NovelToon NovelToon

Alia Atika Ahsan

AL 1

" Yeh, akhirnya kita lulus." ucap Devi dengan kegirangan.

" Alhamdulillah." ucap Alia dengan tersenyum.

" Dian, ini sudah hari kelulusan kita. Kau tidak ingin mengutarakan perasaannya mu sama Alia?" tanya Ayan yang merupakan sahabat Dian.

" Ini memang sudah hari kelulusan kita, tetapi aku masih belum bisa mengutarakannya." jawabnya.

" Mengapa?" tanya Ayan yang penasaran.

" Belum saatnya aku bersama dengannya, insya Allah jika kami memang berjodoh. Pastinya kami akan dipertemukan kembali, dengan cara apapun itu." jelas Dian.

" Yang kau katakan memang benar Dian, tetapi kita masih belum tahu apakah kau dan Alia akan bertemu kembali atau tidak. Bukannya aku ingin mengatakan hal yang buruk, tetapi bisa saja Alia bertemu dengan orang lain." ucap Ayan memperingati.

" Sudahlah Ayan, aku percaya dengan takdir yang sudah dituliskan untuk diriku. Jika memang aku dan Alia berjodoh, insya Allah kami akan dipertemukan kembali. Tetapi jika memang aku dan Alia tidak berjodoh, maka aku akan menerimanya. Dan mungkin di luar sana masih ada orang yang diciptakan untuk diriku, dan mungkin dia lebih baik dari Alia. Begitu juga dengan Alia, di luar sana pastinya ada orang yang diciptakan untuk dirinya dan pemuda itu lebih baik dari diriku." jelasnya.

" Kau adalah orang yang baik, aku tidak bisa membantu banyak untuk dirimu. Aku hanya bisa membantumu lewat doa, semoga saja apa yang kau katakan memang adalah kebenarannya. Dan semoga saja kau dan Alia akan dipertemukan kembali, dan akan langsung menuju jenjang yang lebih serius dari kata pacaran." ucap Ayan.

" Amin." ucap keduanya serentak.

Mereka semua pun segera pulang dengan membawa surat pernyataan lulus, Alia sungguh sangat bahagia karena ia lulus dengan peringkat 10 besar. Alia bukanlah anak yang termasuk pintar, tetapi ia adalah anak yang tidak mudah menyerah dan selalu berusaha untuk yang terbaik. Ia selalu berusaha untuk membanggakan kedua orang tuanya, karena baginya ridho kedua orang tuanya adalah ridho dari Allah SWT.

Alia pulang ke rumah dengan wajah yang sangat gembira, saat pertama kali ia sampai di rumah orang pertama yang ia temui adalah Aminya. Di sana Aminya sedang bersama dengan Kakaknya, ia pun langsung menghampiri kedua wanita cantik tersebut.

" Assalamualaikum." ucapnya dengan tersenyum.

" Waalaikumsalam, bagaimana dengan hasilnya?" tanya Ami.

" Alhamdulillah, Alia lulus dengan urutan 10 besar Ami." jawabnya.

" Syukur alhamdulillah, jadi sekarang kamu ingin masuk ke Universitas mana?" tanya Ami kepada Putri bungsunya itu.

" Alia masih belum tahu mau masuk ke Universitas mana Ami." jawabnya dengan jujur.

" Kalau begitu, lebih baik kau segera pergi untuk salat istikharah. Insya Allah, kau akan menemukan jalan yang terbaik untuk dirimu." ucap Feva yang merupakan Kakak Alia.

" Yang kakak katakan memang benar, Alia akan mencoba meminta petunjuk kepada Allah. Agar Alia bisa tahu jurusan apa yang akan Alia ambil, dan juga Universitas mana." ucapnya dengan tersenyum.

" Ya sudah kalau begitu, Kakak tidak akan melarang mu untuk pergi kemanapun yang kau mau. Walaupun sebenarnya Kakak berharap kau akan satu universitas dengan kakak, karena jujur saja Kakak sangat takut jika kau di luar sana sendirian." ucap Feva.

" Begitu juga dengan Ami, Ami juga berharap kalian bisa satu universitas. Bukannya Ami ingin membatasi kehidupanmu Alia, tetapi kehidupan di luar sangatlah berat. Dan Ami tidak ingin kamu merasa tersakiti, jika kamu melanjutkan pendidikan bersama dengan Kakakmu maka kami akan tenang." jelas Ami.

" Alia akan memikirkannya dengan baik-baik Ami, dan insya Allah kalau memang Universitas tempat Kakak menempuh pendidikan adalah yang terbaik. Maka dengan senang hati Alia akan ikut menempuh pendidikan bersama dengan Kakak, Alia akan menemukannya setelah Alia melakukan salat istikharah Ami." jawabnya dan keduanya pun mengangguk.

" Amin..." ucap ketiganya serentak.

...----------------...

" Bagaimana hasilnya Dian?" tanya sama Mama yang penasaran.

" Alhamdulillah hasilnya bagus Umi, dan Dian lulus dalam peringkat ke-5." jelasnya dengan tersenyum.

" Alhamdulillah kalau seperti itu, Umi ikut bahagia dengan keberhasilan mu sayang." ucap Umi jangan tersenyum.

" Tampaknya sedang bahagia ya?" tanya Gempa Adik Dian yang baru saja datang.

" Kebetulan Adik ada di sini, Kakak memang sedang sangat bahagia Dek." jawabnya dengan tersenyum.

" Apanya yang membuat Kakak sangat bahagia?" tanya Gempa yang penasaran.

" Alhamdulillah hari ini Kakak lulus SMA." jawabnya.

" Alhamdulillah kalau begitu Kak, lalu rencananya Kakak mau nyambung ke mana?" tanya Gempa yang penasaran.

" Kakak kamu harus melanjutkan pendidikan di Kairo." ucap Ahmad yang merupakan ayah dari Dian.

" Apakah tidak lebih baik kita tanyakan dulu pada Dian Abi." ucap Umi yang sebenarnya takut kalau putranya akan menolak.

" Dian setuju saja dengan perkataan Abi, Umi. Jadi rencananya kapan dia akan berangkat Abi?" ucap Dian dan membuat yang mendengar pun menjadi kaget.

" Dian yakin dengan keputusan Dian?" tanya Umi yang sebenarnya tidak ingin kalau putranya itu terpaksa.

" Dian yakin dengan keputusan Dian Umi, insya Allah pilihan Abi dan Umi adalah yang terbaik untuk Dian." jawabnya dengan tersenyum.

" Alhamdulillah kalau kamu berpikir seperti itu nak, Abi sangat senang mendengar keputusanmu. Abi harap kau bisa menemukan jalan yang terbaik untuk dirimu di sana, dan ketika pulang nanti kau bisa membantu adik untuk memimpin pesantren." ucap Abi.

" Insya Allah dia akan sanggup membantu Abi, Dian sangat bersyukur terlahir di keluarga ini. Abi dan Umi tidak pernah memaksakan keinginan kepada Dian, dan bahkan Abi dan Umi sudah pernah mengizinkan ujian untuk bersekolah di luar. Padahal seharusnya itu tidak boleh, karena Abi adalah pemimpin sebuah pesantren." ucap Dian yang tanpa sadar berderai air mata.

" Abi dan Umi tidak ingin memaksakan kehendak pada dirimu, karena hal tersebut akan membuatmu merasa terkekang. Dan hal itu yang akan membangkitkan jiwa pemberontak dalam dirimu, karena itu Abi dan Umi memberikan keputusan kepada dirimu. Abi yakin engkau sudah dewasa, dan engkau pasti bisa mengambil keputusan untuk dirimu sendiri." ucap Ahmad.

" Apakah Abi dan Umi juga akan memberikan hak tersebut kepada Gempa?" Tanya Gempa yang tiba-tiba saja angkat suara.

" Kalian berdua memiliki hak untuk memilih masa depan kalian masing-masing, Abi dan Umi hanyalah penuntun untuk jalan kalian. Tetapi yang menjalankannya adalah kalian, karena itu kalian berdua memiliki hak yang sama untuk memilih masa depan kalian." jelas Ahmad kepada Gempa yang saat ini masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

" Terima kasih Abi, kami berdua tidak akan menghianati kepercayaan Abi. Dian sangat bersyukur dengan semua ini, dan untuk kamu Gempa. Kakak mohon untuk jaga Abi dan Umi ya, perjalanan dari sini ke Khairul mau makan waktu yang sangat lama. Dan tidak mungkin Kakak akan bolak-balik Indonesia Kairo, karena itu Kakak mohon kepadamu jangan buat Abi dan Umi kecewa." ucap Dian dan gempa pun mengangguk.

" Kakak tenang aja ya, gempa pastinya akan menjadi wanita tercantik kita." ucapnya dan Dian pun tersenyum.

" Abis yang ada senang melihat kedekatan kalian, dan Abi harap kalian akan terus seperti ini sampai kalian tua nanti." Ucap Ahmad yang tanpa sadar berderai air mata.

" Amin..." ucapnya serentak.

" Berbicara tentang pendidikan Dian, kapan kita akan mengirim Dian untuk berangkat ke Kairo Abi?" tanya Umi yang sebenarnya sudah sangat ketakutan.

" Minggu depan, kita akan mengirim Dian minggu depan. Untuk pendaftaran sudah habis urus semuanya, jadi dia hanya tinggal berangkat saja." jelas Ahmad.

" Apakah tidak terlalu cepat Abu, atau kalau tidak untuk pendaftaran berikutnya saja Dian berangkat." ucap Umi.

" Tidak bisa Umi, semuanya sudah selesai Abi urus. Jadi minggu depan dia harus berangkat, kalau untuk masalah ijazahnya itu nanti akan kita kirim melalui paket." jelas Ahmad.

" Sudahlah Umi, Dian tidak masalah. Insya Allah dian bisa hidup mandiri, dan lagian di sana pasti akan banyak orang-orang dari Indonesia juga Umi." ucapnya untuk meyakinkan Uminya.

" Ya sudah kalau begitu, tetapi kau harus jaga kesehatanmu ya sayang. Umi sangat mengkhawatirkan mu, apalagi ini adalah kali pertama kau pergi meninggalkan Umi." ucapnya yang khawatir

" Umi tenang saja ya, pastinya Dian akan menjaga diri Dian dengan sebaik-baiknya." jelasnya.

AL 2

Kini setelah shalat istikharah, akhirnya Alia mendapatkan keputusan. Dan ia pun menyampaikan apa yang ia pilih, dan hal itu membuat semuanya kaget.

" Ami..." panggilnya dengan sedikit berteriak.

" Ada apa sayang, jangan teriak-teriak dong. Sepertinya kabar gembira ya?" tanya Ami yang penasaran.

" Alia sudah memutuskan untuk kuliah dimana." jawabnya dan membuat Aminya pemasaran.

" Lalu kau akan melanjutkan kuliah di mana saya?" tanya Ami.

" Alia akan melanjutkan kuliah di kampus Kakak." jawabnya.

" Kau yakin dengan keputusanmu?" tanya Ami.

" Adek sudah yakin dengan kepuasan Adek Mi." jawabnya.

" Kau yakin Dek, lagian di sekitar sini juga masih ada universitas negeri loh. Kakak kemarin hanya bercanda saja, jadi nggak usa di pikirkan apa yang Kakak katakan." jelasnya.

" Adek sudah yakin dengan keputusan Adek, Kak." jelasnya dengan mengangguk.

" Yasudah kalau begitu, tapi untuk masuk ke universitas Kakak juga nggak semudah yang adek bayangkan loh." ucapnya.

" Adek tau soal itu Kak, walaupun kampus Kakak itu kampus swasta. Tetapi kampus Kakak juga salah satu kampus terbaik di kota kita, jadi Adek juga akan mempersiapkan diri dengan baik." ucapnya dengan tersenyum.

" Syukurlah kalau Adek sudah mengetahuinya, kalau begitu semangat ya Dek." ucapnya menyemangati Alia.

" Tentu saja Kak, Adek harus semangat. Karena Adek juga mau seperti Kakak yang bisa membanggakan Abi dan Ami." ucapnya.

" Kau memang adalah adikku Alia, aku yakin ambisimu itu pasti akan tercapai. Kalau begitu semangat belajarnya, Kakak yakin kamu pasti bisa." ucap Feva dengan tersenyum.

...----------------...

Kini Dian sedang mempacking barang-barangnya, karena esok hari ia akan berangkat ke Kairo. Sebenarnya ia sangat sedih harus meninggalkan keluarganya, tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa. Anak Ini semua adalah perintah sang Abi, dan dia tidak bisa membantah.

" Bagaimana persiapanmu?" tanya Ahmad.

"Alhamdulillah semuanya lancar Abi." jawab Dian dengan tersenyum.

" Syukur alhamdulillah kalau semuanya lancar, semoga saja perjalananmu akan lancar. Dan ketika engkau sudah sampai di sana segera hubungi Abi dan juga Umi." ucap Ahmad.

" Abi tenang saja, Dian juga akan sering memberi kabar kepada Abi dan juga Umi. Insya Allah dia akan baik-baik saja di sana, dan lagi Dian juga akan berangkat besok Abi bukan hari ini. Jadi Abi tidak perlu khawatir, lebih baik Abi tersenyum dan Dian mohon untuk jaga Umi." ucap Dian dan Ahmad pun hanya mengangguk saja.

" Kak Dian..." ucap Gempa yang kini memasuki kamar.

" Ada apa Gempa?" tanya Dian.

" Kakak beneran akan ninggalin Gempa?" Tanyanya yang sebenarnya tidak ingin pisah.

" Kakak perginya juga nggak akan lama Dek, setelah selesai pendidikan Kakak akan segera kembali ke sini." ucapnya dengan tersenyum.

" Kak Dian janji ya, Kak Dian juga harus mencari pasangan orang sini. Agar Gempa bisa sering main ke rumah Kak Dian nantinya, jadi nggak perlu capek-capek ke luar negeri cuma buat jumpa sama Kak Dian." ucap Gempa.

" Belum juga Kakak mu lulus kuliah, tapi kau sudah memikirkan tentang istrinya." ucap Ahmad.

" Ya kan, itu karena Gempa nggak mau harus pergi keluar negeri hanya untuk bertemu dengan Kak Dian Abi. Karena hal itu sungguh sangat melelahkan Abi." Ucap Gempa.

" Ya sudah, kalau begitu. Abi pergi dulu ya, kalian lanjutkan saja pembicaraan kalian." ucap Ahmad kemudian langsung pergi meninggalkan kamar Dian.

Dian dan Gempa pun saling mengobrol, hingga tidak terasa kini waktu sudah menunjukkan tengah malam. Dan kini mereka pun memutuskan untuk tidak, karena besok pagi Dian akan segera berangkat ke Kairo.

...----------------...

Matahari pagi sudah menyapa, kini kedua pemuda itu pun segera bersiap. Karena Dian akan segera berangkat ke Kairo, kini mereka menuju meja makan untuk sarapan. Tampak Umi yang bersedih karena akan berpisah dengan Putra sulungnya itu.

" Umi kenapa menangis?" tanya Gempa.

" Umi nggak nangis kok." Jawabnya dengan tersenyum palsu.

" Umi nggak usa bohong, umi jangan nangis ya. Walaupun Dian sudah nggak ada di sini, setidaknya masih Gempa Umi." ucap Dian yang langsung memeluk Uminya.

" Tapi tetap saja, kau dan Gempa berbeda sayang. Kalian berdua memiliki tempat masing-masing di hati Umi sayang, jadi walaupun masih ada Gempa di sini. Tetap saja Umi merasa kekurangan sayang." ucapnya.

" Sudahlah Umi, semua ini demi kebaikan. Insyaallah Dian akan kembali dengan membawa ilmu agama yang dapat bermanfaat bagi kita dan juga masyarakat." ucap Abi.

" Yang di bilang sama Abi benar Umi, jadi Umi jangan sedih ya." ucapnya.

" Ya sudah, tapi Umi boleh menyuapi kau untuk yang terakhir kan?" Tanya Umi dan Dian pun mengangguk.

Umi pun langsung mengambil tempat duduk di samping Dian, Abi hanya menggelengkan kepalanya saja melihat istrinya. Tetapi ia menyadari sikap istrinya, ia mengerti kalau istrinya sangat menyayangi Putra mereka. Oleh karena itu, Ahmad tidak melarang apa yang dilakukan oleh istrinya.

Kini tanpa mereka sadari waktu penerbangan Dian tinggal satu jam lagi, dan mereka pun segera bersiap untuk pergi untuk ke bandara. Alhamdulillah mereka pun tiba di bandara dengan tepat waktu, Dian untuk segera pergi menuju tempat menunggu. Dan ia pun meninggalkan kedua orangtuanya dan juga adiknya.

" Dian janji akan pulang dengan membawa ilmu yang bermanfaat, dan perjuangan Abi dan Umi untuk menyekolahkan ku tidak akan sia-sia." batinnya.

Kini pesawat Dian pun lepas landas, dan ia pun terus berdoa dalam perjalanan. Karena itu adalah pertama kalinya ia pergi tanpa kedua orangtuanya.

...----------------...

Tidak terasa kini sudah waktunya tes untuk masuk universitas, Alia pergi bersama dengan Kakaknya. Keduanya sangat semangat, dan kini mereka sudah sudah sampai di depan ruangan tes.

" Adek masuk dulu ya Kak, doain Adek ya Kak." ucapnya dengan tersenyum.

" Iya Kakak doain, sekarang cepat masuk. Kalau terlambat nanti nggak bisa ikut tes." ucapnya.

" Iya Kak." ucapnya kemudian langsung masuk ke dalam ruangan tes.

Alia berusaha mengerjakan semua soal yang di berikan, dan merasa sangat bahagia karena ia bisa mengerjakan semuanya dengan sangat baik. Bahkan orang yang berada di sebelahnya pun kaget, karena Alia dapat mengerjakan soal ujian dengan sangat cepat.

Kini waktu ujian telah selesai, Alia lah orang pertama yang keluar ruangan. Ia pun segera menemui sang Kakak yang sedang menggunakannya.

" Kakak." Ucapnya yang kemudian langsung memeluk Feva.

" Bagaimana ujiannya?" tanya Feva.

" Alhamdulillah ujiannya berjalan dengan lancar, dan Alia juga orang pertama yang berhasil keluar dari ruangan ujian." jelasnya dan Feva pun tersenyum.

" Syukur alhamdulillah kalau seperti itu, kalau begitu sekarang mari kita pulang. Kita tunggu kabar selanjutnya, tetapi jika memang adik tidak lulus. Kakak harap Adik bisa lanjut ke Universitas lain, jangan bersedih dan menyerah." jelasnya untuk menguatkan sang Adik.

" Insya Allah Kak, Alia akan mencoba menerima segalanya. Bila Aliya memang tidak ditakdirkan untuk melanjutkan kuliah di sini, berarti masih ada jalan lain yang bisa lihat tempuh. Dan mungkin di sanalah tempat yang terbaik untuk Alia, dan membuat Alia tidak merasa terbebani." jelasnya dengan tersenyum.

" Syukur alhamdulillah, ternyata kamu masih memiliki pendapat seperti itu. Kakak sangat bersyukur karena memiliki Adik sepertimu, kalau begitu kita sama-sama berdoa. Agar kamu bisa keterima di kampus ini, dan kita bisa selalu bersama kemanapun kita pergi." jelasnya dengan mengelus kepala sang Adik.

" Dia tidak hanya pintar, tetapi ia memiliki pendirian teguh. Di zaman sekarang ini sudah jarang orang yang seperti itu, hal itu membuat aku tertarik kepada dirinya." ucap seorang pemuda.

" Kalau begitu sekarang kita pulang ya, hari juga sudah mulai sore. Abi dan juga Ami pasti sedang menunggu kabar, walaupun hari ini bukanlah hari pengumuman kelulusan. Setidaknya Abi dan juga Ami menunggu, kabar darimu tentang kelancaran ujian mu." jelas Feva.

Keduanya pun segera menuju ke rumah, kini pemuda itu masih terus memperhatikan. Dan ia menjadi penasaran dengan sosok Alia, dan ia bertekad untuk mencari tahu siapa Alia.

" Kau sedang memperhatikan apa?" tanya seseorang yang baru saja tiba.

" Ya ampun Bana, kau mengagetkan aku saja." ucap pemuda itu yang kaget.

" Habisnya kau seperti melamun Jefri, kan aku jadi penasaran." ucapnya ya memang penasaran.

" Aku bukan sedang melamun, aku sedang memperhatikan mereka." Tunjuk Jefri ke arah Feva dan juga Alia.

" Jangan bilang kau penasaran dengan mereka?" tanya Bana.

" Iya benar, kau tau mereka siapa?" tanyanya.

" Kalau yang di kanan aku kenal, dia itu Feva anak jurusan kedokteran." jawabnya.

" Lalu kalau yang di sebelahnya kau kenal juga?" tanyanya untuk memastikan.

" Aku nggak kenal, tapi kemungkinan ia juga anak kedokterannya. Karena mereka berdua pergi secara bersamaan, atau mungkin juga dia Adik Feva. Karena aku juga pernah mendengar kalau Adiknya mau masuk ke sini." jelas Bana.

" Kalau begitu, kemungkinan besar itu adalah Adiknya Feva. Kau mengetahui namanya tidak?" tanyanya.

" Maaf Jefri, aku tidak terlalu dekat dengan Feva. Jadi aku tidak mengetahui nama adiknya." Jawabnya.

" Ya sudah tidak masalah, setidaknya aku sudah mengetahui siapa dia. Dan aku sudah bisa mencari informasi tentang dia, terimakasih Bana." ucapnya kemudian langsung berlari meninggalkan Bana sendirian.

" Jefri, kau ini menyebalkan..." teriaknya karena Jefri meninggalkannya sendirian.

Kini Feva dan Alia sudah sampai di rumah, mereka langsung menemui Aminya. Dan kini Ami mulai mengintrogasi Alia, mulai dari soal-soal hingga proses ujian. Feva hanya diam saja melihat tingkah Aminya itu, karena ia juga pernah merasakannya dan tidak ingin mendapatkan hukuman karena mengganggu.

Feva memutuskan untuk pergi ke kamarnya saja, ia awalnya berniat untuk menghubungi pacarnya. Tetapi niat awalnya tertunda, karena tiba-tiba Abisnya memanggil. Dan ia pun segera turun, untuk menghampiri sumber suara yang memanggilnya.

" Bagiamana tadi proses tesnya?" tanya sang Abi.

" Yang melakukan teskan Alia Abi, jadi yang lebih tua juga Alia. Jadi Feva juga kurang tau." Jawabnya.

" Iya, Abi tau itu. Hanya saja kau pasti sudah mengintrogasi dia selepas keluar tadi kan, dan sekarang ia juga sedang bersama dengan Ami. Jadi lebih baik Abi tanya padamu, karena Abi sangat malas menunggu." jelasnya.

" Baiklah Kakak akan menceritakannya kepada Abi, Alhamdulillah kegiatan Alia berjalan dengan lancar. Dan bahkan Ia merupakan orang yang pertama yang berhasil keluar dari ruangan tes, dan bisa dikatakan kemungkinan besar Alia lulus." jelas Feva dan Abi pun tersenyum.

' Alhamdulillah kalau memang begitu, Abi sangat bahagia mendengarnya. Mudah-mudahan saja Ia memang lulus, dan kalian bisa kuliah di Universitas yang sama." ucap Abi yang kemudian langsung pergi meninggalkannya.

" Abi ini kebiasaan dari dulu, Abi selalu saja meninggalkanku ketika mendapatkan kabar. Sebenarnya Abi perduli atau tidak denganku ya, karena Abi selalu saja meninggalkanku sendirian setelah mengetahui apa yang ia inginkan." ucapnya dengan menggelengkan kepalanya.

" Yang sabar aja Kak, Kakak kayak nggak tahu Abi aja." ucap Alia yang tiba-tiba saja datang.

" Kamu ngapain di sini Dek, atau jangan-jangan kamu sudah mendengar semua yang aku bicarakan dengan Abi?" tanyanya untuk memastikan.

" Tentu saja aku sudah mendengar semuanya Kak, dan aku sangat bersyukur kalau memang aku bisa satu kampus sama Kakak." ucapnya.

" Oh iya Kakak lupa, kamu mengambil dokter umum atau dokter gigi Dek?" tanyanya.

" Aku mengambil dokter umum seperti Kakak, dan rencananya setelah lulus aku ingin langsung mengambil ke spesialis." jawabnya.

" Ternyata kamu sudah merancang untuk kedepannya ya Dek, Kakak saja yang notabene akan lulus lebih dulu darimu belum ada persiapan." ucapnya.

" Kalau begitu Kakak harus segera menyusun rencana, jangan sampai Kakak salah langkah. Dan akhirnya perjuangan kita selama bertahun-tahun tidak membuahkan hasil, atau lebih tepatnya kita tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan Kak karena kita mengambil kejuruan yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan." jelasnya.

" Kakak akan memikirkannya, sekarang kita sama-sama berusaha ya Dek." ucap Feva.

AL 3

" Rumah ini menjadi sepi." ucap Gia yang merupakan Umi dari Dian.

" Kan masih ada Gempa Umi." ucapnya yang baru saja muncul.

" Kau ini mengagetkan Umi saja." ucapnya yang kaget.

" Maaf Umi, habisnya Umi sejak tadi melamun." jelasnya.

" Yauda, Umi juga minta maaf. Umi hanya kepikiran tentang Kakakmu, ia masih belum menghubungi kita." jelas Gia.

" Gempa tau Umi, tapi Umi jangan terlalu memikirkannya. Nanti Umi bisa sakit, dan Kak Dian pasti akan marah sama Gempa." jelas Gempa.

" Maafkan Umi, tetapi Umi masih perlu waktu. Ketiadaan Kakakmu membuat Umi kepikiran, dan Umi juga pernapasan apakah dia sudah makan atau belum." jelas Gia.

" Umi tenang aja ya, Gempa yakin Kakak baik-baik saja." ucapnya dengan tersenyum.

" Iya Umi, ini juga uda keputusan Dian. Biarkan dia mencari ilmu di sana, dan insyaallah dapat bermanfaat bagi pesantren ini." jelas Ahmad.

" Tetapi Umi masih sulit untuk berpisah dengannya Abi, walaupun ini semua demi pesantren." jawab Gia.

" Abi tau yang Umi rasakan, tetapi inilah yang terbaik untuk Dian. Dan rencananya Abi juga akan mengirim Gempa ke sana." jelas Ahmad.

" Abi yang benar saja, Gempa masih kecil Abi." ucap Gia yang langsung memeluk Gempa.

" Ya tidak sekarang Umi, tetapi setelah Gempa lulus SMA." jawabnya.

" Syukur alhamdulillah, Umi kira dalam dekat. Abi nakut-nakuti aja, Umi kan nggak mau sendirian di rumah." jelas Gia.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu, Gia pun langsung berlari untuk membukakan pintu. Dan ternyata yang datang adalah Kakak dari Ahmad, ia ingin menanyakan perihal kepergian Dian.

" Assalamualaikum." ucapnya.

" Waalaikumsallam, silakan masuk Kak!" ucapnya mempersilahkan, dan lelaki itu pun segera masuk ke dalam.

" Kalau boleh tau, apakah benar kabar yang beredar. Kalau Dian berangkat ke Kairo?" tanya dan Ahmad pun mengangguk.

" Iya benar Kak, kebetulan Dian baru saja berangkat." jawabnya.

" Mengapa kau tidak memberi kami, kami kan jadi tidak bisa bertemu dengan Dian." ucap Anisa yang spontan.

" Sudahlah sayang, nantikan kita bisa bertemu lagi dengannya." jelas Bagas.

" Tapikan ini masih sangat lama." ucapnya dan Gia pun langsung memeluk Anisa.

" Aku tau apa yang Kakak rasakan, karena sebenarnya aku juga bersedih karena harus berpisah dengan Dian." ucap Gia.

Ahmad dan Bagas hanya menggelengkan kepalanya saja, karena mereka sudah mengetahui sifat istri mereka. Dan mereka yakin pasti akan mendapatkan amukan.

" Sepertinya sebentar lagi kita akan mendapatkan amukan." jelas Bagas yang langsung berlari.

" Mas, mau kemana?" tanya Anisa yang langsung menghampiri suaminya.

Bagas pun kebingungan menghadapi Anisa, kini ia hanya diam saja. Dan sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kepadanya.

" Mas si telat, jadinya nggak bisa ketemu sama Dian." ucapnya.

" Maafin Mas ya sayang." ucapnya.

" Kalian berdua ini, jangan bertengkar di rumah ku." ucap Ahmad dan keduanya pun segera pergi.

...----------------...

Sedikit pengenalan

Alia Atika Ahsan

Putri bungsu dari Abi Gilang Ilham Ahsan dan Ami Inaya Leni Ahsan, memiliki hobi memasak dan menyukai anak kecil. Makanan kesukaannya dodol dan minumannya milk tea.

...----------------...

" Akhirnya rumah kita tenang setelah kepergian mereka." ucap Ahmad.

" Abi jangan begitu dong, walau bagaimanapun mereka adalah kakak Abi. Dan tidak ada salahnya jika mereka menyayangi Dian, karena sejak kecil mereka sudah dekat dengan Dian." jelasnya.

" Yang Umi bilang memang benar, tetapi tingkah mereka itu seperti anak kecil dan itu sangat bisa membuat Abi istighfar setiap bertemu dengan mereka." jawab Ahmad dan keduanya pun tertawa.

" Yang Abi bilang sangat benar Umi, dan hal tersebut juga sering membuat Kak Ciara Fara Tama dan Adiknya Kak Inara Manda Tama cemburu." ucap Gempa.

" Yang kau katakan memang benar Gempa, seharusnya mereka bisa adil. Eh tapi dan tapi, mereka justru lebih menyayangi kalian berdua." ucap Gia.

" Abi akan menasehati mereka nanti, sekarang Umi makan dulu ya. Nanti Abi bisa di marahin sama Dian." ucapnya dengan ekspresi sedih.

" Yauda, sekarang ayo kita makan." ucap Gia dan mereka pun segera pergi menuju meja makan.

Alia dan Feva pun membicarakan kesehariannya Feva di kampus, keduanya sangat antusias dan bersemangat. Hingga tanpa mereka sadari Ami Inaya datang menghampiri mereka.

" Kenapa kedua Putri Ami belum tidur?" tanya Ami.

" Kami masih membahas mengenai perkuliahan Ami." jawab Feva.

" Bahas mengenai perkuliahannya dilanjut besok saja ya, sekarang sudah malam sayang. Kalian harus segera tidur, masih banyak kegiatan yang harus dilakukan esok hari." jelas Inaya.

" Yang dikatakan oleh Ami benar Kak, kalau begitu kita bahasnya besok lagi ya." ucap Alia.

" Ya sudah kalau memang seperti itu, kita akan melanjutkan pembicaraan besok." jawab Feva dengan tersenyum.

Keduanya pun segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Inaya pun menyelimuti kedua Putrinya. Kemudian setelah itu ia pun keluar dari kamar tersebut, dan pergi menyusul sang suami di kamarnya.

" Ami dari mana?" tanya Gilang yang penasaran.

" Ami baru dari kamar anak-anak, Abi." jawab Inaya dan Gilang pun mengangguk.

" Mereka berdua masih belum tidur?" tanya Gilang yang penasaran dengan kedua anaknya itu.

" Tadinya mereka masih belum tidur Abi, tetapi setelah Umi datang dan meminta mereka untuk tidur. Akhirnya mereka berdua pun tertidur, setelah itu Ami baru pergi ke sini." jelas Inaya.

" Alhamdulillah, kalau mereka berdua sudah tidur. Sekarang juga sudah terlalu larut, lebih baik kita juga tertidur." ucap Gilang dan inayah pun.

Keduanya pun kini mulai tertidur, karena waktu juga sudah menunjukkan petang. Dan esok hari mereka harus melakukan kegiatan rutinitas seperti biasa, dan kegiatan itu adalah kegiatan yang cukup padat.

...----------------...

Sang surya kini menyapa, tampak seorang pemuda tengah dibangunkan oleh Maminya.

" Ayo bangun Jefri." ucap seorang wanita paruh.

" Jefri masih mengantuk Mami, izinkan Jefri tidur 5 menit saja." ucapnya dengan mata masih terpejam.

" Kamu ini calon dokter Jefri, jadi kamu harus segera bangun. Kamu harus membantu Papimu di kliniknya, kamu ingatkan dengan janji yang kamu buat pada saat ingin masuk ke jurusan kedokteran Gigi." ucap wanita itu yang mengingatkan Putra semata wayangnya.

" Iya Jefri tahu, Jefri akan segera bangun. Kemudian Jefri akan menyusul Papi ke kliniknya untuk membantu, karena klinik itu akan Jefri teruskan segala Jefri lulus nanti." ucapnya yang malas kemudian langsung berlari ke kamar mandi.

" Mami tahu kamu pasti sedang tertekan Jefri, tetapi Mami tidak bisa melakukan apapun. Semenjak Kakakmu meninggal, bagimu jadi bersikap seperti ini kepadamu. Seandainya saja Rama masih ada di sini, mungkin kamu tidak akan mengalami nasib seperti ini Nak." batin wanita itu yang kemudian segera keluar menuju ruang makan.

" Di mana Jefri Mami?" tanya Robert Willy Azzam yang merupakan Papi Jefri.

" Jefri masih sedang bersiap Papi." jawabnya dengan tersenyum.

" Kalau bicara itu jangan sambil tersenyum, kebiasaanmu itu bisa menjadi kebiasaan buruk bagi Jefri. Kamu adalah Nira Rika Azzam, jadi kamu tidak boleh menunduk ataupun tersenyum ketika berbicara. Kamu harus menuruti aturan yang ada di keluarga ini, jangan membuat keluarga ini malu." ucap Robert.

" Maafkan saya Mas, Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi." ucap Nira.

" Memang seharusnya tidak ada kata lain kali, kalau sampai hal ini terjadi lebih dari satu kali. Jangan salahkan aku jika aku berbuat yang tidak pantas kepadamu, selama ini aku sudah menghormatimu sebagai istriku. Tetapi jika kau berbuat hal yang akan mempermalukan nama keluarga besarku, maka aku tidak akan segan-segan untuk memberi hukuman kepadamu." ucap Robert.

" Setiap hari aku harus melihat perilaku seperti ini, Papi tidak akan pernah berubah. Janji yang kami ucapkan hanya omong kosong semata, dan aku sudah lelah dengan semua ini." batin Jefri sambil menuruni anak tangga.

" Aku sudah turun, ayo kita berangkat." ucap Jefri yang memang sudah malas melihat pertengkaran.

" Kamu tidak sarapan dulu nak?" tanya Nira.

" Jefri sarapan di kantor aja Mi, nanti bisa kesiangan. Mami nggak usah khawatir ya." ucap Jefri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!