NovelToon NovelToon

Aku Menjadi Figuran Antagonis

Chapter 1: Menjadi Arianna Serafine Wezen

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

"Catalina Hermione Wezen, atas tindak kejahatanmu sesuai dengan penyelidikan Dewan Cajsa yaitu perencanaan pembunuhan terhadap putri mahkota Kerajaan Naveer. Maka ku nyatakan hukuman penggal!"

Catalina yang dijatuhi hukuman penggal terlihat menyeringai dan tidak takut sama sekali. Kepalanya masih setia mendongak angkuh kepada dua orang yang kini menjadi orang paling dibencinya.

"Meskipun aku mati, aku bersumpah kalian berdua tidak akan hidup bahagia! AKU BERSUMPAH!"

SRASS

Kepala Catalina terlepas dari tubuhnya seiring dengan isak tangis Duke Frederick Wezen dan Duchess Miranda Wezen atas kematian putrinya yang kedua kali.

Kematian Catalina yang merupakan putri dari Duke Frederick menjadi awal kehancuran keluarga Wezen. Duke Frederick diturunkan dari gelar bangsawannya menjadi rakyat biasa.

Selang beberapa bulan kemudian setelah peristiwa Catalina dihukum mati, Pangeran Gavriel mengumumkan kehamilan Putri Isabelle kepada seluruh rakyat Naveera.

Tamat.

"Haha! Akhirnya metong juga si Mak Lampir."

Arianna menutup buku komik usang yang dia peroleh dari pemberian seorang ibu-ibu pemulung. Sebenarnya ada beberapa keanehan dari buku komik berjudul Until I Found You ini.

Sebelum benar-benar membacanya, Arianna mencari-cari siapa nama komikus yang membuat buku komik ini lalu siapa penerbitnya, tetapi tidak ada sama sekali.

Saat pertama kali membuka buku komik ini, tidak ada kata sambutan apapun. Melainkan sebuah tulisan yang tidak dia mengerti artinya. Setelah buku komik itu tamat pun di bagian belakang terdapat tulisan yang sama.

"Difâsæ māgantyåra àlucardanä Arianna Serafine Wezen."

Beberapa kali Arianna menyebutkan tulisan aneh itu yang sama sekali tidak paham apa artinya. Yang Arianna paham hanyalah nama Arianna Serafine Wezen yang merupakan figuran antagonis dan saudara kembar Catalina yang mati lebih dulu.

Karena terlarut dalam cerita Until I Found You, Arianna sampai lupa waktu. Dia melirik ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Udah malem aja, perasaan tadi masih jam tiga sore deh." Selama itulah Arianna berada di dalam kamarnya untuk membaca buku komik sampai tamat.

Arianna menutup buku komik itu lalu dia simpan di atas nakas. Dia lantas merebahkan tubuhnya yang terasa lelah, akan tetapi pikirannya masih tertuju pada buku komik Until I Found You.

"Sebenernya kejahatan Catalina bermula karena ulah Gavriel." gumam Arianna.

Cerita komik itu berpusat pada Gavriel dan Isabelle. Gavriel Aster Del Naveer merupakan Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Naveer yang memiliki kelainan. Meskipun terluka separah apapun, Gavriel tidak akan merasakan rasa sakit. Karena alasan itulah Raja Naveer mengirim Gavriel ke medan perang untuk melawan Kerajaan Helio.

Gavriel yang berhasil membawa kemenangan pun kembali bersama Putri Isabelle sebagai jaminan yang diberikan oleh Kerajaan Helio. Seiring berjalannya waktu, Putri Isabelle dan Gavriel saling jatuh cinta. Gavriel semakin mencintai Isabelle saat tahu kalau wanita yang dia cintai itu hidup menderita di Kerajaannya sendiri.

Kemudian Catalina yang tadinya merupakan calon tunangan Gavriel, terpaksa harus dibatalkan atas perintah Raja Naveer yang mengabulkan permintaan Gavriel.

"Kalau dipikir-pikir kasian juga si Catalina."

Arianna menguap karena rasa kantuk mulai menyergapnya. Tidak terasa bahwa dia mulai terbawa ke alam mimpi.

"Arianna!" panggil seseorang dari luar kamar.

ceklek

"ARIANNA!!"

Arianna terperanjat bangun karena panggilan yang menggelegar itu. Dia mendapati sang ayah yang tengah menatapnya nyalang.

"Kenapa, Yah?" tanya Arianna.

Ayahnya justru menjambak rambut Arianna, "KAMU MASIH NANYA KENAPA? KAMU NGAPAIN AJA DARI TADI? KENAPA NGGAK ADA MAKANAN?"

"Akh~ sa-sakit, Yah!"

Karena terlalu antusias dengan komik pemberian ibu-ibu pemulung itu, Arianna jadi lupa untuk memasak untuk ayahnya.

BRUGH

Suara tubuh Arianna yang terjatuh ke lantai terdengar cukup keras, ditambah dengan tangan Arianna yang terantuk nakas membuat Arianna memekik kuat.

"KAMU SAMA IBUMU ITU MIRIP SEKALI! BISANYA CUMA NYUSAHIN!"

Arianna yang sudah tidak tahan lagi pun mendongak, "NGGAK USAH BAWA-BAWA NAMA BUNDA!"

Plak

"BERANI NGELAWAN YA KAMU!" Ayah Arianna kembali menampar pipinya hingga membuat bibirnya sobek dan berdarah.

Kondisi seperti sekarang sudah sering dialami Arianna semenjak usia sepuluh tahun dimana ibunya pergi meninggalkan rumah, Arianna menjadi sasaran pelampiasan amarah sang ayah.

Meskipun Arianna sudah bekerja keras agar tidak menyusahkan sang ayah, dia tetap mendapat kekerasan yang benar-benar membuat mentalnya terluka.

"Aku ... selalu nurutin perintah yang ayah mau, tapi kenapa ayah selalu jahat?" ucap Arianna seraya terisak-isak.

Di mata ayahnya, Arianna tidak lebih hanya seonggok beban yang ingin sekali dia singkirkan.

"BANYAK OMONG KAMU!"

Plak

Dugh

Lagi-lagi Arianna mendapat tamparan yang keras hingga kepalanya yang tertoleh akhirnya terantuk nakas dan terluka parah.

Pandangan Arianna mulai berkunang-kunang, kepalanya terasa amat sangat pusing dan kesadarannya perlahan hilang.

"Bunda ... Aku ingin ketemu bunda ..." batin Arianna sebelum kesadarannya hilang.

...🖤✨🖤...

Di sebuah kamar yang bernuansa mewah dan sedikit temaram karena lilin-lilin yang menyala hanya beberapa saja. Di kamar itu terdapat seorang gadis bersurai purple - black tengah berkaca.

"Siapa gadis itu?" Arianna terkejut karena bayangan gadis itu mengikuti cara bicaranya.

Lalu tiba-tiba saja jendela kamar yang semula tertutup rapat terbuka lebar. Jantung Arianna berdegup kencang seiring dengan tubuhnya yang berdiri dengan ketakutan.

Dari jendela itu munculah seorang pria berpakaian serba hitam dan tidak lupa wajahnya yang tertutup topeng berjalan mendekati Arianna yang ada di sebelah cermin rias seraya menenteng pedang.

"Arianna Serafine Wezen, adakah kata-kata terakhir sebelum kau menemui ajalmu?"

"Si-siapa kau? Kenapa kau ingin membunuhku?"

"Tentu saja untuk membalas perbuatanmu. Bukankah kau yang meracuni Isabelle?"

Arianna ingin bicara lagi untuk memberitahu bahwa dia bukanlah Arianna si figuran antagonis itu, tetapi dia Arianna Safi. Akan tetapi kemampuan bicaranya tiba-tiba saja tidak bisa digunakan, seolah-olah ada yang membungkamnya.

"Kalau begitu, aku tidak perlu mengulur waktu lagi. Matilah!!!"

Pria itu menusukkan pedangnya tepat ke perut Arianna.

"ARGHHH!!"

"Arianna!"

Arianna terbangun dengan nafas yang memburu. Tubuhnya terlihat berkeringat banyak akibat mimpi buruk yang baru saja dia alami.

"Kau bermimpi buruk?"

Telinga Arianna sedikit berdengung saat mendengar bahasa aneh yang digunakan oleh seorang wanita seusia mendiang ibunya.

'Kenapa bahasa ibu-ibu ini aneh banget? Tapi gue justru paham dia ngomong apa. Terus ini dimana coba? Kayaknya nggak mungkin di rumah sakit.' Arianna melirik sekelilingnya dimana dia berada sekarang.

Yang dilihatnya sekarang adalah kamar yang begitu luas dengan nuansa klasik dan estetik seperti kamar film Barbie bertema kerajaan yang pernah dia tonton. Kamar ini mirip sekali dengan yang ada di dalam mimpinya baru saja.

"Arianna?"

Wanita itu terlihat cemas saat melihat Arianna yang belum menyahutnya sama sekali, "Katakanlah sesuatu! Jangan diam saja seperti ini! Kau membuat ibu takut, Arianna!" Wanita itu mengguncang tubuh Agnetha pelan.

"I-ibu?" Arianna menutup mulutnya saat dia juga bisa mengucapkan bahasa aneh seperti wanita itu.

Wanita itu justru menangis lalu memeluknya begitu erat, "Astaga! Apa yang terjadi padamu, Arianna?!"

'INI SEBENARNYA ADA APAAN SIH? GUE NGGAK NGEH!'

"Em ... A-apa kau ibuku?" Arianna yakin betul bahwa ibunya sudah tiada. Lantas siapa wanita yang memeluknya ini yang menyebutkan bahwa dia adalah ibunya?

Arianna sedikit terhuyung ke belakang saat wanita itu mengurai pelukannya.

Wanita itu nampak terkejut karena pertanyaan Arianna, "Tentu saja aku ibumu! Kau pikir aku siapa, huh?"

Arianna baru sadar saat pakaian yang dikenakan wanita ini bermodel bangsawan era abad pertengahan yang sering dilihatnya dalam komik.

'Perasaan gue kok tiba-tiba nggak enak, ya?'

"Siapa nama lengkapku, Bu?" Sepertinya Arianna harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Tentu saja namamu Arianna Serafine Wezen!" Wanita itu nampak memegangi kepalanya, "Apakah benturan di kepalamu begitu parah sampai kau melupakan namamu dan ibumu sendiri?"

"HAH?"

Wanita itu terlonjak karena teriakan dari Agnetha begitu keras, "Ada yang salah ya?"

"A-aku Arianna Serafine Wezen?" Arianna menunjuk dirinya sendiri yang diangguki oleh wanita itu, "Anak d-dari Duke Frederick Wezen?"

"Iya, kau juga anak Duchess Miranda yang cantik jelita ini. Tapi itu tidak penting, apa kau benar-benar lupa siapa orangtuamu, huh?"

Karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan, Arianna lantas berseru kesakitan dengan tangannya yang memegangi kepalanya.

"I-ibu ... S-sebenarnya apa yang terjadi padaku?"

Wanita itu kembali menangis lagi dan memeluk Arianna, "Kau terluka karena tertabrak kereta kuda milik Pangeran Nicholas, huhu ... Sungguh! Ibu sangat terkejut saat kau dibawa kemari dalam kondisi berdarah-darah dari kepalamu."

'Wajar aja sih ya, namanya ibu-ibu yang khawatir banget sama anaknya.' gumam Arianna dalam hati.

"Kenapa aku bisa tertabrak, Bu?" Arianna mengurai pelukannya agar lebih bisa mengamati ibu barunya sekarang.

"Menurut kronologi saksi mata saat itu kau tengah bertengkar dengan Catalina di pinggir jalan. Tepat saat itu kereta kuda milik Kekaisaran milik Pangeran Nicholas lewat dan kau yang terdorong oleh Catarina ke tengah jalan akhirnya tertabrak."

"Jadi seperti itu ya,"

"Iya!" Duchess menghela nafas lega, "Aku sempat hampir gila saat tahu kau melupakan ibumu ini. Tapi syukurlah kau mengingat ibu," Duchess tersenyum sembari mengusap pipi Agnetha.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Arianna Serafine yang merupakan kembaran Catalina tidak pernah akur. Tidak peduli di mansion maupun luar mansion, pasti saja ada hal yang membuat mereka adu mulut.

"Em ... Ibu, aku lapar,"

"Kau lapar?" Arianna mengangguk, "Tunggu sebentar, ibu akan mengambilkan makanan untukmu." Duchess bergegas pergi keluar dari kamar.

Setelah kepergian Duchess buru-buru Arianna berlari ke arah cermin rias untuk melihat wajahnya sekarang.

"ASTAGANAGA!" Arianna membungkam mulutnya dengan mata berbinar. Wajah Arianna Serafine amatlah sangat cantik.

Sebenarnya Arianna adalah orang yang realistis. Dia lebih percaya seseorang salah mentransfer duit ke rekening orang lain daripada mempercayai dirinya yang masuk ke dalam tubuh orang lain.

Dan sekarang, dia memasuki tubuh seorang figuran menyedihkan seperti Arianna Serafine Wezen di dalam komik Until I Found You yang dia baca sampai lupa waktu. Seperti yang dialaminya dalam mimpi baru saja, Arianna Serafine Wezen mati karena serangan pembunuh bayaran atas suruhan pemeran kedua pria.

"Terus bagaimana kondisiku yang sebenarnya? Apa iya aku sudah mati?"

Arianna menelisik pemilik wajah figuran ini yang dinilainya cantik dengan mata berwarna ungu yang selaras dengan rambutnya yang berwarna black - purple.

Arianna menghela nafas sembari menatap wajah yang dimilikinya sekarang. Bagaimanapun dia adalah Arianna Serafine sekarang. Mengingat akhir tragis figuran ini dan keluarganya, Arianna tidak ingin hal itu terjadi.

Tok tok

Secepat kilat Arianna berlari dan melompat ke atas kasurnya. Dia lantas menyelimuti separuh tubuhnya dan bersiap menyambut ibu barunya.

Ceklek

"Ibu membawakanmu sup daging favoritmu," Arianna menanggapinya dengan senyuman menahan sakit.

Dia masih belum terbiasa dengan kasur yang tidak seempuk kasur miliknya di rumah. Akibat loncatan atletik yang dia lakukan, lututnya terantuk dan membuatnya kesakitan.

Duchess meletakkan nampan berisi semangkuk sup daging di nakas lalu mengambil mangkuknya.

"Mau ibu suapi?" tawar Duchess yang tentu diterima Arianna.

Duchess Miranda menyuapi Arianna dengan penuh hati-hati dan membuat Arianna terharu serta teringat akan ibunya yang sudah lama tidak pernah dia temui.

Bersambung ...

Terima kasih sudah mampir ya🖤✨

Chapter 2: Dibalik Cerita Mimpi

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

BRAK

"Astaga!" Arianna terkejut saat pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seorang wanita bersurai blue - grey yang terlihat berkilau saat tertimpa cahaya.

Dilihat-lihat dari ciri fisiknya, sepertinya Arianna tahu siapa wanita ini. Dia adalah Catalina Hermione Wezen, sang antagonis wanita di komik ini.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Catalina dengan wajah angkuhnya.

Karena sudah seperti ini, maka Arianna Safi akan berperan selayaknya Arianna Serafine Wezen yang setiap bertemu pasti akan terjadi adu mulut.

"Beraninya kau memperlihatkan wajahmu yang jelek itu dihadapan ku! Menurutmu karena siapa aku seperti ini?" ucap Arianna seraya memakan apel dan menatap malas Catalina.

Mulanya Catalina nampak ingin marah, tetapi setelah melihat kondisi Arianna, dia memilih untuk mengurungkan niatnya.

Arianna mengernyitkan keningnya saat tahu Catalina menundukkan kepalanya,

"Ada apa denganmu?" tanya Arianna karena Catalina yang masih setia untuk menunduk.

Tidak ada jawaban dari Catalina, tetapi telinga Arianna mendengar isakan kecil yang bisa dia pastikan berasal dari Catalina.

"Hei! Kau menangis?" Melihat air mata Catalina yang menetes di bajunya, Arianna hanya bisa tersenyum tipis.

Meskipun Catalina diam saja, Arianna tahu Catalina sudah menyesali perbuatannya, "Aku sudah memaafkanmu, jadi tak perlu menangis lagi."

Catalina sontak mendongak memperlihatkan wajahnya yang masih menangis, "Apa kau yakin memaafkanku?"

"Cih! Melihatmu menangis seperti ini aku jadi tidak tega tahu!" balas Arianna.

"Huwaaa~ Maafkan aku Arianna ..." Catalina memeluk erat Arianna, "Aku pikir kau tidak akan bangun lagi, huwaaa~"

Arianna mengernyitkan keningnya lagi, dia baru menyadari kalau Duchess tidak memberitahunya berapa lama dia tidak sadarkan diri.

"Memangnya berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Arianna penasaran.

Catalina mengurai pelukannya, "Dua bulan!" jawab Catalina dengan memperlihatkan dua jarinya, "Dua bulan kau tidak sadarkan diri, Arianna! Bahkan para dokter yang menanganimu bilang kau sudah tidak ada harapan lagi!"

Arianna mengangguk-angguk, pantas saja raut wajah Duchess yang dia lihat kemarin saat dia sadar nampak begitu lega setelah melihatnya.

"Pantas saja tubuhku masih begitu lemas meskipun sudah makan banyak." gumam Arianna.

Arianna menatap Catalina yang tengah menghapus air matanya. Melihat Catalina yang seperti ini, andaikata dia berakhir seperti yang ditakdirkan dalam novel membuat Arianna merasa iba.

Karakter Catalina dalam komik nampak tidak sama dengan yang dia lihat sekarang. Bisa saja Catalina adalah orang baik yang tidak tahu caranya berbuat baik.

Bisakah Arianna merubah takdir Catalina? Kalau Catalina tidak mati lalu dia berhasil merelakan Gavriel untuk Isabelle, bukankah takdir dirinya yang mati karena dibunuh tidak akan terjadi?

"Catalina." panggil Arianna.

"Ya? Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Catalina bertanya dengan raut wajah khawatir.

Arianna menggeleng, "Aku bermimpi buruk yang teramat panjang. Kau mau mendengarnya?"

Catalina mengangguk antusias, "Tentu aku mau mendengarkannya. Aku ingin tahu kau bermimpi apa sampai tidak bangun selama dua bulan lamanya."

Arianna lantas menceritakan tentang sosok Arianna Serafine Wezen yang mati karena dibunuh, lalu Catalina yang akan dihukum mati karena berkhianat dengan negara musuh serta mencelakai Isabelle.

Di dalam komik dijelaskan bahwa Catalina bertemu dengan antagonis laki-laki yang merupakan penyihir hitam. Catalina bekerja sama dengan penyihir hitam itu yang merupakan musuh negara, penyihir hitam itu memberikan penawaran bagus.

Bila Catalina memberikan informasi penting tentang situasi Kekaisaran maka penyihir hitam itu memberikan sedikit kekuatannya pada Catalina.

Dengan kekuatan itu Catalina mencelakai Isabelle dan hampir membunuhnya. Saat hampir ending cerita, Catalina dan penyihir hitam yang bersekutu dengan negara musuh pun menyerang Kekaisaran serta Kerajaan Naveer.

Puncaknya, pemeran utama dipastikan menang karena ternyata Isabelle mendapat kekuatan suci kuno yang selama ini melindungi benua Atlanta, tempat dimana Kekaisaran Linchia yang menaungi beberapa Kerajaan, salah satunya Kerajaan Naveer berada. Berkat kekuatan itulah, penyihir hitam serta musuh Kekaisaran berhasil dikalahkan.

Arianna turut bercerita tentang kondisi keluarganya yang hancur. Nama Keluarga Wezen yang merupakan keluarga Kekaisaran sudah tidak ada artinya lagi karena pengkhianatan Catalina.

"Aku pikir mimpi yang kulihat seperti sebuah ramalan yang akan terjadi di masa depan. Aku sungguh takut bila mimpi itu menjadi nyata." Arianna mengakhiri ceritanya dengan raut wajah sendu.

Tidak lama raut wajah Arianna berubah, ada yang ingin dia tanyakan lagi pada Catalina. Ini persoalan tentang pertengkaran yang membuatnya tertabrak kereta kuda Pangeran kedua Kekaisaran, yaitu Pangeran Nicholas.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu karena aku lupa. Sebenarnya kita bertengkar karena apa hingga kau mendorongku ke jalanan?"

"Aku sungguh tidak sengaja mendorongmu!" sahut Catalina cepat, "Saat itu aku marah karena kau terus menyuruhku untuk berhenti mengejar cinta Pangeran Gavriel."

"Jadi kau mendorongku ke jalanan hanya karena alasan se-sepele itu?" Arianna berkacak pinggang.

Catalina nampak tidak terima, "Bukan hanya itu! Kau juga menyarankanku menikah saja dengan Pangeran Alucard yang kejam itu!"

Arianna ingat, diantara orang yang berkhianat ada pula nama Pangeran Alucard. Pangeran kedua Kerajaan Naveer alias adik Gavriel. Mereka memang membentuk sebuah kelompok pemberontakan yang dipimpin oleh Putra Mahkota Kerajaan Helio, kakak Isabelle.

"Tapi berkat ceritamu, aku jadi teringat seseorang yang pernah kutemui karena tidak sengaja di malam festival Kerajaan empat bulan lalu." cerita Catalina.

"Siapa dia?"

"Dia adalah penyihir hitam yang memang sengaja ingin bertemu denganku. Kemudian dua minggu lalu aku mendapatkan surat misterius yang datang dari seekor burung gagak. Ternyata surat itu dari penyihir hitam yang memintaku untuk bertemu dengannya."

Catalina merasa tidak masalah bila dia menceritakan ini pada saudara kembarnya yang sama-sama dijuluki sebagai wanita gila Wezen.

Catalina mendapat julukan itu karena dia akan menggila bila melihat Gavriel dekat dengan perempuan manapun. Sedangkan Arianna mendapat julukan itu karena terlalu terobsesi dengan barang mewah. Jika barang mewah yang dia incar tidak dia dapat maka dia akan menggila.

"Apa kau membalas surat itu?"

Catalina menggeleng, "Belum. Aku sedikit takut sebenarnya bertemu dengan penyihir hitam yang merupakan musuh Kekaisaran."

Mendengar ucapan Catalina membuat Arianna berpikir, kalau Catalina tidak bertemu penyihir hitam itu, maka resiko kehancuran Keluarga Wezen tidak akan terjadi.

"Sebaiknya kau tidak usah bertemu dengannya. Salah-salah kau malah dikutuk penyihir itu jadi kodok bila membuatnya tidak puas." ucap Arianna pada akhirnya.

Catalina mengangguk, "Untuk kali ini aku akan menuruti ucapanmu."

Plak

"Tentu kau harus seperti itu karena aku adalah kakakmu." ucap Arianna jumawa setelah menggeplak kepala Catalina.

"Hei! Apa kau tidak tahu aku sedang menahan diri karena kau belum pulih?" geram Catalina.

Arianna tertawa kencang karena merasa puas sudah membuat Catalina naik darah. Tapi tawa itu tak berangsur lama. Arianna memperlihatkan raut wajah serius pada Catalina.

"Tapi ucapanku sebelum kecelakaan sungguh serius, Catalina. Sebaiknya kau berhenti mengejar-ngejar cinta Pangeran sialan itu. Matamu itu hanya terlalu fokus pada bunga bangkai padahal masih banyak bunga cantik lainnya."

Catalina menganga tidak percaya atas ucapan Arianna. Meskipun Arianna saudara kembarnya ini memang suka blak-blakan, tapi ucapannya akan menjadi berbahaya bila ada orang yang mendengar karena menghina anggota keluarga Kerajaan.

"Aku sih tidak heran karena kau memang bodoh! Maka dari itu, sebaiknya berhenti, Catalina! Aku takut mimpiku menjadi kenyataan dan membuat kita semua sengsara." Arianna menggenggam tangan Catalina,

"Kenapa kau peduli dengan percintaanku?" tanya Catalina pelan.

"Karena percintaanmu sangat menyedihkan. Dan sebagai keluargamu, aku memberimu saran. Siapa tahu kelak kau akan bertemu dengan orang yang lebih-lebih dari Pangeran sialan itu." Arianna mencoba meyakinkan Catalina.

Catalina nampak diam berpikir. Diam-diam Arianna tersenyum. Bila Catalina tidak lagi mengejar Gavriel, maka resiko mengerikan itu tidak akan terjadi.

"Aku akan memikirkan saranmu. Sebaiknya kau istirahat sekarang agar cepat pulih." Catalina berdiri dan berjalan meninggalkan kamar Arianna yang dipenuhi dengan gemerlapnya berlian.

Bersambung ....

Ayok-ayookk bantu ramaikan😊

Terima kasih sudah mampir🖤✨

Chapter 3: Target Selanjutnya

...-<{ SELAMAT MEMBACA }>-...

Di dalam komik, Arianna Serafine Wezen akan mati terbunuh oleh pembunuh bayaran yang disewa second male lead. Arianna meracuni Isabelle saat pesta pernikahannya dengan Gavriel. Alasannya karena kalung permata blue emerald langka yang diincar olehnya justru dimiliki oleh Isabelle.

Arianna yang mengincar kalung itu sudah lama merasa tidak terima, maka dari itu dia sengaja meracuni Isabelle. Meskipun racun yang diberikan Arianna tidak mematikan, tetapi hal itu menjadi boomerang untuknya.

Lalu dua hari setelah kejadian Isabelle diracuni, pemeran kedua pria yang mengetahui pelakunya adalah Arianna pun memutuskan untuk membunuhnya.

"Dan pemeran kedua itu adalah Pangeran Alucard." gumam Arianna seraya memandang bulan bercincin di langit malam.

Bulan di dunia ini memang agak berbeda dari bulan yang sering dia lihat. Mungkin karena ini dunia lain, jadi terdapat perbedaan yang begitu spesifik.

"Tapi, darimana Arianna asli mendapatkan racun itu? Em ... Kalau tidak salah nama racun itu bernama racun 'remonil'."

Racun yang terbuat dari jamur remonil itu meskipun tidak mematikan, tetapi mampu membuat saraf motorik terhenti dalam seminggu.

"Astaga, aku baru ingat! Orang yang menemukan penawar racun itu kan Alucard, sudah pasti dia tahu karena dia berteman dengan penyihir hitam. Dan bisa dipastikan Arianna juga mendapatkan racun itu dari penyihir hitam."

Itu adalah hipotesa yang memungkinkan menurut Arianna. Karena memang di dalam komik tidak diceritakan darimana Arianna mendapatkan racun itu.

"Sepertinya Arianna dan Catalina memang terhubung dengan penyihir hitam. Maka dari itu, aku dan Catalina sebisa mungkin menghindari tokoh sampingan antagonis itu."

Srak Srak

"Eh?"

Arianna menatap ke arah suara gemerisik dedaunan dari pohon oak yang ada di depan balkonnya. Kebetulan belakang kamar Arianna merupakan taman belakang mansion yang terdapat pohon oak.

"Siapa disana?"

Mata Arianna menyipit untuk melihat apakah ada sesuatu disana? Karena bisa saja ada mata-mata yang tengah bersembunyi seperti di novel-novel atau komik yang sering dia baca.

"Apakah kau tidak punya kerjaan? Jangan memata-matai kamar seorang wanita, tidak sopan tahu! Dasar mesum!" Arianna mencoba memancing sesuatu yang ada di pohon oak.

Arianna yang menunggu adanya reaksi dari sesuatu itu justru dikejutkan karena tepukan tangan di bahunya.

"HUWAHH!!" pekik Arianna kaget.

Ternyata yang menepuk bahunya adalah Ramona, pelayan pribadi Arianna.

"Ramona! Kau membuat jantungku hampir keluar dari tempatnya tahu!" omel Arianna pada Ramona.

"Mohon maaf, Nona, tapi saya sudah ketuk pintu dan Nona tidak dengar. Lalu saat saya masuk, saya malah melihat Nona tengah berbicara entah pada siapa." jelas Ramona dengan wajah polosnya.

Sebelumnya Arianna tidak tahu siapa Ramona sejak kemarin. Ramona yang mengira Arianna melupakannya pun kembali memperkenalkan diri dan menjelaskan alasannya menjadi pelayan pribadi Arianna yang terkenal sebagai wanita gila Wezen.

"Tadi di sana seperti ada sesuatu, aku hanya asal bicara saja tadi. Siapa tahu sesuatu itu benar-benar menunjukkan diri." Arianna kembali melirik pohon oak yang nampak tenang.

"Mungkin itu hanya ulah angin saja, Nona." Ramona pun ikut melirik pohon oak, "Sebentar lagi musim dingin tiba, sebaiknya Nona tidak terlalu lama berada di luar saat malam hari. Saya tidak mau melihat Nona terbaring sakit lagi," jujur Ramona.

"Ey, bukankah seharusnya kau senang karena aku sakit? Kau jadi bebas karena tidak ada di dekatku." Apa salahnya kalau Arianna mengetes kesetiaan Ramona?

Wajah Ramona nampak panik, "Nona salah paham! Saya tidak seperti itu!"

Arianna tertawa karena wajah menghibur dari Ramona. Sepertinya karena inilah Arianna Serafine menjadikan Ramona sebagai pelayan pribadinya.

"Saya benar-benar berhutang budi atas kebaikan Nona, maka dari itu saya juga akan setia dan menjadi orang kepercayaan Nona dalam keadaan apapun!" ucap Ramona sambil memegang tangan Arianna penuh semangat.

"Iya-iya, aku percaya padamu! Jadi, jangan khianati aku ya!" Arianna memberikan senyum manis pada Ramona.

Ramona sungguh senang atas jawaban Arianna. Meskipun dia tahu julukan Arianna di mata masyarakat, mereka semua tidak tahu bahwa Nona yang dia layani ini sungguh murah hati.

"Karena sudah malam, kau juga harus beristirahat, Ramona. Kau boleh kembali ke kamarmu. Aku akan masuk sebentar lagi karena tubuhku masih terasa gerah."

"Benar ya, Nona? Jangan terlalu lama karena saya tidak mau Nona demam! Nona dengar kan kata saya?"

"Iya-iya! Kau cerewet sekali seperti ibuku."

Diam-diam Arianna merasa terharu karena lagi-lagi dia mendapat perhatian dan kekhawatiran dari seseorang yang tidak pernah dia dapatkan sebagai sosok Arianna Safi.

'Semoga hal baik ini bertahan lama.' Pinta Arianna dalam hati.

...🖤🤍🖤...

Seseorang berjubah hitam dengan motif ragam hias flora yang bersulam emas baru saja keluar dari mansion besar milik Duke Wezen.

Lalu angin malam yang bertiup kencang membuat tudung jubah itu terbuka dan memperlihatkan wajah tanpa cela yang membuat setiap orang akan jatuh cinta karena ketampanannya. Surai hitam panjangnya menari-nari karena tiupan angin malam yang menambah kesan tampan di wajahnya.

Tampak sudut bibir kanan pria itu tertarik ke atas, "Wanita yang peka sekali." Pria itu kembali teringat atas kejadian yang baru saja dia alami.

Untuk pertama kalinya ada seseorang yang menyadari saat dia tengah bersembunyi. Dan sialnya orang itu adalah wanita yang disebut sebagai wanita gila Wezen.

"Tuan Eze!"

Seorang pria berjubah hitam yang sama datang dengan terengah-engah, "Kenapa Tuan terang-terangan berkeliaran di sini? Bagaimana jika ada yang tahu siapa Tuan yang sebenarnya?"

Pria yang dipanggil Tuan Eze itu justru tertawa, "Kau terlalu mencemaskanku, Ash."

"Bagaimana saya tidak cemas?! Tuan benar-benar membuat jantung saya hampir lepas! Saya kira Tuan tertangkap setelah membuat keributan di istana Kekaisaran!" ucap Ash menggebu.

"Aku tidak akan tertangkap semudah itu." Pria itu berjalan dengan tangan yang bertumpu di belakang punggungnya, "Lagipula aku masih belum puas membuat keributan di istana Kekaisaran, jadi aku memutuskan untuk berkeliling untuk mencari target selanjutnya."

Ash mengikuti tuannya dari belakang, "Jadi, Tuan sudah mendapatkan target selanjutnya?"

Pria itu berhenti lalu menoleh ke arah Ash, "Wezen."

Ash nampak diam mematung sebentar untuk mencerna jawaban singkat tuannya. Lalu setelah mulai mencerna, Ash membuka mulutnya karena terkejut.

"Bukankah itu kediaman Lady Catalina yang baru saja Tuan berikan surat? Kenapa Tuan memilih kediaman Lady Catalina?" tanya Ash yang sangat penasaran.

"Duke Wezen sedang tidak ada di mansion. Lalu alasan keduanya karena wanita itu yang terlalu lama membuatku menunggu." jawab pria itu setelah membenarkan tudung kepalanya.

"Aku tidak sabar menantikan para anjing-anjingku membuat keributan di mansion mewah itu dan menjadikannya kotor." Pria itu menyeringai, "Dengan begitu Duke Wezen tidak akan lupa siapa aku yang merupakan seorang penyihir hitam."

Pria itu lantas melanjutkan jalannya yang sempat terhenti. Ash pun kembali mengikuti dari belakang.

"Lalu bagaimana dengan tawaran Pangeran timur? Apakah Tuan tertarik dan benar-benar ingin bergabung?"

"Aku tertarik, hanya saja aku tidak ingin bergabung."

Ash mengangguk paham. Tidak mungkin Tuannya yang hebat itu mau-mau saja bergabung lalu rela dimanfaatkan oleh Pangeran timur.

"Saya lega mendengarnya. Saya pikir Tuan akan mau bergabung karena kalian memiliki tujuan yang sama."

"Cih! Aku tidak semurah hati itu untuk mau dimanfaatkan oleh mereka meskipun aku memiliki tujuan yang sama dengan mereka."

Senyuman Ash semakin lebar karena mendengar ucapan Tuannya. Keputusan yang tepat dia memutuskan untuk menjadi tangan kanan penyihir hitam.

"Tuan Eze, saya berhasil menjual racun remonil dengan harga yang memuaskan di pelelangan. Saya tidak habis pikir dengan para bangsawan yang ternyata kelakuannya seperti iblis sungguhan."

Pria itu lagi-lagi menyeringai. Entah kenapa hatinya terasa berbunga-bunga sekarang. Mungkin saja karena hari ini dia cukup bersenang-senang dan suasana hatinya menjadi bagus.

Mungkin juga sebentar lagi keinginannya untuk melihat Kekaisaran ini runtuh pun akan terjadi. Eze, si penyihir hitam tidak sabar menantikan hari itu terjadi. Akan selebar apa dia tersenyum di hari itu.

Bersambung ....

Apa yang akan kalian lakukan bila masuk ke dalam sebuah novel? Kalau aku sih udah pasti akan usaha biar ketemu ayang gepeng xixixi ....

Terima kasih sudah mampir😊🖤

Bantu ramaikan lapak ini dan jangan ragu untuk memberi kritik dan saran. Tentu saja dengan bahasa sopan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!