NovelToon NovelToon

My Geisha

Jalanan

" Bu, aku laparr... " rengek seorang gadis kecil dengan pakaian lusuh.

" Sabar ya sayang, ibu harus mencari receh dulu untuk membeli sebungkus nasi. " jawab Mizuki pada putrinya.

Semenjak suaminya meninggal karena pergi berperang. Mizuki dan Reina, putrinya hidup menderita. Uang pensiunan yang harusnya ia terima dari kematian suaminya harus di miliki sepenuhnya oleh keluarga Masato, suaminya.

Bahkan rumah satu satunya tempat tinggal mereka pun harus di ambil alih oleh kakak tertua Masato. Mereka sama sekali tidak perduli akan kelangsungan hidup Mizuki dan putrinya.

" Kalo saja ayah tidak meninggal, pasti Reina sudah makan tiga kali hari ini. "

" Sayang, ayah kan meninggal demi negara kita. Jasa ayah besar loh. Pasti ayah meninggal dengan bangga, dan sekarang bahagia di surga sana. "

" Tapi kita hidup menderita bu? "

" Sabar ya nak, suatu hari pasti ibu bisa membahagiakan kamu. Membuatmu bisa makan enak dan bisa tidur di kasur yang empuk. "

🍂🍂🍂

Mobil Alphard melewati jalanan yang ramai. Saat lampu merah menyala, nampak seorang wanita paruh baya dengan anak kecil yang tak lepas dari genggamannya sedang membawa kaleng untuk meminta minta uang recehan pada para pengemudi di jalanan.

" Hiroshi..! " panggil Kenta.

" Siap Tuan.. "

" Berikan wanita itu uang, pasti mereka membutuhkannya untuk makan. "

" Baik Tuan. " lalu Hiroshi membuka kaca mobilnya, dan memberi Mizuki beberapa lembar uang.

" Aah Tu-tuan ini terlalu banyak... " ucap Mizuki terbata.

" Tidak apa, pakai saja. Untukmu dan anakmu. " tegasnya saat melihat anak kecil yang sejak tadi memegang ujung baju lusuh ibunya.

" Te-terimaka banyak Tuan... " jawab Mizuki dengan mata berkaca kaca.

Mobil Alphard itu pun kembali melaju setelah lampu hijau menyala.

Mizuki membawa Reina ke kedai makanan. Disana ada berbagai lauk makanan yang begitu lezat di mata.

" Heeii... pengemis..! Sedang apa kau berdiri di situ..? Pergi sanah...!! " usir seorang wanita dengan pakaian glamour dari depan pintu.

" Sa-saya hanya ingin membeli nasi dan lauk untuk makan. " jawab Mizuki.

" Memang kamu punya uang...?!! " bentak wanita itu.

" Ada apa ini?! " triak seorang pria paruh baya dari dalam berjalan keluar.

" Ma-maaf Tuan, saya hanya ingin membeli makanan. "

" Sayang, kamu tidak boleh begitu. Jangan bikin malu...! "

Lalu pria itu masuk ke dalam, beberapa menit kemudian kuar dengan dua kantong kresek.

" Ini untuk kalian, semoga kalian suka. " ucap pria itu ramah.

" Semuanya jadi berapa Tuan? "

" Tidak usah, untuk kalian makan saja. Uang itu kau simpan saja untuk putrimu. "

" Terima kasih Tuan, terimakasih sekali. " kata Mizuki dengan membungkukkan badannya dan menangis haru.

" Sudah, pulang lah. Dan ganti pakaian kalian. " ucap pria itu lagi dengan memberi mereka beberapa baju. " Kebetulan baju putriku sudah kekecilan, pasti muat jika di pakai putrimu. "

" Ah saya sungguh sungguh berterima kasih sekali Tuan..." ucapnya lagi dengan tangis haru.

Mizuki dan Reina pun pergi dari sana dengan hati bahagia.

" Sayang, kau tahu? Kau itu terlalu baik untuk orang seperti mereka..! " kesal wanita pemilik kedai.

" Istriku, terkadang kita tidak tahu dunia kedepannya akan seperti apa. Karena kehidupan itu berputar. Kalo suatu hari kau yang berada di posisi mereka. Apa kau sanggup..? " jelas pria itu, dan sang istri hanya menggelengkan kepalanya. Merasa ketakutan dan pasti tak akan sanggup.

Wanita itupun berjalan cepat masuk ke dalam kedai diikuti oleh suaminya.

🍁🍁🍁

" Bagaimana, hari ini kenyang? " tanya Mizuki pada putrinya.

Ia melihat raut wajah bahagia dari Reina karena memakai baju baru, walaupun bukan baju baru di beli dari toko. Tapi itu sanggup membuatnya bahagia.

Mereka sekarang hidup di sebuah gubug kecil di pinggiran kota, itu pun gubug sudah rusak dan hampir roboh.

Gubug peninggalan seorang pengemis tua, yang ia dirikan sendiri dengan kayu kayu sisa. Bahkan atapnya pun terbuat dari jerami.

Beberapa hari kemudian, Mizuki tetap menjalani hidupnya di jalanan demi mencari uang untuk putrinya. Saat lampu merah ia mulai meminta dengan membawa kaleng yang sudah berkarat.

Tiba tiba turun hujan, Mizuki membawa Reina berteduh di pinggiran toko sebrang jalan. Disana mereka kedinginan karena bajunya basah oleh air hujan.

Di dalam mobil Alphard, nampak Tuan Kenta sedang mengamati kedua orang itu. Ia pun menyuruh Hiroshi untuk memanggil mereka.

" Dimana kalian tinggal? " tanya nya dengan nada tegas. pada Mizuki saat mereka sudah berada di dalam mobil mewah tersebut.

" Di-di pinggiran kota Tuan, dekat dengan sungai pembuangan. "

Lalu Hiroshi melajukan mobilnya mengantarkan mereka ke tempat tinggalnya. Kenta merasa kasihan melihat keadaan gubug yang hampir roboh itu.

Kenta pun ikut turun dan masuk ke dalam gubug itu. " Maaf Tuan, gubug kami seperti ini. " lirih Mizuki.

" Dimana suamimu? " tanya Kenta dengan tatapan tajam, membuat Mizuki ketakutan.

" Su-suami saya sudah meninggal Tuan. "

" Meninggal karena apa? Maaf saya hanya ingin tahu. "

" Tidak apa, suami saya adalah seorang tentara bawahan. Saat pergi bertugas, suami saya meninggal di tengah perang untuk perdamaian dunia. "

" Siapa nama suami mu?? "

" Masato, Tuan... "

" Memangnya tidak mendapat uang pensiunan dari negara? "

" Uang pensiunan itu di ambil alih oleh keluarga suami saya Tuan, dan rumah kami juga di ambil mereka. " jawabnya dengan nada bergetar tak kuasa menahan tangis.

" Haahhh kejam sekali...! Memangnya kau dan putrimu bukan keluarga?! Walaupun suamimu sudah tiada, putrimu harusnya jadi tanggung jawab mereka juga...?! "

" Iya, tapi kenyataannya tidak seperti itu Tuan. Jadi kami di usir dari sana. "

" Keterlaluan... " kesal Kenta mendengar cerita Mizuki.

" Ini, ada beberapa uang. Ambil lah untuk keperluan mu. Besok aku akan kembali kesini. "

" Apa?? Ah ba-baik Tuan, terimakasih banyak. " ucap Mizuki dengan menundukkan kepalanya.

Kenta pun kembali ke dalam mobil. Dan Hiroshi mulai melajukan mobil Tuannya untuk kembali ke mansion.

~ Di mansion

" Sayang, aku mau bicara. " kata Kenta pada istrinya. Ia pun duduk di sofa di ruang kerja suaminya.

" Ada apa, seperti nya serius sekali. "

" Apa kau masih membutuhkan pelayan? Maksudku, orang untuk membantu mu disini..? "

" Hmmm kebetulan bi Rini akan berhenti karena sudah usia lanjut. Katanya tubuhnya sudah renta untuk melayani kita. Jadi mau mengundurkan diri dan kembali ke kampung halamannya. "

" Kalo begitu, aku carikan gantinya boleh? "

" Ah tentu boleh, kau baik sekali meringankan pekerjaan ku untuk mencari orang baru. "

" Kau tak keberatan? "

" Kalau kau yang memilihkan pasti karena kau sudah tau asal usulnya. "

" Terimakasih istriku. "

" Aku yang harusnya terimakasih. "

Mansion Jendral Kenta

Tuan Kenta datang bersama Hiroshi dan Tadashi. Mereka sudah sampai di gubug milik Mizuki beberapa menit yang lalu.

" Bawa beberapa barang pribadi, yang penting saja, kalian akan ikut ke kediaman Tuan Kenta. " Ucap Hiroshi dan Tadashi yang membantu Mizuki dan Reina mengemasi barang.

Mereka pun masuk ke dalam mobil, tanpa segan Tuan Kenta menyapa.

" Bagaimana kabar kalian? " tanya nya dengan suara tegas.

" Kabar kami baik Tuan, terimakasih sudah mau membawa kami. "

" Suami mu ternyata adalah bawahan ku juga, anggap saja ini balas budi ku terhadap jasa suami mu. "

Lalu Hiroshi melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang untuk menuju ke Mansion.

Sebelumnya Kenta sudah berbicara pada istrinya. Ia menceritakan tentang asal usul Mizuki dan putrinya. Kazumi merasa iba, dan ia pun akan menerima kehadiran mereka.

Sampailah di Mansion, Mizuki termanga melihat betapa megahnya Mansion sang Jendral. Begitupun Reina yang kegirangan melihat tempat se mewah itu.

Penjagaan ketat dimana mana. Banyak pengawal dan ajudan disana.

Mizuki dan Reina di sambut hangat oleh Kazumi dan dua putranya.

" Mizuki, Reina.. kenalkan ini istriku bernama Kazumi, dan yang itu putra pertama ku bernama Kei Hideaki, di sebelahnya putra kedua ku Kazuki Yuji. Semoga kedua putraku bisa menjadi teman mu Reina. " jelas Kenta membuat Mizuki terharu.

" Mizuki, semoga kamu bisa membantu saya di sini ya..? " ucap Kazumi lembut.

" Iya nyonya, terimakasih atas segalanya. " jawab Mizuki dengan menyalami Kazumi dan kedua putranya.

" Reina, ucap salam hormat nak pada mereka. " titah Mizuki pada Tuan rumah.

Reina pun menyalami mereka satu persatu, Kazuki yang masih berusia 6 tahun terlihat ceria menyambut Reina. Sedang Kei yang berusia 13 tahun terlihat acuh dengan gadis kecil itu.

" Ahaha Kei memang begitu anaknya, dia sedikit kaku. " lirih Kazumi.

" Tari, antar mereka ke kamarnya..! " perintah Kenta pada asisten rumah tangga di di depannya.

" Baik Tuan. "

Tari mengantar Mizuki dan Reina ke kamarnya. Kamar yang cukup luas dan nyaman bagi mereka. Kasur yang empuk begitu di idam kan Reina.

" Semoga betah ya, tenang saja Tuan dan Nyonya orang yang sangat baik. " seloroh Tari, lalu pergi meninggalkan mereka dari dalam kamar.

" Ibu, akhirnya Reina bisa tidur di kasur yang empuk..! " girangnya dengan berguling-guling di atas kasur.

" Iya nak, kita tidak boleh mengecewakan mereka ya. Karena mereka sudah baik. "

~ Paginya yang cerah

Sinar mentari sudah menampakkan wajahnya. Kenta memanggil Mizuki dan Reina untuk ke ruang kerjanya.

Disana sudah ada nyonya Kazumi dan kedua putranya. Kebetulan hari itu adalah akhir pekan.

" Iya Tuan, anda memanggil kami..? " kata Mizuki sopan dengan membungkuk kan badannya.

" Berapa usia Reina..? "

" Tahun ini usia ke 10 Tuan. "

" Apa dia pernah bersekolah...? " tanya Kenta.

" Pernah, tapi harus berhenti karena keadaan Tuan. Jadi sudah setahun terakhir Reina tidak sekolah. "

" Kalo begitu, Reina akan saya daftarkan sekolah, agar ia bisa belajar kembali. Satu sekolah dengan Kei. "

" Ah, tidak perlu repot repot Tuan.. "

" Ini kemauan istriku. "

" Iya Mizuki, saya ingin Reina bisa bersekolah dan menjadi anak yang pandai. " ucap Kazumi.

" Sekali terimakasih Tuan, nyonya..? "

🌞🌞🌞

Reina sudah menunggu di dalam mobil, sedang Kazuki sedang merajuk karena tidak ingin berangkat ke sekolah. Kei merasa jengah dan membentak adiknya yang sedang rewel itu.

" Kalau tidak mau sekolah ya sudah..! Tidak usah mandi, tidak usah sarapan. Tidur saja...! "

" Kazuki sayang, lihat kakak mu sudah marah, nurut ya sama ibu. Kamu harus sekolah. "

Akhirnya drama pagi Kazuki berakhir setelah mendapat tatapan tajam dari sang kakak.

Tadashi sang sopir pun mengantar mereka ke sekolahnya. Sampai di halaman sekolah Tadashi membukakan pintu mobil untuk Kazuki.

Sedang Kei turun dari mobil tanpa menunggu Reina. Membuat langkah Reina sedikit berlari.

Mereka bersekolah di tempat yang sama namun beda gedung.

" Tu-tuan muda, tolong tunggu saya. " panggilnya dengan suara lembut.

" Haahhh lamban sekali langkahmu...! " ketus Kei.

" Ma-maaf... "

" Itu, adalah ruang guru. Kau masuk saja kesana. Nanti wali kelas akan mengantar mu ke kelas mu. " titah Kei.

Reina berjalan ragu ragu menuju ruang guru. " Permisi..? "

" Yah, ada yang bisa di bantu.. ? " tanya salah seorang guru. Lalu kepala sekolah keluar dari ruangnnya dan berjalan menatap Reina yang sedang berbincang dengan guru tadi.

" Ah, kau pasti Reina bukan? Tuan Kenta sudah bilang pada ku, ayok ku antar pada wali kelasmu. " ajak sang kepala sekolah.

Reina berjalan mengikuti guru yang akan menjadi wali kelasnya. Dan memasuki ruang kelas baru nya.

" Perhatian anak anak. Hari ini kalian kedatangan teman baru. Reina silahkn perkenalkan namamu. "

" Selamat pagi teman teman. Perkenalkan nama saya Reina Zuina. Saya berasal dari kota X dan pindah ke sini beberapa hari yang lalu. "

Ucapnya sedikit gemetar, lalu mendapat tepuk tangan dari teman sekelas nya.

" Reina, silahkan duduk di sebelah sana." titah sang guru menunjuk arah kursi kosong yang di sebelaunya sudah ada seorang anak.

" Hei, kenalkan nama ku Sachie. "

" Saya Reina. salam kenal. "

~ Di sebuah perpustakaan

Sachie mengajak Reina untuk meminjam sebuah buku. Kebetulan hobby mereka sama yaitu membaca. Disana nampak Reina melihat Kei duduk sendiri di kursi pojok dengan begitu fokus pada bukunya.

" Huss jangan lihat kesana, nanti kau kena teguran. " ucap Sachie.

" Apa dia se galak itu? " tanya reina.

" Emm, tapi dia memang laki laki yang dingin. Tidak semua anak bisa berteman dengannya. "

" Benarkah, sesulit itu..? "

" Yah, mungkin karena anak Jendral besar. Makanya dia terkesan sombong. " terang Sachie.

" Sudahlah, ayok kita cari buku. Aku mau cari buku dongeng. "

" Kau suka dongeng..? " tanya sachie saat memilih buku.

" He.um,,, karena dengan membaca cerita dongeng, aku jadi lebih bahagia. hehe. " jawab Reina gembira.

Reina pun mengambil buku cerita tentang kisah putri raja. Membuatnya tersenyum lebar.

Menolong Tuan Muda Kei

~ Mansion Jendral Kenta

Beberapa tahun berlalu. Kini Kei yang sudah beranjak remaja berusia 17 tahun, dan Reina yang berusia 14 tahun. Menjalani rutinitas seperti biasa.

Kei selalu memerintah pada Reina, hubungan mereka menjadi sedikit dekat walaupun hanya sebatas anak majikan dan anak pelayan.

Kei yang sedang berjalan di dekat kolam ikan di belakang mansionnya, di dampingi oleh beberapa pelayan.

Datanglah Reina membawa kan beberapa buku bacaan yang di pesan oleh Kei.

" Ini tuan muda, buku buku yang anda ingin kan. " ucap Reina sopan.

" Kau sudah makan? " tanya Kei ketus.

" Su-sudah tuan. "

" Kalau begitu, temani aku main. "

" Ah bukan kah anda ingin membaca? "

" Nanti saja..! "

Kei mengajak Reina bermain bola. Reina yang tidak pernah memegang bola pun merasa kagok.

" Kau tangkap bolanya, jangan sampai masuk gawang..! "

" Ba-baik tuan. "

Namun entah karena tendangan Kei yang terlalu keras atau Reina yang lengah. Hingga bola mendarat di kepala Reina, membuatnya pingsan sesaat.

Buukkkkk.....! " Aaaahh....! " pekik Reina langsung terjatuh ke tanah dan tak sadar kan diri.

" Rei...?! Bangun Reina...? Tolong...?!! " triak Kei berlari dan lansung menepuk pipi Reina, hingga berteriak meminta tolong.

Di dalam kamar, Reina baru saja tersadar, disana sudah ada ibunya dan nyonya Kazumi, beserta Kei.

" Kamu sudah sadar nak..? " ucap Mizuki lembut pada putrinya.

" Reina, maafkan Kei yah? Pasti sakit ya, kepalamu masih pusing?? " tanya Kazumi.

" Sudah mendingan nyonya. "

" Kamu istirahat saja ya nak..? Kei, cepat minta maaf...! " titah Kazumi.

" Mmm Reina, maafkan saya... " lirih Kei dengan suara yang hampir tak terdengar.

" Tidak apa tuan muda, saya yang lengah jadi tidak waspada. "

" Tetap saja, kan saya menendang terlalu keras. Jadi kena kepalamu. Maaf..? " ucapnya lagi membuat Reina menganggukkan kepalanya.

Pagi yang cerah membuat Reina bersemangat pergi ke sekolah. Saat ia masuk ke dalam mobil ternyata Kei sudah menunggu di sana. Kazuki pun menyusul dengan wajah gembira.

" Tumben hari ini gak drama...! "sindir Kei pada adiknya.

" Kakak tidak usah bawel yah?! Kalo aku nangis kakak marah, aku gembira kakak juga tetep menyindir..! " kesal Kazuki.

" Dasar bocil.. " ketus Kei membuat Kazuki menggembungkan pipinya.

" Kepalamu sudah tak sakit? " tanya Kei pada Reina tanpa menatapnya.

" Eh iya tuan muda, saya sudah sembuh kok. "

" Syukur lah, jadi bisa buat mikir untuk belajar. "

" Eehhh....? " sungguh Reina tidak habis pikir, ada orang yang se menyebalkan itu.

Jam istirahat pun tiba, Reina yang sedang berjalan bersama Sachie untuk ke perpustakaan. Melihat Kei yang sedang berjalan sambil membaca buku.

Reina sungguh heran, kenapa tuan mudanya sangat senang membaca. Mereka memang masih tetap satu wilayah sekolah walaupun beda gedung.

Namun ada yang aneh di pandangan Reina, ada seorang anak yang meminta Kei untuk pergi.

Karena penasaran, Reina mengikuti arah jalannya sang Tuan muda dengan meninggalkan Sachie disana.

" Tuan muda Kei mau kemana? Bukan kah di sana ada sungai yang lumayan dalam. " monolognya dan terus memperhatikan Kei yang jauh di depannya.

Tiba tiba ada seorang yang mendorong Kei untuk masuk ke dalam sungai. Kei yang tak ada persiapan langsung tenggelam di dasar sungai, diapun melambai lambaikan tangannya.

Reina berlari dan lansung menyebur ke dalam sungai menarik tubuh Kei yang lebih besar darinya. Kei cukup lemas dan hampir kehabisan nafas. Dengan sigap Reina menekan dada Kei agar air keluar dari mulutnya.

" Tuan...?! Tuan muda tidak papa..?? "

" Uhuukk uhhuukkk.... haaahhhh.... haaaahhhh.... te-terima kasih.. "

" Ayok tuan muda, kita ke ruang kesehatan. " ucap Reina dengan merangkul tubuh Kei dan menitahnya berjalan perlahan.

' Haahhhh tuan muda Kei kok berat banget yah? Badan se gede gini.. aduuhh.... ' lirih Reina dalam hati.

Disana Kei di periksa oleh perawat yang berjaga di sekolah. Dan menyuruh Kei untuk istirahat, berbaring sejenak sebelum anggota keluarganya datang.

" Reina....? " lirih Kei.

" Ya tuan muda.. ada yang bisa saya bantu? "

" Saya berterima kasih sekali. Mungkin kalo kamu gak dateng, saya bakal mati tenggelam. "

" Memang tuan tidak bisa berenang?? " tanya Reina dan di jawab gelengan oleh Kei.

" Haahhh tuan kan calon mayor, harus bisa berenang dong...? "

" Kata siapa saya bakal jadi calon mayor?? "

" Terus tuan muda mau jadi apa?? "

" Jadi pendamping mu saja.. "

" Eehhhh.... " Reina terkejut dengan penuturan Kei yang ia anggap candaan.

" Sudah, jangan dipikir. Eh saya mau minta tolong, jangan bilang apa apa pada keluarga ku soal tragedi ini ya..? "

" Ma-maksud tuan muda..? "

" Saya tidak mau, ibu khawatir. Apalagi ayah pasti akan menghukum mereka bahkan juga keluarga mereka. "

" Ya biarkan saja, biar mereka kapok..! Lagipula apa salah tuan muda sampai mereka berbuat sekeji itu...?! "

" Mungkin mereka iri... "

" Ah ya ya, kan tuan muda tampan. "

" Pffft.... " Kei tertawa.

" Kok tertawa, apakah lucu? "

" Tidak.. " jawab Kei yang sudah berhenti tertawa.

Ceklek...! " Kei, sayang kamu gak papa? " tanya Kazumi masuk ruangan dengan tatapan khawatir.

" Kei tidak apa bu, ayah tidak kesini? "

" Ayahmu sedang ada tugas penting, jadi ibu yang datang. Bagaimana ceritanya kamu bisa masuk sungai?? "

" Eh itu karena Kei mau mancing saja bu.. "

" Jangan bohong, kamu kan gak suka memancing..! "

" Eh i-iya, jadi ada yang bilang di sungai belakang ikannya banyak jadi Kei penasaran saja.

Langsung pinjam alat pancing milik petugas sekolah. Tapi Kei tidak bisa menjaga keseimbangan, jadi tercebur deh.."

" Bener...? Tapi kamu gak tenggelam lama kan? " tanyanya lagi, dan Kei hanya menggeleng.

" Sungainya dalam tidak Reina? "

" Ah.... eh cukup dalam nyonya. "

" Kamu pasti yang menolong Kei, terimakasih yah... Kei memang tidak bisa berenang. "

" Itu sudah tugas saya nyonya. "

" Kamu kan bukan pengawal nya Kei. Tetap saja saya berterimakasih. "

" Kei, mulai besok kamu harus les berenang..! Malu dong, Reina saja bisa berenang.." titah Kazumi.

" Iya bu.. " jawab Kei malas.

Berberapa hari berlalu, semenjak kejadian kejadian yang Kei alami. Tidak pernah sekalipun Reina mengeluh. Ia pun merasa heran..?

" Tuan muda, ini ibu saya sudah membuat kan susu, bagus untuk kesehatan tubuh. " ucapnya pada Kei yang tengah duduk di atas ranjang tidurnya.

" Saya kan tidak suka susu..! "

" Tuan, kalau menolak pemberian orang itu tidak sopan loh...? "

" Aahh... emm baik lah... akan saya minum.. " ucapnya terpaksa, lalu menghabiskan minuman itu sampai tandas.

Reina tersenyum, entah sejak kapan Kei jadi lebih penurut. Padahal dulu ia sangat dingin dan sulit di ajak bicara apalagi di ajak berteman.

" Tuan muda, boleh saya bertanya..? "

" Tentu... "

" Apa tuan muda membenci saya? "

" Hahh mana mungkin..! " pekiknya membuat Reina terkejut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!