Nayla Anjani Adinegoro yang biasanya di panggil dengan sebutan Nayla, merupakan anak pertama dari pasangan Wulan Anjani dan Pratama Adinegoro.
Nayla mempunyai seorang adik perempuan yang masih sekolah di bangku kelas 3 SMA yang bernama Sheila Anjani Adinegoro.
Nayla yang berumur 20 tahun kini sedang menempuh ilmu di Universitas ternama dan terbaik di kota ia tinggal, yaitu di Kota Bandung.
Ia hanya berbeda 3 tahun dengan Sheila sang adik. Nayla bisa masuk Universitas itu berkat kerja kerasnya dan mendapatkan beasiswa.
Nayla tidak mau mengandalkan orang tuanya, walaupun orang tua nayla merupakan pebisnis yang sangat sukses dan mempunyai perusahaan dimana mana.
Dari sekolah dulu Nayla memang sangat pintar.
Nayla sangat mandiri, sehingga ia menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari Pratama Adinegoro seorang pengusaha terkenal dan di segani.
Walaupun papanya mempunyai saham di Universitas itu, semua itu tidak membuat seorang Nayla menjadi sombong dan memanfaatkannya.
Orang tua Nayla pun mendukung keputusan Nayla untuk menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya.
Berbeda dengan adiknya yang sangat manja.
Publik pun hanya tau Pratama Adinegoro mempunyai dua orang anak, akan tetapi mereka hanya tau dengan sosok Sheila, bahkan dengan Nayla tidak, hanya tau namanya saja.
Nayla sengaja tidak memakai nama Adinegoro di belakangnya.
Nayla tidak ingin terkenal gara gara ia merupakan anak dari seorang pebisnis terkenal seperti adiknya yang terkenal.
Ia tidak mau seperti adiknya yang mempunyai teman anak orang kaya semua gara gara ia anak dari Pratama Adinegoro.
Nayla tidak memilih dalam berteman.
Nayla mempunyai dua orang sahabat yang bernama Sila Saraswati dan Nadin Pratiwi.
Nayla merupakan kembang kampus, ia sangat cantik, akan tetapi ia tidak mempunyai pacar,
Semua para lelaki yang mendekatinya dan ingin menjadi pacarnya di tolak semua dengan alasan ia akan fokus untuk menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin.
............
Senin pagi, pukul 08.00 wib.
Nayla sudah berada di kampus, ia mempunyai jadwal kuliah pagi pukul 09.00 wib.
Nayla setiap hari membawa motor sendiri, terkadang sesekali ia membawa mobil.
Nayla yang baru masuk kedalam ruangan, ia sudah di sambut oleh kedua sahabatnya yaitu Sila dan Nadin.
"Nayla." ucap Nadin dan Sila berbarengan.
Nayla pun tersenyum.
"Sorry gue kesiang gaes." ucap Nayla sambil duduk di bangkunya.
"Eeh tugas dari pak Randi elo sudah ngerjain belum?" tanya Sila.
"Sudah, tenang saja," ucap Nayla.
"Elo jangan tanya Nayla sudah ngerjain tugas apa belum, ya pasti jawabannya sudah Sila." ucap Nadin.
Mereka pun tertawa.
Nayla mengambil jurusan bisnis management.
Tidak lama dosen pun masuk. Dan kelas pun di mulai. Mereka bertiga memperhatikan Pak Randi yang sedang menerangkan pelajara .
2 jam lamanya, pelajaran pun selesai.
"Baiklah semuanya, kelas sudah berakhir, untuk tugas yang kemarin tolong di kumpulkan." ucap Pak Randi.
Mereka semua pun mengumpulkan tugasnya.
Selesai semuanya mengumpulkan tugas, pak Randi pun keluar.
"Akhirnya, selesai juga" ucap Sila.
"Kantin yuuuk," ucap Nadin.
"Yuuuuk, gue sudah haus," ucap Nayla.
Sahabat Nayla pun tidak tau jika Nayla merupakan anak yang mempunyai saham di Universitas ini.
Sampai di kantin pun mereka memesan makanan dan minuman. Tiba tiba ada seorang lelaki menghampiri mereka bertiga.
"Nayla, boleh bicara sebentar," ucap Rayhan.
Rayhan merupakan teman Sila dari jurusan yang berbeda.
"Kamu mau bicara apa Ray?" ucap Nayla.
"Bisa kesana sebentar," tanya Rayhan.
Nayla pun menghela napas.
"Bentar ya," ucap Nayla kepada kedua sahabatnya.
"Ganggu aja elo Rayhan!" ucap Sila.
Nayla dan Rayhan duduk dengan jarak 3 meja dari Sila dan Nadin.
"Nay, kita jalan yuuk," ajak Rayhan.
"Maaf Ray, aku gak bisa. Nanti masih ada kelas lagi sampai sore." ucap Nayla.
Rayhan sangat menyukai Nayla semenjak di kenalkan oleh Sila.
"Next time ya Rey." ucap Nayla lalu meninggalkan Rayhan.
Nayla pun menuju ke tempat semula.
"Hayoo, ngomongin apa sama Rayhan." goda Nadin.
Nayla hanya tersenyum.
"Sampai sore lagi kelas kita." ucap Sila.
"Gak apa apa, biar kita cepat lulus." ucap Nayla.
"Cepat lulus sih cepat lulus Nay, tapi otak gue sudah mau pecah ini." ucap Sila.
Mereka pun tertawa .
.........
Jam pun sudah menunjukkan pukul 16.00 wib.
Kelas Nayla pun selesai.
"Gue duluan ya gaes, mau jemput adik gue di sekolah." ucap Nayla.
"Tumben, biasanya mama elo yang jemput." ucap Nadin.
"Mama lagi sibuk, jadi gak bisa jemput, adik gue les tadi." ucap Nayla.
"Oke deh, hati-hati ya Nay." ucap Sila dan Nadin.
"Bye." ucap Nayla.
Nayla pun segera pulang menuju rumahnya.
Akan tetapi sebelum dia pulang, hari ini dia kan menjemput adiknya Sheila pulang les di sekolahnya.
Nayla menjemput Sheila menggunakan motor kesayangannya.
30 menit lamanya perjalanan, Nayla sampai di sekolah Sheila.
Nayla menunggu di luar pagar.
Tidak lama Sheila keluar bersama teman temannya.
"Duluan ya semua." ucap Sheila kepada temannya.
"Emang sudah di jemput." tanya Dini.
"Sudah, hari ini kakak gue yang jemput. Itu dia." ucap Sheila,
"Tumben." tanya Dini lagi.
"Mama lagi di kantor." ucap Sheila.
"Bye-bye." ucap Sheila.
Sheila pun menuju ke arah Nayla.
"Lama amat dek?" tanya Nayla.
"Maaf kak, tadi keasikan ngobrol." ucap Sheila tanpa dosa.
"Ni pakai dulu helm nya." ucap Nayla.
"Gak mau kak, panas. Lagian deket juga." ucap Sheila.
"Pakai dek, nanti ada polisi!" ucap Nayla lagi.
"Gak mau kakak." ucap Sheila.
Nayla pun mengalah, ia malas berdebat dengan adiknya itu.
Benar saja, tidak jauh dari sekolahan Sheila, mereka di berhentikan oleh polisi.
"Maaf mbak, kenapa adiknya tidak memakai helm mbak?" tanya polisi itu.
"Ini mau di pakai pak." jawab Sheila asal.
Nayla pun menghela napasnya.
"Bisa diam gak sih dek. Ini semua gara gara kamu yang gak mau nurut." ucap Nayla kesal.
Tiba tiba Sheila menelpon mamanya.
"Ma." ucap Sheila.
"Kenapa sayang, kakak kamu sudah jemput kan." tanya mama Wulan.
"Sudah ma, tapi ketangkap polisi pas mau pulang." ucap Sheila.
"Mana polisinya sayang." tanya mama Wulan.
"Pak, ini mama saya mau bicara." ucap Sheila.
"............"
"Anak ibu berboncengan tidak memakai helm bu, ini bisa membahayakan keselamatannya." ucap polisi.
"............."
"Kalau begitu anak ibu saya tilang." ucap polisi.
"............"
Polisi itu mengembalikan ponsel sheila.
"Mbak, saya tilang ya." ucap polisi itu.
"Iya pak, gak apa apa." ucap Nayla.
Akhirnya Nayla pun kena tilang.
Nayla dan Sheila pun segera melanjutkan perjalanan pulang.
Mereka sampai di rumah pukul 17.15 wib.
Ternyata mama Wulan dan papa Tama baru saja pulang juga.
Nayla yang sudah kesal karena kelakuan adiknya pun segera menuju kamarnya.
"ma, pa, Nay ke kamar dulu." ucap Nayla.
"ma, pa, Sheila juga mau mandi dulu." ucap Sheila.
"kalau lagi berantem pusing mama melihatnya pa, tolong urus besok ya pa," ucap Wulan.
Tama pun hanya terkekeh melihat tingkah anak anaknya dan mengangguk.
Sampai di kamar Nayla langsung segera mandi, ia sangat lelah. Nayla pun sampai melewatkan jam makan siangnya.
Selesai mandi Nayla merasa perutnya sangat lapar. Ia melihat jam sudah hampir maghrib.
Akhirnya Nayla menunggu sampai jam makan malam.
Pukul 19.00 wib mereka sekeluarga sedang makan malam.
Mereka menikmatinya, akan tetapi tidak dengan Nayla yang sedang menahan rasa sakit akibat magh nya kambuh.
Ia belum makan dari siang tadi. Di tambah di buat kesal oleh adiknya.
Nayla tidak memperlihatkan kalau ia sedang sakit di depan semuanya.
Nayla pandai menyembunyikannya.
"Kak, mama perhatiin kakak gak pernah dekat dengan laki laki, apa kakak gak punya pacar." tanya mama Wulan di sela makannya tiba tiba.
"Ma." ucap papa Tama.
Tama memang sangat peka terhadap anak anaknya,
Nayla hanya diam saja.
Nayla tidak akan nyaman jika ada yang bertanya tentang pacar.
Semenjak kejadian 2 tahun lalu, ketika Nayla berpacaran ia tidak sengaja melihat pacarnya berselingkuh dengan teman satu di kampusnya.
Dan ia mendengar jika dulu pacarnya menyebutkan kepada temannya, bahwa teman satu kampus Nayla itu adalah anak orang kaya dan bisa di manfaatkan.
Semenjak kejadian itu, Nayla takut, dan dari situlah ia mulai menyembunyikan identitasnya.
"Ma, pa, Nayla duluan, Nayla sudah kenyang." ucap Nayla tanpa menjawab pertanyaan mamanya.
"Tapi makanan kamu belum habis nak." ucap mama Wulan.
Nayla pun berdiri dan menuju kamarnya di atas.
.....
Masih di ruang makan.
"Ma, pa, Sheila kekamar ya, mau buat PR." ucap Sheila yang sudah selesai makan.
"Iya sayang." ucap mama Wulan.
Setelah kepergian Sheila, Tama pun bicara kepada Wulan.
"Ma, sepertinya Nayla tidak nyaman sewaktu mama menanyakan soal pacar." ucap Tama.
"Maaf pa, tapi mama khawatir Nayla tidak akan menerima lelaki manapun setelah kejadian dulu." ucap Wulan.
Tama nampaknya berpikir.
"Ma, papa yakin, Nayla bukan tidak mau, tapi ia masih ragu dan butuh waktu." ucap Tama.
"Mama harap juga begitu pa." ucap Wulan.
Sementara di dalam kamar Nayla.
Nayla sedang berbaring dan merintih kesakitan, di tambah luka lama teringat kembali.
Nayla pun meneteskan air matanya.
Ia memegangi perutnya sambil menangis.
Nayla mencari obat magh nya, akan tetapi ia lupa, jika obatnya berada di jok motor, Nayla pun bingung mengambilnya.
Tiba tiba, Sheila masuk kedalam kamar Nayla yang tidak di kunci.
"Kakak." ucap Sheila.
Nayla terkejut. Kenapa ia lalai untuk mengunci pintu kamarnya.
"Kakak kenapa, kakak nangis. Sheila minta maaf ya kak yang tadi sore." ucap Sheila merasa bersalah.
Nayla masih diam tanpa bicara, ia hanya memegangi perutnya.
"Kakak sakit? Sheila panggil mama dan papa dulu." ucap Sheila.
"Jangan Sheila, magh kakak hanya kambuh." ucap Nayla.
"Obat kakak di mana." tanya Sheila.
"Tolong ambilkan di dalam jok motor, tapi jangan sampai mama dan papa tau, kakak gak mau melihat mereka khawatir." ucap Nayla sambil merintih kesakitan.
"Sebentar kak , Sheila ambilkan dulu." ucap Sheila dan segera menuju garasi.
Kini Sheila sudah mengambil obat Nayla dari dalam jok motor.
Ketika Sheila melewati tangga, papa Tama memanggilnya.
"Dek, itu apa?" tanya papa Tama.
"Ini,,, eeeemmm,, itu....!" ucap Sheila panik.
Tama pun mendekat dan mengambilnya.
"Obat magh." ucap Tama.
Sheila terdiam.
Mama Wulan pun melihat papa dan anaknya.
"Ada apa pa?" tanya mama Wulan.
"Ini ma, Sheila membawa obat magh." ucap Tama.
"Punya siapa ini Sheila?" ucap mama Wulan meninggi.
Sheila yang takut pun akhirnya jujur.
"Ini punya kakak ma, kakak sakit di . . ." ucap Sheila terputus .
Mama Wulan pun segera menuju kamar Nayla.
Mama Wulan membuka kamar Nayla, ia melihat Nayla sedang menangis dan menahan rasa sakit.
"Dek, mana obatnya." ucap Nayla.
Nayla belum menyadari yang datang mamanya.
"Nay, kamu sakit." tanya mama Wulan.
"Mama!" ucap Nayla sambil menghapus air matanya.
Papa Tama dan Sheila masuk,
"Ini kak obatnya." ucap Sheila sambil menunduk.
Mereka khawatir dengan wajah pucat Nayla.
"Minum dulu obatnya kak." ucap papa Tama.
Mama Wulan mengambilkan air minum.
Nayla pun menelan obatnya
Setelah meminum obat, Nayla sudah sedikit tenang, sakitnya sudah tidak seperti tadi.
"Pa, mama temenin kakak ya pa malam ini." ucap mama Wulan.
"Iya ma, Sheila kembali ke kamar kamu, biarkan kakak kamu istirahat." ucap papa Tama.
Sheila pun menurut.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib.
Nayla baru bisa tidur, mama Wulan ikut berbaring di samping Nayla,
"Nay, kamu terlalu mandiri, sehingga kamu sakit pun tidak mau memberi tau kami." batin mama Wulan.
Mama Wulan tidur sambil memeluk Nayla.
Pukul 05.00 mama Wulan bangun lebih dulu dari Nayla. Mama Wulan mencium kening Nayla dan meninggalkan Nayla.
Mama Wulan turun menuju kamarnya.
Sampai di dalam kamarnya, Tama sudah bangun.
"Pa, mama khawatir dengan kondisi Nayla." ucap Wulan.
"Iya ma, papa juga." ucap Tama.
Tidak terasa sudah pukul 06.00 wib.
Wulan pun membantu masak asisten rumah tangganya.
"Bik, nanti tolong buatkan sup ya bik buat Nayla." ucap Wulan.
"Baik bu." ucap bik Imah.
Para ART pun tau jika majikannya itu meminta di buatkan sup pasti non Nayla sedang sakit.
....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!