NovelToon NovelToon

If You Love Me

Bab. 1 Insiden

Punya segalanya, cantik, terkenal, seorang presenter populer, seorang sutradara hebat, seorang designer top, punya suami tampan dan kaya raya, apalagi yang kurang? mereka saling jatuh cinta, tapi pernikahan terasa hambar lalu diselingkuhi, apa artinya?

Meski terbiasa ceria, selalu optimis, namun jiwa tak kurang berduka, merana dan terluka, apa yang bisa dilakukan untuk menghibur hatinya. Berhari-hari merenung, meratapi....

Ia mengikuti tour, namun separuh jiwanya tidak disana, separuh nafasnya tertahan pada kenangan bersama kekasih dan suami tercintanya.

Mereka melewati masa-masa pacaran yg indah, lalu melewati masa manis berumah tangga, tapi seakan semua itu tidak ada nilainya ketika seorang wanita lain masuk dalam kehidupan suaminya.

Bahkan, Yaa Tuhan... bagaimana dengan Dzakiyyah buah hati mereka? bahkan bocah itu baru berusia dua tahun. Bagaimana Leandro tega berkhianat dan melupakan putri mereka.

Meski suaminya berkali-kali memohon maaf, semuanya tidak sama lagi.

Suaminya, pria brengsek itu, begitu kini yang bergema dihatinya.

Segera berita tersebar jika prianya terjerat kepada wanita yang pandai menyenangkan suami dengan masakan yang menggugah selera.

Berbeda dengan dirinya yang ingin semua serba Instan, hidangan selalu tersedia di meja makan sebelum dirinya berangkat bekerja, diakuinya itu memang catering.

Hampir setiap bulan ia pindah catering, hanya untuk menyenangkan lidah suaminya, karena hanya hari libur ia bisa sepenuhnya menyenangkan seorang suami.

Tapi ia tidak menyangka, langganan catering nya yang terakhir itulah pembawa petaka.

Wanita pemilik catering itu ternyata wanita masa lalu suaminya, teman sekolah sekaligus temannya di klub karate, bahkan menurut kabar yang didengarnya, wanita itu, mampu mengimbangi suaminya dalam ilmu bela diri.

Bisik-bisik segera didengar nya, jika untuk urusan ***** ia juga mampu mengimbangi nya.

Bayang-bayang penghianatan itu terus bermain, ia bisa saja memaafkan namun rasa sakit dan terluka yang dalam menutupi semuanya.

Mengapa ini sampai terjadi dalam rumah tangganya? Sesuatu yang salah telah terjadi.

Aku Instagramnya tidak dihiraukannya lagi. Ia tak sanggup melihat semua kemesraan mereka yang tidak berarti lagi.

Followersnya ribuan, dan apa komentar mereka? Ia tak sanggup membaca dan melihatnya.

Arinda memandang lautan lepas dengan mata nanar.

Terlalu indah melewati ini sendirian sebenarnya.

Ia merindukan Aleandro. Merindukan rangkulannya, juga dekapan mesranya, bahkan tatapannya saja mampu melelehkan hatinya.

"ck..." Arinda berdecak lirih.

"Sampai kapan Tuhan.... mengapa sakit ini tidak juga bisa hilang? " Desahnya lirih.

"Mas Ale.... " Gumamnya nyaris tak terdengar.

"Arin... rindu mas.... " Lagi-lagi air matanya luruh.

"Ck... Kenapa suasana ini sangat kompak meresahkan jiwanya.

Arinda terlalu melanlokis. Dia wanita sentimentil dan sangat perasa.

Bahkan hanya hembusan angin sepoi-sepoi pun bisa menghanyutkan perasaannya.

Terlebih suasana senja, diatas anjungan kapal pesiar ini, terasa sangat berat dilewatinya sendirian.

Akhir tahun begini, biasanya ia dan Aleandro sudah mengosongkan jadwal mereka yang seabrek.

Mereka berdua, jauh-jauh hari sudah membooking pesawat ataupun tujuan wisata yang romantis untuk dilewati.

Tahun lalu, mereka melewati suasana dingin di pegunungan Alpen di Swiss.

Semua foto keromantisan mereka bahkan masih terpajang di akun Istagram atas nama mereka berdua.

Tapi siapa sangka tahun ini? Mengapa semua begitu tak terduga? Mengapa semua harus berbalik 360°?

Tak ingin berlama-lama menangis dan terluka sendirian, Arinda bergegas masuk, melewati pintu cabin yang terbuka, ia berjalan sedikit terburu-buru.

"Buk... Arinda menabrak sesosok tubuh dan karena kondisinya yang tidak stabil ia terantuk sebuah besi, tangannya spontan meraih tubuh yang barusan ditabraknya hingga mereka berdua jatuh berguling diatas lantai kapal.

" Auh...aduh... " Arinda mengeluh.

Ia memejamkan mata, tidak berani melihat apa yang sudah menimpanya.

Sesaat deru nafas saling bertemu dan sangat kencang saling menerpa mereka.

Arinda dapat merasakan sesuatu yang empuk, menekan dan pergerakan pelan diatas tubuhnya, sesuatu yang menimbulkan sensasi lain ditubuhnya.

Tangannya bergerak mencari tempat untuk menumpu, dan ia menggenggam sesuatu yang mengeras.

"Ssssh..." Terdengar desahan diatasnya.

Arinda cepat membuka mata dan terbelalak, spontan ia mendorong tubuh itu dari dirinya yang membuat tubuh itu sedikit terhuyung dan memandang tajam kepadanya.

"M.. Maaf tuan.... Saya permisi". Arinda buru-buru berdiri dan bermaksud menjauh.

Arinda membungkuk sebagai permintaan maaf.

Bagaimana pun ia seorang wanita terpelajar, ia tahu dirinya yang ceroboh, maka ia harus meminta maaf.

" Maafkan saya tuan, tapi saya sedang kurang sehat, permisi. " Membungkuk sekali lagi dan segera berlalu secepat mungkin.

Pria itu, Revan.. Hanya memandang datar dan menyipitkan matanya.

"Shit... " Merasakan sesuatu yang berdenyut di bawah sana.

Ia yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos ketat sedang berolahraga ringan sore ini.

Wanita itupun hanya mengenakan rok lebar dengan kaos tipis.

Revan bukan pria yang biasa disentuh wanita, sudah hampir setahun ia menjauhi wanita.

Tak memiliki istri ataupun kekasih, meski dirinya juga bukan penyuka sesama jenis, ia mampu bertahan untuk tidak terlibat hubungan percintaan dengan wanita manapun setahun ini.

Tapi apa ini?

Jantungnya berdetak cepat bahkan senjatanya di bawah sana berdenyut hanya karena sentuhan tidak sengaja dan hanya sekejap itu.

Fikirannya sudah dikacaukan oleh tangan wanita itu, bahkan ia masih bisa merasakan jari-jari halus yang menyentuh bagian sensitifnta tersebut.

Revan bangkit berdiri dan menatap datar kearah dimana wanita itu menghilang.

Revan mengacak rambutnya sesaat lalu memperbaiki posisi tubuhnya sebelum melanjutkan berolahraga ringan.

Sesaat Revan mematung, meredakan gejolak dalam tubuhnya, perasaan menggelitik tiba-tiba terus menjalaninya.

Sentuhan wanita itu telah membangkitkan sesuatu yang cukup lama dihindarinya.

Revan memandang cakrawala yang mulai memerah, sangat indah melewati senja diatas kapal pesiar ini.

Revan termasuk pria romantis, yang menyukai suasana alam yang menenangkan hati seperti ini.

Merindukan seseorang untuk melewati suasana romantis berdua.

Dulu, ia pernah memiliki harapan itu bersama seseorang, namun wanita itu telah dinikahkan saat dirinya menempuh studi di Luar negeri.

Saat kembali dan mencari pujaan hatinya, kenyataan pahit harus didengarnya, wanita itu telah menikah.

Harus menyalahkan siapa? bukankah ia yang terlalu sibuk mengejar pendidikan dan mengurus perusahaan? Bahkan ia tidak meninggalkan pesan agar si dia menantinya kembali.

Salahnya, mengapa tidak mengikatnya dalam satu pertunangan?

Revan bisa berdamai dan menerima kenyataan, ia dapat melanjutkan hidupnya.

Namun, selanjutnya ia melewati hari-harinya dalam kesibukan.

Tak terfikir untuk mencari seorang istri sebagai pendampingnya.

Bahkan ia sedikit pusing, memikirkan permintaan mamanya untuk segera memberinya cucu.

Berkali-kali dikenalkan dengan seorang wanita, ada yang cantik dan pemalu, ada yang seksi dan seorang model, ada yang ceria dan cerdas, bahkan adapula seorang direktris, pekerja keras seperti dirinya dan sangat pandai memasak, begitu puji mamanya.

Revan hanya menanggapinya datar.

Mengikuti keinginan mamanya, beberapa kali mereka sempat menjalin hubungan, menemani berbelanja, menungguinya di salon, nonton di bioskop, makan malam berdua atau merencanakan liburan bersama.

Bahkan ada yang sempat bertahan hingga 6 bulan, namun Revan sadar, kesalahan ada pada dirinya, ia terlalu kaku dan hanya memberi harapan.

Pertemuan singkat tadi meninggalkan kesan pada dirinya, sangat dalam dan meresahkannya.

"Aku akan menemukanmu nona." Bisiknya pelan sambil menyeringai tipis.

Bab. 2 Kenangan Manis

Arin, menghabiskan waktu di kamarnya dengan bermalas-malasan, kepalanya berat karena semalaman kembali menangis.

Arin bahkan melewatkan makan malamnya, ia hanya ingin tidur untuk dapat melupakan semua bayang-bayang tentang hubungannya dengan Aleandro.

Semakin diingatnya, semakin mengganggu jiwanya, ia berubah menjadi wanita rapuh dan cengeng.

"Aleandro..... Mas Ale...." Jerit hati Arinda pilu.

Arinda merasa sudah menjadi wanita paling bodoh, apakah selama ini, dirinya merasa, kalau dialah yang paling istimewa dalam hidup seorang Ale?

Arin terlalu percaya diri, Arin selalu yakin, cinta mereka murni, cinta mereka bahkan lebih indah dari kisah cinta Romeo dan Juliet yang dipenuhi air mata.

Cinta mereka penuh warna ceria dan saling mendukung, coba saja bayangkan....

*****

Mereka kenal diawal perkuliahan, waktu itu Arin mengambil jurusan Perfilman bagian Desain Viaual Komputer sedangkan Aleandro sudah menjadi seorang Dosen muda jurusan Tehnik Informatika.

Arinda yang cantik juga pintar dan ramah, tentu dengan segera menjadi idola di kampus, karena kesibukannya sebagai Desaigner karena pernah memenangkan lomba merancang di sebuah rubrik online sehingga Arinda memiliki kesibukan yang membuatnya tidak bisa berlama-lama di kampus.

Selain itu, sejak SMA bakatnya telah keliatan pandai bercuap-cuap, mengikuti jejak tantenya seorang pembaca berita dan reporter nasional.

Dengan adanya koneksi tersebut, ditunjang bakatnya, otomatis, Arinda memiliki jalan yang mulus untuk menjadi orang hebat, maka wajar saja di usia mudanya, Arinda seorang gadis berprestasi dan masuk jajaran Top Muda bertalenta.

Meski demikian Arinda selalu menyempatkan waktu untuk menyapa teman-temannya saat berada di kantin.

Saat itu, Arinda sibuk menyiapkan jadwalnya untuk mengikuti kontes pertama kali tampil diluar negeri memamerkan rancangan buatannya.

Seorang kenalan tantenya yang bekerja di sebuah agensi berlabel internasional mendaftarkan hasil designnya yang bercorak tradisional untuk diikutkan ajang bergensi.

Arinda juga tidak ingin ketinggalan tugas-tugas kuliahnya, karena itu, ia meminta pada, Adelia, sahabat sekaligus seorang Asisten dosen di kampusnya.

Lewat Adelia, ia diperkenalkan pada Aleandro, dosen muda yang terkenal cerdas dan ramah, serta memiliki pemikiran yang simpel, menurut beberapa mahasiswa, mendengarkan uraian Aleandro seperti mendengarkan ulasan film, berkesan dan menyentuh, tepat sasaran.

Tidak akan sia-sia belajar padanya, apa yang dia ucapkan sangat sesuai dengan apa yang diharapkan, singkat, padat dan sangat jelas, tidak perlu berlama-lama untuk bisa memahami sebuah teori.

Awalnya, Arinda fikir, Aleandro, pasti sosok dingin, bermuka datar dan serius, mungkin cerdas dan enak diajak bicara soal topik yang dikuasainya, namun sangat membosankan untuk diajak bersenang-senang.

Pertama mereka bertemu, Arinda sudah yakin seratus persen dengan dugaannya.

"Dingin habis.... " gumam Arinda

Cool, tampan dan fisik menyerupai aktor satu film agen rahasia yang suka ditontonnya langsung menempatkan Aleandro di posisi teratas idolanya.

Meski dingin dan terkesan acuh, tidak ada istilah berat dalam kamus seorang Arinda yang cerdas dan pandai membawa diri.

Kalau seorang dingin semacam Aleandro, Arinda memiliki sikap sendiri dalam Menghadapinya.

Berbekal niatnya ingin mendapatkan bimbingan untuk beberapa mata kuliahnya, agar tidak tertinggal dalam nilai, Arinda menyatakan maksudnya dengan sopan dan tenang.

Arinda tahu, pria muda dan cerdas juga tampan seperti Aleandro,banyak dikelilingi gadis cantik, itu sudah biasa di sekitar mereka, namun yang memiliki attitude menyenangkan hati belum tentu.

Arinda tahu bagaimana seharusnya seseorang yang membutuhkan bantuan bersikap, meski Arinda juga seorang gadis yang sebenarnya cukup angkuh dan manja.

Menjadi satu-satunya anak perempuan diantara tiga orang kakak laki-laki, menjadikan dirinya sedikit norak, selalu ingin didahulukan, untungnya sikap tegas sang mama berhasil mendidiknya menjadi gadis kuat dan cerdas.

Dalam waktu singkat, Arinda mampu mengalihkan dunia seorang Aleandro, yang tadinya cuek kini mulai menampilkan senyum, meski hanya senyuman tipis, yang tadinya dingin, pelan-pelan Arinda melelehkan gunung es itu.

Diam-diam Arinda berhasil mengajak Aleandro memasuki dunia hiburan yang gemerlap.

Seringkali Aleandro menemani Arinda ketika gadis itu syuting sebagai presenter, menyertainya saat meluncurkan desain terbarunya untuk dilempar ke pasaran.

Terlebih kemudian Arinda mendapat kejutan dan kenyataan menakjubkan ternyata Aleandro seorang calon pemimpin perusahaan ternama rintisan keluarganya.

Aleandro hanya menyalurkan bakatnya yang menyukai ilmu komputer dengan menjadi seorang dosen.

Arinda sekali lagi dikejutkan dengan kenyataan, kampus swasta bergengsi tempat mereka kuliah adalah milik kakek Aleandro, seorang pengusaha tua yang sangat disegani.

Arinda seorang gadis yang juga berasal dari keluarga terpandang, tentu saja mengetahui kenyataan itu bukan hal yang begitu istimewa baginya.

Namun, Arinda tentu mendapatkan imbas dari semua kenyataan tentang Aleandro, sekali lagi segala hal menjadi lancar dengan keberadaan Aleandro.

Ketika Arinda bermaksud membangun sebuah butik kecil di pusat kota, Aleandro tidak hanya membantu mewujudkan itu, tapi juga menghadiahinya sebuah butik mewah yang berkelas.

"Seorang gadis berbakat sepertimu, sangat pantas mendapat itu. " Jawab Aleandro saat Arinda mempertanyakan semua itu.

Masa-masa kuliah yang begitu manis dan menyenangkan bagi Arinda.

Karena Arinda sangat cerdas dan dinamis, segala hal menjadi mudah di tangannya, ia tidak pernah mempersulit sesuatu, bahkan seorang karyawan yang sering bolos karena urusan keluarga pun dapat dimakluminya.

Di akhir semester 7, Aleandro melamarnya dengan alasan tidak ingin berlama-lama melewati masa pacaran yang tidak jelas.

Selain itu, Aleandro seorang pemimpin perusahaan yang sering mendapat undangan bisnis yang berskala internasional, terkadang membawa pasangan adalah satu keharusan.

Memperistri Arinda secepatnya merupakan prioritasnya.

Aleandro berjanji, Arinda tetap bisa menjalani semua aktivitasnya yang segudang itu.

Mereka bisa bersama di akhir pekan dengan menghabiskan waktu berdua.

Pernikahan mewah benar-benar digelar sebulan setelah Aleandro menyatakan keinginannya tersebut.

Baik pihak keluarga Arinda maupun keluarga Arinda sepakat mengadakan resepsi bersama di sebuah hotel bintang lima.

Dapat dibayangkan ramainya resepsi itu dihadiri keluarga besar serta rekanan bisnis dan teman-teman dari kedua pihak keluarga.

Semua keperluan pesta, dari catering, accessories pernikahan, konsep pernikahan sudah dilakukan oleh WO terkenal.

Bahkan meski Arinda seorang Designer yang mulai diperhitungkan, Arinda dihadiahi gaun pengantin super mewah rancangan designer dunia dari luar negeri.

Arinda dan Aleandro bak raja dan ratu dalam balutan gaun pernikahan yang bertabur berlian dan mutiara indah.

Pernikahan mereka dihadiri tamu-tamu penting, bahkan dari kalangan aristokrat, elit pemerintahan dan petinggi perusahaan rekanan mereka.

Keesokan harinya, mereka sudah terbang untuk mengikuti tour keliling dunia sebagai hadiah bulan madu mereka dari orang tua mereka.

*****

Arinda termangu didepan jendela kapal. Disana hanya ada lautan luas yang terbentang tanpa batas di ujung cakrawala.

Arinda sengaja memilih tour di atas kapal pesiar, karena hanya ini yang belum pernah diikutinya bersama Aleandro.

Dia dan juga Aleandro adalah dua sosok sibuk dan pekerja keras, mereka terbiasa disiplin, tepat waktu dengan jadwal terencana untuk setiap kegiatan mereka.

Naik pesawat adalah pilihan utama mereka berdua, meski saat ini sedang meeting di Jakarta, atau mengikuti syuting di Italia, mereka bisa lintas wilayah, berada di negara atau benua lain keesokan harinya untuk mengikuti agenda acara tepat waktu.

Pesawat adalah rumah kedua mereka, bahkan kadang-kadang mereka janjian bertemu hanya untuk melepas rindu diatas pesawat dengan memesan tiket first class hanya agar mereka berdua tidak terganggu.

Mesum... itu kata yang pernah Arinda lontarkan pada suami tersayangnya itu, karena memiliki segudang ide untuk menciptakan keromantisan untuk mereka berdua.

Meski Arinda gadis cantik, ramah, supel dan tentu saja gadis yang mengikuti trend berpakaian serta tidak pernah ketinggalan berita dan informasi terkini.

Nyatanya, Arinda mengaku, suaminya jauh lebih jago untuk urusan tempat romantis. Arinda mengakui ia tahu semua tempat di dunia karena sering bepergian keluar negeri namun, memahami tentang tempat favorit pasangan yang sedang jatuh cinta rupanya cukup tertinggal di bawah Mas Alenya itu.

Bahkan suaminya tersebut yang kemudian mengajarinya banyak hal untuk urusan asmara, Arinda tentu saja harus jujur, ia sangat menyukai semua bentuk sikap dan perlakuan romantis suaminya itu.

"Mas Ale is the best....I love all the affection from you. " Begitu selalu Arin membisiki suaminya, setelah kegiatan romantis mereka.

Bab. 3 Kenangan Buruk

Hari Ketiga Diatas Kapal Pesiar

Arinda belum juga mau keluar kamar, ia hanya tahu, kapal masih berada di sekitar Laut teritorial Indonesia mendekati Samudra Pasifik, begitu jawaban seorang room steward yang bertugas mengantar keperluannya.

Arinda enggan meninggalkan kamarnya, dua hari lalu, saat mencoba menikmati senja di salah satu geladak kapal, yang ada ia terus berurai airmata.

Pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan sendirian, ia merindukan seseorang, dan orang itu tentu saja Aleandro, suaminya yang sudah tega menghianatinya.

Bagaimana mungkin ia terjebak disini, sendirian dan kesepian, terluka dan tidak berdaya, namun ia tak mampu melewati masa liburan ini di rumah mereka.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, semua jadwal kegiatan pekerjaan sudah dikosongkan dan selama sebulan khusus untuk travel schedule yang sudah mereka susun.

Namun kali ini tidak ada lagi jadwal liburan berdua atau mungkin bertiga....

"Huuuu..... " Lagi-lagi airmatanya mengucur, yah seharusnya liburan kali ini mereka rencanakan bertiga dengan adanya Dzakiyyah, putri kecil mereka.

Dzakiyyah tidak lama lagi genap dua tahun. Putri kecilnya itu sudah mulai meniru suara-suara disekitarnya, mulai berucap mama... papa... mam... pap...

"Tega kamu Mas Ale... hiks... hiks...hiks.... " Arinda sesenggukan, sedari bangun, ia sudah mulai berkaca-kaca, dan makin teringat putri kecilnya, airmatanya makin tak terbendung.

Rasanya dunianya sudah runtuh, Arinda yang cantik, selalu bahagia, sedari kecil tidak pernah bersedih, selalu terpenuhi apapun keinginannya, kini dihadapkan pada kenyataan pahit, suaminya mendua.

Arinda menatap nanar lewat jendela bulat kapal didalam kamarnya yang mewah, satu tangan indahnya bertumpu pada dagu, satu lagi menyentuh bagian jendela, rambutnya yang indah pun acak-acakan, gaun tidurnya masih sama sejak kemarin.

Arinda sengaja memilih melalui liburan panjangnya ini diatas kapal pesiar, menjauhi daratan seakan menjauhi semua kenyataan yang ada, ia tidak ingin melihat, mendengar ataupun bersinggungan dengan kegiatan yang mengingatkannya pada Aleandro.

Sudah 3 bulan talak itu jatuh, terhitung sudah hampir satu tahun mereka tidak bertemu, awalnya Arinda masih cukup tenang, setelah meninggalkan rumah besar mereka di Kalimantan dan pulang ke Jakarta membaca bayi kecilnya.

Arinda masih ingat semua perasaan was-wasnya beberapa bulan lalu, rasa curiga dengan satu chat yang dibacanya di ponsel Aleandro.

Aleandro yang mulai berubah, mereka jarang lagi memposting kebersamaan mereka di akun instagram mereka yang memiliki followers jutaan, bahkan penghasilan mereka dari akun instagram pun luar biasa.

Aleandro sudah 2 bulan sibuk bolak balik Jakarta-Kalimantan dengan urusan bisnis, meski Arinda sangat faham namun sedikit heran karena tak pernah Aleandro menyertakannya dalam jadwalnya sebagai mana biasanya tanpa perlu diminta, namanya pasti tercantum dalam rute perjalanan bisnisnya.

Alasannya ketika itu, Arinda habis melahirkan dan itu betul, Arinda awalnya mengalami baby blues syndrom lalu berlanjut dengan depresi postpartum yang cukup parah.

Arinda merasakan tekanan berat saat kelahiran bayinya, disaat itu ia ingin sekali bermanja-manja pada Aleandro, namun Aleandro malah disibukkan dengan urusannya di Kalimantan maupun kunjungannya keluar negeri.

Arinda harus banyak beristirahat selain itu, Arinda masih harus menyusui baby Kia, tidak mungkin dengan kondisinya yang lemah dan perlu masa pemulihan, ia ikut-ikut kemana Aleandro pergi.

Pasca melahirkan, Arinda otomatis cuti dari pekerjaannya, entah mengapa ia banyak kesal, cemburu dan marah-marah tidak menentu, saat Aleandro di rumah, semestinya ia tampil cantik dan menyenangkan, namun Arinda selalu kesal pada Aleandro, sungguh Arinda menyesali sikapnya yang begitu manja dan kekanak-kanakan, hingga Aleandro akhirnya memilih keluar rumah setiap kali pertengkaran yang tidak jelas sebabnya mulai muncul.

Arinda ingat satu chat Aleandro, ketika itu...

"Aku bingung Rin... sikapmu seperti anak-anak, kau memang hebat dalam urusan bisnis dan perfilman, namun kau sama sekali tidak belajar menjadi seorang istri. "

"Hiks... hiks... hiks... " Kembali Arinda menangis pilu.

"Mas Ale.... kenapa mas Ale tega.... kalau Arinda memang tidak sempurna jadi istri, kenapa mas Ale tidak memberi Arinda kesempatan? Kenapa Mas Ale tidak membimbing Arinda? kenapa malah mencari pelarian? cinta Mas Ale ternyata bohong. " Lagi-lagi Arinda tergugu, terpuruk dalam duka yang panjang.

"Maafkan aku Rin, aku menyayangimu, aku mencintaimu, aku mencintai anak kita, aku tidak menginginkan perpecahan diantara kita, namun aku sadar aku juga harus bertanggung jawab pada seseorang, maafkan aku Rin." suara Mas Ale dari balik pintu depan kamar.

Ketika itu Mas Ale datang setelah Arinda menemukan bukti perselingkuhannya dengan seorang wanita, Arinda berlari masuk kamar, sebelum Arinda sempat menguncinya, Aleandro sudah berteriak dengan alasannya.

Bagaimana mungkin? Pasti awalnya mereka saling bermain mata, lalu salah satu mulai mendekati, lalu kenalan, saling terbuka, saling curhat, mungkin saja di tempat sepi, atau mereka ke suatu tempat romantis, sebagaimana kesukaan Aleandro.

"Tidaak..... " Arinda menggelengkan kepala keras-keras, Arinda ingin menghilangkan semua bayangan buruk itu dari kepalanya.

Dirinya seorang sutradara, sering mengarahkan seorang aktor dan aktris dalam beradegan, membuat adegan menjadi begitu sedih ataupun begitu bahagia, adalah dia ahlinya.

Mengarahkan orang pada situasi marah atau suasana meresahkan oleh gairah juga bukan hal baru baginya.

Kini, ia harus melihat kenyataan, suami tercintanya di dekap, dicium dan beradegan mesra dengan wanita lain?

Andai itu cuma adegan film, mungkin dapat diterimanya, namun ini adegan mesum yang nyata, bagaimana ia menanggapinya? Arinda merasakan dadanya sesak dan bergemuruh, seakan sesuatu menekan dan siap meledak.

Arinda berusaha tegar, ia terlalu cinta pada Mas Ale, Arinda ingin berdamai, Arinda ingin memaafkan dan menerima kenyataan itu, mungkin benar sebagian memang salahnya juga.

Arinda sadar, ia juga banyak salah, Arinda yang egois, Arinda yang kekanak-kanakan.

Arinda mencoba introspeksi diri, hari itu ketika Aleandro meminta maaf namun Arinda hanya mendiamkan saja, Aleandro akhirnya keluar rumah entah kemana.

Sementara Arinda memilih berdiam di kamar untuk merenungi semuanya, ia harus bersikap dewasa, ia harus berfikir jernih untuk kebaikan mereka juga untuk Baby Kia.

Arinda menyadari, sadar se sadar-sadarnya, melihat dirinya, kekurangannya selama ini.

Aleandro yang terbiasa dilayani oleh ibunya kakak perempuannya, Arinda sudah mengetahui kalau keluarga Aleandro adalah jenis keluarga kaya namun bergaya hidup sederhana.

Ibu Aleandro selalu memasak untuk anak-anak mereka, meski dibantu asisten rumah tangga, ibunya sendiri yang membuat dan menentukan masakan apa yang mereka makan untuk sarapan, makan siang, makan malam termasuk cemilan sebagai selingan diantara menu utama.

Ibu Aleandro adalah wanita yang menyukai berbagai jenis hidangan, memiliki hobi memasak dan menjamu tamu-tamu, tidak heran mwreka sering mengundang dan mengadakan perjamuan makan dengan berbagai resep.

Ibu Aleandro adalah wanita yang mengabdikan dirinya utuh sepenuhnya mengurusi suami dan anak-anak nya hingga sukses dan menjadi orang-orang hebat, seperti kakak iparnya, Alexander seorang dokter spesialis dan pemilik rumah sakit, Alianna, seorang pengacara hebat pemilik firma hukum yang terkenal, Aldric pemilik maskapai penerbangan serta Aleandro sang pewaris bisnis keluarga yang bergerak di bidang bisnis tambang dan minyak.

Sangat berbeda dengan kehidupan Arinda yang terbiasa hidup di luar negeri, mereka menyukai segala hal yang simpel dan mudah.

Mereka bukan keluarga yang terbiasa berkumpul, makan pagi dengan tenang, makan siang bersama apalagi makan malam.

Mereka terbiasa serba instan, tapi meski demikian papa dan mamanya saling memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Meski jarang makan bersama di rumah, mereka melewatkan waktu bersama saat liburan di mall, nonton bersama, Jalan-jalan bersama atau liburan bersama.

Meski semua serba di beli, bagi mereka, kalau ada yang mudah kenapa mesti mempersulit diri, bukankah catering banyak, masakan online banyak, apa salahnya?

Sungguh Arinda tidak bisa Terima, jika karena seorang wanita lebih pandai memasak menjadi alasan dirinya ditinggalkan.

Pasti ada alasan lain? Tidak masuk akal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!