereka tidak sadar..seseorang sedang memantau mereka dari kejauhan. Sosok orang misterius itu duduk dengan tenang dibalik rimbunan pohon bambu. Ia memakai masker dan topi hujan, yang terlihat hanya sepasang matanya saja.
Orang ini memakai pakaian aneh, ia mengenakan celana panjang yang dibuat mirip sarung berwarna total hitam dan sebuah jumper yang juga berwarna hitam, dikepalanya ia mengenakan semacam topi yang ujungnya mengerucut tinggi. Wajahnya diwarnai beberapa garis melebar mulai dari kiri kuping ke sebelah kanannya. Dua kupingnya ada suweng besar.
Berkali kali ia membidikkan ponsel dan merekam keadaan ketiga anak muda ditepian pantai yang sedang bergembira.
Setelah puas mengintip ketiganya ia bangkit dengan perlahan dan meninggalkan mereka ditepi pantai itu. Sebelum berlari dari situ, ia menyempatkan menundukkan kepalanya, bibirnya terlihat komat kamit sedikit.
...-----...
"Tas, kamu suka disini?" Tanya Harley sambil duduk disamping Tasya yang sedang menikmati suasana suasana menjelang malam.
"Hmmm..suka sekali lha Har, ini mimpi yang aku selalu dambakan lho. Terima kasih sudah bawa aku kesini" jawab Tasya sambil melirik kearah Harley dan melepaskan senyum manis.
"Semoga kita bisa tinggal selamanya disini, apalagi kamu ada disini bersamaku haha"
"Semoga apa yang kamu ucapkan tulus adanya" Tasya berkata dengan suara rendah.
Tiba tiba pundak Harley ditepuk Bangkit yang baru saja kembali dari balik semak membawa sebuah tas wanita berukuran kecil, keliatannya sebagian dari Tas itu sudah agak rusak.
"Hei, liat apa yang aku temukan dibalik semak sana" Kata Bangkit sambil memperlihatkan Tas kecil itu.
"Apa itu Bang? Kaya tas cewe ya?"
"Iya tas wanita..ko ada disini ya? Apa punya seseorang yang pernah kesini?"
"Mungkin juga..buang aja kesemak semak Bang..mungkin dulu pernah ada turis mampir kesini"
Bangkit mengangkat pundak dan berjalan santai kembali kearah semak semak.
"Besok, kamu ikut kita ya mencari lokasi rumah kita"
"Iya Harley, kemana arah kita?"
"Kayanya kita akan kebalik bukit disana, semoga ada tempat yang bagus"
"Har, mana Roko kretekmu?" tiba tiba Tasya berkata.
"Lho untuk apa?"
"Kita kan bebas disini..aku mau meroko kretek"
"Are you serious?"
"Serious! Mana?"
Harley sedikit ragu, tapi what the hell..ia menarik sebungkus rokok gudang garam dari saku celana.
"Awas lho kalo batuk, aku ga tanggung"
Tasya menarik sebatang rokok dan menyalahkan rokok itu..ia mengebulkan asapnya keudara.
"Wuih hebat Tasya!" ucap Bangkit ketika melihat Tasya mulai menghisap rokok itu dalam dalam.
"Rupanya dia mantan preman juga Bang!" Kata Harley.
"Eh enak amat! Masa aku dibilang preman hehe"
Ketiganya menikmati malam itu sambil tiduran diatas pasir putih pantai pulau Intan. Serasa dunia ini milik mereka bertiga.
...-----...
Pagi pagi sekali Harley sudah bangun, dengan gerakan lembut ia menyentuh wajah Tasya dan berbisik ditelinga.
"Tasya,.Tasya bangun yuk" bisiknya.
Tasya tidak langsung bangun, ia bahkan mengalihkan wajahnya kesisi lain. Harley beringsut dan kini menyentuh rambut Tasya dengan perlahan. Ia berbisik lagi..
"Tasya...yuk kita bangun"
Kali ini Tasya membuka matanya, ia kaget wajah Harley sangat dekat dengan wajahnya.
"Aduh, sorry aku keenakkan tidur" jawabnya sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Baru kali ini ia dibangunkan seorang laki laki. Sedikit malu Tasya mulai bangun.
"Ayo kita bangunkan Bangkit, kita berangkat pagi pagi, fresh sekali udaranya"
Bangkit kaget ketika dibangunkan dan langsung tergugah, mimpinya sirna dalam sekejap.
"Kita berangkat pagi ini?" kata Bangkit sambil mengusap usap wajahnya.
"Ya kita mending berangkat pagi, lagian udara sangat fresh" ucap Harley.
Mereka melakukan pembersihan seadanya didalam kemah dan menyiapkan ransel. Harley meraih sebuah parang panjang yang digantungkan disisi kemah dan menyelipkan dipinggangnya. Bangkit dan Tasya masing masing juga melakukan hal yang sama.
"Oke..kita jalan?"
"Yuk, Har semua bekal makanan sudah dimasukin kedalam kantong?"
"Dah semua dah beres dan sudah gue simpen rapih,let's go"
Mereka menelusuri area yang dipenuhi batang akar pohon. Harley yang paling depan bertugas menebas dahan dan ranting yang menutupi arah jalan. Nampaknya area hutan pinggir pantai memang belum pernah disinggahi orang. Berbagai akar dan dahan pohon saling melintang.
Setelah menembus hutan dan menaiki bukit ahirnya mereka sampai disebuah tanah landai, seakan baru saja berhasil mendaki gunung yang tinggi Tasya mengangkat kedua tangannya tinggi. Ia gembira menemukan area yang datar.
"Kayanya..inilah tempat yang cocok, liat..dari sini kita bisa melihat kebawah kepantai. Ini seperti sebuah benteng pertahanan! Keren!" ucap Bangkit, ia duduk disebuah batu besar sambil menatap sekeliling area.
"Wuih mantap! Aku suka, gimana Tas? Kamu suka?" timpal Harley.
"Ya..inilah titik yang tepat! Sekarang tinggal gimana kita cari kayu dan bawa kesini saja"
"Kita santai dulu, sambil minum teh..Hari ini kita kembali kekemah kita kemas semua barang dan bawa kesini. Agak sore nanti kita mulai menyusuri kebawah sana dan pilih kayu yang bagus" sambung Harley.
Mereka melepaskan lelah, sambil minum teh dan makan biskit. Angin laut datang menerpa wajah mereka.
"Coba deh, kecilkan Mata kalian dan liat kedepan Sana..kayanya itu Lombok" ucap Bangkit.
Tasya dan Harley memicingkan Mata mencoba melihat satu garis abu abu diujung laut sana.
"Mungkin juga itu Lombok" ucap Tasya.
"Aku ada teropong diransel nanti kita liat dari teropong apa benar itu pulau atau hanya mata kita yang salah liat" lanjutnya.
"Oke, aku mau ambil ransel dan barang barang kesini..mumpung masih pagi"
"Oke Bang, yuk Tas kita kebawah..aku tarik ya tanganmu"
"Gendong.." ucap Tasya manja.
"Boleh, siap?"
"Haha..Ga usah, nanti tenagamu habis"
Harley berdiri dan menarik tangan Tasya. Dua anak muda ini sepertinya saling sayang dan Bangkit sadar itu..ia hanya tersenyum menyaksikan mereka.
Perjalanan pulang kekemah lebih mudah daripada waktu membuka jalan pertama kali, rintangan semak belukar dan dahan pohon sudah terbuka.
Pada jarak 100 meter, dua sosok sedang mengendap endap mengikuti mereka dari belakang.
"Kita harus tangkap mereka" bisik salah satunya.
"Jangan sekarang, Pak ketua bilang jangan dulu, lagian kita masih ada 2 yang ditahan..Biarkan mereka..kita hanya pantau saja dulu" jawab temannya sambil berbisik.
Keduanya memakai pakaian yang sama..celana longgar semacam sarung berwarna hitam dan hoodie berwarna hitam juga. Wajah mereka penuh dengan tato dan sebuah garis berwarna merah melintas dari kuping kiri ke kuping Kanan.
...-----...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!