Pada saat Sang Iblis mengangkat tubuh bayi Zayra tinggi-tinggi disertai deraian tawa kebanggaan, Tiba-tiba sesuatu yang hangat mengguyur kepala si Iblis.
Lidah si Iblis terjulur, mengecap rasa air yang jatuh tepat di atas kepala.
" Apa ini ?"
Iblis menurunkan bayi Zayra.
" Heeee" Bayi mungil yang masih dipenuhi oleh dar-ah di sekujur tubuhnya tersenyum. Rupanya dia baru saja kencing dan mengenai kepala si Iblis.
Namun Iblis tidak menyadari itu, ia hanya menerka-nerka air apa yang sudah membasahi kepalanya.
" Aku akan membuang mu jauh, sehingga kau tidak tahu siapa dirimu Hahahahahah"
Bayi Zayra turut tertawa, ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada nya setelah itu.
Iblis mengambil ancang-ancang, melempar si bayi bagai melempar bola dengan sepenuh tenaga. Roh Zayra melesat cepat, mengikuti anaknya yang terlempar jauh.
***
Uweeeeeeekkkkkk Uweeeeeeekkkkkk
Pak Osman menghela nafas panjang, kepalanya menggeleng sembari berjalan masuk ke dalam rumah nya. Ia sama sekali tidak menghiraukan suara tangisan bayi itu. Karena hal itu sudah biasa baginya yang tinggal di sekitar kawasan TPU.
Pak Osman bekerja sebagai tukang gali kubur, pekerjaan itu adalah turun temurun dari keluarganya entah sudah berapa generasi.
Ia melenggang tanpa curiga jika sebenarnya tangisan bayi tersebut adalah bayi manusia, bukan dedemit atau sebagainya.
TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK
Ketukan pintu mengelilingi rumah Pak Osman, pria yang tinggal sebatang kara menjadi kesal karena dirinya tidak bisa tidur dengan tenang.
" Huh... Sebenarnya kamu mau apa sih?!" Bentak Pak Osman, ia tidak bisa lagi berpura-pura tidak mendengar gangguan makhluk halus itu.
" Tolong... Tolong aku " Rintih suara makhluk tak berwujud.
" Apa yang bisa aku bantu ?" Seru Pak Osman lagi.
" Tolong anakku... Tolong dia.. "
Pak Osman menautkan kedua alisnya, Anak?? Apa maksud nya??
Pak Osman membuang nafas kesal, ia terpaksa menuruti keinginan sosok makhluk di luar rumah nya.
Dengan langkah hati-hati Pak Osman masuk ke dalam area pekuburan. Ia mencari anak yang dimaksud oleh suara di luar rumah nya tadi.
Tapi tidak ada apa-apa yang ia temukan kecuali suara cekikikan yang bersahutan.
Kepala Pak Osman mendongak dan melihat beberapa kuntilanak berterbangan di atas sembari bergantian menggendong bayi.
Apakah itu bayi yang dicari ? Pantas sudah tidak menangis lagi.
" Dia anakku, dia manusia " Bisik sebuah suara tepat di telinga Pak Osman . Namun saat Pak Osman menoleh tak ada siapapun di sampingnya.
Pak Osman menghela nafas panjang, apakah ia harus melawan para kuntilanak untuk mengambil bayi itu?
" Hey!" seru Pak Osman lantang.
Kompak sekali para kuntilanak berhenti melayang, mereka menatap ke bawah.
" Berikan bayi itu padaku "
" Ini anakku !" Sahut Kuntilanak yang tengah menggendong bayi. Kuntilanak lainnya pun menjawab dengan kalimat yang sama.
" Bukan -bukan... Itu anak manusia, tolong berikan padaku " Pak Osman mengulurkan tangannya.
" Emmoh"
Mereka tetap menolak.
" Jangan sampai aku meminta dengan cara kekerasan " Pak Osman terpaksa mengeluarkan ancaman.
Para Kuntilanak justru tertawa cekikikan seraya berterbangan kesana-kemari.
Pak Osman menghela nafas berat, tidak ada jalan lain. Dia harus memaksa mereka untuk memberikan bayi itu.
Pak Osman duduk bersila, matanya terpejam rapat kemudian bibirnya komat-kamit baca mantra. Jari jemari nya bergerak secara berurutan, seperti orang yang tengah berzikir.
AAKHHHHHHH
" Panas.... Panas Man... Hentikan Man... Aaaaaahhhh Man... Kami hanya bercanda Maaannn... Aaaakhhh Man, Bercanda mu Nggak asyik... Iya Iya... Ini ambil anakmu..."
Suara Kuntilanak bersahutan di atas kepala Pak Osman , yang menandakan mereka tidak suka dengan zikir yang dibaca oleh pria berumur empat puluh tahunan itu.
Satu Kuntilanak yang menggendong bayi meletakkan si bayi di pangkuan Pak Osman . Barulah Pak Osman membuka matanya serta menghentikan zikir yang ia baca.
" Ambil itu " Kuntilanak kesal sekali, baru saja ia bahagia karena ada bayi tapi terpaksa dikembalikan karena Pak Osman .
Bayi itu nyengir ketika Pak Osman menatapnya, ternyata benar itu adalah bayi manusia.
" Tolong jaga dia " Suara itu berbisik kembali di telinga Pak Osman .
Pria itu menggendong si Bayi lalu dibawa nya ke dalam rumah yang terbuat dari papan kayu.
Bayi lelaki yang sangat tampan dan bersih, Pak Osman tersenyum tipis. Selama ini dia hanya tinggal sendiri, karena istrinya pergi meninggalkan Pak Osman sebab tidak tahan hidup miskin serba kekurangan.
Pak Osman belum dikaruniai anak, dan sekarang ada bayi di dalam rumah nya yang harus ia jaga.
Masyarakat sekitar sempat bertanya dari mana Pak Osman mendapatkan anak, dan Pak Osman menjawab dengan jujur bahwa bayi itu ada disekitar area pemakaman.
" Aku tidak tahu dia anak siapa? Tapi jika ada yang kehilangan bayi, maka ambillah " Jawab Pak Osman seadanya.
Tidak ada yang berani ngaku-ngaku, mereka ngeri sendiri karena bayi itu ada diarea pemakaman. Takut nya itu bayi setan atau lahir di dalam kubur. Katanya pamali jika merawat bayi yang lahir di dalam kuburan.
Tapi Pak Osman tidak percaya dengan mitos begituan, ia senantiasa menjaga dan merawat bayi yang ia beri nama ZULKIFLI.
Sayang nya, Bayi Zul tidak pernah merespon jika diajak bicara. Setelah diperiksa ke bidan setempat saat acara posyandu, barulah diketahui jika Zulkifli tunarungu.
Semua Ibu-ibu yang menghadiri acara posyandu mengucapkan kalimat Astaghfirullah dengan kompak. Mereka mencoba menguatkan Pak Osman .
Namun pria itu sama sekali tidak mempermasalahkannya, yang penting bayi Zul sehat dan tidak sakit-sakitan.
Hari berganti hari, Zul kecil sudah berumur delapan tahun. Dia duduk di bangku sekolah dasar dengan bantuan biaya dari perangkat desa.
Meskipun Zul pekak, tapi IQ nya sangat tinggi. Dia bisa memahami pelajaran dengan hanya membaca sekali saja.
Dan ajaibnya Zul hanya bisa mendengar suara para makhluk halus disekitarnya. Hal itu lah yang membuat Zul bisa bicara dengan fasih, Dia juga diajari cara membaca oleh sebuah suara yang tak berwujud.
Suara itu senantiasa berada disisi Zulkifli, tanpa Zulkifli sadari jika suara itu adalah ibunya.
Siang itu, sepulang sekolah. Zulkifli tidak menemukan Bapaknya di rumah. Dan kebetulan sekali, Zulkifli melihat kerumunan orang-orang yang datang baris berbaris.
Zulkifli sudah tahu, pasti Bapaknya sedang menggali kuburan. Ia pun pergi masuk ke area TPU, mencari keberadaan si Bapak.
Zulkifli akan membantu sebisanya hingga acara pemakaman selesai.
Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah amplop kepada Pak Osman , Pak Osman menerimanya dengan tubuh yang sedikit membungkuk.
" Apa itu Pak?" Tanya Zulkifli , Pak Osman meletakkan jari telunjuk nya ke dasar bibir sebagai kode agar Zulkifli diam.
Namun justru Zulkifli mengambil amplop itu dan membuka isinya.
" Waaaah duit, banyak sekali "
Pria itu tersenyum, karena pria yang baru saja kehilangan istri nya itu termasuk orang kaya.
" Kalau begitu tiap hari aja keluarga paman mati "
Pak Osman terbelalak kaget, ia langsung menutup mulut Zulkifli .
" Maaf Pak maaf... Dia masih anak kecil " Pak Osman jadi tak enak hati, segera ia menyeret Zulkifli pergi dan masuk ke dalam rumah nya.
Pak Radit membuka kancing baju bagian atas, supaya sedikit longgar. Kemudian ia menyingsingkan lengan bajunya.
Ia membuka pintu yang dikunci menggunakan gembok, lalu masuk ke dalam. Tidak lupa ia menutup dan mengunci nya dari dalam.
Suasana gelap gulita tidak mencegah penglihatan Pak Radit untuk meraih sebuah peti kayu berwarna gelap. Ia membuka peti tersebut yang tersimpan tanpa terkunci.
Matanya berbinar binar begitu melihat isi peti yang sudah penuh dengan uang serta emas berlian.
" Haaaaaa Aku kayaaaaaaa" Teriak Pak Radit bahagia. Ia meraup kan uang emas dan permata itu ke wajahnya.
Hahahahahaha
Tawa nya memenuhi isi kamar gelap itu. Mulai saat ini tak perlu lagi Pak Radit memikirkan hutang-hutangnya, semua akan ia lunasi. Dan tak perlu lagi Pak Radit bersusah payah bekerja, karena untuk mendapatkan uang ia hanya cukup menumbalkan keluarga nya.
Siapa yang menyangka Pak Radit akan kembali kaya raya setelah mengalami kebangkrutan. Ia justru semakin kaya dari sebelumnya, sebab ia menjalani ritual pesugihan. Dan korban pertama nya adalah sang istri.
Pak Radit seperti tidak memiliki pilihan lain, sejak dulu ia tidak pernah bekerja keras. Kedua orang tuanya sangat memanjakan Pak Radit.
Ketika kedua orang tuanya meninggal pun, Pak Radit hanya bekerja menghitung uang hasil pertanian nya.
Hingga akhirnya Pak Radit ketagihan bermain game online, membuat seluruh hartanya terkuras habis. Hutang melilit disana-sini, Bu Ismi jadi sering marah-marah dan kesal dengan sikap suaminya.
Pak Radit pun jengkel dan tidak betah di rumah, pada suatu hari Pak Radit bertemu seseorang yang memberi petunjuk untuk melakukan pesugihan saja.
" Kau cukup memberikan tumbal ketika kamu butuh uang, kalau sudah tidak butuh ya tidak usah memberikan tumbal "
Awalnya Pak Radit merasa takut serta khawatir, namun karena sering didesak oleh penagih hutang. Akhirnya ia ingin mencoba nya.
" Siapa yang akan kau tumbal kan?" Tanya Mbah dukun yang ditunjuk oleh orang tak dikenal itu.
" Emmmmm " Pak Radit bingung, ingin sekali Pak Radit menyebut nama Pak Komar karena dialah yang paling menjengkelkan jika datang menagih hutang.
" Tumbal harus dari keluarga utama, bukan saudara, sepupu, ataupun tetangga "
Penjelasan Mbah dukun seperti tahu apa yang dipikirkan oleh Pak Radit.
Jika Pak Radit mengorbankan Ana, Putri sulung nya. Rasanya itu tidak mungkin, Dia sangat menyayangi Ana.
Kalau Pak Radit mengorbankan Ijal, itu lebih tidak mungkin lagi. Ijal adalah anak laki-laki nya yang akan menjadi penerus.
" Ismi, istri ku!" Tegas Pak Radit, lebih baik dia mengorbankan Bu Ismi. Selain cerewet, Pak Radit sudah bosan dengan Bu Ismi dan ingin mencari istri baru.
Mbak dukun mengangguk setuju, ritual persembahan pun dilakukan. Malam itu Bu Ismi diban-tai habis-habisan oleh makhluk kiriman dari Mbah dukun hingga menemui ajal.
***
Pagi sekali, Pak Radit datang bertamu ke rumah Pak Komar. Ia membawa uang dan melangsaikan hutangnya berikut bunga.
Pak Komar sedikit heran, Tapi ia tidak berani bertanya. Uang di depan mata begitu menyilaukan hingga menutupi kesangsian.
Pak Radit juga membayar semua hutang nya kepada orang lain. Sisanya ia bawa untuk bersenang-senang dengan wanita-wanita cantik.
Ana dan Ijal merasa enek dengan perubahan sikap Bapaknya. Tapi mereka tidak bisa menegur, karena Bapaknya akan marah jika ditegur.
" Bapak sudah benar-benar berubah ya Kak " Ijal mengeluh.
Ana membenarkan, ia merangkul sang adik dengan erat. Diam-diam Ana sangat merindukan Ibunya, andai Ibunya masih ada. Pasti hal ini tidak akan terjadi.
***
Sejak meninggal nya Bu Ismi, Zulkifli kerap mendengar suara perempuan menangis. Tapi ia diam saja, hanya mendengarkan nya dari balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Zulkifli memang bisa berinteraksi dengan makhluk halus, tapi ia penakut. Hanya kepada makhluk tak berwujud yang selalu menemani nya itu, Zulkifli yang tidak takut. Sebab makhluk tersebut tidak pernah menunjukkan wujudnya, tapi kalau dedemit di sekitar kuburan. Mereka akan menunjukkan wajah-wajah yang sangat menyeramkan.
Pak Osman merasa heran, belakangan ini Zulkifli selalu telat bangun. Anak itu juga akan sering tidur di atas meja ketika Pak Osman masih menyiapkan sarapan.
" Apa tugas sekolah mu banyak sampai kamu tidak tidur semalaman ?" Tanya Pak Osman .
Zulkifli tak menyahut, dia kan budek. Dia terus menyuapkan makanan ke dalam mulutnya meskipun dengan mata kelelep.
Pak Osman geleng-geleng kepala, ada rasa kasian melihat keadaan Zulkifli seperti itu.
Setibanya di sekolah, Zulkifli juga tidur saat jam mata pelajaran dimulai. Kebetulan sekali, guru yang mengajar adalah guru honorer baru. Jadi tidak tahu jika Zulkifli adalah murid terbaik di sekolah.
Sang guru menghampiri meja Zulkifli , ia menggebrak meja. Tapi Zulkifli semakin nyaman saja tidurnya.
Sang guru heran, ia kembali menggebrak meja. Tetap saja hasilnya sama.
" Ini anak kebo atau apa?" Gerutu si Guru, para murid tertawa cekikikan.
Salah satu siswa mendekat, ia mentoel lengan gurunya.
" Ada apa ?" Tanya si Guru.
" Maaf Pak, Zul itu budek. Gempa sekalipun dia tidak akan bangun "
Barulah sang guru mengerti, ia menepuk punggung Zulkifli agar bangun. Dan itu berhasil, Zulkifli langsung tergagap serta duduk menegakkan punggung nya.
Sang guru menarik tangan Zulkifli ke depan, karena budek. Sang guru hanya menunjuk soal yang tertulis di papan.
" Oh, Bapak nggak tahu rumus kuadrat ya " Zulkifli pikir gurunya minta diajari.
Sang guru terkejut, Zulkifli telah salah paham. Padahal dirinya meminta anak itu untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dengan tenang Zulkifli menuliskan rumus itu secara lengkap. Si guru cukup terpana melihat jawaban Zulkifli yang sangat detail.
Mulutnya menganga, bola mata nya bergulir mengikuti langkah Zulkifli yang kembali duduk dan melanjutkan tidur nya.
Karena penasaran, sang guru honorer menceritakan kepada rekan kerja nya yang sama-sama berprofesi sebagai guru. Hanya saja temannya itu sudah dilantik menjadi guru tetap di sekolah tersebut.
" Ohhh yang kamu maksud si Zul? "
Si guru belum tahu namanya tapi ia angguki saja pertanyaan temannya itu.
" Dia memang genius, saya pun heran. Padahal dia tunarungu, biasanya kan tunarungu tidak bisa bicara. Lah ini malah fasih sekali "
Ohhh
Si guru honorer manggut-manggut tanda mengerti. Jadi dia si murid genius, rekan kerjanya yang sama-sama bekerja di sekolah sebelumnya pernah mengatakan, jika sekolah tempat kerjanya yang baru ada satu anak genius. Nilai nya selalu sempurna dan menjadi icon kebanggaan sekolah tersebut.
Dan sekarang anak itu menjadi anak didiknya. Si Guru semakin penasaran dan ingin tahu siapakah anak ajaib ini?
Rahem, si guru honorer diam-diam mengikuti Zulkifli sepulang sekolah. Anak itu tampak sumringah dengan menaiki sepeda. Terlihat itu seperti sepeda baru.
Tiba-tiba Zulkifli menghentikan laju sepeda nya, tanpa sengaja ia bertemu dengan Pak Radit menaiki sepeda motor bersama seorang perempuan cantik.
" Itu kan Paman yang ngasih Bapak uang banyak sampek aku bisa dibeliin sepeda baru sama Bapak" Zulkifli bicara kepada dirinya sendiri.
Ia merasa ada yang aneh, bayangan hitam menyeramkan mengekori kemana pun Pak Radit pergi.
" Ada apa ini ? Kenapa dia diikuti bayangan hitam ?"
Saat Zulkifli memperhatikan Pak Radit yang sudah menjauh, tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang bersembunyi di balik pohon besar.
Zulkifli memutar arah sepeda nya, guna menghampiri orang yang berada di balik pohon tersebut.
" Pak guru "
Rahem ketangkap basah, ia tidak bisa mengikuti Zulkifli lagi.
" Pak guru main petak umpet sama siapa?"
Rahem tersenyum bod0h, ia keluar dari persembunyiannya menghampiri Zulkifli .
" Zul mau kemana ?" Tanya Rahem mengalihkan pembicaraan. Zulkifli justru celingukan ke kiri dan ke kanan.
" Stttt Pak guru tenang saja, aku nggak akan bilang siapa-siapa kok " Zulkifli berbicara dengan setengah berbisik.
Rahem mengap , ia bingung sendiri musti ngomong apa.
" Ya udah... Kamu cepat pulang gih" Rahem menyertakan gerakan tangan menghalau ke depan supaya Zulkifli mengerti.
" Ohhh begitu rupanya, ya sudah Pak guru cepat sembunyi lagi. Zul mau pulang dulu.. Bayyyyyy" Zulkifli melambaikan tangannya kemudian memutar sepeda menuju ke arah rumah.
Rahem menghela nafas panjang, susah kalau bicara dengan orang budek.
***
Pak Radit bercumbu hangat dengan wanita cantik yang baru saja ia kenal. Anak dari desa sebelah, sudah janda dan dari golongan orang-orang tidak mampu.
Pak Radit berniat untuk menikahi wanita itu, sebagai persembahan untuk pesugihan nya. Karena persediaan emas dan permata di dalam peti sudah semakin menipis.
Wanita itu pun tidak menolak, sebab Pak Radit sangat memanjakan nya dengan uang. Kedua orang tuanya pun turut kebagian rejeki nomplok.
Tanpa curiga mereka merestui hubungan tersebut.
Ana dan Ijal baru saja pulang dari sekolah, samar-samar mereka mendengar desahan bersahutan.
Hal itu kini sudah menjadi biasa, sebab tingkah bapak mereka yang selalu membawa pulang wanita-wanita cantik.
Ijal melemparkan pandangan kepada sang Kakak, ia jenuh sekali mendengar suara desahan itu. Berharap jika menjadi tuli seperti Zul adalah hal yang terbaik bagi Ijal.
" Kita makan di rumah bibik aja yuk " Ajak Ana yang seolah mengerti apa yang dirasakan oleh adiknya.
Ijal langsung setuju, dengan tetap memakai seragam sekolah keduanya pergi ke rumah saudara Bu Ismi yang tinggal agak jauh dari rumah mereka.
" Loh... Ada Ana sama Ijal Bu " Seru Fitri sepupu Ana, keduanya berpelukan kemudian masuk ke dalam rumah.
Bu Isa yang sedang masak di dapur tergopoh-gopoh keluar. Anak-anak saudarinya itu jarang sekali datang bermain.
Ana dan Ijal menyalami bude mereka secara bergantian.
" Apa kalian sudah makan ?" Tanya Bu Isa, Ana dan Ijal menggeleng lemah.
" Ya udah tunggu sebentar, Bude lagi masak " Bu Isa kembali masuk ke dapur melanjutkan aktivitas nya.
Ana dan Ijal nampak senang sekali bisa makan masakan sendiri. Sejak Ibu mereka tiada, kedua anak itu hanya bisa makan di warung. Karena tidak pernah ada makanan di dalam rumah.
" Bapak kalian gimana ? Sudah makan belum ?" Tanya Bu Isa.
" Bapak pasti sudah kenyang dimasakin perempuan itu " Jawab Ana.
Bu Isa menautkan kedua alisnya, ia tidak tahu maksud perkataan Ana.
" Jadi Pak de udah punya calon bini?" Fitri justru langsung cepat tanggap.
" Entah lah, perempuan yang dibawa Bapak berubah-ubah " Jawab Ana lagi.
Fitri dan Ibunya saling berpandangan heran.
" Assalamualaikum... "
Semua menoleh ke arah pintu utama di luar sana. Mereka bertanya-tanya sendiri dalam pikiran masing-masing tentang siapa yang memanggil salam.
" Assalamualaikum "
Sapaan terdengar lagi.
" Siapa Bu ?" Tanya Fitri.
" Entah lah, tunggu sebentar " Bu Isa bangkit dari duduknya lalu melangkah keluar. Rupanya Zulkifli sudah berdiri di luar pagar dengan disertai senyuman ramah.
" Oh kamu Zul " sapa Bu Isa.
" Bukan Bik... Ini Zul, anaknya Pak Osman .. Masa Bibik udah lupa " Sahut Zulkifli enteng.
Bu Isa tersenyum, anak Pak Osman memang selalu saja bisa membuat orang senyam-senyum.
" Ada apa ?" Tanya Bu Isa lagi.
" Ada Bik ada Bik.. Mangkanya saya datang kesini karena Bibik pesan telur ayam kampung kan ?"
" Pesan telur ??? " Bu Isa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Perasaan dia tidak pernah pesan telur ayam.
" Ini Bik, saya bawa spesial buat Bibik. Telur ayam kampung Jatiroto " Zulkifli menunjukkan telur ayam yang dibawa nya, ukuran nya sama saja dengan telur ayam biasa. Tapi Zulkifli memang pintar membual sehingga orang mau membeli dagangannya.
" Kau ada-ada saja, seingat ku telur ayam mu sama saja dengan telur ayam biasa " cela Bu Isa.
" Nah itu Bibik tahu, telur ayam Zul emang tok cer kan. Paman pasti jadi segar bugar habis minum telur ayam saya. Kayak muda lagi hehehehe"
Bu Isa geleng-geleng kepala sambil tersenyum tipis.
" Ya udah nih Bik, karena Bibik sudah langganan saya dari dulu saya kasih harga spesial. Sepuluh biji dua puluh ribu " Zulkifli begitu mahir merayu pelanggan.
" Spesial apanya, emang harganya segitu kok " Bantah Bu Isa.
Zulkifli tersenyum sembari menyodorkan telur ayam dalam bungkusan plastik hitam. Karena kasihan, Bu Isa pun terpaksa membeli telur itu.
" Tunggu sebentar ya Zul "
Bu Isa membawa telur itu masuk ke dalam rumah nya sembari mengambil uang untuk membayar.
" Siapa Bu?" Tanya Fitri, rupanya ia dan Ana serta Ijal sudah selesai makan.
" Itu si Zul, anak Pak Osman " Jawab Bu Isa.
" Oh si BOLOT " celutuk Fitri.
" Hus, jangan sembarangan kalau ngomong " Bu Isa menegur Putri semata wayangnya.
" Lah kan emang dia Bolot Bu " Fitri membela diri, Mendengar nama Zul disebut Ijal segera berlari keluar, Ana pun mengikutinya.
" Zul " Seru Ijal memanggil, tapi yang dipanggil justru tak bergeming. Duduk jongkok di depan pagar rumah Bu Isa sambil menulis sesuatu di atas tanah.
" Zul.. " Ijal berdiri di depan Zulkifli , barulah anak itu mengangkat wajahnya. Zulkifli tersenyum tapi mendadak senyuman nya hilang ketika Ana turut menghampiri.
Bayangan seorang wanita dengan mata mengeluarkan dar-ah membuat Zulkifli langsung menundukkan kepalanya.
" Zul, main yuk " Ajak Ijal, Zulkifli menggeleng cepat.
" Tumben kau tidak pekak " Celutuk Fitri yang muncul di belakang Ana, Zulkifli terus menggeleng.
Sebenarnya ia menggeleng bukan karena mendengar ucapan Ijal ataupun Fitri. Melainkan ia mendengar permintaan tolong dari bayangan hitam yang mengikuti Ana.
Tolong...Hanya kamu yang bisa menyelamatkan anak-anak ku
Zulkifli menutup telinga, ia berlari cepat menaiki sepedanya dan kabur.
Fitri, Ana dan Ijal bengong melihat reaksi Zulkifli yang sangat aneh.
" Loh, mana Zul?" Bu Isa baru saja keluar dengan uang di tangan.
" Kabur, kayak ngeliat setan aja " Jawab Fitri sembari mengajak sepupu nya masuk ke dalam.
Bu Isa menautkan kedua alisnya, ia melihat ke arah jalan yang pasti dilalui oleh Zulkifli . Anak itu sudah tidak terlihat lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!